Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

RHEUMATOID ARTHRITIS

OLEH :

KOMANG NILA ARDIANTI

21089142030

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kumpulan
dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan
emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan
bagian dari keluarga. Didalam sebuah keluarga terdapat tujuan, tugas dan
fungsi serta peran-peran anggota keluarga. Didalam fungsi keluarga salah
satunya adalah fungsi pemenuhan kesehatan. Fungsi pemenuhan kesehatan
keluarga beberapa faktor yang dapat mempengaruhi yaitu faktor keturunan,
lingkungan pelayanan, dan perilaku dari keluarga itu sendiri dalam melakukan
pemeliharaan kesehatan guna untuk mengatasi masalah yang muncul terutama
masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang dapat terjadi pada anggota
keluarga salah satunya adalah Artritis Rheumatoid
Artritis Rheumatoid adalah penyakit inflamasi kronik dan sistematik
yang menyebabkan destruksi sendi dan deformasi serta menyebabkan
disability. Penyakit ini sering terjadi dalam 3-4 dekade ini pada lansia.
Penyebab Artritis Rheumatoid tidak diketahui, tetapi mungkin akibat penyakit
autoimun dimulai dari interfalank proksimal metakarpofalenkeal, pergelangan
tangan dan pada tahap lanjut dapat mengenai lutut dan paha (Fatimah, 2010).
Di dunia Astritis reumatoid merupakan penyakit muskuloskeletal yang
paling sering terjadi. Angka kejadian rematik pada tahun 2016 yang
dilaporkan oleh World Health Organisation (WHO) 335 juta penduduk
didunia yang mengalami rematik, yang berarti 20% penduduk dunia terserang
penyakit Astritis reumatoid, dimana 5 – 10% adalah mereka yang berusia 5 –
20 tahun dan 10% mereka yang berusia 55 tahun, artinya 1 – 6 lansia di dunia
ini menderita rematik. Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga tahun
2025 dengan indikasi lebih dari 25% akan mengalami kelumpuhan.
(WHO,2016).
Di Indonesia, Astritis reumatoid mencapai 23,6% hingga 31,3%. Angka
ini menunjukkan bahwa tingginya angka kejadian Artritis reumatoid. Menurut
hasil Riskesdas tahun 2018, untuk wilayah Sumatra Barat mencapai 7,1%.
Peningkatan jumlah populasi yang mengalami Astritis reumatoid juga terjadi
pada tahun 2018 di Bukittinggi khususnya area Puskesmas Gulai Bancah yaitu
sebanyak 441 jiwa.
Salah satu upaya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal perlu
dilakukan asuhan keperawatan keluarga khususnya keluarga dengan resiko
tinggi atau keluarga yang rentan mengalami masalah kesehatan. Dalam
memberikan asuhan keperawatan pada keluarga dilakukan pendekatan yang
digunakan adalah dengan asuhan keperawatan . Dengan pendekatan ini makan
dapat membantu petuags kesehatan khususnya perawat untuk
mengidentifikasikan masalah-masalah kesehatan didalam keluarga dan
membantu keluarga untuk mengatsi masalah kesehatan yang ditemukan.
Begitu banyak kasus rematik dan akibat yang dapat ditimbulkannnya. Untuk
itu penulis tertarik untuk membantu keluarga mengatasi masalah dengan
rematik sehingga penulis mampu dalam melakukan asuhan keperawatan
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian Rheumatoid Artritis

Rheumatoid Artritis adalah penyakit inflamasi kronik dan sistematik yang


menyebabkan destruksi sendi dan deformasi serta menyebabkan disability.
Penyakit ini sering terjadi dalam 3-4 dekade ini pada lansia. Penyebab Artritis
Rheumatoid tidak diketahui, tetapi mungkin akibat penyakit autoimun dimulai
dari interfalank proksimal metakarpofalenkeal, pergelangan tangan dan pada
tahap lanjut dapat mengenai lutut dan paha (Fatimah, 2010).

Rheumatoid Artritis adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri,


dan kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011).
Rheumatoid Artritis (RA) adalah suatu penyakit sistematik yang bersifat
progresif, yang cenderung menjadi kronik dan menyerang sendi serta jaringan
lunak. Artritis Rheumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana secara
simetris persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan
sehingga menyebabkan terjadinya pembengkakan, nyeri, dan sering kali
menyebabkan kerusakan pada bagian dalam sendi . Karakteristik artritis
rheumatoid adalah cairan sendi (sinovitis inflamatior) yang persisten, biasanya
menyerang sendi-sendi perifer dengan penyebaran yang sistematis (Junaidi,
2013).
2. Epidemiologi Rheumatoid Arthritis
Pravelensi Rheumatoid Arthritis hanya sebesar 1-2% di seluruh dunia.
Kejadian RheumatoidArthritis (RA) banyak di alami oleh wanita dibandingkan
dengan pria. Wanita yang menderita Rheumathoid Arthritis (RA) kemungkinan
60% lebih besar meninggal dunia karna tidak bisa untuk melakukan aktifitas
sehari-hari atau mengalami kelumpuhan permanen (Afriyanti, 2009).

3. Etiologi Rheumatoid Artritis


Penyebab Artritis Rheumatoid belum diketahui dengan pasti. Namun
kejadiannya dikorelasikan dengan interaksi yang kompleks antara faktor
genetik dan lingkungan (Suarjana, 2009).
a. Genetik, berupa hubungan dengan HLH-DRBI dan faktor ini
memiliki angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60%
( Suarjana, 2009).
b. Hormon sex, perubahan profil hormon berupa stimulasi dari
Plasental kortikotraonim Releasing Hormone yang mensekresi
dehidropiandrosteron (DHEA), yang merupakan substrat penting
dalam sintesis esterogen plasenta. Dan stimulasi esterogen dan
proggesteron pada respon imun humoral ( TH2) dan menghambat
respon imun selular ( TH1). Pada RA respon TH1 lebih dominan
sehingga estrogen dan progresteron mempunyai efek yang
berlawanan terhadap perkembangan penyakit ini ( Suarjana,
2009).
c. Faktor infeksi, beberapa agen infeksi diduga bisa seinduk semang
(host) dan merubah reakrifitas atau respon sel T sehingga muncul
timbulnya penyakit RA (Suarjana, 2009).
d. HeatShockProtein (HSP) Merupakan protein yang diproduksi
sebagai respon terhadap stress. Protein ini mengandung untaian
( sequence) asam amino homolog. Diduga terjadi fenomena
kemiripan molekul dimana antibodi dan sel T mengenali epitok
HSP Pada agen infeksi dan sel Host. Sehingga bisa mencetuskan
terjadinya reaksi silang Limposit dengan sel Host sehingga
mencetuskan reaksi imunologis ( Suarjana,2009).

4. Patofisiologi Rheumatoid Artritis


Pemahaman mengenai anatomi normal dan fisiologi persendian
diartrodial atau sivovyal merupakan kunci untuk memahami patofisiologi
penyakit reumatik fungsi persendian sinovial memiliki kisaran gerak tertentu
kendati masing-masing orang tidak mempunyai kisaran gerak yang sama pada
sendi-sendi yang dapat digerakkan pada sendi sinovial yang normal kartilago
artikular membungkus ujung tulang pada sendi dan menghasilkan perkumaan
yang licin serta ulet untuk digerakkan. Membran sinovial melapisi dinding
dalam kapsula fibrosa dan mengsecresi cairan kedalam ruang antar tulang.
Fungsi dari cairan sinovial ini yaitu peredam kejut (syok absorber) dan
pelumas yang memungkinkan sendi untuk beregrak secara bebas dalam arah
yang tepat sebaliknya, pada penyakit rematik degeneratif dapat terjadi proses
inflamasi yang sekunder sinovitis ini biasanya lebih ringan serta
menggambarkan suatu prose reaktif, dan lebih besar kemungkinannya untuk
terlihat penyakit lanjut, pelepasan ptoteoglikan tulang rawan yang bebas dari
kartilago artikuler yang mengalami degenerasi dapat berhubungan dengan
sinovitis kendati faktor-faktor imunologi dapat pula terlibat (Smelzer dan Bare,
2002).
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis RA dibagi menjadi 2 kategori yaitu manifestasi
artikular dan manifestasi ekstraartikular . Manifestasi artikular dibagi menjasi
2 kategori , yaitu gejala inflamasi akibat aktivitas sinovitis yang bersifat
reversibel dan gejala akibat kerusakan struktur persendian yang bersifat
ireversibel. Sinovitis merupakan kelainan yan umumnya bersifat reversibel
dan dapat diatasi dengan pengobatan medikamentosa atau pengobatan non
surgical lainnya (Shah and Clair, 2012). Gejala klinis yang berhubungan
dengan aktivitas sinovitis adalah kaku pagi hari . Beberapa aspek lain yang
berhubungan dengan sendi yaitu (Suarjana, 2009) : Manifestasi ektraartikular
pada RA meliputi (Shah AND Clair, 2012):
a. Vertebrata Servikalis , merupakan segmen yang sering terlibat
pada RA. Proses imflamasi ini melibatkan persendian diatrodial
yang tidak tampak oleh pemeriksaan . Gejala ini umunya
bermanifestasi sebagai kekakuan pada selutuh segmen leher
disertai dengan berkurangnya lingkup gerak sendi secara
menyeluruh.
b. Gelang bahu , pergelangan gelang bahu akan mengurangi lingkup
gerak sendi gelang bahu .
c. Kaki dan pergelangan kaki, keterlibatan persendian metatarsop
halangeal (MTP) , telonavikularis dan pergelangan kaki
merupakan gambaran yang khas pada RA .
d. Tangan keterlibat persendian pergelangan tangan metacarphop
halangeal (MCP) , dan proximal inerphalangeal (PIP) hampir
seluruh dijumpai pada RA .

Konstitusional , 100% terjadi pada pasien RA engan ditandai adanya


penururnan berat badan , demam >38,30C , kelelahan dan pada banyak kasus
sering terjadi kaheksia (malnutrisi) yang secara umum merefleksi derajat
imflamasi dan biasanya mendahului terjadinya gejala awal kerusakan sendi .
a. Nodul , merupakan level tertinggi pada penyakit ini dan terjadi
30-40% pada penderita.
b. Sjogren’ssyndrome , terjadi hanya 10% pasien dengan ditandai
dengan adanya keratoconjutivitas sicca (dry eyes).
c. Vaskulitis , hanya terjadi

6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penjungan ini tidak banyak berperan dalam diagnosis
artritis rheumatoid , pemeriksaan laboratorium mungkin dapat sedikit
membantu untuk melihat prognosis pasien , seperti :
a. Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) akan meningkat.
b. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien artritis
reumatoid terutama bila masih aktif . Sisanya dapat dijumpai pada
pasien lepra , TB paru , sirosis hepatis , penyakit kolagen dan
sarkoidosis.
c. Leukosit normal atau meningkat sedikit
d. Trombosit meningat
e. Kadar albumin serum trurun dan globulin
f. Jumlah sel darah merah dsn komplremen C4 menurun
g. Protein C-reaktif dan antibodi antiukleus (ANA) biasanya positif
h. Laju sedimentasi eritrosit meningkat menunjukan inflamasi
i. Tes aglutinasi lateks menunjukan kadar igC atau igM (faktor mayor
dari rheumatoid ) tinggi . Makin tinggi iter , maka makin berat
penyakitnya
j. Pemerikasaan sinar-X dilakukan untuk membantupenegakkan
diganosa dan memantau perjalanan penyakit. Foto rontgen men
unjukan erosi tulang yang khas terjadi kemudian dalam perjala nan
penyakit tersebut (Rosyidi, 2013).

7. Komplikasi
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan
ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti
imflamasi non steroid (OAINS) atau obat pengubah jalan penyakit DMARD
(disease modifying antirheumatoid drugs) yang menjadi faktor penyebab
mortalitas utama pada artritis rheumatoid. Komplikasi saraf yang terjadi tidak
memberikan gambaran yang jelas, sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi
artikular dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat
ketidakstabilan vertebrata servikal dan neuropati siskemik vaskulitis
(Mansjoer, 1999).

8. Penatalaksanaan gastritis

Tujuan utama penatalaksanaan rheumatoid arthritis adalah remisi


dengan menekan aktivitas penyakit sepenuhnya melalui penatalaksanaan
sinovitis, menghilangkan nyeri, menjaga kemampuan fungsional,
meningkatkan kualitas hidup, meminimalisir kejadian tidak diinginkan, serta
memberikan tata laksana yang efektif. Tujuan utama dari program
penatalkasanaan adalah perawatan sebagai berikut :
1. Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan.
2. Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal
dari penderita.
3. Untuk mencegah dan atau memperbaiki defporitas yang terjadi
pada sendi.
4. Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada
orang lain.
a. Keperawatan
1. Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian, patofisiologi,
(perjalanan penyakit), penyebab dan perkiraan perjalanan (prognosis)
penyakit ini, semua komponen program penatalkansanaan termasuk
regimen obat yang kompleks, sumber bantuan untuk mengatasi
penyakit ini dan metode efektif tentang penatalksanaan yang diberikan
oleh tim kesehatan. Proses pendidikan ini harus di lakukan secara terus-
menerus.
2. Istirahat , Merupakan hal penting karena rematik biasanya disertai rasa
lelah yang hebat . Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap
hari , tetapi ada masa dimana penderita merasa lebih baik atau lebih
berat. Penderita harus membagi waktu seharinya menjadi beberapa kali
waktu beraktivitas yang diikuti oleh masa istirahat .
3. Latihan Fisik dan Fisioterapi, Latihan spesifik dapat bermanfaat dalam
memperthankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif dan
pasif pada semua sendi yang sakit, sedikitnya dua kali sehat. Obat
untuk menghilangkan nyeri diperlukan sebelum memulai latihan.
Kompres panas pada sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat
mengurangi nyeri. Latihan yang berlebihan dapat merusak struktur
penunjang sendi yang memang sudah lemah oleh adanya penyakit.
b. Medis
1. Penggunaan OAINS
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) umunya diberikan pada
penderita AR sejak dini penyakit yang dimaksudkan untuk mengatasi
nyeri sendi akibat inflamasi yang sering kali dijumpai, walaupun belum
terjadi proliferasi sinovial yang bermakna. Selain dapat mengatasi
inflamasi, OAINS juga memberikan efek analgetik yang sangat baik .
OAINS terutama bekerja menghambat enzim siklooxygenase sehingga
menekan sintesi progtaglandin masih belum jelas apakah hambatan
enzim siklooxygenase juga berperan dalam hal ini , akan tetapi jelas
bahwa OAINS bekerja dengan cara :
a. Memungkinkan stabilitas membran lisosomal.
b. Menghambat pembesaran dan aktivitas mediator imflamasi
(histamin, serotoin, enzim lisosomal dan enzim lainnya).
c. Menghambat migrasi sel ke tempat peradangan
d. Menghambat proliferasi seluler
e. Menetralisirkan radikal oksigen
f. Menekan rasa nyeri
2. Pengunaan DMARD
Terdapat dua cara pendekatan pemberian DMARD pada
pengobatan penderita AR. Cara pertama adalah pemberian DMARD
tunggal yang dimulai dari saat yang sangat dini, pendekatan ini
didasarkan pada pemikiran bahwa destruksi sendi pada AR terjadi pada
masa dini penyakit. Cara pendekatan lain adalah dengan menggunakan
dua atau lebih DMARD secara stimultan atau secara siklik seperti
penggunaan obat-obatan imunosuprensif pada pengobatan penyakit
keganasan, digunakan untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari
proses estruksi akibat artiris rheumatoid. Beberapa jenis DMARD yang
lazim digunakan untuk pengobatan AR adalah :
a. Klorokuin : Dosis anjurkan klorokuin fosfat 250mg/hari
hidrosiklorokuin 400mg/hari. Efek samping bergantung pada
dosis harian, berupa penurunan ketajaman penglihatan,
dermatitis, makulopapular, nausea, diare, dan anemia
hemolitik.
b. Sulfazalazine : Untuk pengobatan AR sulfazalazine dalam
bentuk euteric coated tabelet digunakan mulai dari dosis 1x500
mg/hari, untuk kemudian ditingkatkan 500mg setiap minggu
sampai mencapai dosis 4x500mg. Setelah remisi tercapai
dengan dosis 2g/hari, dosis diturunkan kembali sehingga
mencapai 1g/hari untuk digunakan dalam jangka panjang
sampai remisi sempurna terjadi.
c. Dpeicillamine : Dalam pengobatan AR. DP (Cuprimin 250mg
Trolovol 300mg) digunakan dalam dosis 1x250mg sampai
300mg/hari kemudian dosis ditingkatkan setiap dua sampai 4
minggu sebesar 250 sampai 300 mg/hari untuk mencapai dosis
total 4x250 sampai 300mg/hari.
3. Operasi
Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil
serta terdapat alasan yang cukup kuat, dapat dilakukan pengobatan
pembedahan. Jenis pengobatan ini pada pasien AR umumnya bersifat
ortopedik, misalnya sinovektoni, artrodesis, total hip replacement,
memperbaiki deviasi ulnar, dan sebagainya.

B. Konsep Terapi Akupresur


1. Definisi Terapi Akupresur
Akupresur merupakan pengobatan tradisional yang berasal dari Jepang
dan telah berkembang di Asia lebih dari 5000 tahun yang lalu. Akupresur
memiliki prinsip kerja sama dengan akupuntur dengan menstimulasi 14 sistem
meridian untuk bioenergi di dalam tubuh antara yin, yang dan qi (chee).
Setiap meridian memiliki 400 sampai 500 titik saluran energi yang
berhubungan dengan organ dalam serta sistem tertentu yang berfungsi sebagai
katup yang menyalurkan energi pada seluruh tubuh. Energi yang tersalurkan
akan mempengaruhi emosi serta cara berfikir. Cara kerja akupresur adalah
dengan mengidentifikasi suatu penyakit berdasarkan titiktitik akupresur atau
acupoint yang berada di saluran meridian. Dengan memijat titik-titik tersebut
akan menyeimbangkan aliran energi sehingga dapat mengurangi atau
menghilangkan rasa sakit (Murdiyanti, 2019).
Akupresur merupakan terapi tusuk jari dengan memberikan penekanan
dan pemijatan pada titik tertentu pada tubuh yang didasarkan pada prinsip
ilmu akupunktur. Akupresur merupakan tindakan yang mudah dilakukan dan
memliki banyak keuntungan. Akupresur sangat praktis karena dengan
sentuhan memiliki keajaiban tersendiri yang sangat berguna untuk
menghilangkan rasa lelah pada tubuh, memperbaiki sirkulasi darah,
merangsang tubuh untuk mengeluarkan racun. Penekanan ujung-ujung jari
tangan pada daerah tertentu dipermukaan kulit yang berdampak postif
terhadap kondisi fisik, mental dan sosial (Yuyun, 2020).

2. Manfaat Akupresur
Akupresur dapat dimanfaatkan untuk pencegahan penyakit,
penyembuhan, rehabilitasi, menghilangkan rasa sakit, serta mencegah
kekambuhan penyakit. Di dalam tubuh manusia terdapat 12 (dua belas)
meridian umum dan 2 (dua) meridian istimewa yang mewakili organ-organ
dalam tubuh, yang dapat dimanipulasi untuk melancarkan energi (qi),
sehingga tubuh menjadi seimbang/sehat. Menurut (Kementerian Kesehatan
RI, 2015), menjelaskan bahwa akupresur dapat digunakan untuk
meningkatkan stamina tubuh, melancarkan peredaran darah, memperbaiki
kualitas tidur serta mengurangi stres atau menenangkan pikiran.

3. Prosedur terapi akupresur


Langkah-langkah terapi akupresur (Murdiyanti, 2019)
1. Alat yang dibutuhkan
a) Easy Touch GCU
b) Minyak zaitun
c) Lembar observasi kadar asam urat
d) Tisue Basah dan kering
e) Matras
2. Pre interaksi
a) Persiapkan alat yang diperlukan
b) Cuci tangan
3. Tahap orientasi
a) Beri salam, panggil responden dengan namanya, dan perkenalkan
diri (untuk pertemuan pertama)
b) Menanyakan keluhan atau kondisi responden
c) Jelaskan tujuan, prosedur, dan lainnya tindakan hal yang perlu
dilakukan oleh pasien selama terapi akupresur dilakukan
d) Berikan kesempatan pada pasien atau keluarga untuk bertanya
sebelum terapi dilakukan
e) Lakukan pengkajian untuk mendapatkan keluhan dan kebutuhan
komplementer yang diperlukan
4. Tahap kerja

a) Jaga privasi pasien dengan menutup tirai

b) Siapkan alat dan bahan seperti matras, minyak zaitun, tissue basah &
kering
c) Atur posisi klien dengan memposisikan pada posisi terlentang
(supinasi), duduk dengan tangan bertumpu dimeja, berbaring miring,
atau tengkurup dan berikan alas
d) Pastikan klien dalam keadaan rileks dan nyaman

e) Bantu melepaskan pakaian klien atau aksesoris yang dapat menghambat


tindakan akupresur yang akan dilakukan, jika perlu

f) Cuci tangan

g) Kaji keluhan pasien

h) Bersihkan telapak kaki klien dengan tissue basah

i) Keringkan telapak kaki klien dengan tissue kering

j) Tuangkan minyak zaitun ke tangan secukupnya

k) Massage ringan kaki klien untuk melemaskan otot-otot kaki agar tidak
kaku

l) Cari titik-titik rangsangan yang ada di tubuh, menekannya hingga


masuk ke sistem saraf. Akupresur hanya memakai gerakan tangan dan
jari, yaitu teknis tekan putar, tekan titik, dan tekan lurus .
m) Mulai melakukan akupresur pada titik GB34 lakukan tekanan selama 2
menit
n) Mulai melalukan akupresur pada titik LI 4 lakukan tekanan selama 2
menit
o) Mulai melalukan akupresur pada titik LI 11l akukan tekanan selama
2 menit

p) Mulai melakukan akupresur pada titik ST 36 lakukan tekanan selama 2


menit
q) Setelah titik ditemukan, oleskan minyak secukupnya pada titik tersebut
untuk memudahkan melakukan pemijatan atau penekanan dan
mengurangi nyeri lecet ketika penekanan dilakukan.
r) Lakukan pemijatan atau penekanan menggunakan jempol tangan atau
jari lain dengan 30 kali pemijatan atau pemutaran searah jarum jam
untuk menguatkan dan 40-60 kali pemijatan atau putaran ke kiri untuk
melemahkan. Pemijatan dilakukan pada masing-masing bagian tubuh
(kiri dan kanan) kecuali pada titik yang terletak dibagian tengah.
5. Terminasi

a) Beritahu responden bahwa tindakan sudah selesai dilakukan, rapikan


klien kembali ke posisi yang nyaman
b) Evaluasi perasaan klien

c) Berikan reinforcement positif kepada pasien dan berikan air putih 1


gelas

d) Rapikan alat dan cuci tangan

6. Hasil

a) Evaluasi hasil kegiatan dan respon klien setelah tindakan

b) Lakukan kontrak untuk terapi selanjutnya

c) Akhiri kegiatan dengan cara yang baik

7. Dokumentasi

a) Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal, dan jam pelaksana

b) Catat hasil tindakan (respon subjektif dan objektif)

c) Dokumentasi tindakan dalam bentuk SOP

1. Tujuan Akupresur

Teknik pengobatan akupresur bertujuan untuk membangun kembali sel-sel


dalam tubuh yang melemah serta mampu membuat system pertahanan dan
meregenerasi sel tubuh. Umumnya penyakit berasal dari tubuh yang teracuni,
sehingga pengobatan akupresur memberikan jalan keluar meregenerasikan
sel-sel agar daya tahan tubuh kuat untuk mengurangi sel-sel abnormal.
Acupoint dan gambar Letak anatomis Tehnik stimulasi

Terletak sedikit Dilakukan penekana


lebih bawah pada titik tersebut dan
tingkat bawah dilakukan bekam
pada tempurung
lutut, disisi luar
kaki dalam
sedikit depresi
yang berbentuk
ketika lutut
benar-benar
lurus

Hegu (LI 4) Titik ini terletak Dilakukan teknik


di pertengahan penekanan pada titik
sisi radial tulang tersebut
metacarpal II
dan bagian atas
manus.
Terletak di Dilakukan
lipatan luar siku. penekanan/penusukan
jarum di LI 11 secara
tegak lurus 1,5 cun

Zusanli (ST 36) Di bawah lutut, Penusukan jarum pada


3 cun di bawah St 36 Zusanli secara
Dubi St 35, 1 tegak lurus 1 – 1,5 cun
jari disamping
luar krista/Crest
tulang
tibia/tulang
kering
C. Perbandingan teori standar dan intervensi klinik

Teori Standar Intervensi Klinik

Pada teori titik akupoint yang diambil Pada saat dilapangan akupoint yang
untuk pasien Rheumatoid Arthritis diambil untuk pasien Rheumatoid
dijelaskan bahwa titik yang diambil Arthritis adalah titik Zusanli ( St 36),
untuk terapi akupuntur adalah titik Yanglingquan (GB 34),
Zusanli ( St 36), Yanglingquan (GB Hegu (LI 4) dan terdapat titik
34),
tambahan di titik LI 11. pada terapi
Hegu (LI 4) . pada terapi akupuntur
akupuntur dilakukan selama 10-20
dilakukan selama 10-15 menit.
menit.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Rheumatoid Arthritis adalah penyakit sendi yang terjadi pada cartilago

(tulang rawan) yang ditandai dengan timbulnya nyeri saat terjadi penekanan

sendi yang terkena. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

Rheumatoid Arthritis yaitu faktor-faktor resiko mekanik yang meliputi usia,

jenis kelamin, genetik sedangkan faktor-faktor resiko biomekanik meliputi

cidera, trauma dan pekerjaan. Pada teori di jelaskan bahwa titik akupoint yang

diambil untuk pasien Rheumatoid Arthritis dijelaskan bahwa titik yang

diambil untuk terapi akupuntur adalah titik Zusanli ( St 36), Yanglingquan

(GB 34),Hegu (LI 4). pada terapi akupuntur dilakukan selama 10-15 menit.

Sedangkan pada saat di lapangan akupoint yang diambil untuk pasien

Rheumatoid Arthritis adalah titik Zusanli ( St 36), Yanglingquan (GB 34),

Hegu (LI 4) dan terdapat titik tambahan di titik LI 11. pada terapi akupuntur

dilakukan selama 10-20 menit.


B. Saran

1. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan kepada institusi pendidikan agar menambah referensi tentang

buku keperawatan Rheumatoid Arthritis, keperawatan komplementer, dan

asuhan keperawatan komplementer secara teoritis.

2. Bagi tempat praktik

Disarankan bagi pihak klinik untuk tetap menjaga dan memberikan

pelayanan yang baik terhadap pasien dan keluarga yang datang seperti yang

sudah dilakukan saat ini.

3. Bagi pasien dan keluarga pasien

Disarankan keluarga mampu memberikan perawatan yang baik dirumah,


juga untuk terus memperhatikan saran dari klinik guna untuk kesembuhan
pasien, serta mampu membantu dalam melakukan minum obat agar sesuai
dengan dosis dan waktu yang telah di anjurkan.
DAFTAR PUSTAKA

Adellia, 2010. Libas Rematik Dan Nyeri Otot Dari Hidup Anda. Yoygyakarta :
Briliant Books.

Fatimah, 2010. Merawat Lanjut Usia. Jakarta : Trans Info Media.

Mansjoer, Arif, dkk. 1999, Kapital Selekta Kedokteran. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Junaidi.I, 2013. Rematik Dan Asam Urat. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer.
Dokumentasi Kegiatan

Anda mungkin juga menyukai