Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Asma Bronkial


Penatalaksanaan dengan terapi Nebulizer
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah

SUPIANI
NIM 191030100469

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu penyakit yang sering dijumpai pada anak-anak yaitu penyakit asma.
Kejadian asma meningkat di hampir seluruh dunia, baik Negara maju maupun
Negara berkembang termasuk Indonesia. Peningkatan ini diduga berhubungan
dengan meningkatnya industri sehingga tingkat polusi cukup tinggi. Walaupun
berdasarkan pengalaman klinis dan berbagai penelitian asma merupakan penyakit
yang sering ditemukan pada anak, tetapi gambaran klinis asma pada anak sangat
bervariasi, bahkan berat-ringannya serangan dan sering-jarangnya serangan
berubah-ubah dari waktu ke waktu. Akibatnya kelainan ini kadang kala tidak
terdiagnosis atau salah diagnosis sehingga menyebabkan pengobatan tidak
adekuat.
Penyakit asma merupakan kelainan yang sangat sering ditemukan dan
diperkirakan 4–5% populasi penduduk di Amerika Serikat terjangkit oleh
penyakit ini. Asma bronkial terjadi pada segala usia tetapi terutama dijumpai
pada usia dini. Sekitar separuh kasus timbul sebelum usia 10 tahun dan sepertiga
kasus lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun. Pada usia kanak-kanak terdapat
predisposisi laki-laki : perempuan = 2 : 1 yang kemudian menjadi sama pada usia
30 tahun.
Asma merupakan 10 besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu
tergambar dari data studi Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di berbagai
propinsi di Indonesia. SKRT 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke 5
dari 10 penyebab kesakitan bersama-sama dengan bronkitis kronik dan
emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema sebagai
penyebab kematian ke 4 di Indonesia atau sebesar 5,6%. Tahun 1995, prevalensi
asma di Indonesia sekitar 13 per 1.000 penduduk, dibandingkan bronkitis kronik
11 per 1.000 penduduk dan obstruksi paru 2 per 1.000 penduduk.

2
Beberapa anak menderita asma sampai mereka usia dewasa; namun dapat
disembuhkan. Kebanyakan anak-anak pernah menderita asma. Para Dokter tidak
yakin akan hal ini, meskipun hal itu adalah teori. Lebih dari 6 % anak-anak
terdiagnosa menderita asma, 75 % meningkat pada akhir-akhir ini. Meningkat
tajam sampai 40 % di antara populasi anak di kota.
Karena banyaknya kasus asma yang menyerang anak terutama di Negara kita
Indonesia maka kami dari kelompok mencoba membahas mengenai asma yang
terjadi pada anak ini, sehingga orang tua dapat mengetahui bagaimana
pencegahan dan penatalaksanaan bagi anak yang terserang asma.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini agar kita semua terutama orang tua
dan perawat dapat memahami mengenai serangan asma pada anak anak dan
mengetahui tatacara pelaksanaan penanganan asma yang terjdi pada anak.
Selin itu juga untuk memenuhi tugas yang di berikan dosen pembimbing. 
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan tentang Definisi Asma
b. Mengetahui Etiologi dari Asma
c. Mengetahui Manifestasi Klinis dari Asma pada Anak
d. Menjelaskan Patofisiologi Asma pada Anak

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori dari penyakit asma?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan penyakit asma?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Kondisi yang berulang dimana rangsangan tertentu mencetuskan saluran
pernafasan menyempit untuk sementara waktu sehingga empersulit jalan
pernafasan. Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel
dimana trakea dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli
tertentu. (Smeltzer 2002 : 611).

Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus
mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif. (Reeves, 2001 : 48). Asma
adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh
periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski :
1996). Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan
dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea
dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer
Suzanne : 2001). Dari semua pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma
adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat
reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon

4
trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan
penyempitan jalan nafas.

B. Etiologi
1. Adanya kontraksi otot di sekitar bronkhus sehingga terjadi penyempitan jalan
nafas.
2. Adanya pembengkakan membrane bronkhus.
3. Terisinya bronkus oleh mokus yang kental

Beberapa Faktor Predisposisi dan Presipitasi timbulnya serangan Asma


Bronkhial.

1. Faktor Predisposisi
a. Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan
penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita
penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkena penyakit asthma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus.
Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.

2. Faktor Presipitasi
a. Alergen
Dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1) Inhalan: masuk saluran pernafasan. Seperti : debbu,bulu binatang,
bakteri dan polusi.
2) Ingestan, masuk melalui mulut. Seperti : makanan dan obat-obatan.
3) Kontaktan. Yang masuk melalui kontak dengan kulit. Seperti :
perhiasan, logam,dan jam tangan.
b. Perubahan cuaca

5
Cuaca lembab atau dingin juga menpengaruhi asma. Atmosfir yang
mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma.
Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim
hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah
angin serbuk bunga dan debu.
c. Stress
Stress dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma
yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress
perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena
jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
d. Lingkungan Kerja.
Lingkungan Kerja juag menjadi penyebab terjadinya serangan asma. Hal
ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.
Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
e. Olah raga atau aktivitas yang berat.
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika  melakukan
aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya
terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

C. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,
yaitu:
a. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus
yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan

6
(antibiotik dan aspirin), dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering
dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.
b. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap penctus
yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga
disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma
ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat
berkembang menjadi bronkhitis kronis dan emfisema. Beberapa pasien akan
mengalami asma gabungan.
c. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik.

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinik pada pasien asthma adalah batuk, dyspne, dari wheezing. Dan
pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada penderita yang
sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan
tampak penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan
menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan
keras. Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :
1. Tingkat I
Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
Timbul bila ada faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun dengan test
provokasi bronkial di laboratorium.
2. Tingkat II
Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan
adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas. Banyak dijumpai pada klien setelah
sembuh serangan.
3. Tingkat III

7
Tanpa keluhan.Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya
obstruksi jalan nafas.Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan
mudah diserang kembali.
4. Tingkat IV
Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
5. Tingkat V
Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma
akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim
dipakai. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang
reversibel. Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti : Kontraksi otot-
otot pernafasan, cyanosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih,
takikardi.

E. Patofisiologi

Spasme otot bronkus Inflamasi dinding bronchus Edema Sumbatan mukus

Tidak efektif Obstruksi saluran nafas Alveoli tertutup


bersihan jalan nafas
(bronkhospasme)

Kurang Hipoksemia
Gangguan
pengetahuan Penyempitan jalan nafas pola nafas
Asidosis
Intoleransi aktivitas metabolik
Peningkatan kerja pernafasan

Peningkatan kebutuhan Penurunan masukan oral


oksigen

8
Hiperventilasi Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan

Retensi CO2

Asidosis respiratorik

F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah mengancam pada
gangguan keseimbanga asam basa dan gagal nafas, pneumonia, bronkhiolitis,
chronic persistent bronchitis, emphysema.

G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan sputum
b. Untuk menentukan adanya infeksi dan mengidentifikasi pathogen
c. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronchus
2. Pemeriksaan darah
Untuk mengetahui Hiponatremia dan kadar leukosit,
3. Pemeriksaan Scanning Paru

9
Untuk menyatakan pola abnormal perfusi pada area ventilasi(ketidak
cocokan/perfusi) atau tidak adanya ventilasi/perfusi.
4. Pemeriksaan Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.

H. Penatalaksanaan
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas.
2. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma.
3. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan
maupun penjelasan penyakit.

Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :

1. Pengobatan dengan obat-obatan. Seperti :


a. Beta agonist (beta adrenergik agent)
b. Methylxanlines (enphy bronkodilator)
c. Anti kolinergik (bronkodilator)
d. Kortikosteroid
e. Mast cell inhibitor (lewat inhalasi)
2. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :
a. Oksigen 4-6 liter/menit.
b. Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin 10 mg)
inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30 menit-1
jam. Pemberian agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan
dextrose 5% diberikan perlahan.
c. Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini
dalam 12 jam.
d. sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.

10
11
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Data Umum


Tanggal Pengkajian : 16 Maret 2020 – 19 Maret 2020
Oleh : Supiani
Sumber Data : Klien, keluarga klien, rekam medik
Metode Pengumpulan Data : Tanya jawab, rekam medik
Identitas Pasien
Nama : Nn. D
Umur : 17 Tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
No. RM : 14.18.01
Dx. Medis : Asma
Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Alamat : BSD Blok E
Hubungan : Orang tua
B. Pengkajian Data Dasar
1. Fokus Assesment
Keadaan Umum :
Pasien nampak terlihat lemah, terlihat sesak sambil sesekali bernafas
menggunakan bantuan otot pernafasan.
Tingkat Kesadaran :
Kesadaran composmentis GCS 15 (E4 V5 M6).

12
2. Sekunder Assesment
a. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengatakan memang memiliki riwayat asma, apalagi jika
pasien kelelahan asma yang di miliki pasien kambuh dan sering
masuk rumah sakit.
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengatakan sudah lama menderita penyakit asma, asma
kambuh ketika pasien kelelahan, biasanya pasien menggunakan
inhaler untuk mengurangi asma nya, tetapi kadang asma tidak mereda
dan akhirnya di bawa ke rumah sakit.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Allergies : Tidak ada
Medication : Tidak ada
Partinent Past History : Tidak ada
Makan terakhir : Bubur
Event Lead to Injury : Tidak ada

3. Pemeriksaan Fisik :
TD : 110/90 mmHg N : 80x/menit RR : 26x/menit S: 36,50C
- Kepala
Simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, sebaran rambut normal.
- Leher
Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran vena jugularis.
- Thoraks

13
Inspeksi : Bentuk dada normal, tidak pigeont chest atau barrel
chest, pengembangan dada normal, tidak ada retraksi
otot nafas.
Palpasi : Tidak ada benjolan, permukaan bagian kiri dan kanan
simetris, fremitus taktil positif,
Perkusi : Suara resonan di semua permukaan paru.
Auskultasi : Suara nafas wheezing di daerah percabangan bronkus.
- Abdomen
Inspeksi : Bentuk perut normal, tidak ada bekas luka, tidak ada
benjolan.
Auskultasi : Terdapat bising usus 10/menit.
Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar, tidak terdapat nyeri
tekan.
Perkusi : Bunyi timpani di atas lambung dan usus.
- Genitalia
Genitalia dalam batas normal, tidak terpasang kateter urine, fungsi
normal.
- Ekstremitas
Ekstremitas atas, tangan kanan terpasang infus RL 20x/menit,
kekuatan otot 5/5.
Ektremitas bawah, tidak ada kelainan, simetris kiri dan kanan,
kekuatan otot 5/5.

4. Terapi yang di dapat


a. Infus RL 20 TPM
b. O2 kanul 4 ltr/menit
c. Ranitidine inj 2x1 amp
d. Nebulizer ventolin 3x1 amp
e. Dexamethason 3x1 amp

14
5. Data penunjang
Hasil Laboratorium pada tanggal 02 Oktober 2019
Hb : 12 g/dl
Ht : 44%
Tr : 210.000
Leukosit : 9.000

C. Analisa Data
No Tgl/Jam Data Penunjang Masalah Etiologi
1 02/09/19 DS : Ketidakefektifan Adanya penyakit
asma
15.00 WIB Klien mengatakan pola nafas
sesak pada saat
Faktor pemicu
bernafas
asma
DO :
- Pasien terlihat
sesak Asma terjadi
- Terlihat
menggunakan Ketidakefektifan
pola nafas
otot dada untuk
bernafas
- Terdengar suara
nafas wheezing
dan ronkhi basah
- Terpasang O2
kanul 4 ltr/menit
- Akral teraba
dingin
2 02/10/19 DS : Pasien Intoleransi Penyempitan pada
jalan nafas
15.30 WIB mengatakan lemah aktivitas
tidak mampu
menggerakan badan
Kurangnya suplai

15
DO : oksigen ke dalam
tubuh
- Pasien
nampak
Kelemahan tubuh
lemah
- Terpasang O2
Intoleransi
kanul 4
aktivitas
ltr/menit

Prioritas Masalah :
1. Ketifakefektifan pola nafas
2. Intoleransi aktivitas
D. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas b/d hipoventilasi sindrom.
2. Intoleransi aktifitas b/d Ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan
kebutuhan.

E. Nursing Care Plan


Tujuan dan Kriteria
Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Hasil
NIC :
NOC :
1 Ketidakefektifan pola  Respiratory status : 1. Posisikan pasien
nafas berhubungan dengan Ventilation untuk
hipoventilasi sindrom.  Respiratory status : memaksimalkan
DS : Airway patency ventilasi.
Pasien mengatakan sesak. Setelah dilakukan 2. Auskultasi suara
DO : tindakan keperawatan nafas, catat
selama 1x24 jam, pasien adanya suara
- Pasien terlihat sesak tidak mengalami nyeri, tambahan.
- Terlihat menggunakan dengan kriteria hasil : 3. Monitor respirasi
otot dada untuk bernafas 1. Menunjukkan jalan dan status O2.
- Terdengar suara nafas nafas yang paten 4. Pertahankan jalan
wheezing (klien tidak merasa nafas yang paten.

16
tercekik, irama 5. Informasikan
- Terpasang O2 kanul 4 nafas, frekuensi pada pasien dan
ltr/menit pernafasan dalam keluarga tentang
- Akral teraba dingin rentang normal, tidak tehnik relaksasi
ada suara nafas untuk
abnormal) memperbaiki pola
nafas.
6. Monitor pola
nafas.
2 Intoleransi aktivitas b/d  Toleransi aktivitas 1. Observasi adanya
Hipoventilasi sindrom. Setelah dilakukan pembatasan klien
DS : tindakan keperawatan dalam melakukan
Pasien mengatakan lemah selama 1x24 jam, aktivitas.
tidak mampu menggerakan konstipasi pasien teratasi 2. Kaji adanya
badan dengan kriteria hasil : faktor yang
DO :  Berpartisipasi dalam menyebabkan
- Pasien nampak lemah aktivitas fisik tanpa kelelahan.
- Terpasang O2 kanul 4 disertai peningkatan 3. Monitor respon
ltr/menit tekanan darah, nadi kardiovaskuler
dan RR. terhadap
 Mampu melakukan aktivitas
aktivitas sehari hari (takikardi
(ADLs) secara disritmia sesak
mandiri nafas, diaporesis,
pucat, perubahan
hemodinamik).

F. Implementasi
Hari pertama Senin, 16 Maret 2020
Hari & Diagnosa
No Implementasi Evaluasi
Tanggal Keperawatan
1 Senin, 16 Ketidakefektifan - Memposisikan S:
Maret 2020 pola nafas pasien untuk Pasien mengatakan
berhubungan memaksimalkan sesak masih terasa

17
dengan ventilasi. O:
hipoventilasi - Mengauskultasi - Terpasang O2
sindrom. suara nafas, catat kanul 4 ltr/menit
adanya suara - Terdengar suara
tambahan. wheezing di
- Memonitor percabangan
respirasi dan status bronkus
O2. - Akral teraba
- Mempertahankan dingin
jalan nafas yang - Terapi Nebulizer
paten. Ventolin 1
- Menginformasikan ampul
pada pasien dan A:
keluarga tentang Ketidakefektifan
tehnik relaksasi pola nafas belum
untuk teratasi
memperbaiki pola P:
nafas. - Intervensi
- Memonitor pola dilanjutkan
nafas. - Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi.
- Auskultasi suara
nafas, catat
adanya suara
tambahan.
- Monitor
respirasi dan
status O2.
- Pertahankan
jalan nafas yang
paten.
- Informasikan
pada pasien dan
keluarga tentang

18
tehnik relaksasi
untuk
memperbaiki
pola nafas.
- Monitor pola
nafas
2 Senin, 16 Intoleransi - Mengobservasi S:
Maret 2020 aktivitas b/d adanya Pasien mengatakan
Hipoventilasi pembatasan klien lemah tidak sanggup
sindrom. dalam melakukan untuk menggerakan
aktivitas. badan
- Mengkaji adanya O:
faktor yang - Keadaan umum
menyebabkan pasien lemah
kelelahan. - Terpasang
- Memonitor respon oksigen kanul 4
kardiovaskuler ltr/menit
terhadap aktivitas A:
(takikardi Intoleransi aktovitas
disritmia sesak belum teratasi
nafas, diaporesis, P:
pucat, perubahan Intervensi
hemodinamik).. dilanjutkan
- Observasi
adanya
pembatasan
klien dalam
melakukan
aktivitas.
- Kaji adanya
faktor yang
menyebabkan
kelelahan.
- Monitor respon
kardiovaskuler
terhadap

19
aktivitas
(takikardi
disritmia sesak
nafas,
diaporesis,
pucat,
perubahan
hemodinamik)

Implementasi Hari Kedua

Selasa, 17 Maret 2020


Hari & Diagnosa
No Implementasi Evaluasi
Tanggal Keperawatan
1 Selasa, 17 Ketidakefektifan - Memposisikan S:
Maret 2020 pola nafas pasien untuk Pasien mengatakan
berhubungan memaksimalkan sesak masih terasa
dengan ventilasi. O:
hipoventilasi - Mengauskultasi - Terpasang O2
sindrom. suara nafas, catat kanul 4 ltr/menit
adanya suara - Terdengar suara
tambahan. wheezing di
- Memonitor percabangan
respirasi dan status bronkus
O2. - Akral teraba
- Mempertahankan dingin
jalan nafas yang - Terapi Nebulizer
paten. Ventolin 1
- Menginformasikan ampul
pada pasien dan A:

20
keluarga tentang Ketidakefektifan
tehnik relaksasi pola nafas belum
untuk teratasi
memperbaiki pola P:
nafas. - Intervensi
- Memonitor pola dilanjutkan
nafas. - Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi.
- Auskultasi suara
nafas, catat
adanya suara
tambahan.
- Monitor
respirasi dan
status O2.
- Pertahankan
jalan nafas yang
paten.
- Informasikan
pada pasien dan
keluarga tentang
tehnik relaksasi
untuk
memperbaiki
pola nafas.
- Monitor pola
nafas
2 Selasa, 17 Intoleransi - Mengobservasi S:
Maret 2020 aktivitas b/d adanya Pasien mengatakan
Hipoventilasi pembatasan klien lemah tidak sanggup
sindrom. dalam melakukan untuk menggerakan
aktivitas. badan
- Mengkaji adanya O:
faktor yang - Keadaan umum

21
menyebabkan pasien lemah
kelelahan. - Terpasang
- Memonitor respon oksigen kanul 4
kardiovaskuler ltr/menit
terhadap aktivitas A:
(takikardi Intoleransi aktovitas
disritmia sesak belum teratasi
nafas, diaporesis, P:
pucat, perubahan Intervensi
hemodinamik).. dilanjutkan
- Observasi
adanya
pembatasan
klien dalam
melakukan
aktivitas.
- Kaji adanya
faktor yang
menyebabkan
kelelahan.
- Monitor respon
kardiovaskuler
terhadap
aktivitas
(takikardi
disritmia sesak
nafas,
diaporesis,
pucat,
perubahan
hemodinamik)

Hari Ketiga

22
Rabu, 18 Maret 2020
Hari & Diagnosa
No Implementasi Evaluasi
Tanggal Keperawatan
1 Rabu, 18 Ketidakefektifan - Memposisikan S:
Maret 2020 pola nafas pasien untuk Pasien mengatakan
berhubungan memaksimalkan sesak masih terasa
dengan ventilasi. O:
hipoventilasi - Mengauskultasi - Terpasang O2
sindrom. suara nafas, catat kanul 4 ltr/menit
adanya suara - Terdengar suara
tambahan. wheezing di
- Memonitor percabangan
respirasi dan status bronkus
O2. - Akral teraba
- Mempertahankan dingin
jalan nafas yang - Terapi Nebulizer
paten. Ventolin 1
- Menginformasikan ampul
pada pasien dan A:
keluarga tentang Ketidakefektifan
tehnik relaksasi pola nafas belum
untuk teratasi
memperbaiki pola P:
nafas. - Intervensi
- Memonitor pola dilanjutkan
nafas. - Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi.
- Auskultasi suara
nafas, catat
adanya suara
tambahan.
- Monitor
respirasi dan
status O2.

23
- Pertahankan
jalan nafas yang
paten.
- Informasikan
pada pasien dan
keluarga tentang
tehnik relaksasi
untuk
memperbaiki
pola nafas.
- Monitor pola
nafas

2 Rabu, 18 Intoleransi - Mengobservasi S:


Maret 2020 aktivitas b/d adanya Pasien mengatakan
Hipoventilasi pembatasan klien lemah tidak sanggup
sindrom. dalam melakukan untuk menggerakan
aktivitas. badan
- Mengkaji adanya O:
faktor yang - Keadaan umum
menyebabkan pasien lemah
kelelahan. - Terpasang
- Memonitor respon oksigen kanul 4
kardiovaskuler ltr/menit
terhadap aktivitas A:
(takikardi Intoleransi aktovitas
disritmia sesak belum teratasi
nafas, diaporesis, P:
pucat, perubahan Intervensi
hemodinamik).. dilanjutkan
- Observasi
adanya
pembatasan
klien dalam
melakukan

24
aktivitas.
- Kaji adanya
faktor yang
menyebabkan
kelelahan.
- Monitor respon
kardiovaskuler
terhadap
aktivitas
(takikardi
disritmia sesak
nafas,
diaporesis,
pucat,
perubahan
hemodinamik)

25
DAFTAR PUSTAKA

26
Betz Cecily, Linda A Sowden. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. EGC:
Jakarta.

Capernito, Lynda J. (2000). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis.


EGC: Jakarta.

Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. EGC: Jakarta.

Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29.EGC: Jakarta.

http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf

27

Anda mungkin juga menyukai