PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
mengarah ke lumen menyempit. Selain kejang otot, terdapat pembengkakan
mukosa, yang menyebabkan edema. Terakhir, kelenjar lendir peningkatan
jumlah, hipertrofi, dan mengeluarkan lendir tebal
Pada asma, kapasitas total paru (TLC), kapasitas residu fungsional
(FRC), dan sisa volume (RV) meningkat, tetapi tanda penyumbatan saluran
napas adalah pengurangan rasio paksa expiratory volume dalam 1 detik (FEV1)
dan FEV1 dengan kapasitas vital paksa (FVC). Meskipun asma dapat
disebabkan oleh infeksi (khususnya virus) dan iritasi dihirup, hal itu sering
terjadi hasil reaksi alergi.
Sebuah alergen (antigen) diperkenalkan untuk tubuh, dan kepekaan
seperti antibodi imunoglobulin E (IgE) terbentuk. LgE antibodi mengikat untuk
sel mast jaringan dan basofil di mukosa bronkiolus, jaringan paru-paru, dan
nasofaring. Antigen-antibodi reaksi melepaskan zat mediator primer seperti
histamin dan zat bereaksi lambat dari anaphylaxis (SRS-A) dan lain-lain. Ini
menyebabkan mediator kontraksi kelancaran otot dan edema jaringan. Selain
itu, sel goblet mengeluarkan lendir tebal ke saluran udara yang menyebabkan
obstruksi. Asma intrinsik hasil dari semua penyebab lain kecuali alergi, seperti
infeksi (Khususnya virus), menghirup iritasi, dan penyebab lainnya atau
etiologi. The parasimpatis sistem saraf menjadi terangsang, yang meningkatkan
nada bronchomotor, mengakibatkan bronkokonstriksi.
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Asthma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang
dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama
pada jalan nafas). (Polaski : 2007)
Asthma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan
dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 2005)
Asthma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel
dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi
tertentu. (Smeltzer Suzanne : 2001)
Asmatikus adalah suatu serangan asma yang berat, berlangsung dalam
beberapa jam sampai beberapa hari, yang tidak memberikan perbaikan pada
pengobatan yang lazim.
Status asmatikus merupakan kedaruratan yang dapat berakibat kematian,
oleh karena itu :
a. Apabila terjadi serangan, harus ditanggulangi secara tepat dan
diutamakan terhadap usaha menanggulangi sumbatan saluran
pernapasan.
b. Keadaan tersebut harus dicegah dengan memperhatikan faktor-faktor
yang merangsang timbulnya serangan (debu, serbuk, makanan tertentu,
infeksi saluran napas, stress emosi, obat-obatan tertentu seperti aspirin
dll).
Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak
berespons terhadap terapi konvensional. Serangan dapat berlangsung lebih dari
24 jam. Infeksi, ansietas, penggunaan tranquiliser berlebihan, penyalahgunaan
nebulizer, dehidrasi, peningkatan blok adrenergic, dan iritan nonspesifik dapat
menunjang episode ini. Epidsode akut mungkin dicetuskan oleh
hipersensitivitas terhadap penisilin.
4
Status asmatikus adalah suatu keadaan darurat medic berupa
seranganasam berat kemudian bertambah berat yang refrakter bila serangan 1 –
2 jam pemberian obat untuk serangan asma akut seperti adrenalin subkutan,
aminofilin intravena, atau antagonis tidak ada perbaikan atau malah
memburuk.
B. Etiologi
1. Faktor Ekstrinsik
Asma yang timbul karena reaksi hipersensitivitas yang disebabkan
oleh adanya IgE yang bereaksi terhadap antigen yang terdapat di udara
(antigen-inhalasi ), seperti debu rumah, serbuk-serbuk dan bulu binatang.
2. Faktor Intrinsik
a. Alergen
b. Infeksi
Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak kecil . Virus
penyebab biasanya respiratory syncytial virus (RSV) dan virus
parainfluenza. Kadang-kadang juga dapat disebabkan oleh bakteri, jamur
dan parasit
5
c. Cuaca
d. Iritan
Hairspray, minyak wangi, asap rokok, cerutu dan pipa, bau tajam
dari cat, SO2, dan polutan udara yang berbahaya lainnya, juga udara
dingin dan air dingin. Iritasi hidung dan batuk dapat menimbulkan reflex
bronco konstriksi (Mc. Fadden 1980). Udara kering mungkin juga
merupakan pencetus hiper ventilasi dan kegiatan jasmani (strauss dkk
1978, Zebailosdkk 1978).
e. Kegiatan jasmani
6
h. Psikis
Serangan asma setelah makan atau minum zat yang tidak tahan,
dapat terjadi tidak lama setelah makan, tetapi dapat juga terjadi beberapa
waktu setelahnya.
7
Hindarkan anak dari perubahan cuaca atau udara yang mendadak, lebih-
lebih perubahan kearah dingin.
C. Manifestasi Klinik
1. Wheezing
4. Batuk kering karena secret kental dan lumen jalan napas sempit
5. Diaphoresis
6. Sianosis
8
D. Pathofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada
asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang
alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E
abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila
reaksi dengan antigen spesifikasinya. (Tanjung, 2003)
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat
pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus
kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut
meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast
dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya
histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient),
faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua faktor - faktor ini akan menghasilkan edema
lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental
dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga
menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. (Tanjung,
2003)
9
a. Pencetus serangan (alergen, emosi/stress, obat-obatan, infeksi)
b. Kontraksi otot polos
c. Edema mukusa
d. Hipersekresi
e. Penyempitan saluran pernapasan (obstruksi)
f. Hipoventilasi
g. Distribusi ventilasi tak merata dengan sirkulasi darah paru
h. Gangguan difusi gas di alveoli
i. Hipoksemia
j. Hiperkarpea
E. Pathway
10
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan sputum
2. Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari
cabang bronkus.
b. Pemeriksaan darah
1. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
2. Pemeriksaan Radiologi
11
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat
adalah sebagai berikut:
4. Elektrokardiografi
12
5. Scanning paru
6. Spirometri
G. Komplikasi
a. Atelaktasis
b. Hipoksemia
c. Pneumothoraks Ventil
d. Emfisema
e. Gagal jantung
f. Gagal napas
H. Penatalaksanaan Medis
13
Obat-obatan dan terapi imunologi
14
80% asma anak bila diikuti sampai dengan umur 21 tahun asmanya sudah
menghilang.
15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Fokus
a) Pengkajian Primer
i. Airway (jalan napas)
Kaji adanya penumpukan sputum pada jalan nafas.
Kaji akan kebutuhan oksigen.
ii. Breathing
Kaji frekuensi pernapasan
Kaji adanya sesak atau tidak
Kaji bunyi napas (adanya bising, mengi)
Kaji irama pernapasan
iii. Circulation
Kaji frekunsi nadi
Kaji tekanan darah(TD)
iv. Disability
Kaji keadaan umum(GCS,kesadaran)
Riwayat penyakit dahulu/sekarang
Kaji Riwayat pengobatan
v. Exposure
Menciptakan lingkungan yang nyaman supaya tidak tambah
memperburuk keadaan
b) Pengkajian Sekunder
16
2). Pemeriksaan fisik
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan
sputum
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan kemampuan
bernapas
c. perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kekurangan
oksigen
3. Intervensi Keperawatan
a. ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
sputum
Intervensi:
1) Amankan pasien ke tempat yang aman
2) Kaji tingkat kesadaran pasien
17
3) Segera minta pertolongan
4) Auskultasi bunyi napas dengan mendekatkan telinga ke mulut
pasien
5) Berikan teknik membuka jalan napas dengan cara memiringkan
pasien setengah telungkup dan membuka mulutnya
BAB IV
18
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asma adalah penyakit jalan napas yang tak dapat pulih yang terjadi
karena spasme brongkus yang disebabkan oleh berbagai penyebab seperti
allergen, infeksi dan latihan (Hudak & Gallo. 1997. hal, 565).
Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak
berespon terhadap terapi konvensional ( Brunner & suddart. 2001. hal 614).
Statatus asmatikus adalah keadaan spsme bronkeolus berkepanjangan
yang mengancam nyawa yang tidak dapat dipulihkan dengan pengobatan
(Corwin. 2001.hal, 432).
Status asmatikus adalah serangan asma akut yang refraktori dan keadaan
ini tidak berespon terhadap terapi dengan beta adrenergic atau tiofilin intravena
(Hudak & Gallo. 1997. hal, 566).
Dalam penanganan keperawatan gawat darurat status asmatikus dapat
disesuaikan dengan etiologi atau faktor pencetusnya.
B. Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall (2005), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku
Kedoketran EGC, Jakarta
20