PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang sering ditemukan pada anak, tetapi gambaran klinis asma pada
Serikat terjangkit oleh penyakit ini. Asma bronkial terjadi pada segala
usia tetapi terutama dijumpai pada usia dini. Sekitar separuh kasus
30 tahun.
Indonesia, hal itu tergambar dari data studi Survey Kesehatan Rumah
1
Tangga (SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. SKRT 1986
penduduk.
asma. Para Dokter tidak yakin akan hal ini, meskipun hal itu adalah
membahas mengenai asma yang terjadi pada anak ini, sehingga orang
B. Tujuan
2
asma yang terjdi pada anak. Selin itu juga untuk memenuhi tugas yang
C. Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep teori dari penyakit asma?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan penyakit asma?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Asma
a. Definisi
4
b. Etiologi
seperti tepung sari dan ilalang serta jamur (nold) juga dapat
5
3) Akibat terjadinya infeksi virus
asma yaitu:
e) Infeksi
salah satu gejala awal dari asma. Kemudian sesak nafas parah dengan
utama yang sering muncul adalah dipsnea, batuk dan mengi. Mengi
sering dianggap sebagai salah satu gejala yang harus ada bila
d. Patofisiologi
6
Asma akibat alergi bergantung kepada respon IgE yang
antara antigen dengan molekul IgE yang berikatan dengan sel mast.
obat setiap hari. Setelah menjalani bentuk terapi ini, toleransi silang
7
Antagonis delta-agrenergik merupakan hal yang biasanya
8
tersebut. Senyawa sulfat yang secara luas digunakan sebagai agen
sanitasi dan pengawet dalam industri makanan dan farmasi juga dapat
e. Jenis Asma
9
2) Idiopatik atau non alergenik/intrinsik
paparan alergi pada asma alergenik. Penyebab dari asma jenis ini
3) Asma campuran
f. Pemeriksaan Diagnostik
(Soedarto, 2012)
10
2) Pemeriksaan pernapasan dengan peak flow meter setiap hari
disease
g. Penatalaksanaan
antara lain :
serangan asma
d) Kortekosteroid
a) Pemberian oksigen
2. Keluarga
a. Definisi
(Dion , 2013)
12
WHO (1969) menyatakan bahwa keluarga adalah anggota rumah
1992 keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
suami, istri atau suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau
Menurut Stuart (2001) dalam buku Dion, lima sifat keluarga yang
13
2) Keluarga mempertahankan fungsinya secara konsisten terhadap
keluarga
berhubungan dan dapat atau tidak dapat tinggal dalam satu atap
c. Peran keluarga
1) Peran Formal
d) Sosialisasi anak
e) Rekreasi
pasangan)
h) Peran seksual
2) Peran Informal
adalah
keluarga.
16
faktor penyebab dan yang memengaruhinya serta
17
(b) Apakah keluarga merasakan adanya masalah
kesehatan
penyakit
kesehatan
dibutuhkan
perawatan
18
(d) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota
psikososial)
sehat
lingkungan
sanitasi
19
(5) Menggunakaan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di
masyarakat
fasilitas kesehatan
fasilitas kesehatan
kesehatan
keluarga
keakraban keluarga
20
d. Fungsi keluarga
1) Fungsi Afektif
2) Fungsi Sosialisasi
21
4) Fungsi Ekonomi
hari tua.
5) Fungsi Reproduksi
generasi masyarakat.
22
23
C. Pertanyaan Penelitian
Puskesmas Sentolo I?
Puskesmas Sentolo I?
Puskesmas Sentolo I?
24
25
BAB III
PEMBAHASAN
A. Definisi
jalan pernafasan.
dimana trakea dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli
2001 : 48).
Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan
26
Dari semua pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah
B. Etiologi
nafas.
Bronkhial.
Faktor Predisposisi
1) Genetik
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma
27
Faktor Presipitasi
1) Alergen
polusi.
2) Perubahan cuaca
kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan
debu.
3) Stress.
Stress dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul
harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress perlu diberi nasehat
28
untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi
4) Lingkungan Kerja.
ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan
serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah
C. Klasifikasi
yaitu:
1. Ekstrinsik (alergik)
yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik
dan aspirin), dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan
29
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap penctus
yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga
disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini
menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinik pada pasien asthma adalah batuk, dyspne, dari wheezing.
Dan pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada penderita yang
sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan
tampak penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah
ke depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Ada beberapa
30
1. Tingkat I
Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru. Timbul
bila ada faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun dengan test provokasi
bronkial di laboratorium.
2. Tingkat II
Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan
adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas. Banyak dijumpai pada klien setelah
sembuh serangan.
3. Tingkat III
obstruksi jalan nafas.Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan
4. Tingkat IV
Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing. Pemeriksaan
5. Tingkat V
Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut
yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai.
Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel.
Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti : Kontraksi otot-otot
31
E. Patofisiologi
Kurang Hipoksemia
Gangguan
pengetahuan Penyempitan jalan nafas pola nafas
Asidosis
Intoleransi aktivitas metabolik
Peningkatan kerja pernafasan
Retensi CO2
Asidosis respiratorik
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah mengancam
32
G. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan sputum
b) Pemeriksaan darah
3) Pemeriksaan Spirometri
H. Penatalaksanaan
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale :
33
Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :
4) Kortikosteroid
nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30 menit-1 jam. Pemberian agonis
3) Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam.
34
ASUHAN KEPERAWATAN
ASMA
I. Pengkajian
a. Identitas klien
1) Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan, alergi debu, udara dingin
Palpasi :
1) Temperatur kulit
3) Pengembangan dada
4) Krepitasi
5) Massa
6) Edema
Auskultasi :
1) Vesikuler
2) Broncho vesikuler
35
3) Hyper ventilasi
4) Rochi
5) Wheezing
c. Pemeriksaan penunjang
2) Tes provokasi :
3) Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E yang spesifik dalam tubuh.
8) Pemeriksaan sputum.
36
Kemampuan perawatan diri, skor:
0 = mandiri
1 = dibantu sebagian
4 = tergantung
Waktu tidur, frekuensi, kualitas (sering, terbangun), perasaan saat tidur (tenang,
5. Pola eliminasi
6. Pola kognitif-perseptual
8. Pola koping
37
Sosialisasi dengan lingkungan sekitar dan perjalanan fungsi peran dalam keluarga
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat.
kurangnya informasi
akumulasi mukus.
sputum, wheezing berkurang/hilang, vital sign dalam batas normal keadaan umum
baik.
38
Intervensi:
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya : wheezing, ronkhi.
Rasional :Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas.
Bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (empysema), tak ada fungsi nafas
(asma berat).
Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan
c. Kaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya : peninggian kepala tidak duduk
padasandaran.
menggunakan gravitasi.
Rasional : batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada klien lansia,
sakit akut/kelemahan.
39
Diagnosa 2 : Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru.
Kriteria hasil : Pola nafas efektif, bunyi nafas normal atau bersih, TTV dalam
Intervensi :
tergantung derajat gagal nafas. Expansi dada terbatas yang berhubungan dengan
2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti krekels, wheezing.
pernafasan.
pernafasan.
40
6. Kolaborasi
Kriteria hasil : Keadaan umum baik, mukosa bibir lembab, nafsu makan baik,
tekstur kulit baik, klien menghabiskan porsi makan yang disediakan, bising usus
Intervensi :
kurangnya nutrisi.
41
5. Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi sering
6. Kolaborasi
pembatasan.
Kriteria hasil : KU klien baik, badan tidak lemas, klien dapat beraktivitas
Intervensi :
setelah aktivitas.
42
Rasional : menetapkan kebutuhan/kemampuan pasien dan memudahkan
pilihan_intervensi.
3. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau tidur.
sesuai indikasi.
istirahat.
43
Kriteria hasil : Mencari tentang proses penyakit :
Intervensi:
Rasional : selama awal 6-8 minggu setelah pulang, pasien beresiko besar
perawatan kesehatan.
meminimalkan komplikasi.
44
DAFTAR PUSTAKA
45
Betz Cecily, Linda A Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. EGC: Jakarta.
Capernito, Lynda J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis. EGC: Jakarta.
http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf
46