Anda di halaman 1dari 26

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NASIONAL

KELOMPOK 1

MAKALAH ASMA BRONKIAL


DISUSUN OLEH

Dynda Delviani Februari Abdullah


( 194201416044 )
Een Husnul Febrianti
( 194201416023 )
Dwi Marlena
()
Melati Aliefia Aryani
(194201416179)
Melda Yunita
( 194201416102 )
Owan
()
Krisna Jayanti
(1942014161206 )
Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Medikal Bedah I ini
tentang asma bronkial

Kepada Dosen kami ibu Ns.Naziyah, S.Kep.,M.Kep. serta semua pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung telah membantudemi kelancaran tugas ini.

Kami menyadari bahwa terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan tugas


ini,maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan
untukkesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang.

Demikianlah makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, 7 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan

C. Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

A. DEFINISI

B. ETIOLOGI

C. PATOFISIOLOGI

D. TANDA DAN GEJALA / MANIFESTASI KLINIS

E. PENGKAJIAN

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN

G. INTERVENSI

H. KOMPLIKASI

I. PENATALAKSANAAN

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian
II. Identifikasi klient
III. Riwayat penyakit
IV. Pengkajian Saat ini
V. Diagnosa keperawatan

BAB IV PENUTUP KESIMPULAN


BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Kesehatan yang baik tergantung pada lingkungan yang aman. Praktisi atau teknisi yang
memantau untuk mencegah terjadinya penyakit asma bronkial dan membantu melindungi
klien dan pekerja keperawatan kesehatan dari penyakit tersebut. Klien dalam lingkungan
keperawatan dapat bersiko terkena penyakit asma bronkial jika tidak di antisipasi dengan
tepat, dan prosedur invasif dalam fasilitas perawatan akut atau ambulatory, klien dapat
terpajan pada penyakit asma bronkial jika tidak di tangani dengan prosedur dini, yang
beberapa dari penyakit tersebut dapat saja resisten terhadap banyak obat yang berhubungan
dengan penyakit tersebut. Dengan cara mempraktikan teknik pencegahan penyakit asma
bronkial, dan perawat dapat menghindarkan penyebaran penyakit tersebut terhadap klien.

B. Tujuan

1. Mengetahui definisi Asma Bronkial

2. Mengetahui Etiologi, Patofisiologi, Tanda Dan Gejala / Manifestasi Klinis,


Pengkajian,Diagnosa Keperawatan , Intervensi, Komplikasi, Penatalaksanaan, Asuhan
Keperawatan

3. Mengetahui asma asma bronkial

C. Rumusan Masalah

Mengetahui lebih detail tentang Asma bronkial


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spame akutotot
polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan
ventilasialveolus.( Huddak & Gallo, 1997 )Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif
intermiten, reversibel dimana trakea dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap
stimuli tertentu.( Smeltzer, 2002 : 611) Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat
reversibel, terjadi ketika bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif.
(Reeves, 2001 : 48)

II. Etiologi

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasitimbulnya serangan
asma bronkhial.

a. Faktor predisposisi
 Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya
mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karenaadanya bakat alergi
ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan
faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitassaluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
 Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut
ex: makanan dan obat-obatan
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan

 Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhiasma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinyaserangan
asma.
Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim,seperti: musim hujan,
musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk
bunga dan debu.

 Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejalaasma yang timbul
harus segera diobati penderita asma yang mengalamistress/gangguanemosi perlu
diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya
belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati
 Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Halini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja dilaboratorium
hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala inimembaik pada
waktu libur atau cuti.
 Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukanaktifitas
jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudahmenimbulkan serangan
asma. Serangan asma karena aktifitas biasanyaterjadi segera setelah selesai
aktifitas tersebut.

III. Patofisiologi

Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asmatipe
alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai
kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar
dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya.

Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial
paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang
menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi
dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan
mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin,zat anafilaksis yang bereaksi
lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek
gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding
bronkhioulus kecil maupun sekresimucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan
spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi
sangat meningkat.

Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian
luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan
selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat
terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi
dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan
dispnea.

Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama
serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa
menyebabkan barrel chest.

IV. Tanda dan Gejala / Manifestasi Klinis


1. Stadium dini
a. Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
b. Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
c. Whezing belum ada
d. Belum ada kelainan bentuk thorak
e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E
f. BGA belum patologis

Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan

a. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum


b. Whezing
c. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
d. Penurunan tekanan parsial O2
2. Stadium lanjut/kronik
a. Batuk, ronchi
b. Sesak nafas berat dan dada seolah-olah tertekan
c. Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
d. Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)\
e. Thorak seperti barel chest
f. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
g. Sianosis(Halim Danukusumo, 2000, hal 218-229)
V. Pengkajian

Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut:

Riwayat kesehatan yang lalu:

• Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.


• Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
• Kaji riwayat pekerjaan pasien.

Aktivitas

• Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.


• Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan ktivitas
sehari-hari.
• Tidur dalam posisi duduk tinggi.

Pernapasan

• Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
• Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
• Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu, melebarkan
hidung.
• Adanya bunyi napas mengi.
• Adanya batuk berulang.

Sirkulasi

• Adanya peningkatan tekanan darah.


• Adanya peningkatan frekuensi jantung.
• Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.
• Kemerahan atau berkeringat.

Integritas ego

• Ansietas
• Ketakutan
• Peka rangsangan
• Gelisah

Asupan nutrisi

• Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.


• Penurunan berat badan karena anoreksia
Hubungan sosal

• Keterbatasan mobilitas fisik.


• Susah bicara atau bicara terbata-bata.
• Adanya ketergantungan pada orang lain.

Seksualitas

• Penurunan libido

VI. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Bersikan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
2. Gangguan kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
4. Kurang pengetahuan Berhubungan dengan kurang informasi / tidak mengenal
informasi.

Pemeriksaan Diagnosa

a) Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan Sputum
Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan asma yang berat,
karenahanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan transudasi dari edema
mukosa, sehinggaterlepaslah sekelompok sel-sel epitel dari perlekatannya.
Pewarnaan gram penting untukmelibat adanya bakteri, cara tersebut kemudian
diikuti kultur dan uji resistensi terhadap beberapa antibiotik (Muttaqin, 2008).
2) Pemeriksaan Darah (Analisa Gas Darah/AGD/astrub)
a. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula
terjadihipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
b. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
c. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana
menandakanterdapatnya suatu infeksi.
 Sel Eosinofil
Sel eosinofil pada klien dengan status asmatikus dapat mencapai 1000-1500/mm3
baik asma intrinsik ataupun ekstrinsik, sedangkan hitung sel eosinofil normal antara
100-200/mm3. Perbaikan fungsi paru disertai penurunan hitung jenis sel eosinofil
menunjukkan pengobatantelah tepat (Muttaqin, 2008)

b) Pemeriksaan Penunjang
1) Spirometri :Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
2) Tes provokasi :
a. Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.
b. Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri.
c. Tes provokasi bronkial seperti :
Tes provokasi histamin, metakolin, alergen, kegiatan jasmani, hiperventilasi dengan
udaradingin dan inhalasi dengan aqua destilata.tubuh.
d. Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.
e. Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.
f. Pemeriksaan sputum.
3) Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah
dan peleburan ronggaintercostalis, serta diafragma yang menurun.
4) Pemeriksaan Tes Kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkanreaksi yang positif pada asma.
5) Scanning Paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara
selamaserangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
6) Spirometer
Alat pengukur faal paru, selain penting untuk menegakkan diagnosis juga untuk
menilai beratnya obstruksi dan efek pengobatan.
7) Peak Flow Meter/PFM
Peak flow meter merupakan alat pengukur faal paru sederhana, alat tersebut
digunakan untukmengukur jumlah udara yang berasal dari paru. Oleh karena
pemeriksaan jasmani dapatnormal, dalam menegakkan diagnosis asma diperlukan
pemeriksaan obyektif(spirometer/FEV1 atau PFM). Spirometer lebih diutamakan
dibanding PFM karena PFMtidak begitu sensitif dibanding FEV. Untuk diagnosis
obstruksi saluran napas, PFMmengukur terutama saluran napas besar, PFM dibuat
untuk pemantauan dan bukan alatdiagnostik, APE dapat digunakan dalam diagnosis
untuk penderita yang tidak dapatmelakukan pemeriksaan FEV1.
8) X-ray Dada/Thorax
Dilakukan untuk menyingkirkan penyakit yang tidak disebabkan asma.
9) Pemeriksaan IgE
Uji tusuk kulit (skin prick test) untuk menunjukkan adanya antibodi IgE spesifik
padakulit. Uji tersebut untuk menyokong anamnesis dan mencari faktor pencetus. Uji
alergenyang positif tidak selalu merupakan penyebab asma. Pemeriksaan darah IgE
Atopi dilakukandengan cara radioallergosorbent test (RAST) bila hasil uji tusuk kulit
tidak dapat dilakukan(pada dermographism).
10) Petanda Inflamasi
Derajat berat asma dan pengobatannya dalam klinik sebenarnya tidak berdasarkan
atas penilaian obyektif inflamasi saluran napas. Gejala klinis dan spirometri bukan
merupakan petanda ideal inflamasi. Penilaian semi-kuantitatif inflamasi saluran
napas dapat dilakukanmelalui biopsi paru, pemeriksaan sel eosinofil dalam sputum,
dan kadar oksida nitrit udarayang dikeluarkan dengan napas. Analisis sputum yang
diinduksi menunjukkan hubunganantara jumlah eosinofil dan Eosinophyl Cationic
Protein (ECP) dengan inflamasi dan derajat berat asma. Biopsi endobronkial dan
transbronkial dapat menunjukkan gambaran inflamasi,tetapi jarang atau sulit
dilakukan di luar riset.

VII. Intervensi
1. Bersikan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
a. kriteria hasil
- mempertahankan jalan nafas pasien dengan bunyi nafas jelas/bersih
- menunjukan perilaku untuk memperbaiki bersihkan jalan nafas,misalnya :
batuk efektif dan mengeluarkan secret.
b. intervensi
- Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, mis; krekels, b ronki
- Kaji/pantau frekuensi pernafasan
- Catat adanya/derajat diespnea misalnya : gelisah, ansietas, distres pernafasan,
penggunaanotot bantu
- kaji pasien untuk posisi yang nyaman (semi fowler)
- pertahankan polusi lingkungan minimum
- observasi karakteristik batuk,misalnya : menetap,batuk pendek,basah
- tingkatkan masukan cairan sampai 3000ml/hari
- berikan obat sesuai indikasi.
c. rasional
- mengetahui bunyi nafas wheezing(mengi),krekels,ronki
- mengetahui frekuensi pernafasan- mengetaui derajat diespnea
- posisi semi fowler dapat mengurangi sesak nafas
- menghindari polusi lingkungan
- mengetahui karakteristik batuk
- masukan cairan dapat mengurangi sesak nafas pasien
- memberikan obat sesuai indikasi

2. Gangguan kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen.


a. kriteria hasil
- menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat yang rentang
normal dan bebas gejala distress penafasan
- berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan
b. intervensi
- kaji frekuensi, kedalaman pernafasan, catat penggunaan otot aksesori, nafas
bibir, ketidakmampuan bicara/berbincang
- tinggikan kepala tempat tidur / semi fowler
- dorong pengeluaran sputum
- auskultasi bunyi nafas
- awasi tingkat kesadaran
- awasi tanda vital dan irama jantung
- berikan oksigen sesuai indikasi.
c. rasional
- mengetahui frekuensi, kedalaman nafas, catat penggunaan otot aksesori,
nafas bibir, ketidakmampuan bicara/berbincang.
- semi fowler dapat mengurangi sesak.
- untuk mengeluarkan sputum
- mengetahui bunyi nafas.
- mengetahui tingkat kesadaran pasien.
- mengetahiu tanda-tanda vital dan irama jantung
- oksigen dapat menguangi sesak nafas pasien.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.


a. Kriteria hasil
- menunjukan peningkatan berat badan.
- menunjukan perilaku/ perubahan pada hidup untuk meningkatkan
dan/mempertahankan berat badan yang ideal.
b. intervensi
- kaji kebiasaan diet,masukan oral, catat derajat kesulitan makan.
- evaluasi BAB.
- auskultasi bunyi usus
- berikan perawatan oral sering,buang secret.
- dorong pasien untuk istirahat.
- anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering.
- hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
- hindari makanan yang sangat panas/ dingin.
- timbang berat badan pasien.
c. rasional.
- mengetahui kebiasaan diet, masukan oral
- mengetahui hasil BAB.
- mengetahui bunyi usus pasien.
- untuk membersikan mulut pasien agar merasa lebih nyaman.
- agar pasien beristirahat.
- makan sedikit tapi sering dapat memeuhi kebutuhan pasien.
- makanan penghasil gas dan minuman berkarbonat dapat mengembungkan
perut pasien.
- makanan yang panas dan dingin dapat merusak mulut pasien maupun
lambung pasien.- mengetahui berat badan pasien.
4. Kurang pengetahuan nerhubungan dengan kurang informasi / tidak mengenal
informasi.
a. Kriteria hasil
- menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan
- mengidentifikasi hubungan tanda/gejala
- melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program
pengobatan.
b. Intervensi
- jelaskan proses penyakit kepada pasien maupun keluarga pasien.
- instruksikan untuk latihan nafas dalam dan batuk efektif.
- diskusikan tentang obat yang digunakan,efek samping, dan reaksi yang tidak
diinginkan.
- tekankan pentingnya perawatan oral/kebersihan gigi.
- beritahu efek bahaya merokok kepada pasien.
- berikan informasi tentang pembatasan aktivitas.
c. Rasional
- H. agar pasien mengerti tentang penyakit yang di derita pasien.
- agar pasien mengerti cara latihan nafas dan batuk efektif.
- agar pasien mengerti obat yang digunakan
- agar pasien mengerti perawatan oral.
- agar pasien tidak / berhenti merokok.
- agar pasien mengerti untuk membatasi aktivitasnya.

VIII. Komplikasi

Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :

1. Status asmatikus
2. Atelektasis
3. Hipoksemia
4. Pneumothoraks
5. Emfisema
6. Deformitas thoraks
7. Gagal nafas

IX. Penatalaksanaan

Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :

1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.


2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit
asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga
penderita mengerti tujuan penngobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan
dokter atau perawat yang merawatnnya.
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
a. Pengobatan non farmakologik
Memberikan penyuluhan
Menghindari faktor pencetus
Pemberian cairan
Fisiotherapy
Beri O2 bila perlu.
b. Pengobatan farmakologik :
Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas.
Terbagi dalam 2 golongan :
a. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
- Orsiprenalin (Alupent)
- Fenoterol (berotec)
- Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup,
suntikan dan semprotan.
Yang berupa semprotan: MDI (Metered doseinhaler). Ada juga yang
berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma
Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts
Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-
partikel yang sangat halus) untuk selanjutnya dihirup.
b. Santin (teofilin)
Nama obat :
- Aminofilin (Amicam supp)
- Aminofilin (Euphilin Retard)
- Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi
carakerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan
efeknyasaling memperkuat.
Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai
padaserangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke
pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet
atausirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya
penderitayang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila
minum obatini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara
pemakaiannyadimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika
penderitakarena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya
muntah atau lambungnya kering).
c. Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah
serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama
anak anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma
yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.
d. Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya
diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah
dapat diberika secara oral
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN ASMA BRONKIAL

DI RUANG X RS ABCD JAKARTA

I. PENGKAJIAN
- Tanggal / Jam MRS : 29 September 2020, pukul 13.50 WIB
- Ruang : X
- No.Register : -
- Dx. Medis : Asma Bronkial
- Tanggal Pengkajian : 30 Januari 2020. Pukul 09.00 WIB

II. IDENTITAS KLIEN


- Nama : Tn.S
- Umur : 44 tahun
- Jenis Kelamin : laki-laki
- Agama : islam
- Suku / bangsa : jawa
- Bahasa : jawa , Indonesia
- Pendidikan : SMA
- Pekerjaan : swasta
- Status : sudah menikah
- Alamat : Lenteng Agung, Jakarta Selatan
Penanggung jawab :
- Nama : Ny. T
- Alamat : Lenteng Agung, Jakarta Selatan
- Hubungan dengan klien : istri

III. RIWAYAT PENYAKIT


1. Keluhan Utama
Pasien mengeluh dadanya sesak dan batuk
2. Riwayat penyakit sekarang-
Pasien datang dari IGD dengan keluhan dadanya sesak dan batuk, pasien juga
mengatakan tubuhnya lemas.
3. Riwayat penyakit dahulu
Sejak dulu pernah mengalami alergi terhadap asap dan debu yang berkelebihan
4. Diagnosa medik pada saat masuk RS, pemeriksaan penunjang, tindakan yang
telah dilakukan
- Diagnosa medis : Asma Bronkial
- Pemeriksaan penunjang : -
- Tindakan yang telah dilakukan : infus D5% + Aminophilin 20 tpm makro

IV. PENGKAJIAN SAAT INI


1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
- Apabila sakit, klien segera berobat ke Rumah Sakit/puskesmas
2. Pola nutrisi / metabolik
- Program diit RS : bubur kasar
- Intake makanan :
Sebelum sakit : 3x sehari,makan habis 1 porsi,sayur,lauk pauk
Selama sakit : 3x sehari makan habis 3 – 4sendok sayur,lauk pauk
- Intake cairan :
Sebelum sakit : 5 - 7 gelas sehari, air putih
Selama sakit : 3 – 4 gelas sehari, air putih
3. Pola eliminasi
a. Buang air besar :
Sebelum sakit : 1x sehari, warna kuning
Selama sakit : 1x sehari, warna kuning.
b. Buang air kecil :
Sebelum sakit : 6-7x sehari,warna kuning.
Selama sakit : 3 - 4x sehari, warna kuning, tidak terpasang DC
4. Pola aktivitas dan latihan

Sebelum sakit :

KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI 0 1 2 3 4


Makan / Minum V
Mandi V
Toileting V
Berpakaian V
Mobilitas di Tempat Tidur V
Berpindah V
Ambulasi V

Selama Sakit

KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI 0 1 2 3 4


Makan / Minum V
Mandi V
Toileting V
Berpakaian V
Mobilitas di Tempat Tidur V
Berpindah V
Ambulasi V
Ket :
0 : Mandiri
1 : alat bantu
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang lain dan alat
4 : tergantung total

5. Pola tidur dan istirahat


- Lama tidur siang 2 jam.
- Lama tidur malam 7 jam.
- Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan tidurnya.
6. Pola persepsual
- Penglihatan : pandangan masih baik, tidak menggunakan alat bantu
- Pendengaran : pendengaran masih baik, tidak menggunakan alat bantu
- Pengecapan : pengecapan masih berfungsi dengan baik.
7. Pola persepsi diri.
- Pasien yakin penyakitnya akan sembuh.
8. Pola Seksualitas Dan Reproduksi
- Pasien sudah menikah dan mempunyai 2 orang anak.
9. Pola Peran Hubungan
- Pasien sebagai kepala keluarga ,dan mempunyai hubungan baik dengan
keluarganya.
10. Pola management koping - stress
- Pasien mengatakan apabila ada masalah selalu dibicarakan dengan
keluarganya.
11. Sistem Nilai Dan Kepercayaan
- Pasien beraga islam dan selalu berdo’a untuk kesembuhannya

PEMERIKSAAN FISIK

- Kesadaran : compos metis


- Tanda-tanda vital : TD =110 / 70 mmHg, N = 105 x/menit, RR = 30x/menit, S = 36,8ᵒC
- bentuk mesochepal, rambut hitam , tidak ada lesi pada kepala, keadaan rambut pasien
juga bagus, tidak rontok, tidak ada benjolan
- mata klien simetris, mata tidak bengkak, tidak memakai alat bantu penglihatan.
- Hidung : ada septum, ada cuping hidung, terpasang slang oksigen 2 liter
- Telinga : ada serumen, fungsi pendengaran masih baik.
- Mulut : gigi klien bersih, warna bibir pucat, mukosa bibir kering.
- Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
- Thorak :
payudara : -
jantung : saat dilakukan auskultasi jantung di dapatkan S1 < S2
- Abdomen : I : bentuk simetris, tidak ada lesi
A: terdengar bising usus 12x / menit
P : terdengar bunyi timpani.
P : tidak ada nyeri tekan pada 4 kuadranu
I : dada yang tidak simetris.
A : terdapat bunyi wheezing(mengi)
P : bunyi pekak,menunjukan adanya penumpukan secret.
P : saat dilakukan palpasi taktil fremitus dapat terasa getaran yang berat.
- Genetalia : laki-laki, tidak terpasang dower cateter (DC)
- Punggung : tidak ada lesi/jejes pada punggung
- Ekstimitas : - atas : tangan kanan terpasang infus D5% 20tpm + aminophilin
- bawah : tidak ada edema

PROGRAM TERAPI (30 September 2020)

- Infus D5% + aminophilin 20 tpm


- Oral Ambroxol : 3x1 (30mg)
- Injeksi dexametason : 3x1 (5mg)
- Injeksi ranitidine : 3x1 (50mg)
- Injeksi cefotaxime :3x1 (gr)

HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG (29 September 2020, pukul 20.00)

Pemeriksaan Hasil Normal Satuan Keterangan


Gula Darah Sewaktu 94 < 200 mg/dl
Kimia Darah
Creatinin 0.9 0.7-1.2 mg/dl
Hemoglobin 15.0 L 13.6 gr%
Lekosit 4100 4000-10000 /mm3

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS -peningkatan - bersihkan jalan
- Pasien mengatakan dadanya produksi sekret nafas tidak
sesak efektif
- Pasien mengatakan menderita
batuk disertai dahak yang kental
DO
- TD : 110/70 mmHg
- S : 36,8ᵒC
- N : 105x / menit
- RR : 30x / menit
- Pasien terlihat sesak
2. DS : - gangguan suplai - gangguan
- Pasien mengatakan sesak oksigen kerusakan
DO : pertukaran gas
- terpasang oksigen 2liter
3. DS : - Anoreksia. - Perubahan
- Pasien mengatakan tidak nafsu nutrisi kuang
makan. dari kebutuhan
- Pasien mengatakan makan tubuh
hanya habis 3 – 4 sendok.
- Pasien mengatakan minum
hanya habis 3 – 4 gelas sehari
DO :
- makanan tidak habis

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihkan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
2. Gangguan kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

NO Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


. Keperawatan
1. Bersihkan jalan
Setelah dilkukan - auskultasi - mengetahui adanya
nafas tidak efektiftindakan bunyi bunyi wheezing.
berhubungan dengan keperawatan nafas Ronki
peningkatan selama 3x24jam, - kaji - mengetahui
produksi secret,
dihrapkan klien : frekuensi frekuensi
ditandai dengan : - klien merasa pernafasan pernafasan
DS : nyaman- - posisikan - semi fowler dapat
- Pasien sesak nafas pasien mengurangi sesak
mengatakan berkurang/ semifowler - untuk mengurangi
dadanya sesak. hilang . sesak
DO: - mukus - berikan - mengetahui
- TD=110/70mm berkurang obat sesuai karakteristik batuk
Hg - tidak indikasi
- S = 36,8 C terdapat - observasi
- N = 105x/menit bunyi karakteristi
- RR= 30x/ menit wheezing k batuk
- tidak ada
cuping
hidung
2. Gangguan kerusakan Setelah - kaji - mengetahui
pertukaran gas dilakukan frekuensi frekuensi,
berhubungan dengan tindakan kedalaman kedalaman
gangguan suplai keperawatan pernafasan pernafasan
oksigen. selama 3x24 - atur posisi - semi fowler dapat
ditandaidengan : jam, diharapkan semi mengurangi sesak
DS: Klien bernafas fowler - untuk
- klien dengan baik, - dorong mengeluarkansputu
mengatakan dengan kriteria pengeluara m
sesak hasil: n sputum - mengetahui bunyi
DO: - klien tidak - auskultasi nafas- mengetahui
- terpasang menggunaka bunyi tanda-tanda vital
oksigen 2 liter n oksigen nafas pasien dan irama
- klien tidak - observasi jantung pasien
sesak lagi tanda- - terapi oksigen
tanda vital dapat mengurangi
dan irama sesak
jantung
- berikan
oksigen
sesuai
indikasi
3. Perubahan nutrisi Setelah - auskultasi - mengetahui
kurang dari dilakukan bunyi usus bunyiusus
kebutuhan tubuh tindakan - kaji - mengetahui
berhubungan dengan keperawatan kebiasaan kebiasaan diet
anoreksia. selama 3x24jam, diet - makan sedikit tapi
Ditandai dengan: diharapkan - anjurkan sering dapat
DS: Nutrisi pasien pasien menambah nutrisi
- pasien terpenuhi, untuk pasien
mengatakan dengan kriteria makan - makanan yang
tidak nafsu hasil: sedikit tapi merangsang dapat
makan - nutrisi sering memberikan rasa
- pasien pasien - hindari sakit pada perut
mengatakan terpenuhi makanan - mengetahui berat
makan hanya - nafsu makan yang badan pasien
habis 3-4sendok pasien Merangsan
saja bertambah g
DO: - berat badan - timbang
- makanan tidak pasien berat
habis bertambah badan
pasien

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No. Dx Hari/Tgl/Jam Implementasi Evaluasi Paraf


Rabu, 30 Sept 2020
1 09.00 - mengkaji k/u pasien - pasien terlihat sesak
1 09.05 - mengkaji frekuensi - RR = 30 x/mnt
pernapasan
1 09.10 - mengauskultasi bunyi paru - tergengar bunyi
wheezing
1,2 09.15 - memposisikan semifowler - pasien mengatakan
lebih nyaman
2 09.20 - memonitor oksigen pasien - terpasang oksigen 2
lpm
2 10.00 - mengauskultasi bunyi usus - terdengar bising
usus
3 10.05 - mengkaji kebiasaan diet - pasien tidak nafsu
makan
3 10.10 - menganjurkan pasien - pasien mau
makan sedikit tapi sering melakukannya
3 10.15 - menganjurkan pasien untuk - pasien mengerti dan
tidak makan makanan yang mau melakukannya
merangsang
3 10.20 - menimbang berat badan - BB pasien ssat ini
58 kg
2 11.00 - mengukur TTV - TD : 110/70 mmHg
- S = 36,8 C
- N=105x/mnit
- RR= 30x/menit
Kamis, 1 Okt 2020
1 07.00 - mengkaji K/U pasien - pasien terlihat lebih
tenang
1 08.00 - mengkaji frekuensi napas - RR = 25 x/mnt
1,2,3 08.05 - memberikan obat ambroxol - pasien mau diberi
tab, Cefotaxime inj, obat
Ranitidine inj
2 08.10 - memonitor oksigen - pasien masih
menggunakan
oksigen
3 08.15 - mengkaji masukan oral - pasien mulai nafsu
makan
2 11.00 - mengukur TTV - TD : 110/70 mmHg
- S = 36,6 C
- N=90 x/mnit
- RR= 25 x/menit
2 11.05 - menganjurkan pasien untuk - pasien beristirahat
istirahat
Jumat, 2 Okt 2020
1 21.00 - mengkaji K/U pasien - pasien mengatakan
sesaknya berkurang
2 21.05 - memonitor oksigen - pasien tidak
menggunakan selang
oksigen
1,2 21.10 - menkaji frekuensi napas - RR =23 x/mnt
3 23.00 - memberikan obat - pasien mau
Cefotaxime inj diberikan obat
2 23.05 - menganjurkan pasien - pasien mau istirahat
istirahan dan tidur
2 05.00 - mengukut TTV - TD : 110/70 mmHg
- S = 36,4 C
- N = 87 x/mnit
- RR= 23 x/menit
3
4 06.35 - menimbang BB pasien - BB pasien 58.5 Kg

Tanggal/ Jam No. Dx CPPT Paraf


Keperawatan
Rabu, 30 Sept 2020
14.00 1 S = pasien mengatakan masih sesak nafas
O = pasien terlihat sesak, RR=30x/menit
A = masalah belum teratasi
P = lanjutkan intervensi keperawatan
14.00 2 S = pasien mengatakan sesak
O = pasien menggunakan oksigen
A = masalah belum teratas
P = lanjutkan intervensikeperawatan
14.00 3 S = pasien mengatakan tidak nafsu makan
O = pasien terlihat lemas, makanan tidak habis
A = masalah belum teratasi
P = lanjutkan intervensi keperawatan
Kamis, 1 Okt 2020
14.00 1 S = pasien mengatakan sesaknya berkurang
O = pasien terlihat lebih tenang, RR=25x/menit
A = masalah teratasi sebagian
P = lanjutkan intervensi keperawatan
14.00 2 S = pasien mengatakan sesaknya berkurang
O = pasien masih menggunakan oksigen
A = masalah teratasi sebagian
P = lanjutkan intervensi keperawatan
14.00 3 S = pasien mengatakan mulai nafsu makan
O = makanan habis ¼ porsi
A = masalah teratasi sebagian
P = lanjutkan intervensi keperawatan
Jumat, 2 Okt 2020
07.00 1 S = pasien mengatakan sesaknya berkurang
O = pasien terlihat lebih tenang, RR=
24x/menit
A = masalah teratasi sebagian
P = lanjutkan intervensi keperawatan
07.00 2 S = pasien mengatakan sesaknya berkurang
,sudah lebih nyaman
O = pasien tidak menggunakan oksigen
A = masalah teratasi sebagian
P = lanjutkan intervensi keperawatan
07.00 3 S = pasien mengatakan mulai nafsu makan
kembali
O = pasien makan habis ½ porsi
A = masalah teratasi sebagian
P = lanjutkan intervensikeperawatan
BAB IV

PENUTUP

1.kesimpulan

Asma bronchial adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten

yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon

trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan

nafas. Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:

Ekstrinsik (alergik), Intrinsik (non alergik), Asma gabungan dan ada beberapa hal yang

merupakan faktor penyebab timbulnya serangan asma bronkhial yaitu: faktor

predisposisi(genetic), faktor presipitasi(alergen, perubahan cuaca, stress, lingkungan kerja,

olahraga/ aktifitas jasmani yang berat). Pencegahan serangan asma dapat dilakukan dengan :

         a. Menjauhi alergen, bila perlu desensitisasi

         b. Menghindari kelelahan

         c. Menghindari stress psikis

         d. Mencegah/mengobati ISPA sedini mungkin

         e. Olahraga renang, senam asma

2.Saran

       Dengan disusunnya makalah ini diharapkan kepada semua pembaca agar dapat menelaah

dan memahami apa yang telah terulis dalam makalah ini sehingga sedikit banyak bisa

menambah pengetahuan pembaca. Disamping itu saya juga mengharapkan saran dan kritik

dari para pembaca sehinga kami bisa berorientasi lebih baik pada makalah kami selanjutnya.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

http://ariebencolenk.blogspot.com/2012/01/asma-bronkial.html

Judith M.Wilkinson,2007, Diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan Kriteria hasil
NOC NANDA,2001-2002, Diagnosis keperawatan Nanda,Yogyakarta;UGM

Baratawidjaja, K. (1990) “Asma Bronchiale”, dikutip dari Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta :
FK UI.

Brunner & Suddart (2002) “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah”, Jakarta : AGC.

Crockett, A. (1997) “Penanganan Asma dalam Penyakit Primer”, Jakarta : Hipocrates.

Crompton, G. (1980) “ Diagnosis and Management of Respiratory Disease”, Blacwell

Scientific Publication.

Doenges, M. E., Moorhouse, M. F. & Geissler, A. C. (2000) “ Rencana Asuhan


Keperawatan”, Jakarta : EGC.

Guyton & Hall (1997) “ Buku Ajar Fisiologi Kedokteran”, Jakarta : EGC.

Hudak & Gallo (1997) “Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik”, Volume 1, Jakarta :
EGC.

Price, S & Wilson, L. M. (1995) “ Patofisiologi : Konsep Klinis Proses- proses Penyakit”,

Jakarta : EGC.

Pullen, R. L.(1995) “Pulmonary Disease”, Philadelpia : Lea & Febiger.

Rab, T. (1996) “Ilmu Penyakit Paru”, Jakarta : Hipokrates.

Rab, T. (1998) “Agenda Gawat Darurat”, Jakarta : Hipokrates.

Reeves, C. J., Roux, G & Lockhart, R. (1999) “Keperawatan Medikal Bedah”, Buku Satu,
Jakarta : Salemba Medika.

Staff Pengajar FK UI (1997) “Ilmu Kesehatan Anak”, Jakarta : Info Medika.

Sundaru, H. (1995) “Asma ; Apa dan Bagaimana Pengobatannya”, Jakarta : FK UI

Anda mungkin juga menyukai