KELAS : A
NAMA KELOMPOK 3
STEVANI JACOB
OLIVIA FRISCA MALENSANG
WIDIA SAMPE POLAN
SERGIO MIDU
MERCY MANTIRI
(14061016)
(14061043)
(14061002 )
( 14061010 )
(
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenaannya kami
kelompok 3 dapat menyusun makalah tentang Hipermetropi. Penyusunan makalah
ini bertujuan selain untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Persepsi Sensori, namun
makalah ini di susun untuk menambah pengetahuan, wawasan khususnya bagi
kami mahasiswa keperawatan yang merupakan calon perawat agar lebih mengerti
dan lebih tahu tentang penyakit hipermetropi demi penyusunan askep nantinya.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak, untuk itu kami
sangat berterimakasih kepada Dosen yang telah membimbing dan memberikan
banyak pelajaran sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik. Bagi temanteman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini kami pun
berterimakasih.
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan,
untuk itu kami memohon maaf dan mengharapkan saran dan kritikan dari para
pembaca yang dapat membangun untuk kedepannya dalam penyusunan makalah
yang lebih baik lagi. Terimakasih
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1.
LATAR
BELAKANG...
1.2.
MANFAAT
1.3.
TUJUAN
BAB II : PEMBAHASAN.
2.1 DEFINISI
2.2 ETIOLOGI.
2.3 ANATOMI DAN FISIOLOGI...
2.4 PATOFISIOLOGI..
2.5 PATOFLOW...
2.6 TANDA DAN GEJALA.
2.7 PENATALAKSANAAN
BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN...
3.1 PENGKAJIAN..
3.2 DIAGNOSA
3.3 INTERVENSI.
BAB IV : PENUTUP.
4.1 KESIMPULAN..
4.2 SARAN.
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada
retina (makula lutea atau bintik kuning). Pada kelainan refraksi terjadi
ketidakseimbangan sistem optik pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur.
Pada mata normal, kornea dan lensa membelokkan sinar pada titik fokus yang tepat pada
sentral retina. Keadaan ini memerlukan susunan kornea dan lensa yang sesuai dengan
panjangnya bola mata. Pada kelainan refraksi sinar tidak dibiaskan tepat pada bintik
kuning, akan tetapi dapat di depan atau di belakang bintik kuning dan bahkan tidak
terletak pada satu titik yang tajam. Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk miopia,
hipermetropia, astigmat, dan presbiopi.1
Hipermetropia adalah keadaan mata yang tidak berakomodasi memfokuskan
bayangan di belakang retina. Hipermetropia terjadi jika kekuatan yang tidak sesuai antara
panjang bola mata dan kekuatan pembiasan kornea dan lensa lemah sehingga titik fokus
sinar terletak di belakang retina. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan panjang sumbu
bola mata (hipermetropia aksial), penurunan indeks biasrefraktif (hipermetropia
refraktif), seperti afakia.
Hipermetropia juga dikenal dengan istilah hyperopia atau rabun dekat. Pasien
dengan hipermetropia mendapat kesukaran untuk melihat dekat akibat danakan
bertambah berat dengan bertambahnya umur yang diakibatkan melemahnya otot siliar
untuk akomodasi dan berkurangnya kekenyalan lensa.
B. Rumusan masalah
- Apakah Definisi dari penyakit Hipermetropi ?
- Apasajakah yang menjadi penyebab terjadinya penyakit Hipermetropi?
- Apa saja tanda dan gejala dari penyakit Hipermetropi?
- Bagaimana cara pengobatan penyakit Hipermetropi ?
- Apa pencegahan penyakit Hipermetropi ?
C. Tujuan
- Untuk mengetahui seperti apa penyakit hipermetropi
- Untuk mengetahui etiologi penyakit Hipermetropi
- Untuk mengetahui tanda dan gejala atau simpton dari penyakit Hipermetropi
- Untuk mengetahui apa saja yang menjadi data penunjang penyakit Hipermetropi
- Untuk mengetahui Patofisiologi penyakit Hipermetropi
- Untuk mengetahui komplikasi apa saja yang terjadi pada penyakit Hipermetropi
- Untuk mmengetahui klasifikasi penyakit Hipermetropi.
D. Manfaat
- Bagi kelompok, untuk menambah pengetahuan mengenai penyakit Hipermetropi
dimulai dari definisi, penyebab terjadinya penyakit hipermetropi, komplikasi,
-
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
2.2 ETIOLOGI
Penyebab dari hipermetropi adalah sebagai berikut :
a. Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek (Hipermetropi Axial)
Biasanya terjadi karena Mikropthalmia, renitis sentralis, arau ablasio retina (lapisan
b.
retina lepas lari ke depan sehingga titik fokus cahaya tidak tepat dibiaskan).
Daya pembiasan bola mata yang terlalu lemah (Hipermetropi Refraksi)
Terjadi gangguan-gangguan refraksi pada kornea, aqueus humor, lensa dan vitreus
humor. Gangguan yang dapat menyebabkan hipermetropi adalah perubahan pada
komposisi kornea dan lensa sehingga kekuatan refraksi menurun dan perubahan pada
komposisi aqueus humor dan viterus humor. Misal pada penderita Diabetes Melitus
c.
belakang retina.
d. Perubahan posisi lensa
Dalam hal ini, posisi lensa menjadi lebih posterior
2.3 ANATOMI DAN FISIOLOGI
lemah, kelengkungan kornea dan lensa tidak adekuat perubahan posisi lensa dapat
menyebapkan sinar yang masuk dalam mata jatuh di belakang retina sehingga
penglihatan dekat jadi terganggu (Sidarta Ilyas, 2010 : 78-79).
2.5 PATOFLOW
Penurunan penglihatan
Penurunan retraksi lensa
Gangguan
persepsi sensori
: Penglihatan
di belakang retina
Nyeri
Ansiet
as
Kurang pengetahuan
Resiko
cedera
`
Gejala
a. Asimtomatik. Sejumlah kecil kesalahan bias pada pasien muda biasanya
dikoreksi oleh upaya akomodatif tanpa menghasilkan apapun gejala.
b. Penderita hipermetropia sukar untuk melihat dekat dan tidak sukar melihat jauh
c. Gejala astenopia seperti kelelahan mata, nyeri kepala bagian frontal atau frontotemporal, fotofobia ringan. Gejala astenopia ini terutama terkait dengan
pekerjaan yang mebutuhkan penglihatan dekat.
d. Penglihatan kabur dengan gejala astenopia. Ketika hipermetropi tidak dapat
dikoreksi sepenuhnya oleh upaya akomodatif, maka pasien mengeluh
penglihatan kabur untuk melihat jarak dekat dan berhubungan dengan gejala
astenopia karena usaha akomodatif yang terus menerus.
Tanda
a. Ukuran bola mata mungkin tampak kecil secara keseluruhan.
b. Kornea mungkin sedikit lebih kecil dari normal..
c. Ruang anterior relatif dangkal
2.7 PENATALAKSANAAN
A. Koreksi Refraksi
1. Kacamata
untuk memperbaiki kelainan refraksi adalah dengan mengubah sistem
pembiasan dalam mata. Pada hipermetropia diperlukan lensa cembung atau
konveks untuk mematahkan sinar lebih kuat ke dalam lensa. Pengobatan
hipermetropia adalah diberikan koreksi hipermetropia manifes dimana tanpa
siklopegia didapatkan ukuran lensa positif maksimal yang memberiakan tajam
penglihatan normal.(1, 3, 4)
Pada pasien di mana akomodasi masih sangat kuat atau pada anak-anak,
maka sebaiknya dilakukan dengan memberikan siklopegik atau melumpuhkan
otot akomodasi. Dengan melumpuhkan otot akomodasi, maka pasien akan
mendapatkan koreksi kacamatanya dengan mata yang istirahat.
2. Lensa kontak
Untuk : Anisometropia, Hipermetropia tinggi. Lensa kontak dapat mengurangi
masalah dalam hal koreksi visus penderita hipermetropia akan tetapi perlu
diperhatikan kebersihan dan ketelitian pemakaiannya. Selain itu, perlu
diperhatikan juga masalah lama pemakaian, infeksi, dan alergi terhadap bahan
yang dipakai.
2.8 PENCEGAHAN
1. duduk dengan posisi tegak ketika menulis.
2. stirahatkan mata setiap 30-60 menit setelahmenonton TV, komputer atau setelah
membaca.
3. Aturlah jarak baca yang tepat (> 30 cm).
4. Gunakan penerangan yang cukup
5. Jangan membaca dengan posisi tidur.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Melakuakan pengkajian meliputi hal berikut :
a. Data demografi
umur, pekerjaan perlu dikaji terutama pada pekerjaan yang memerlukan penglihatan
ekstra dan pada pekerjaan yang membutuhkan kontak dengan cahaya yang terlalu
b.
3. Gunakan lampu atau penerangan yang cukup (dari atas dan belakang) saat membaca.
Rasional : mengurangi silau dan akomodasi berlebihan.
4. Kolaborasi : pemberiaan kacamata untuk meningkatkan tajam penglihatan klien.
b. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan kemampuan memfokuskan
sinar pada retina
Tujuan :
1. Ketajaman penglihatan klien meningkat dengan bantuan alat
2. Klien mengenal gangguan sensori yang terjadi dan melakukan kompensasi terhadap
perubahan
Intervensi :
1. Jelaskan penyebab terjadinya gangguan penglihatan. Rasional : pengetahuan tentang
penyebab mengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan klien sehingga
klien kooperatif dalam tindakan keperawatan.
2. Lakukan uji ketajaman penglihatan. Rasional : mengetahui visus dasar klien dan
perkembangannya setelah diberikan tindakan.
3. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian lensa kontak atau kacamata bantu
atau operasi (keratotomy radikal).
c. Risiko cidera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan
Tujuan :
Tidak terjadi cidera.
Kriteria hasil :
1. Klien dapat melakukan aktivitas tanpa mengalami cidera
2. Klien dapat mengidentifikasi potensial bahaya dalam lingkungan
Intervensi :
1. Jelaskan tentang kemungkinan yang terjadi akibat penurunan tajam penglihatan.
Rasional : perubahan ketajaman penglihatan dan kedalaman persepsi dapat
meningkatkan risiko cidera sampai klien belajar untukmengkompensasi.
2. Beritahu klien agar lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitas.
3. Batasi aktivitas seperti mengendarai kendaraan pada malam hari. Rasional :
mengurangi potensial bahaya karena penglihatan kabur.
4. Gunakan kacamata koreksi atau pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi untuk
menghindari cidera (Indriani Istiqomah, 2004 : 208-211)
PERENCANAAN
N
O
DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
Gangguan rasa
-Kelelahan otot-otot
1.Observasi
1.Dapat membantu
keadaan,intensitas nyeri
dalam menentukan
Kelelahan otot-otot
-Nyeri berangsur-angsur
intervensi
penggerak lensa
berkurang
selanjutnya.
2.Ajarkan klien untuk
2.Metode pengalihan
mengalihkan suasana
suasana dengan
dengan melakukan
melakukan relaksasi
bisa mengurangi
sangat muncul,relaksasi
klien.
3.Analgesik
merupakan pereda
analgesic.
4.Kolaborasi untuk
4.Penyebab nyeri
pemeriksaan
adalah kelelahan
kemampuan otot-otot
otot-otot penggerak
penggerak lensa.
lensa,dengan
mengetahui
kemampuannya
dapat menentukan
tindakan selanjutnya.
Gangguan Persepsi
1.Dapat membantu
Sensori: Penglihatan
dapat dimaksimalkan
untuk menentukan
b.d Penurunan
-sedikit-demi sedikit
pandang klien.
intervensi
Retraksi Lensa
selanjutnya.
2.Anjurkan klien untuk
2.Membaca terlalu
lama dapat
lama.
menyakiti mata.
3.Berikan penerangan
3.Membantu
yang cukup.
memperjelas objek.
4.Kolaborasi untuk
4.Kacamata
membantu
memfokuskan
mata.
3.
1.Observasi tingkat
1.Dapat membantu
Kesehatan
dapat meningkat
kecemasan klien
dalam menentukan
-Ansietas berangsur-angsur
Intervensi
berkurang.
selanjutnya.
2.Dengarkan dengan
2. Mendengar
memungkinkan
penyakit dan
mengenai
tindakannya
kesalahpahaman dan
kesalahan informasi
3.Berikan penyuluhan
3.Menambah
pengetahuan klien
tentang penyakit
yang dideritanya.
4.
-Menunjukan perubahan
1.Membantu
penurunan fungsi
meningkatkan kerja
sensori penglihatan
pembatasan aktivitas
sama dalam
pembatasan yang
dari cedera.
diperlukan.
-Mengubah lingkungan
2.untuk mencegah
menggerakan kepala
terjadinya cedera.
untuk meningkatkan
tiba-tiba,
keamanan
3.Pertahankan
3.digunakan untuk
Perlindungan mata
melindungi dari
cedera kecelakaan
dan menurunkan
gerakan mata.
4.Nyeri menunjukan
membedakan antara
adanya kelelahan
ketidaknyamanan dan
otot-otot penggerak
lensa
tiba-tiba.
5.
Kurang pengetahuan
1.Meningkatkan
atau informasi
kondisi individu,
pemahaman perawat
prognosis dan
tentang kondisi
pengobatan b.d
pengobatan.
klien.
Perubahan status
penyakit.
2.Memberikan
perjalanan penyakitnya
informasi kepada
klien tentang
akan dilakukan
penyakitnya.
3.Anjurkan klien
3.Membaca terlalu
menghindari membaca
menonton Tv dengan
tidur,menonton TV
dapat
dekat
mengakibatkan
kesehatan
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Hipermetropia adalah keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata, di
mana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di
belakang retina.
Hipermetropia terjadi jika kekuatan yang tidak sesuai antara panjang bola
mata dan kekuatan pembiasan kornea dan lensa lemah sehingga titik fokus sinar
terletak di belakang retina. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan panjang sumbu
bola mata (hipermetropia aksial), lebih datarnya kurvatura kornea lensa atau
keduanya (hipermetropia kurvatur), penurunan index refraksi lensa ((hipermetropia
index), letak lensa kristalina yang lebih posterior (hipermetropia index) atau pun
akibat tidak adanya lensa.
Berdasarkan akomodasi, hipermetropia dibedakan secara klinis menjadi
hipermetropia total, hipermetropia laten dan hipermetropia manifest. Hipermetropia
manifes terdiri dari hipermetropia absolut dan fakultatif.
Serangkaian pemeriksaan dapat dilakukan untuk mengetahui apakah
seseorang mengalami kelainan hipermetropia atau tidak. Pemeriksaan refraksi terdiri
atas teknik pemeriksaan secara subjektif dan objektif. Pemeriksaan secara subjektif
bergantung kepada respon pasien sedangkan objektif dilakukan dengan menggunakan
retinoskopi dan alat alat lainnya.
Setelah ditemukan bentuk kelainan refraksi pada pasien berupa
hipermetropia, maka selanjutnya penatalaksanaan dapat dilakukan dengan berbagai
cara seperti penggunaan kacamata, lensa kontak, atau tindakan pembedahan.
4.2 SARAN