Perencanaan
Pelayanan Pengadaan
Penyimpanan
Pengelolaan Sediaan Farmasi
Tujuan dari pengendalian persediaan yg paling penting adalah :
1. Melindungi dari kerugian.
2. Membuat system pengadaan/Manufaktur.
3. Meminimlakan waktu tunggu.
4. Meningkatkan efisiensi transportasi.
5. Mengantisipasi fluktuasi.
Masalah dari pengendalian persediaan adalah bagaimana cara
menyeimbangkan antara pengaturan persediaan dengan biaya-biaya
yang ditimbulkan. Biaya tsb dapat berupa :
1. Biaya penyimpanan (Holding Cost/ Carrying Cost)
Seperti : biaya fasilitas penyimpaan, biaya modal, biaya resiko
kerusakan atau kecurian, biaya keusangan, biaya asuransi, biaya
pajak, biaya pengelolaan/ administrasi penyimpanan.
2. Biaya pemesanan (Order Cost)
Seperti : biaya telephone, biaya pemeriksaan penerimaan, biaya
pengiriman ke gudang.
3. Biaya kehabisan/ kekurangan Bahan (Shortage Cost)
Seperti : Kehilangan penjualan, kehilangan langganan, adanya biaya
karena pemesanan khusus, dan biaya administrasi.
Pengelolaan Sediaan Farmasi
A. PERENCANAAN
Dalam membuat perencanaan sediaan farmasi perlu diperhatikan :
1. Pola penyakit
2. Kemampuan masyarakat.
3. Budaya masyarakat.
A. PERENCANAAN
1. Pareto atau ABC (Always Better Control)
menekankan pd persediaan yg mempunyai nilai relative tinggi atau
mahal.
Menentukan prioritas pemesanan berdasarkan nilai atau harga obat.
Mengelompokkan jenis obat menjadi 3 :
A. PERENCANAAN
1. Pareto atau ABC (Always Better Control)
Analisis ABC dapat dilakukan dg cara :
a. Buat daftar semua obat yg ada beserta harga satuannya.
b. Masukkan jml kebutuhan atau penjualan dalam periode tertentu,
missal 1 tahun.
c. Kalikan antara harga dan jumlah kebutuhan sehingga didapat nilai
pemakaian.
d. Hitunglah persentase nilai pemkaian dari masing-masing item obat
terhadap nilai pemakaian semua obat, didapat persentase nilai
pemakaian.
e. Urutkan obat berdasarkan persentase nilai pemakaiannya. Obat
dengan nilai pemakaian tertinggi ada di urutan palig atas dan
seterusnya.
f. Hitung persentase kumulatif nilai pemakaian dari masing-masing
item obat.
g. Tentukan klasifikasinya A, B atau C.
Pengelolaan Sediaan Farmasi
A. PERENCANAAN
2. Metode VEN
Pengelompokan item obat berdasarkan derajat kepentingan obat
tsb apakah vital (V), esensial (E), atau nonesensial (N).
Golongan V utk golongan obat yg harus ada. Golongan E utk
golongan obat yg penting untuk diadakan. Golongan N merupakan
golongan yg kurang penting untuk diadakan, hanya sebagai
penunjang kelengkapan.
Dapat juga dikombinasi dengan metode ABC, menjadi VEN-ABC.
Sehingga didapat kelompok obat Vital-A, Vital-B, Vital-C, Esensial-A,
Esensial-B, Esensial-C, Nonesensial-A, Nonesensial-B, Nonesensial-C.
Kekurangan metode VEN :
Terkadang kewalahan karena pola peresepan dokter yang
berubah dan tidak adanya formularium yang mengikat dokter
praktik di sekitar apotek.
Obat golongan OTC menjadi tidak terbeli padahal seringkali
termasuk fast moving.
Pengelolaan Sediaan Farmasi
A. PERENCANAAN
3. Metode EOQ
Menetapkan jumlah order item barang dengan pertimbangan biaya
order dan biaya penyimpanan, sehingga kita dapat menetapkan
kuantitas order.
Sebaiknya diterapkan untuk item obat yg masuk golongan fast
moving dan perencanaan yang dilakukan dalam periode 4-6 bulan
kedepan.
Asumsi : permintaan diketahui dg pasti dan relative konstan
sepanjang waktu, waktu tunggu konstan, harga per unit konstan,
biaya penyimpanan persediaan didasarkan pada rata-rata
persediaan, dan biaya pemesanan tetap.
Asumsi : bahwa tingkat penjualan pada tahun-tahun mendatang
bersifat pasti, sehingga persediaan yang dibutuhkan dapat
ditetapkan secara pasti.
Metode ini mempertimbangkan 2 macam biaya, yaitu : biaya
penyimpanan (carrying cost/ holding cost) dan biaya pemesanan
(ordering cost).
Pengelolaan Sediaan Farmasi
A. PERENCANAAN
3. Metode EOQ
TC
biaya OC
EOQ terjadi saat
kuantitas pemesanan
C*
menghasilkan TC paling
rendah (titik Q dan C).
CC
unit
Q*
A. PERENCANAAN
3. Metode EOQ
Persamaan Untuk Menghitung EOQ :
Co = Cost per order
2. 𝐶𝑜. 𝑆 Cm = cost of maintenance dari persediaan
𝐸𝑂𝑄 = dalam setahun
𝐶𝑚. 𝑈 S = Jumlah permintaan setahun
U = Cost per unit
Jika ada kuantiti diskon harus diperhitungkan akan memakai quantity discount
atau EOQ. Ada 4 langkah yg harus dilakukan utk menghitung persediaan jika
ada potongan, yaitu sbb :
1. Pertimbangkan harga paling rendah dan hitung dg menggunakan EOQ.
Jika hasil EOQ jumlahnya memungkinkan, maka itu merupakan kuantitas
ideal. Bila tidak lakukan langkah ke 2.
2. Hitung EOQ pada harga yang lebih tinggi lagi, bila hasilnya memungkinkan
maka lakukanlah langkah ke 3.
3. Jika EOQ tidak memungkinkan, maka ulang langkah 2 terus-menerus
sampa quantity-nya memungkinkan.
4. Bandingkan total cost antara hasil EOQ yang memungkinkan (kuantitas dan
harga) dan perhitungan total cost pada harga dan quantity saat diskon.
Pengelolaan Sediaan Farmasi
A. PERENCANAAN
4. Metode JIT
Merupakan wujud kemitraan usaha antara perusahaan yg dlm hal
ini adalah industry farmasi, rumah sakit, atau apotek dengan para
pemasok.
Dengan system ini order dilakukan jika persediaan hampir atau
sudah habis.
Kelemahan : jika tdk didukung dg keteraturan defecta, perhitungan
stok pengamanan, maka akan mengakibatkan terganggunya
system pengelolaan obat.
JIT memerlukan persyaratan sbb :
Pengurangan lead time.
Penurunan persediaan ke tingkat minimum.
Keandalan equipment.
Arus produksi yang berimbang.
Kinerja keseluruhan system yg dapat diprediksi.
Pengelolaan Sediaan Farmasi
B. PEMBELIAN
Fungsi Perencanaan mencakup kegiatan dalam menentukan
sasaran-sasaran, pedoman-pedoman, garis-garis besar yang akan
dituju, dan menentukan kebutuhan.
B. PEMBELIAN
Kriteria PBF yg baik antara lain:
1. Menyiapkan obat dg kualitas baik, dlm jumlah sesuai dg yg
dipesan, memiliki ED panjang.
2. Pelayanan yg memuaskan, antara lain frekuensi kunjungan tinggi,
jangka waktu pemesanan dg pengiriman (lead time) singkat,
kemudahan retur, memberi insentif khusus.
3. Harga bersaing, memberikan diskon dan bonus.
4. Memberi jangka waktu pembayaran yg longgar, baik pembayaran
cash maupun kredit.
B. PEMBELIAN
5. Pemilihan supplier yg cocok di dasarkan pd segi ekonomis (harga
murah, lead time singkat, servis memuaskan, dan jaminan purna jual)
dan segi farmasetis (kualitas barang baik).
6. Membuat [erjanjian kontrak dan/atau surat pemesanan (SP), sesuai
dg metode pengadaan yg digunakan.
7. Pengecekan proses pengadaan.
8. Penerimaan barang yg dipesan.
Metode pembayaran :
1. Cash keras/ tunai/ Cash on Delivery (COD)
2. Cash lunak berjangka (1 hari – 2 minggu setelah barang datang).
3. Kredit berjanka (diatas 2 minggu) dan bisa bertahap.
B. PEMBELIAN
Tahap Pemesanan :
Faktur di
Barang pesanan tandatangani
FINISH diterima Apoteker atau AA
dan di cap
C. PENYIMPANAN
Obat/ bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.
Dalam hal pengecualian atau darurat ketika dipindah pd wadah lain,
maka harus dicegah kontaminasinya dah harus ditulis informasi di
wadah baru sekurang-kurangnya nomor batch dan tanggal
kadaluarsa.
C. PENYIMPANAN
Faktor-factor yg perlu diperhatikan dalam fungsi penyimpanan dan
gudag :
1. Masalah keamanan dan bahaya kebakaran merupakan resiko
terbesar dari penyimpanan.
2. Penggunaan tenaga manusia secara efektif.
3. Penataan ruangan secara efisien dari segi besaran dan
pembagian.
4. Memelihara gedung dan peralatan dg sebaik mungkin.
5. Menciptakan suatu system yg lebih efektif utk memperlancar arus
barang.
Pengelolaan Sediaan Farmasi
D. PENGELOLAAN NARKOTIKA
UU Republik Indonesia No 22 Tahun 1997 tentang Narotika.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaan atau
bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yg dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam
golongan-golongan.
Regulasi di atur sangat KETAT.
D. PENGELOLAAN NARKOTIKA
2. Golongan 2 : berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan
terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : methadone, opium,
morfina, petidin, alfentanil, difenoksin.
3. Golongan 3 : berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam
terapi dan/ atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : doveri, kodein, dihidrokodein, etilmorfin.
D. PENGELOLAAN NARKOTIKA
Penyimpanan Narkotika harus disimpan dalam tempat tersendiri, yaitu :
1. Narkotika disimpan di lemari khusus yang terbuat dari kayu atau
bahan lain yg kuat berukuran (40 x 80 x 100 cm). Jika ukurannya
kurang dr ketentuan maka lemari tsb harus tertempel di dinding atau
tertanam di lantai.
2. Lemari tsb harus memiliki 2 ruangan dan masing masing memiliki kunci
sendiri, bag pertama untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-
garamnya serta persediaan narkotika, sedangkan bag lain untuk
penyimpanan narkotik lainnya untuk pemakaian sehari-hari, missal :
kodein.
3. Bahan yg digunakan harus kuat sehingga tidak mudah di bobol.
4. Lemari harus diletakkan di tempat aman dan tidak terlihat umum.
5. Kunci harus dibawa oleh APA atau pegawai lain yang dikuasakan.
D. PENGELOLAAN NARKOTIKA
Pelaporan Obat Narkotika :
1. Pemasaukan dan pengeluaran narkotika harus dicatat di buku register
narkotika. Dan penyimpanan resep narkotika harus terpisah dari rsep
lain.
2. Pelaporan narkotika dilakukan setiap bulan sebelum tgl 10 dan
dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota/Kab. Pelaporan melalui SIPNAP
(Sistem Informasi Pelaporan Narkotika dan Psikotropika).
3. Obat Narkotika yang rusak atau telah kadaluarsa harus dimusnahkan
dan dibuat berita acaranya. Dan berita acara tsb harus dilaporkan ke
Dinkes Kab/ Kota.
D. PENGELOLAAN PSIKOTROPIKA
UU Repblik Indonesia No. 5 tahun 2017.
Psikotropika : suatu zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan penurunan khas pada aktifitas
mental dan perilaku.
Psikotropika berdasarkan sifat ketergantungannya dibagi menjadi :
1. Golongan 1 : hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi sangat kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh : DMA, MDMA, meskalin.
2. Golongan 2 : Berkhasiat sebagai pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi
dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan, serta serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : amfetamin, metakualon,
sekobarbital.
3. Golongan 3 : Berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/
atau untuk tujuan ilmu pengetahuan, serta serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : pentobarbital, siklobarbital,
amobarbital.
4. Golongan 4 : Berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi
dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan, serta serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : alprazolam, diazepam,
clobazam, lorazepam.
Pengelolaan Sediaan Farmasi
D. PENGELOLAAN PSIKOTROPIKA
Pemesanan Psikotropik menggunakan SP Psikotropik (rangkap 3), yaitu 1
untuk apotek,satu untuk distributor dan 1 lagi untuk lampiran pengiriman.
SP ini setiap lebar dapat untuk memesan item obat. Pemesanan melalui
PBF distributor.
D. PENGELOLAAN PSIKOTROPIKA
Pemusnahan Prikotropik dilakukan Jika :
1. Berkaitan dengan tindak pidana
2. Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku.
3. Kadaluarsa (ED).
4. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan
dan atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Pengelolaan Sediaan Farmasi
E. PENGELOLAAN PREKURSOR
Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang
dapat digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan proses
produksi Industri Farmasi atau produk atara, produk rumahan dan produk
jadi yang mengadung efedrin, pseudoefedrin, norefedrin/
fenilpropanolamin, ergotamin, ergometrin, atau potassium permanganat.
H. PENGELOLAAN RESEP
Pengelolaan Resep secara umum, yaitu sbb :
• Resep yang dilayani apotek harus disimpan.
• Resep yang baru terlayani sebagian harus dibuatkan salinan resep.
Kecuali resep narkotika yang baru terlayani sebagian pasien hanya bisa
menebus di apotek yg menyimpan resep asli.
• Resep untuk narkotika dan psikotropika harus dipisah.
• Resep biasannya di bendel setiap bulan dan diurutkan dg rapi.
• Resep yang memuat informasi rahasia mengenai kesehatan pasien : harus
dirahasiakan dan hanya diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau
dokter yg merawat pasien, penderita yang bersangkutan, petugas
kesehatan atau petugas lain yg berwenang (Permenkes No 922 thn 1993
ttg Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek pasal 17).
• Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan oleh apoteker disaksikan oleh sekurang-
kurangnya petugas lain di apotek dg cara dibakar atau cara
pemusanahan lain yang dibuktikan dg berita acara oleh APA mencakup
informasi resep yang dimusnahkan resep dari tgl brp sampai tgl brp dan
berita acara dibuat rangkap 4.
Terimakasih