HIPOFISE
Oleh :
MOJOKERTO
2017
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, berkat ridho, rahmat, dan
hidayahnya saya dapat menyelesaikan laporan pendahuluan ini dengan judul asuhan
keperawatan pada kasus- kasus dengan gangguan sistem pencernaan. Laporan pendahuluan
ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas denagn mata kualih KMB 2
Majapahit Mojokerto.
Saya sadari bahwa laporan pendahuluan ini jauh dari sempurna, tetapi saya berharap
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 3 PENUTUP
3.2 Saran........................................................................................................ 39
3
BAB I
PENDAHULUAN
kecepatan pelepasan hormonnya sendiri melalui mekanisme umpan balik, oleh organ
lainnya, dimana kadar hormone endokrin lainnya dalam darah memberikan sinyal kepada
kelenjar hipofisis sendiri atau pada hipotalamus ; namun demikian, akibat kedua keadaan
ini pada hakikatnya sama. Hipopituitarisme dapat terjadi akibat kerusakan lobus anterior
adanya seleruh sekresi hipofisis dan penyakit ini jarang dijumpai. Microsisi hipofisis pasca
partus (syndrome Sheehan) merupakan penyebab lain kegagalan hipofisis anterior yang
jarang. Keadaan ini lebih cenderung terjadi pada wanita yang mengalami kehilangan darah,
4
1.2 Rumusan Masalah
4. Bagaimana definisi, etiologi, patofis dan manifestasi klinis dari gangguan kelenjar
hipofise (pituitari)?
Adapun tujuan penulisan makalah ilmiah ini secara umum adalah diperolehnya
Disfungsi Hepofisis.
Hepofisis.
c. Mahasiswa dapat menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien dengan Disfungsi
Hepofisis.
Hepofisis.
5
f. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat pada teori dan kasus
dapat mencari solusinya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan
Disfungsi Hepofisis.
1.4 Manfaat
Hasil laporan pendahuluan ini diharapkan dapat menjadi tambahan sumber informasi
1. Bagi Penulis
Hasil karya tulis ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi penulis berikutnya
yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan pada pasien Disfungsi
Hepofisis.
Hepofisis.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit hipofisis terjadi lebih sering dibagian lobus anterior. Penyebab utama adalah
bisa terkait tumor fungsional dna tumor nonfunsional, infark hipofisis, penyakit genetik, dan
trauma. Tiga prinsip konsekuensi (1) hiperpituitarisme, (2) hipopituitarisme, (3) dan kompresi
Hipofise terletak di sella tursika, lekukan os spenoidalis basis cranii. Berbentuk oval
dengan diameter kira-kira 1 cm dan dibagi atas dua lobus anterior. merupakan bagian terbesar
dari hipofise kira-kira 2/3 bagian dari hipofis. Lobus anterior ini juga disebut adenohipofise.
Lobus posterior, menipakan 1/3 bagian hipofise dan terdiri dari jaringan saraf sehingga disebut
juga neurohipofise. Hipofise stalk adalah struktur yang menghubungkan lobus posterior
7
Lobus intermediate (pars intermediate) adalah area diantara lobus anterior dan
posterior, fungsinya belum diketahui secara pasti, namun beberapa referensi yang ada
mengatakan lobus ini mungkin menghasilkan melanosit stimulating hormon (MSH). Secara
histologis, sel-sel kelenjar hipofise dikelompokan berdasarkan jenis hormon yang disekresi
yaitu:
500 nm dan terletak di sayap lateral hipofise. Sel-sel inilah yang menghasilkan hormon
2. Sel-sel iactotroph juga mengandung granula sekretori, dengan diameter 27-350 nm,
4. Sel-sel gonadotrof diameter sel kira-kira 275-375 nm, mengandung granula sekretori,
5. Sel-sel kortikotrof diameter sel kira-kira 375-550 nm, merupakan granula terbesar,
menghasilkan ACTH.
6. Sel nonsekretori terdiri atas sel kromofob. Lebih kurang 25% sel kelenjar hipofise tidak
dapat diwarnai dengan pewarnaan yang lazim digunakan dan karena itu disebut sel-sel
kromofob. Pewarnaan yang sering dipakai adalah carmosin dan erytrosin. Sel foli-kular
Hipofise menghasilkan hormon tropik dan nontropik. Hon-non tropik akan mengontrol
sintesa dan sekresi hormon kelenjar sasaran sedangkan hormon nontropik akan bekerja
langsung pada organ sasaran. Kemampuan hipofise dalam mempengaruhi atau mengontrol
langsung aktivitas kelenjar endokrin lain menjadikan hipofise dijuluki master of gland.
8
2.1.3 Fungsi Kelenjar Hipofise (pituitari)
pubertas
kesehatan)
doorfism(dewasa terlambat)
/ Lituitropik laktasi
9
3. Mempengaruhi pertumbuhan, maturitas, dan fungsi
FSH)
(ACTH)
Melanocyte-
stimulating.
Hormon (MSH)
darah meningkat
10
2.1.4 Kelainan pada kelenjar Hipofise
A. Definisi
Hiperpituitary adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau
satu atau lebih hormone- hormone yang disekresikan oleh kelenjar pituitary
B. Etiologi
a. Adenoma primer salah satu jenis sel penghasil hormone, biasanya sel
TSH terjadi apabila sekresi HT dan kelenjar tiroid menurun atau tidak
EGC).
11
C. Manifestasi Klinis
a. Perubahan bentuk dan ukuran tubuh serta organ organ dalam (seperti
b. Nyeri kepala
f. Impotensi
D. Patofisiologi
sel mana dari kelima sel-sel hipofise yang mengalami hiperfungsi. Kelenjar
kurang dari 10 mm, yang terdiri atas 1 jenis sel atau beberapa jenis sel.
Kebanyakan adalah tumor yang terdiri atas sel-sel penyekresi GH, ACTH
dan prolaktin. Tumor yang terdiri atas sel-sel pensekresi TSH-, LH- atau FSH-
sangat jarang terjadi. Functioning tumor yang sering di temukan pada hipofisis
anterior adalah :
12
Prolaktinoma (adenoma laktotropin) biasanya adalah tumor kecil, jinak,
yang terdiri atas sel-sel pensekresi prolaktin. Gejala khas pada kondisi ini
sangat jelas pada wanita usia reproduktif dan dimana terjadi tidak
bergantung pada usia klien saat terjadi kondisi ini. Misalnya saja pada klien
jari, tangan, kaki ), lidah, rahang, dan hidung. Organ-organ dalam juga turut
Kebanyakan tumor ini adalah mikroadonema dan secara klinis dikenal dengan
tanda khas penyakit Cushings. Ada dua perubahan fisiologis karena tumor
hipofisis:
13
a. Perubahan yang timbul karena adanya space-occupying mass dalam
kranium.
sella tursika), dengan besar diameter kurang dari 1cm dengan tanda-tanda
jaringan tumor yang semakin membesar.tekanan ini bisa terjadi saraf optic,
saraf karnial III (okulomotor), saraf karnial IV (roklear), dan saraf karnial
14
E. Woc/ pathway Hiperpituitarisme
Hiperplasi kelenjar
Peningkatan hipofisis
TIK
Kompresi
pada nervus Hiperfungsi
Peningkatan jaring
occulomotoriu kelenjar
an intrakranial
s dan nervus
trokleari
Nyeri kepala Hipersekresi
hormon
Gangguan
fungsi penglihatan Nyeri akut
berhubungan dengan Peningkatan Peningakatan
GH ACTH
Penurunan penglih agen cedera fisik
atan (visus
(peningkatan tekanan
menurun)
intra kranial) Pertumbuhan
jaringan Hipersekresi hormone
adrenokortikal
Gangguan persepsi
sensori perceptual Per-pubertas
(penglihatan) berhubu Sekresi kortisol dan
ngan dengan gangguan aldosteron meningkat
transmisi impuls Pertumbuhan tulang dan
akibat kompresi pada jaringan lunak,
syaraf occulomotor pembesaran kepala, Hiperglikemia,
dan toklearis. tumbuh ramabut berlebih, TD meningkat
penebalan kulit.
Gangguan citra
Gigantisme tubuh berhubungan
dengan perubahan
fungsi tubuh
(penampilan fisik)
T, Heather. Herdman. Buku NANDA edisi 10. 2015
15
F. Penatalaksanaan
(parlodel)
G. Pemeriksaan penujang
1. Pemeriksaan Laboratorik
c. Pneumoensefalografi
d. CT Scan
e. Angiografi serebral
16
H. Komplikasi
1. Kebutaan/gangguan penglihatan
2. Diabetes melitus
3. Hipertensi
4. Gagal jantung
5. Arteriosklerosis
6. Kardiomiopati
7. Artritis
9. Osteoporosis
I. Asuhan keperawatan
1. Identitas
sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan yang dapat
tumor.
17
c. Riwayat penyakit dahulu: gangguan penglihatan, diabetes melitus,
mengalami hiperpituitarisme.
3. Pemeriksaan fisik
dan hidung besar, kepala, tangan / lengan dan kaki juga bertambah
dengan baik.
berkeringat.
h. Hipertensi
k. Kelemahan
l. Perubahan nutrisi
18
o. Intoleransi terhadap stress
p. Ketidakstabilan emosional
4. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorik
h. Pneumoensefalografi
i. CT Scan
j. Angiografi serebral 3)
5. Diagnosa keperawatan
(penampilan fisik)
kranial)
10. 2015)
19
6. Intervensi keperawatan
(penampilan fisik)
Kriteria Hasil:
Intervensi keperawatan:
pembedahan
dengan pengobatan
20
5. Tentukan pakah perubahan citra tubuh berkotribusi pada
NIC:324).
intra kranial)
Kriteria Hasil :
Intervensi keperawatan:
21
b. Gangguan persepsi sensori perceptual (penglihatan) berhubungan
Kriteria Hasil :
Intervensi keperawatan:
A. Definisi
purnasari, 2012).
dalam sella tursika yang sempit, gangguan penglihatan dapat terjadi pada
22
Hipopituitary adalah kelainan akibat berkurangnya atau menghilangnya
sekresi dari satu atau lebih hormon hipofisis dan menyebabkan gangguan
pertumbuhan yaitu ukuran tubuh kecil atau cebol, timbulnya tanda-tanda dan
B. Etiologi
kimia
1. Tumor hipotalamus
2. Peradangan
3. Cedera kepala
pembedahan.
23
C. Manifestasi klinis
2. Pertumbuhan lambat
D. Patofisiologi
Hipofungsi hipofisis anterior terjadi jika 75% parenkim rusak, dan bersifat
kasus ini disebabkan oleh proses destruktif yang secara langsung mengenai
24
b. Pembedahan atau radiasi hipofisis.
2010:1186).
c. Apopleksi hipofisis.
(Kumar, 2010:1186).
rentan terhadap cedera sistemik dalam situasi ini dan biasanya tidak
25
lain, misal koagulasi intravaskular diseminata dan anemia sel sabit,
ajringan ikat yang melekat ke dinding sella yang kosong seperti apa
dalam sella, lalu sella melebar dan hipofisis tertekan. Hal ini bisa
g. Defek genetik.
26
E. Woc/ pathway Hipopituitari
27
F. Penatalaksanaan
G. Pemeriksaan diagnostik
tumor atau juga atropi. Tidak dibutuhkan persiapan fisik secara khusus,
penting.
3. CT Scan otak
adalah darah vena yang diambil lebih kurang 5cc (Corenblum, 2013)
H. Komplikasi
1. Gangguan hipotalamus
28
2. Penyakit organ target seperti gagal tiroid primer, penyakit adison atau
ektopik
5. Sindrom Parkinson
I. Asuhan keperawatan
1. Identitas
2. Keluhan utama
a. Mudah lelah.
b. Lemas.
c. Pucat.
29
3. Data yang harus dilengkapi
b. Keluhan terjadi sejak lahir: Klien mengatakan bahwa tubuhnya kecil dan
4. Pemeriksaan fisik
TD : 100/70 mmHg
RR : 16x/menit
N : 120x/menit
S : 36,5C
TB : 150 cm
murung.
30
Klien selama sakit tidak pernah melaksanakan ibadah karena
saat ini.
A. Pemeriksaan laboraturium
E. Pneumoensefalografi
31
Poliomografi berbagai arah (multi direksional)
F. CT scan
G. Angiografi serebral
6. Pemeriksaan Diagnostik
32
LH normal 6-10 mikrogram/ml
e. Tes provokatif
hormon serum
7. Analisa Data
1. DS: Istri klien mengatakan suaminya tidak Defisit Growth Gangguan pola seksualitas
hormon.
DO:
Defisiensi gonadotropin
Libido menurun
33
2. DS: Klien mengatakan pandangannya kabur. Klien menarik diri Gangguan persepsi sensori
(penglihatan) berhubungan
DO:
dengan gangguan transmisi
Hasil pemeriksaan visus; OD: 2/6,
impuls sebagai akibat
OS: 2/6
penekanan tumor pada nervus
Tumor
optikus.
Nervus optikus tertekan
(penglihatan).
3. DS: Klien mengeluh bahwa ia malu untuk Gangguan citra tubuh. Gangguan citra tubuh yang
karena tubuhnya yang kerdil dan tidak struktur tubuh dan fungsi tubuh
rambut)
34
8. Intervensi keperawatan
jika tepat.
2. Gangguan citra Tujuan: Setelah dilakukan 1. Dorong individu untuk 1. Bantu staf
35
dengan citra tubuh yang positif dan 2. Dorong individu untuk perasaan sendiri
solving
36
3. Gangguan Tujuan: Setelah dilakukan 1. Kurangi penglihatan yang 1. Meningkatkan
37
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit hipofisis terjadi lebih sering dibagian lobus anterior. Penyebab utama
adalah bisa terkait tumor fungsional dna tumor nonfunsional, infark hipofisis,
penyakit genetik, dan trauma. Tiga prinsip konsekuensi (1) hiperpituitarisme, (2)
hipopituitarisme, (3) dan kompresi lokal jaringan otak akibat pembesaran tumor
(joyce M. Black.2014).
oval dengan diameter kira-kira 1 cm dan dibagi atas dua lobus anterior.
Hiperpituitary adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau
hormone pertumbuhan atau yang dikenal dengan growt hormone (ptri, purnasari,
2012).
sindrom kelebihan hormon bila adenoma mendesak jaringan hipofisis lain di dalam
sella tursika yang sempit, gangguan penglihatan dapat terjadi pada hipopituarisme
ini, karena adanya perluasan/ ekstensi tumor suprasella ke dalam dasar tengkorak
38
3.2 Saran
hipopituitari).
39
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: EGC.
Huda Nurarif, Amin dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan DiagnosaMedis
40