Anda di halaman 1dari 2

A.

Manifestasi Klinis
Pada fase awal kebanyakan Ca Paru tidak menunjukkan gejala klinis. Bila sudah
menunjukkan gejala berarti pasien dalam stadium akut (Aru, S. 2007).
1. Gejala dapat bersifat lokal (tumor tumbuh setempat) :
- Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis.
- Hemoptisis
- Mengi (Wheezing, Stridor) karena ada obstruksi saluran napas.
- Kadang terdapat kavitas seperti abses paru.
- Atelektasis
2. Infasi lokal
- Nyeri dada
- Dispnea karena efusi pleura
- Infasi ke pericardium, terjadi tamponade atau aritmia.
- Sindrom vena cava superior.
- Sindrom horoner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
- Suara serak, karena penekanan pada nervous Laryngeal recurrent.
- Sindrom Pancoast, karena infasi pada pleksus brachialis dan saraf simpatis
servikalis.
3. Gejala penyakit metastasis
- Pada otak, tulang, hati, adrenal
- Limphadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis)
4. Sindrom paraneoplastik (terdapat pada 10% Ca Paru) dengan gejala :
- Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
- Hematoogi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
- Hipertrofi osteoartropati
- Neurologik : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
- Neuromiopati
- Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalasemia)
- Dermatologic : eritemia multiform, hyperkeratosis, jari tabuh
- Renal : syndrome of inappropriate antidiuretic hormone (SIADH)
5. Asimtomatik dengan kelainan radiologis
- Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi secara
radiologis
- Kelainan berupa nodul soliter

B. Komplikasi
Anemia merupakan komplikasi yang sering pada penderita kanker paru dengan
prevalensi 63%. Anemia berhubungan dengan prognosis yang buruk pada pasien kanker.
Anemia mengganggu respon pengobatan radiasi, karena anemia mengurangi kemampuan
darah untuk mengangkut oksigen sehingga jaringan kekurangan oksigen. Anemia
menyebabkan hipoksia tumor sehingga tumor solid resisten terhadap ionisasi radiasi dan
beberapa bentuk kemoterapi. Penelitian retrospektif oleh Hirarki A dan Maeda T, di Jepang
terhadap 611 pasien kanker paru menunjukan bahwa kadar hemoglobin<13g/dl pada laki-
laki dan <12g/dl pada perempuan berhubungan dengan menurunnya median lama hidup
secara signifikan.
Efusi pleura karena kanker paru dapat terjadi pada semua jenis histologi, tetapi
penyebab yang sering adenokarsinoma. Akumulasi efusi di rongga pleura terjadi akibat
peningkatan permeabilitas pembuluh darah karena reaksi inflamasi yang ditimbulkan oleh
inflitrasi sel kanker pada pleura parietal dan atau visceral, invasi langsung tumir yang
berdekatan dengan pleura dan obstruksi pada kelenjar limfe. Terdapatnay efusi pleura ganas
pada kanker paru menggambarkan kondisi terminal (end stage) penyakit keganasan dengan
prognosis buruk.10,23

SUMBER :
Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Edisi 4, Jilid 1. Jakarta :
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Huda,Amin (2015) Aplikasi Nanda NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaction.
Wijaya, A. Saferi & Yessie M.P. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Dewasa Teori
dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.
Supartono, Agus S. Faktor yang mempengaruhi ketahanan hidup penderita kanker paru di RSUP
Dr. Kariadi Semarang. Med Hos. 2012; vol 1(1):25-31
Penninx BW, Cohen HJ, Woodman C. Anemia and cancer in older person. J Support Oncol
2007;5:107-113.
Sugiura S, Ando Y, Minami H, et all. Prognostic Value of pleural effusion in patients with non
small cell lung cancer. Clinical Cancer Research 1997;3:47-50
Minna JD. Neoplasma of the lung. In Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, Hauser SL, et al.
(editors) Harrison’s principles of internal medicine. 17th ed. New York. McGraw Hill.
2009:506
Lam PT, Leung MW, Tse CY. Identifying prognostic factors for survival in advanced cancer
patients: A prospective study. Hong Kong: Med J ;2007; 13: 453-9

Anda mungkin juga menyukai