OLEH :
2. Etiologi
Etiologi Reumatoid Atritis (RA) belum diketahui dengan pasti. Namun,
kejadiannya dikorelasikan dengan interaksi yang kompleks antara faktor
genetik dan lingkungan (Rina, 2017) :
a. Faktor genetik, berupa hubungan dengan gen HLA-DRB1 dan faktor ini
memiliki angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60%.
b. Faktor endokrin, perubahan profil hormon berupa stimulasi dari
Placental Corticotraonin Releasing Hormone yang mensekresi
dehidropiandrosteron (DHEA), yang merupakan substrat penting dalam
sintesis estrogen plasenta, dan stimulasi esterogen dan progesteron pada
respon imun humoral (TH2) dan menghambat respon imun selular
(TH1). Pada Reumatoid Atritis (RA) respon TH1 lebih dominan
sehingga estrogen dan progesteron mempunyai efek yang berlawanan
terhadap perkembangan penyakit ini.
c. Faktor Infeksi, beberapa agen infeksi (streptokokus hemolitikus dan
streptokokus non-hemolitikus) diduga bisa menginfeksi sel induk
semang (host) dan merubah reaktivitas atau respon sel T sehingga
muncul timbulnya penyakit Reumatoid Atritis (RA).
d. Faktor autoimun, pada saat ini Reumatoid Atritis (RA) diduga
disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi
terhadap kolagen tipe II, faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena
virus dan organisme mikroplasma atau grup difterioid yang
menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.
e. Heat Shock Protein (HSP), merupakan protein yang diproduksi sebagai
respon terhadap stres. Protein ini mengandung untaian (sequence) asam
amino homolog. Diduga terjadi fenomena kemiripan molekul dimana
antibodi dan sel T mengenali epitop HSP pada agen infeksi dan sel Host.
Sehingga bisa menyebabkan terjadinya reaksi silang Limfosit dengan
sel Host sehingga mencetuskan reaksi imunologis.
f. Faktor Lingkungan, salah satu contohnya adalah merokok.
3. Manifestasi Klinis
Jika pasien Reumatoid Atritis (RA) pada lansia tidak diistirahatkan, maka
penyakit ini akan berkembang menjadi empat tahap (Syaifudin, 2018):
a. Terdapat radang sendi dengan pembengkakan membran sinovial dan
kelebihan produksi cairan sinovial. Tidak ada perubahan yang bersifat
merusak terlihat pada radiografi. Bukti osteoporosis mungkin ada.
b. Secara radiologis, kerusakan tulang pipih atau tulang rawan dapat
dilihat. Pasien mungkin mengalami keterbatasan gerak tetapi tidak ada
deformitas sendi.
c. Jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus, sehingga
mengurangi ruang gerak sendi. Ankilosis fibrosa mengakibatkan
penurunan gerakan sendi, perubahan kesejajaran tubuh, dan deformitas.
Secara radiologis terlihat adanya kerusakan kartilago dan tulang.
d. Ketika jaringan fibrosa mengalami kalsifikasi, ankilosis tulang dapat
mengakibatkan terjadinya imobilisasi sendi secara total. Atrofi otot
yang meluas dan luka pada jaringan lunak seperti medula-nodula
mungkin terjadi.
Pada lansia Reumatoid Atritis (RA) dapat digolongkan ke dalam tiga
kelompok, yaitu (Syaifudin, 2018):
a. Kelompok 1
Reumatoid Atritis klasik. Sendi-sendi kecil pada kaki dan tangan
sebagian besar terlibat. Terdapat faktor reumatoid, dan nodula-nodula
reumatoid yang sering terjadi. Penyakit dalam kelompok ini dapat
mendorong ke arah kerusakan sendi yang progresif.
b. Kelompok 2
Termasuk ke dalam klien yang memenuhi syarat dari American
Rheumatologic Association untuk Reumatoid Atritis karena mereka
mempunyai radang sinovitis yang terus-menerus dan simetris, sering
melibatkan pergelangan tangan dan sendi-sendi jari.
c. Kelompok 3
Sinovitis terutama memengaruhi bagian proksimal sendi, bahu dan
panggul. Awitannya mendadak, sering ditandai dengan kekuatan pada
pagi hari. Pergelangan tangan pasien sering mengalami hal ini, dengan
adanya bengkak, nyeri tekan, penurunan kekuatan genggaman, dan
sindrome karpal tunnel. Kelompok ini mewakili suatu penyakit yang
dapat sembuh sendiri yang dapat dikendalikan secara baik dengan
menggunakan prednison dosis rendah atau agens anti-inflamasi dan
memiliki prognosis yang baik.
4. Prognosis
Pada penderita Reumatoid Atritis (RA) yang berat akan terjadi
benjolan atau pembengkakakn di daerah sendi. Benjolan rematik ini jarang
dijumpai pada penderita-penderita Reumatoid Atritis (RA) jenis ringan.
Disamping hal-hal yang disebutkan di atas gambaran anemia pada penderita
Reumatoid Atritis (RA) bukan disebabkan oleh karena kurangnya zat besi
pada makanan atau tubuh penderita. Hal ini timbul akibat pengaruh
imunologik, yang menyebabkan zat-zat besi terkumpul pada jaringan limfe
dan sistema retikulo endotelial, sehingga jumlahnya di daerah menjadi
kurang. Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gratitis
dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti-
inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit
(desease modifying antiremathoid drugs (DMARD)) yang menjadi faktor
penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada Reumatoid Atritis (RA).
Komplikasi saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran jelas, sehingga
sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik. Umumnya
berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan
neuropati iskemik akibat vasculitis (Rysti, 2018).
5. Patofisiologi
Kerusakan sendi yang dialami oleh penderita Reumatoid Atritis
(RA) dimulai dari adanya faktor pencetus, yaitu berupa autoimun atau
infeksi, dilanjutkan dengan adanya poliferasi makrofag dan fibroblas
sinovial. Limfosit menginfiltrasi daerah perivaskular dan terjadi proliverasi
sel-sel endotel, yang mengakibatkan terjadinya neovaskularisasi. Pembuluh
darah pada sendi yang terlibat mengalami oklusi oleh bekuan-bekuan kecil
atau sel-sel inflamasi. Prostaglandin E2 (PGE2) memiliki efek vasodilator
yang kuat dan dapat merangsang terjadinya resorpsi tulang osteoklastik
dengan bantuan IL-1 dan TNF-b. Rantai peristiwa imunologis ini
sebenarnya akan terhenti bila antigen penyebab dapat dihilangkan dari
lingkungan tersebut. Akan tetapi pada artritis reumatoid, antigen atau
komponen antigen umumnya akan menetap pada struktur persendian,
sehingga proses destruksi sendi akan berlangsung terus. Tidak terhentinya
destruksi persendian pada artritis reumatoid kemungkinan juga disebabkan
oleh terdapatnya faktor reumatoid. Faktor reumatoid adalah suatu auto-
antibodi terhadap epitop fraksi Fc IgG yang dijumpai pada 70-90 % pasien
artritis reumatoid.
Faktor reumatoid akan berikatan dengan komplemen atau
mengalami agregasi sendiri, sehingga proses peradangan akan berlanjut
terus. Pengendapan kompleks imun juga menyebabkan terjadinya
degranulasi mast cell yang menyebabkan terjadinya pembebasan histamin
dan berbagai enzim proteolitik serta aktivasi jalur asam arakidonat.
Masuknya sel radang ke dalam membran sinovial akibat pengendapan
kompleks imun menyebabkan terbentuknya pannus yang merupakan
elemen yang paling destruktif dalam patogenesis artritis reumatoid. Pannus
merupakan jaringan granulasi yang terdiri dari sel fibroblas yang
berproliferasi, mikrovaskular dan berbagai jenis sel radang. Secara
histopatologis pada daerah perbatasan rawan sendi dan pannus terdapatnya
sel mononukleus, umumnya banyak dijumpai kerusakan jaringan kolagen
dan proteoglikan.
Pathway
Pannus
Kartilago nekrosis
Infiltrasi dalam os. subcondria
Erosi kartilago
Hambatan nutrisi pada
kartilago artikularis
Ankilosis fibrosis
7. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien
Reumatoid Atritis (RA) adalah (Masyeni, 2018) :
a. Tes faktor rheumatoid positif, antinuclear antibody (ANA), posotif
bermakna pada sebagian penderita.
b. LED naik pada penyakit aktif : Umumnya meningkat pesat ( 80 – 100
mm/h) mungkin kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkat
seperti anemia, albumin serum rendah dan fosfatase alkali meningkat.
c. Rontgen menunjukkan erosi terutama pada sendi – sendi tangan, kaki
dan pergelangan pada stadium dini dan kemudian berlanjut pada tiap
sendi.
d. Kelainan destruktif yang progresif pada sendi dan disorganisasi pada
penyakit yang berat.
e. Kadar asam urat lebih dari 7 mg/dl.
8. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan pada Reumatoid Atritis (RA) adalah (Rina,
2018) :
a. Memberikan Pendidikan
Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian tentang patofisiologi,
penyebab dan prognosis penyakit termasuk komponen penatalaksanaan
regimen obat yang kompleks. Pendidikan tentang penyakit ini kepada
pasien, keluarga dan siapa saja yang berhubungan dengan pasien.
Pendidikan pencegahan yang diberikan pada klien berupa istirahat yang
cukup, gunakan kaos kaki atau sarung tangan sewaktu tidur malam,
kurangi aktivitas yang berat secara perlahan – lahan.
b. Istirahat
Sangat penting karena Reumatoid Atritis (RA) biasanya disertai rasa
lelah yang hebat. Oleh karena itu, pasien harus membagi waktu istirahat
dan beraktivitas.
c. Latihan Fisik
Dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini
mencakup gerakan aktif dan pasif semua sendi yang sakit, minimalnya
2x sehari.
d. Termotrafi
Lakukan kompres panas pada sendi – sendi yang sakit dan bengkak
mungkin dapat mengurangi nyeri.
e. Gizi
Pemenuhan gizi pada Reumatoid Atritis (RA) adalah untuk mencapai
dan mempertahankan status gizi yang optimal serta mengurangi
peradangan pada sendi. Adapun syarat – syarat diet Reumatoid Atritis
(RA) adalah protein cukup, lemak sedang, cukup vitamin dan mineral,
cairan disesuaikan dengan urine yang dikeluarkan setiap hari. Rata – rata
asupan cairan yang dianjurkan adalah 2 – 2 ½ L/hari, karbohidrat dapat
diberikan lebih banyak yaitu 65 – 75% dari kebutuhan energi total.
9. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan Medik pada Reumatoid Atritis (RA) adalah sebagai
berikut (Widayanti, 2017) :
a. Penggunaan OAINS
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) umum nya diberikan pada
penderita AR sejak masa dini penyakit yang dimaksudkan untuk
mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang seringkali dijumpai
walaupun belum terjadi proliferasi sinovial yang bermakna. Selain dapat
mengatasi inflamasi, OAINS juga memberikan efek analgesik yang
sangat baik. OAINS terutama bekerja dengan menghambat enzim
siklooxygenase sehingga menekan sintesis prostaglandin. Masih belum
jelas apakah hambatan enzim lipooxygenase juga berperanan dalam hal
ini, akan tetapi jelas bahwa OAINS berkerja dengan cara:
1) Memungkinkan stabilisasi membran lisosomal.
2) Menghambat pembebasan dan aktivitas mediator inflamasi
(histamin, serotonin, enzim lisosomal dan enzim lainnya).
3) Menghambat migrasi sel ke tempat peradangan.
4) Menghambat proliferasi seluler.
5) Menetralisasi radikal oksigen.
6) Menekan rasa nyeri
b. Penggunaan DMARD
Terdapat terdapat dua cara pendekatan pemberian DMARD pada
pengobatan penderita AR. Cara pertama adalah pemberian DMARD
tunggal yang dimulai dari saat yang sangat dini. Pendekatan ini
didasarkan pada pemikiran bahwa destruksi sendi pada AR terjadi pada
masa dini penyakit. Cara pendekatan lain adalah dengan menggunakan
dua atau lebih DMARD secara simultan atau secara siklik seperti
penggunaan obat obatan imunosupresif pada pengobatan penyakit
keganasan. digunakan untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari
proses destruksi akibat artritis reumatoid. Beberapa jenis DMARD yang
lazim digunakan untuk pengobatan AR adalah:
1) Klorokuin : Dosis anjuran klorokuin fosfat 250 mg/hari
hidrosiklorokuin 400 mg/hari. Efek samping bergantung pada dosis
harian, berupa penurunan ketajaman penglihatan, dermatitis
makulopapular, nausea, diare, dan anemia hemolitik.
2) Sulfazalazine : Untuk pengobatan AR sulfasalazine dalam
bentukenteric coated tablet digunakan mulai dari dosis 1 x 500 mg /
hari, untuk kemudian ditingkatkan 500 mg setiap minggu sampai
mencapai dosis 4 x 500 mg. Setelah remisi tercapai dengan dosis 2
g / hari, dosis diturunkan kembali sehingga mencapai 1 g /hari untuk
digunakan dalam jangka panjang sampai remisi sempurna terjadi.
3) D-penicillamine : Dalam pengobatan AR, DP (Cuprimin 250 mg
atau Trolovol 300 mg) digunakan dalam dosis 1 x 250 sampai 300
mg/hari kemudian dosis ditingkatkan setiap dua sampai 4 minggu
sebesar 250 sampai 300 mg/hari untuk mencapai dosis total 4 x 250
sampai 300 mg/hari.
c. Operasi
Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil serta
terdapat alasan yang cukup kuat, dapat dilakukan pengobatan
pembedahan. Jenis pengobatan ini pada pasien AR umumnya bersifat
ortopedik, misalnya sinovektoni, artrodesis, total hip replacement,
memperbaiki deviasi ulnar, dan sebagainya.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1) Biodata
Pengkajian disini meliputi nama, umur, alamat, jenis kelamin, tempat
tinggal, agama status pernikahan, pekerjaan.
2) Keluhan utama
Biasanya keluhan yang muncul pada penderita yang mengalami
Reumatoid Atritis (RA) yaitu nyeri pada persendian.
3) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya pada saat dilakukan pengkajian pasien masih mengeluh nyeri
pada sendi terutama lutut dan pergelangan kaki, nyeri akan semakin
bertambah apabila dibawa berjalan.
4) Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penyakit Reumatoid Atritis (RA) ini adalah penyakit yang
menahun yang sudah lama dialami pasien
5) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit Reumatoid Atritis (RA) ini adalah penyakit
keturunan yang sering dan umum sering diderita oleh kelompok lanjut
usia.
6) Pola fungsi kesehatan gordon
Adapun pengkajian pada pasien hipertensi adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk
dengan stres pada sendi, kekakuan pada pagi hari,
biasanya terjadi bilateral dan simetris. Limitasi
fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu
senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda : Malaise keterbatasan rentang gerak, atrofi otot, kulit,
kontraktor/ kelaianan pada sendi.
b. Sirkulasi
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (misalnya :
pucat intermitten, sianosis, kemudian kemerahan
pada jari sebelum warna kembali normal).
c. Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis : finansial,
pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor
hubungan. Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi
ketidakmampuan). Ancaman pada konsep diri, citra
tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan
pada orang lain).
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu
e. Makanan/Cairan
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/
mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat: mual,
anoreksia, kesulitan untuk mengunyah.
Tanda : Penurunan berat badan, kekeringan pada membran
mukosa.
f. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya
sensasi pada jari tangan.
Tanda : Pembengkakan sendi simetris.
g. Nyeri/Ketidak nyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi ).
h. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas
perawatan pribadi. Ketergantungan.
i. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Lesi
kulit, ulkus kaki. Kesulitan dalam ringan dalam
menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.
Demam ringan menetap Kekeringan pada meta dan
membran mukosa.
Skore Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen ( BAK atau BAK ), berpindah, ke
kamar kecil, mandi dan berpakian
B Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, dan satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakian, dan satu fungsi
tambahan
E Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakian, kekamar kecil dan
satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakian, kekamar kecil,
berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Lain- Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan
Lain sebagai C,D,E atau F
Keterangan :
Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan efektif dari
orang lain, seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap
tidak melakukan fungsi meskipun dia dianggap mampu
9) Pengkajian Kognitif
a. Identifikasi tingkat intelektual dengan Short Protable Mental Status
Questioner (SPMSQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan total kesalahan
berdasarkan 10 pertanyaan
Skore No Pertanyaan Jawaban
+ -
1 Tanggal berapa hari ini ?
2 Hari apa sekarang ?
3 Apa nama tempat ini ?
4 Berapa nomor telpon anda ? Dimana alamat anada ?
(tanyakan bila tidak memiliki telpon )
5 Berapa umru anda ?
6 Kapan anda lahir ?
7 Siapa presiden indonesia sekarang ?
8 Siapa presiden sebelumnya ?
9 Siapa nama ibu anda ?
10 Berapa 20 di kurangi 3 ?
( Begitu seterusnya sampai bilangan terkecil )
Penilaian SPMSQ:
Salah 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Salah 3-4 : Kerusakan intelektual ringan
Salah 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
Salah 8-10 : Kerusakan intelektual berat
a. Tahap II
1. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam sebulan ?
Keterangan :
Bila lebih dari satu atau sama 1 jawaban “ya” maka masalah emosional
positif (+)
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan hasil akhir yang diharapkan setelah
dilakukannya implementasi keperawatan. Evaluasi pada pasien dengan
Reumatoid Atritis (RA) adalah sebagai berikut :
a. Pasien mengatakan nyerinya berkurang
b. Pasien bisa melakukan ADL dengan baik dan benar
c. Pasien mampu menjelaskan kembali edukasi yang telah diberikan
d. Pasien dan keluarga mengerti dan paham tentang penyakit yang
dialaminya
DAFTAR PUSTAKA
Syaifudin, Deny Mohammad. 2018. Asuhan Keperawatan pada Lansia Ny. S dan
Tn. S yang Mengalami Rheumatoid Arthritis dengan Masalah
Keperawatan Nyeri Kronis di UPT PSTW Jember. Sripsi. Jawa Timur:
Jember