Anda di halaman 1dari 17

1.

PENGERTIAN LIPOSARKOMA

Sarcoma adalah pertumbuhan maligna jaringan mesodermal (misal jaringan

ikat, otot, tulang) (Hinscliff, 2010).

Liposarkoma adalah tumor ganas atau kanker pada jaringan lemak, yang

biasanya dicirikan oleh adanya diferensiasi abortif sel-sel menjadi liposit

(Behrman, 2011).

Liposarkoma dapat ditemukan dimana-mana, umpamanya di retroperitonium.

Tumor ini memang sudah ganas dari awalnya dan hampir tidak pernah berasal dari

perubahan keganasan suatu lipoma (Sjamsuhidajat, 2008).

Liposarkoma jarang terjadi dan cenderung lebih membentuk tonjolan. Terjadi

dari sel-sel mesenkim primitif, beberapa diantaranya membawa vakuola-vakuola

lipid yang harus ada paling sedikit beberapa sel. Sesungguhnya liposarkoma dapat

timbul dimana saja pada tubuh diluar jaringan adiposa. Sebagian besar terjadi di

jaringan-jaringan lunak dalam dan meneruskan perjalanan penyakit yang sangat

tergantung pada gambaran sistologiknya. Liposarkoma miksoid cenderung

merupakan tumor-tumor derajat rendah, yang sering kambuh, mempunyai

perjalanan penyakit yang sulit diobat dan metastasis lambat. Sebaliknya,

liposarkoma sel bulat dan liposarkoma pleomorfik adalah sarkoma – sarkoma

derajat tinggi dan agresif (85% sampai 90% bermetastase) (Robbins, 2004).

Liposarkoma merupakan tipe yang paling umum dari sarkoma jaringan lunak.

Sarkoma jaringan lunak merupakan tumor yang jarang, yang tumbuh dan

berkembang dalam jaringan yang diturunkan dari embrionik mesoderm. Sarkoma


ini mungkin terjadi dimana-mana tetapi paling sering terjadi pada daerah paha

(Gale, 2009).

2. PENYEBAB LIPOSARKOMA

Etiologi secara umum dari kanker yaitu : virus, agens fisik, agens kimia,

faktor – faktor genetik, faktor makanan dan hormonal.

1) Virus : Virus sebagai penyebab kanker pada tubuh manusia sulit untuk

dipastikan karena virus sulit untuk diisolasi. Virus dianggap dapat menyatukan

diri dalam struktur genetik sel, sehingga mengganggu generasi mendatang dari

populasi sel tersebut dan ini barang kali mengarah pada kanker (Smeltzer,

2001).

2) Agens Fisik : Faktor – faktor fisik yang mengarah pada karsinogenesis

mencakup pemanjanan terhadap sinar matahari atau pada radiasi. Pemajanan

berlebih terhadap sinar ultraviolet terutama pada orang yang berkulit putih atau

terang, bermata hijau atau biru dapat meningkatkan resiko terkena kanker.

Pemajanan terhadap radiasi pengionisasi dapat terjadi saat prosedur radiografi

berulang atau ketika terapi radiasi diberikan saat mengobati penyakit.

Pemajanan terhadap medan elektromagnetik dari kabel listrik, mikrowave, dan

telepon seluler dapat meningkatkan resiko kanker (Smeltzer, 2001).

3) Agens Kimia : Sekitar 85 % dari semua kanker diperkirakan berhubungan

dengan lingkungan. Karsinogen kimia mencakup zat warna amino aromatik dan

anilin, arsenik, jelaga dan tar, asbeston, pinang dan kapus sirih, debu kayu,

senyawaan berilium, dan polivinil klorida (Smeltzer, 2001).


4) Faktor Genetik dan Keturunan : Faktor genetik juga memainkan peranan dalam

pembentukan sel kanker. Jika kerusakan DNA terjadi pada sel dimana pola

kromosomnya abnormal, dapat terbentuk sel - sel mutan. Pola kromosom yang

abnormal dari kanker berhubungan dengan kromosom ekstra, terlalu sedikit

kromosom, atau translokasi kromosom. Beberapa kanker pada masa dewasa

dan anak-anak menunjukkan predisposisi keturunan. Pada kanker dengan

predisposisi herediter, umumnya saudara dekat dan sedarah dan tipe kankernya

sama(Smeltzer,2001).

5) Faktor – Faktor Makanan : Faktor – faktor makanan diduga berkaitan dengan

40% sampai 60% dari semua kanker lingkungan. Substansi makanan dapat

proakif, karsinogenik atau ko – karsinogenik. Resiko kanker meningkat sejalan

dengan ingesti jangka panjang karsinogenik atau ko-karsinogenik atau tidak

adanya substansi proaktif dalam diet. Substansi diet berkaitan dengan

peningkatan resiko kanker mencakup lemak, alkohol, daging diasinkan atau

diasap, makanan yang mengandung nitrat atau nitrit, dan masukan diet dengan

kalori tinggi(Smeltzer,2001).

6) Agens Hormonal : Pertumbuhan tumor mungkin dipercepat dengan adanya

gangguan dalam keseimbangan hormon baik oleh pembentukan hormon tubuh

sendiri atau pemberian hormon eksogenus (Smeltzer, 2001).


3. PATOFISIOLOGI LIPOSARKOMA

Pada sarkoma belum dikenal adanya kanker insitu, sehingga sukar sekali

untuk mengetahui kapan sarkoma itu muncul. Secara umum terjadinya kanker

dimulai dari tumbuhnya satu sel kanker yang besarnya 10 mU. Kanker itu tumbuh

terus tanpa batas, mengadakan invasi kejaringan sekitar dan menyebar. Perjalanan

penyakit kanker sampai penderita meninggal dapat dibagi menurut luas penyakit

atau stadium penyakit.

Stadium penyakit kanker dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

1) Stadium Pra Klinik : yaitu stadium pada saat kanker belum dapat diketahui

adanya dengan pemeriksaan klinik yang ada. Pada saat ini tumor yang lebih

kecil dari 0,5 cm hampir tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan klinik

maupun penunjang klinik. Diperkirakan lama stadium pra klinik itu 2/3 dari

lama perjalanan hidup kanker dan hanya 1/3 dari lama hidupnya berada dalam

stadium klinik.

2) Stadium Klinik : yaitu stadium pada saat kanker itu telah cukup besar atau telah

memberikan keluhan sehingga dapat diketahui adanya dengan pemeriksaan

klinik dan / atau penunjang klinik.

Selanjutnya stadium klinik dibagi menjadi beberapa stadium berdasarkan :

a. Kemungkinan Sembuh

1) Stadium Dini ( Early Stage ) : Dimana kanker itu belum lama diketahui

adanya, masih kecil, letaknya masih lokal terbatas pada organ tempat
asalnya tumbuh, belum menimbulkan kerusakan yang berarti pada organ

yang ditumbuhinya dengan kemungkinan sembuh besar.

2) Stadium Lanjut ( Advance Stage ) : Stadium dimana kanker itu telah lama

ada, telah besar, telah menimbulkan kerusakan yang besar pada daerah

yang ditumbuhinya, telah mengadakan infiltrasi pada jaringan atau organ

disekitarnya dan umumnya juga telah mengadakan metastase regional.

Kemungkinan sembuh kecil.

3) Stadium Sangat Lanjut ( Far Advance Stage ) : Stadium dimana kanker

telah lama ada, telah besar dan keadaanya sama dengan stadium lanjut

dan disertai metastase luas diseluruh tubuh. Kemungkinan sembuh sangat

kecil atau tak dapat sembuh lagi (Sukardja, 2000).

b. Topografi Penyakit : Stadium penyakit berdasarkan letak topografi tumor

beserta ekstensi dan metastasenya dalam organ. Berdasarkan topografinya

stadium kanker dibagi menjadi :

1) Stadium Lokal : Pertumbuhan kanker masih terbatas pada organ

tempatnya semula tumbuh.

2) Stadium Metastase Regional : Kanker telah mengadakan metastase di

kelenjar lymfe yang berdekatan yaitu kelenjar lymfe regional. Pada kasus

liposarkoma dikaki pembesaran kelenjar limfe dapat dilihat pada kelenjar

limfe inguinalis.

3) Stadium Metastase Jauh atau Diseminasi : Kanker telah mengadakan

metastase di organ yang letaknya jauh dari tumor primer.


4. TANDA DAN GEJALA LIPOSARKOMA

Tumor ganas ini umumnya memberikan gejala dan tanda benjolan tanpa nyeri

atau tanda radang dan biasanya mempunyai simpai atau batas yang cukup jelas

dengan jaringan sekitarnya, sehingga kebanyakan tidak dianggap sebagai tumor

ganas. Benjolan tanpa gejala dan keluhan apapun karena tumbuh dalam jaringan

lunak yang mudah didesak dan sering kali jauh dari organ vital. Keluhan baru

timbul setelah ukuran sudah besar atau terjadi tarikan atau tekanan pada otot atau

saraf (Sjamsuhidajat, 2008).

Gejala dan tanda kanker jaringan lemak tidak spesifik, tergantung pada lokasi

dimana tumor berada, umumnya gejala berupa adanya suatu benjolan dibawah

kulit yang tidak terasa sakit, hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit. Rasa

sakit muncul akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor dan bisa juga karena

penekanan pada saraf-saraf tepi. Kanker yang sudah begitu besar, dapat

menyebabkan borok dan perdarahan kulit (http://www.Pontianak Post.Com. 2005).

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG LIPOSARKOMA

Untuk menentukan ganas atau jinak dari semua benjolan pada jaringan lunak

yang menetap perlu dilakukan biopsi. Benjolan yang mudah digerakkan dari

jaringan sekitarnya dan disangka lipoma dapat memberi hasil patologi yang

mengejutkan. Secara klinis diagnosis ditentukan dengan palpasi untuk

memperkirakan ukuran kelainan dan perlekatan dengan struktur dangkal maupun

dalam.
Pemeriksaan pencitraan seperti radiografi, ultrasonografi, limfangiografi,

payaran CT, atau MRI sebaiknya digunakan dengan selektif. Angiografi

bermanfaat karena dapat menilai hubungan anatomi tumor dengan jaringan

sekitarnya. Dalam perencanaan pembedahan, angiografi menentukan jarak tumor

dengan pembuluh darah utama.

Pemeriksaan pencitraan paru dilakukan karena kebanyakan tumor ganas

jaringan lunak lebih dulu beranak sebar ke paru-paru. Foto Rontgen dilakukan

karena kanker ini bisa menginvasi tulang, setelah foto Rongten dapat direncanakan

untuk reseksi tulang (Sjamsuhidajat, 2008).

6. PENATALAKSANAAN LIPOSARKOMA

Sebelum kita memberikan terapi pada penderita kanker, terlebih dahulu perlu

diketahui bagaimana prinsip-prinsip pengelolaan kanker. Pastikan dulu diagnosa

klinis dan patologi, stadium dan keadaan penderita, serta buat rencana terapi yang

akan diberikan. Apa tujuan terapi, bagaiman caranya, bagaimana urutannya, kapan

dimulai dan hasil apa yang diharapkan.

Tujuan Terapi : Tujuan terapi kanker ada 2 yaitu : kuratif atau penyembuhan dan

paliatif atau meringankan.

Terapi kuratif ialah tindakan untuk menyembuhkan penderita yaitu

membebaskan penderita dari kanker yang dialami untuk selama – lamanya.

Umumnya untuk penyembuhan kanker ini hanya mungkin pada kanker dini yaitu
kanker loko regional, masih kecil. Kurang lebih 70 % kanker yang solid dapat

disembuhkan dengan pembedahan.

Terapi paliatif ialah semua tindakan aktif guna meringankan beban penderita

kanker terutama bagi yang tidak mungkin disembuhkan lagi. Perawatan Paliatif

bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup agar dapat bekerja dan menikmati

hidup. Mengatasi komplikasi yang terjadi, dapat memperpanjang hidup dan tanpa

memperpanjang penderitaan. Mengurangi atau meringankan keluhan, keluhan

yang berat pada penderita kanker umumnya nyeri, ulkus berbau, perdarahan yang

sukar berhenti dan berulang-ulang, tidak ada nafsu makan, badan lemas dan

mengurus, dsb. Hilang atau berkurangnya keluhan maka penderita akan merasa

lebih enak dan sehat (Sukardja, 2000).

Ada bermacam-macam terapi kanker, yaitu : Terapi utama, ini merupakan

penatalaksanaan yang ditujukan kepada penyakit kanker itu sendiri, yang meliputi

pembedahan, radioterapi, khemoterapi, hormonterapi dan bioterapi.

Pada umumnya terapi yang diberikan kepada penderita kanker ialah cara

sequential yaitu setelah selesai dengan cara terapi yang satu, kalau perlu diikuti

cara terapi yang lain. Pada kasus kanker loko regional yang operabel, urutan terapi

umumnya ialah dimulai dengan operasi, kemudian radioterapi dan terakhir

khemoterapi (Sukardja, 2000).

Pada sarkoma jaringan lunak seperti liposarkoma penatalaksanaan bukan

hanya tumornya saja yang diangkat, namun juga dengan jaringan sekitarnya

sampai bebas tumor, tergantung dimana letak kanker ini. Tindakannya berupa
operasi eksisi luas. Penggunaan radioterapi dan khemoterapi adalah terapi yang

direncanakan setelah pembedahanuntuk menghindari kekembuhan. Untuk kanker

yang ukurannya besar, setelah operasi ditambah dengan radioterapi. Setelah

penderita operasi harus sering kontrol untuk memonitor ada tidaknya kekambuhan

pada daerah operasi ataupun kekambuhan ditempat jauh hasil metastase.

Pembedahan :

Pembedahan yang dilakukan adalah eksisi luas dan lymfadenectomy dan

rekonstruksi tensor facialata STSG (Split Thickness Skin Graft).

a) Eksisi luas adalah pengambilan benjolan dengan mengikutkan satu lapis

jaringan disekelilingnya. Eksisi luas adalah terapi utama untuk sarkoma

ekstremitas. Tujuan/goal dari terapi lokal ini adalah untuk mereseksi tumor dengan

batas 2cm di sekitar jaringan lunak normal sekitar. Pada beberapa area anatomis,

batas negatif tdiak dapat dicapai karena tumor dekat dengan struktur vital. Biopsi

area atau traktus harus dilakukan en bloc pada spesimen reseksi. Dengan teknik

pembedahan dan radioterapi yang modern, angka mempertahankan tungkai dan

kontrol lokal sudah lebih baik. Laporan terakhir kegagalan lokal setelah tatalaksana

yang sesuai adalah 10%.

b) SKIN GRAFT

Menurut Heriady (2005), skin graft adalah menanam kulit dengan ketebalan

tertentu baik sebagian maupun seluruh kulit yang diambil atau dilepaskan dari

satu bagian tubuh yang sehat (disebut daerah donor) kemudian dipindahkan
atau ditanamkan ke daerah tubuh lain yang membutuhkannya (disebut daerah

resipien).

Skin graft dilakukan pada pasien yang mengalami kerusakan kulit yang hebat

sehingga terjadi gangguan pada fungsi kulit itu sendiri, misalnya pada luka

bakar yang hebat, ulserasi, biopsi, luka karena trauma atau area yang terinfeksi

dengan kehilangan kulit yang luas. Penempatan graft pada luka bertujuan untuk

mencegah infeksi, melindungi jaringan yang ada di bawahnya serta

mempercepat proses penyembuhan

Klasifikasi skin graft berdasarkan ketebalan kulit yang diambil dibagi menjadi 2,

yaitu ( Heriady, 2005) :

1) Split Thicknes Skin Graft ( STSG )

STSG mengambil epidermis dan sebagian dermis berdasarkan ketebalan kulit

yang dipotong, Revis (2006) membagi STSG sendiri menjadi 3 kategori yaitu :

 Tipis (0,005 - 0,012 inci)

 Menengah (0,012 - 0,018 inci)

 Tebal (0,018 - 0,030 inci)

STSG dapat bertahan pada kondisi yang kurang bagus mempunyai tingkat

aplikasi yang lebih luas. STSG digunakan untuk melapisi luka yang luas, garis

rongga, kekurangan lapisan mukosa, menutup flap pada daerah donor dan

melapisi flap pada otot. STSG juga dapat digunakan untuk mencapai penutupan

yang menetap pada luka tetapi sebelumnya harus didahului dengan pemeriksaan
patologi untuk menentukan rekonstruksi yang akan dilakukan.Daerah donor

STSG dapat sembuh secara spontan dengan sel yang disediakan oleh sisa

epidermis yang ada pada tubuh dan juga dapat sembuh secara total. STSG juga

mempunyai beberapa dampak negatif bagi tubuh yang perlu dipertimbangkan.

Aliran pembuluh darah serta jaringan pada STSG mempunyai sifat mudah

rusak atau pecah terutama bila ditempatkan pada area yang luas dan hanya

ditunjang atau didasari dengan jaringan lunak serta biasanya STSG tidak tahan

dengan terapi radiasi (Revis, 2006)

STSG akan menutup selama penyembuhan, tidak tumbuh dengan sendirinya

dan harus dirawat agar dapat menjadi lebih lembut, dan tampak lebih mengkilat

daripada kulit normal. STSG akan mempunyai pigmen yang tidak normal salah

satunya adalah berwarna putih atau pucat atau kadang hiperpigmentasi,

terutama bila pasien mempunyai warna kulit yang lebih gelap. Efek dari

penggunaan STSG adalah kehilangan ketebalan kulit, tekstur lembut yang

abnormal, kehilangan pertumbuhan rambut dan pigmentasi yang tidak normal

sehingga kurang sesuai dari segi kosmetik atau keindahan. Jika digunakan pada

luka bakar yang luas pada daerah wajah, STSG mungkin akan menghasilkan

penampilan yang tidak diinginkan. Terakhir, luka yang dibuat pada daerah

donor dimana graft tersebut dipotong selalu akan lebih nyeri daripada daerah

resipien.
2) Full Thickness Skin Graft ( FTSG )

FTSG lebih sesuai pada area yang tampak pada wajah bila flap (potongan kulit

yang disayat dan dilipat) pada daerah setempat tidak diperoleh atau bila flap

dari daerah setempat tidak dianjurkan. FTSG lebih menjaga karakteristik dari

kulit normal termasuk dari segi warna, tekstur/ susunan, dan ketebalan bila

dibandingkan dengan STSG. FTSG juga mengalami lebih sedikit pengerutan

selama penyembuhan. Ini adalah sama pentingnya pada wajah serta tangan dan

juga daerah pergerakan tulang sendi. FTSG pada anak umumnya lebih disukai

karena dapat tubuh dengan sendirinya. Prosedur FTSG memiliki beberapa

keuntungan antara lain : relatif sederhan, tidak terkontaminasi / bersih, pada

daerah luka memiliki vaskularisasi yang baik dan tidak mempunyai tingkat

aplikasi yang luas seperti STSG.

c) Tensor fasciae latae suatu otot paha. Punya origo pada spina iliaca anterior

posterior seperti halnyaaspectura anterior dari iliaca crest, dan Insertio kedalam

tractus iliotibial. Ini berperanan dalam fleksi paha dan rotasi medial

7. KOMPLIKASI LIPOSARKOMA

Komplikasi sarkoma dari proses penyakit meliputi metastase pada paru –

paru, liver, tulang. Komplikasi dari penatalaksanaan yaitu infeksi pada

pembedahan, dan jika dilakukan terapi radiasi mungkin akan terjadi perlambatan

penyembuhan luka, dan nekrosis dijaringan setelahnya. Jika dilakukan


khemoterapi, akan didapat komplikasi antara lain : mual, muntah, stomatitis,

neuropati perifer, miopati jantung, dan kerusakan hepar (Gale, 2009).

8. DIAGNOSA KEPERAWATAN LIPOSARKOMA

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis

2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

faktor psikologis

3) Kerusakan integritas kulit

9. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN NANDA (2015-2017)

Rencana Perawatan
Diagnosa
No Nursing Intervention
Keperawatan Nursing Out Come (NOC)
Classification (NIC)

1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan a. Kaji nyeri pasien dengan

berhubungan keperawatan selama 1 jam pengkajian nyeri PQRST

dengan agen diharapkan nyeri hilang/ b. Kendalikan faktor

injury berkurang dengan kriteria lingkungan yang dapat

biologis hasil: mempengaruhi respon

a. Melaporkan nyeri pada pasien terhadap

skala 0-1 ketidaknyamanan (misal

b. TTV dalam batas suhu ruangan,

normal pencahayaan, dan


c. Ekspresi wajah tidak kegaduhan)

menahan nyeri c. Berikan teknik relaksasi

d. Ajarkan manajemen nyeri

(misal nafas dalam)

e. Kolaborasi dengan dokter

untuk pemberian

analgetik.

2 Ketidakseimb NOC: NIC :

angan nutrisi a. Nutritional status: Nutrition Managemen

kurang dari Adequacy of nutrient a. Kaji adanya alergi

kebutuhan b. Nutritional Status : food makanan

tubuh and Fluid Intake b. Kolaborasi dengan ahli

Berhubungan c. Nutritional Status : gizi untuk menentukan

dengan : nutrient intake jumlah kalori dan nutrisi

Ketidakmamp d. Weight Control yang dibutuhkan pasien

uan untuk c. Anjurkan pasien untuk

memasukkan Setelah dilakukan tindakan meningkatkan intake Fe,

atau keperawatan selama 1 jam Vitamin C dan Protein

mencerna nutrisi kurang teratasi d. Berikan substansi gula

nutrisi oleh Kriteria hasil : e. Yakinkan diet yang

karena faktor a. Adanya peningkatan BB dimakan mengandung


biologis, sesuai dengan tujuan tinggi serat untuk

psikologis b. BBI sesuai dengan mencegah konstipasi

atau ekonomi. tinggi badan f. Berikan makanan yang

c. Mampu terpilih ( sudah

mengidentifikasi dikonsultasikan dengan

kebutuhan nutrisi ahli gizi)

d. Tidak ada tanda- tanda g. Ajarkan pasien bagaimana

malnutrisi membuat catatan

e. Menunjukkan makanan harian.

penigkatan fungsi h. Monitor jumlah nutrisi

pengecapan dari dan kandungan kalori

menelan i. Berikan informasi tentang

f. Tidak terjadi penurunan kebutuhan nutrisi

BB yang berarti j. Kaji kemampuan pasien

untuk mendaptakn nutrisi

yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring:

a. BB pasien dalam batas

normal

b. Monitor adanya

penurunan BB
c. Monitor lingkungan

selama makan

d. Monitor tipe dan jumlah

aktivitas yang biasa

dilakukan

e. Monitor interaksi anak

atau orang tua selama

makan

f. Jadwalkan

pengobatan dan tindakan

tidak selama jam makan

g. Monitor turgor kulit

h. Monitor kekeringan,

rambut kusam, total

protein, Hb dan kadar Ht

i. Monitor mual dan muntah

j. Monitor pucat,

kemerahan, dan

kekeringan jaringan

konjungtiva

k. Monitor intake nuntrisi


l. Catat adanya edema,

hiperemik, hipertonik

papila lidah dan cavitas

oral

m. Catat jika lidah berwarna

magenta, scarlet

3 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji keluhan pasien.

integritas keperawatan selama 1 jam b. Inspeksi kulit terhadap

kulit pasien tidak mengalami warna turgor, vaskuler

Infeksi perhatikan kemerahan.

Kriteria hasil: c. Ubah posisi pasien

- Klien bebas dari tanda dengan sering dan

dan gejala infeksi gerakan pasien dengan

- Jumlah leukosit dalam perlahan.

batas normal d. Monitor status nutrisi

pasien

e. Ajurkan pasien untuk

menggunakan pakain

yang longgar

Anda mungkin juga menyukai