Anda di halaman 1dari 19

HIPERMETROPI

KELAS : A
NAMA KELOMPOK 3

STEVANI JACOB
OLIVIA FRISCA MALENSANG
WIDIA SAMPE POLAN
SERGIO MIDU
MERCY MANTIRI

(14061016)
(14061043)
(14061002 )
( 14061010 )
(

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO


FAKULTAS KEPERAWATAN
2015/2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenaannya kami
kelompok 3 dapat menyusun makalah tentang Hipermetropi. Penyusunan makalah
ini bertujuan selain untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Persepsi Sensori, namun
makalah ini di susun untuk menambah pengetahuan, wawasan khususnya bagi
kami mahasiswa keperawatan yang merupakan calon perawat agar lebih mengerti
dan lebih tahu tentang penyakit hipermetropi demi penyusunan askep nantinya.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak, untuk itu kami
sangat berterimakasih kepada Dosen yang telah membimbing dan memberikan
banyak pelajaran sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik. Bagi temanteman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini kami pun
berterimakasih.
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan,
untuk itu kami memohon maaf dan mengharapkan saran dan kritikan dari para
pembaca yang dapat membangun untuk kedepannya dalam penyusunan makalah
yang lebih baik lagi. Terimakasih

Manado, 19 April 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN
1.1.

LATAR
BELAKANG...

1.2.
MANFAAT
1.3.
TUJUAN
BAB II : PEMBAHASAN.
2.1 DEFINISI
2.2 ETIOLOGI.
2.3 ANATOMI DAN FISIOLOGI...
2.4 PATOFISIOLOGI..
2.5 PATOFLOW...
2.6 TANDA DAN GEJALA.
2.7 PENATALAKSANAAN
BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN...
3.1 PENGKAJIAN..
3.2 DIAGNOSA
3.3 INTERVENSI.
BAB IV : PENUTUP.
4.1 KESIMPULAN..
4.2 SARAN.
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada
retina (makula lutea atau bintik kuning). Pada kelainan refraksi terjadi
ketidakseimbangan sistem optik pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur.
Pada mata normal, kornea dan lensa membelokkan sinar pada titik fokus yang tepat pada
sentral retina. Keadaan ini memerlukan susunan kornea dan lensa yang sesuai dengan
panjangnya bola mata. Pada kelainan refraksi sinar tidak dibiaskan tepat pada bintik
kuning, akan tetapi dapat di depan atau di belakang bintik kuning dan bahkan tidak
terletak pada satu titik yang tajam. Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk miopia,
hipermetropia, astigmat, dan presbiopi.1
Hipermetropia adalah keadaan mata yang tidak berakomodasi memfokuskan
bayangan di belakang retina. Hipermetropia terjadi jika kekuatan yang tidak sesuai antara
panjang bola mata dan kekuatan pembiasan kornea dan lensa lemah sehingga titik fokus
sinar terletak di belakang retina. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan panjang sumbu
bola mata (hipermetropia aksial), penurunan indeks biasrefraktif (hipermetropia
refraktif), seperti afakia.
Hipermetropia juga dikenal dengan istilah hyperopia atau rabun dekat. Pasien
dengan hipermetropia mendapat kesukaran untuk melihat dekat akibat danakan
bertambah berat dengan bertambahnya umur yang diakibatkan melemahnya otot siliar
untuk akomodasi dan berkurangnya kekenyalan lensa.
B. Rumusan masalah
- Apakah Definisi dari penyakit Hipermetropi ?
- Apasajakah yang menjadi penyebab terjadinya penyakit Hipermetropi?
- Apa saja tanda dan gejala dari penyakit Hipermetropi?
- Bagaimana cara pengobatan penyakit Hipermetropi ?
- Apa pencegahan penyakit Hipermetropi ?
C. Tujuan
- Untuk mengetahui seperti apa penyakit hipermetropi
- Untuk mengetahui etiologi penyakit Hipermetropi
- Untuk mengetahui tanda dan gejala atau simpton dari penyakit Hipermetropi
- Untuk mengetahui apa saja yang menjadi data penunjang penyakit Hipermetropi
- Untuk mengetahui Patofisiologi penyakit Hipermetropi
- Untuk mengetahui komplikasi apa saja yang terjadi pada penyakit Hipermetropi
- Untuk mmengetahui klasifikasi penyakit Hipermetropi.

D. Manfaat
- Bagi kelompok, untuk menambah pengetahuan mengenai penyakit Hipermetropi
dimulai dari definisi, penyebab terjadinya penyakit hipermetropi, komplikasi,
-

pencegahan bahkan Asuhan Keperawatan bagi pasien dengan penyakit Hipermetropi.


Bagi pembaca, untuk memberi pengetahuan dan sebagai acuan untuk menulis
makalah tentang hipermetropi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI

Hipermetropia juga dikenal dengan istilah hiperopia atau rabun dekat.


Hipermetropia merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata dimana
sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang
makula lutea (Ilyas, 2004).
Hipermetropia adalah suatu kondisi ketika kemampuan refraktif mata
terlalu lemah yang menyebabkan sinar yang sejajar dengan sumbu mata tanpa
akomodasi difokuskan di belakang retina (Istiqomah, 2005).
Hipermetropia adalah keadaan mata yang tidak berakomodasi
memfokuskan bayangan di belakang retina. Hipermetropia terjadi jika kekuatan
yang tidak sesuai antara bola mata dan kekuatan pembiasan kornea dan lensa lemah
sehingga titik fokus sinar terletak di belakang retina (Patu, 2010).
Klasifikasi
a. Hipermetropia manifest
Adalah hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan kacamata positif maksimal
yang memberikan tajam penglihatan normal. Hipermetropia ini terdiri atas
hipermetropia absolut ditambah dengan hipermetropia fakultatif. Hipermetropia
manifes didapatkan tanpa siklopegik dan hipermetropia yang dapat dilihat dengan
koreksi kacamata yang maksimal.
b. Hipermetropia Absolut
Dimana kelainan refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi dan memerlukan
kacamata positif untuk melihat jauh. Biasanya hipermetropia laten yang ada
berakhir dengan hipermetropia absolut ini. Hipermetropia manifes yang tidak
memakai tenaga akomodasi sama sekali disebut sebagai hipermetropia absolut,
sehingga jumlah hipermatropia fakultatif dengan hipermetropia absolut adalah
hipermetropia manifes.
c. Hipermetropia Fakultatif

Dimana kelainan hipermatropia dapat diimbangi dengan akomodasi ataupun


dengan kaca mata positif. Pasien yang hanya mempunyai hipermetropia fakultatif
akan melihat normal tanpa kaca mata yang bila diberikan kaca mata positif yang
memberikan penglihatan normal maka otot akomodasinya akan mendapatkan
istrahat. Hipermetropia manifes yang masih memakai tenaga akomodasi disebut
sebagai hipermetropia fakultatif.
d. Hipermetropia Laten
Dimana kelainan hipermetropia tanpa siklopegi ( atau dengan obat yang
melemahkan akomodasi) diimbangi seluruhnya dengan akomodasi.
Hipermetropia laten hanya dapat diukur bila siklopegia. Makin muda makin besar
komponen hipermetropi laten seseorang. Makin tua seseorang akan terjadi
kelemahan akomodasi sehingga hipermetropia laten menjadi hipermetropia
fakultatif dan kemudian akan menjadi hipermetropia absolut. Hipermetropia laten
sehari-hari diatasi pasien dengan akomodasi terus menerus, teritama bila pasien
masih muda dan daya akomodasinya masih kuat.
e. Hipermetropia Total
Hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan siklopegia. (Sidarta
Ilyas, 2010 : 78-79).

2.2 ETIOLOGI
Penyebab dari hipermetropi adalah sebagai berikut :
a. Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek (Hipermetropi Axial)
Biasanya terjadi karena Mikropthalmia, renitis sentralis, arau ablasio retina (lapisan
b.

retina lepas lari ke depan sehingga titik fokus cahaya tidak tepat dibiaskan).
Daya pembiasan bola mata yang terlalu lemah (Hipermetropi Refraksi)
Terjadi gangguan-gangguan refraksi pada kornea, aqueus humor, lensa dan vitreus
humor. Gangguan yang dapat menyebabkan hipermetropi adalah perubahan pada
komposisi kornea dan lensa sehingga kekuatan refraksi menurun dan perubahan pada
komposisi aqueus humor dan viterus humor. Misal pada penderita Diabetes Melitus

c.

terjadi hipermetopi jika kadar gula darah di bawah normal


Kelengkungan kornea dan lensa tidak adekuat (hipermetropi kurvatura)
Kelengkungan kornea ataupun lensa berkkurang sehingga bayangan difokuskn di

belakang retina.
d. Perubahan posisi lensa
Dalam hal ini, posisi lensa menjadi lebih posterior
2.3 ANATOMI DAN FISIOLOGI

Kornea : Struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari


iris,pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.
Lensa : Srruktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus,
berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.
Retina : Lapisan Jaringan peka cahaya yang terletak dibagian belakang bola mata ;
berfungsi mengirimkan pesan visual melalui saraf optikus ke otak. Retina memiliki sel
fotoreseptor yang menerima cahaya.
2.4 PATOFISIOLOGI
Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek, daya pembiasan bola mata yang terlalu

lemah, kelengkungan kornea dan lensa tidak adekuat perubahan posisi lensa dapat
menyebapkan sinar yang masuk dalam mata jatuh di belakang retina sehingga
penglihatan dekat jadi terganggu (Sidarta Ilyas, 2010 : 78-79).

2.5 PATOFLOW

Adanya faktor penyebap(Sumbu utama bola


PATOFLOW HIPERMETROPI

mata yang terlalu pendek, daya pembiasan bola


mata yang terlalu lemah, kelengkungan kornea

Tidak bisa melihat dekat

dan lensa tidak adekuat perubahan posisi


lensa)

Penurunan penglihatan
Penurunan retraksi lensa

Gangguan
persepsi sensori

Cahaya masuk yang melewati lensa jatuh

: Penglihatan

di belakang retina

Lensa Berakomodasi Terus menerus

Perubahan status kesehatan


Kelelahan otot otot penggerak
lensa

Nyeri

Ansiet
as

Penggunaan mata dekat


Tidak menggunakan alat
bantu

Kurang pengetahuan

Sakit kepala Frontal

Resiko
cedera
`

2.6 TANDA DAN GEJALA

Gejala
a. Asimtomatik. Sejumlah kecil kesalahan bias pada pasien muda biasanya
dikoreksi oleh upaya akomodatif tanpa menghasilkan apapun gejala.
b. Penderita hipermetropia sukar untuk melihat dekat dan tidak sukar melihat jauh
c. Gejala astenopia seperti kelelahan mata, nyeri kepala bagian frontal atau frontotemporal, fotofobia ringan. Gejala astenopia ini terutama terkait dengan
pekerjaan yang mebutuhkan penglihatan dekat.
d. Penglihatan kabur dengan gejala astenopia. Ketika hipermetropi tidak dapat
dikoreksi sepenuhnya oleh upaya akomodatif, maka pasien mengeluh
penglihatan kabur untuk melihat jarak dekat dan berhubungan dengan gejala
astenopia karena usaha akomodatif yang terus menerus.
Tanda
a. Ukuran bola mata mungkin tampak kecil secara keseluruhan.
b. Kornea mungkin sedikit lebih kecil dari normal..
c. Ruang anterior relatif dangkal
2.7 PENATALAKSANAAN
A. Koreksi Refraksi
1. Kacamata
untuk memperbaiki kelainan refraksi adalah dengan mengubah sistem
pembiasan dalam mata. Pada hipermetropia diperlukan lensa cembung atau
konveks untuk mematahkan sinar lebih kuat ke dalam lensa. Pengobatan
hipermetropia adalah diberikan koreksi hipermetropia manifes dimana tanpa
siklopegia didapatkan ukuran lensa positif maksimal yang memberiakan tajam
penglihatan normal.(1, 3, 4)

Pada pasien di mana akomodasi masih sangat kuat atau pada anak-anak,
maka sebaiknya dilakukan dengan memberikan siklopegik atau melumpuhkan
otot akomodasi. Dengan melumpuhkan otot akomodasi, maka pasien akan
mendapatkan koreksi kacamatanya dengan mata yang istirahat.
2. Lensa kontak
Untuk : Anisometropia, Hipermetropia tinggi. Lensa kontak dapat mengurangi
masalah dalam hal koreksi visus penderita hipermetropia akan tetapi perlu
diperhatikan kebersihan dan ketelitian pemakaiannya. Selain itu, perlu
diperhatikan juga masalah lama pemakaian, infeksi, dan alergi terhadap bahan
yang dipakai.
2.8 PENCEGAHAN
1. duduk dengan posisi tegak ketika menulis.
2. stirahatkan mata setiap 30-60 menit setelahmenonton TV, komputer atau setelah
membaca.
3. Aturlah jarak baca yang tepat (> 30 cm).
4. Gunakan penerangan yang cukup
5. Jangan membaca dengan posisi tidur.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Melakuakan pengkajian meliputi hal berikut :
a. Data demografi
umur, pekerjaan perlu dikaji terutama pada pekerjaan yang memerlukan penglihatan
ekstra dan pada pekerjaan yang membutuhkan kontak dengan cahaya yang terlalu
b.

lama, seperti operator komputer, reparasi jam.


Keluhan yang dirasakan
pandangan atau penglihatan kabur, kesulitan memfokuskan pandangan, epifora,
pusing, sering lelah dan mengantuk dan terjadi astenopia akomodasi yang

menyebabkan klien lebih sering beristirahat.


c. Riwayat penyakit keluarga
Umumnya didapatkan riwayat penyakit diabetes militus
d. Riwayat penyakit yang lalu. (Indriani N. Istiqomah, 2004 : 208)
3.2 Diagnosa Keperawatan.\
Diagnosa yang dapat diambil pada kasus hipermetropia adalah sebagai berikut :
a. Gangguan rasa nyaman (pusing) berhubungan dengan usaha memfokuskan
pandangan
b. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan kemampuan
memfokuskan sinar pada retina
c. Risiko cidera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan (Indriani Istiqomah,
2004)
3.3 Intervensi
Intervensi dari masing-masing diagnosa di atas adalah sebagai berikut :
a. Gangguan rasa nyaman (pusing) berhubungan dengan usaha memfokuskan pandangan
Tujuan :
Rasa nyaman klien terpenuhi
Kriteria hasil :
1. Keluhan klien (pusing, mata lelah) berkurang atau hilang
2. Klien mengenal gejala gangguan sensori dan dapat berkompensasi terhadap
perubahan yang terjadi.
Intervensi :
1. Jelaskan penyebab pusing, mata lelah. Rasional : mengurangi kecemasan dan
meningkatkan pengetahuan klien sehingga klien kooperatif dalam tindakan
keperawatan.
2. Anjurkan klien agar pasien cukup istirahat dan tidak melakukan aktivitas membaca
terus menerus. Rasional : mengurangi kelelahan mata sehingga pusing berkurang.

3. Gunakan lampu atau penerangan yang cukup (dari atas dan belakang) saat membaca.
Rasional : mengurangi silau dan akomodasi berlebihan.
4. Kolaborasi : pemberiaan kacamata untuk meningkatkan tajam penglihatan klien.
b. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan kemampuan memfokuskan
sinar pada retina
Tujuan :
1. Ketajaman penglihatan klien meningkat dengan bantuan alat
2. Klien mengenal gangguan sensori yang terjadi dan melakukan kompensasi terhadap
perubahan
Intervensi :
1. Jelaskan penyebab terjadinya gangguan penglihatan. Rasional : pengetahuan tentang
penyebab mengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan klien sehingga
klien kooperatif dalam tindakan keperawatan.
2. Lakukan uji ketajaman penglihatan. Rasional : mengetahui visus dasar klien dan
perkembangannya setelah diberikan tindakan.
3. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian lensa kontak atau kacamata bantu
atau operasi (keratotomy radikal).
c. Risiko cidera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan
Tujuan :
Tidak terjadi cidera.
Kriteria hasil :
1. Klien dapat melakukan aktivitas tanpa mengalami cidera
2. Klien dapat mengidentifikasi potensial bahaya dalam lingkungan
Intervensi :
1. Jelaskan tentang kemungkinan yang terjadi akibat penurunan tajam penglihatan.
Rasional : perubahan ketajaman penglihatan dan kedalaman persepsi dapat
meningkatkan risiko cidera sampai klien belajar untukmengkompensasi.
2. Beritahu klien agar lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitas.
3. Batasi aktivitas seperti mengendarai kendaraan pada malam hari. Rasional :
mengurangi potensial bahaya karena penglihatan kabur.
4. Gunakan kacamata koreksi atau pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi untuk
menghindari cidera (Indriani Istiqomah, 2004 : 208-211)

PERENCANAAN

N
O

DIAGNOSA

TUJUAN

INTERVENSI

RASIONAL

Gangguan rasa

-Kelelahan otot-otot

1.Observasi

1.Dapat membantu

nyaman Nyeri b.d

penggerak lensa berkurang

keadaan,intensitas nyeri

dalam menentukan

Kelelahan otot-otot

-Nyeri berangsur-angsur

dan tanda-tanda vital.

intervensi

penggerak lensa

berkurang

selanjutnya.
2.Ajarkan klien untuk

2.Metode pengalihan

mengalihkan suasana

suasana dengan

dengan melakukan

melakukan relaksasi

metode relaksasi saat

bisa mengurangi

nyeri yang teramat

nyeri yang diderita

sangat muncul,relaksasi

klien.

yang seperti menarik


nafas panjang.
3.Kolaborasi dengan

3.Analgesik

dokter dalam pemberian

merupakan pereda

analgesic.

nyeri yang efektif


pada pasien untuk
mengurangi sensasi
nyeri dalam.

4.Kolaborasi untuk

4.Penyebab nyeri

pemeriksaan

adalah kelelahan

kemampuan otot-otot

otot-otot penggerak

penggerak lensa.

lensa,dengan
mengetahui
kemampuannya
dapat menentukan
tindakan selanjutnya.

Gangguan Persepsi

-Penggunaan Retraksi lensa 1.Kaji kemapuan

1.Dapat membantu

Sensori: Penglihatan

dapat dimaksimalkan

penglihatan dan jarak

untuk menentukan

b.d Penurunan

-sedikit-demi sedikit

pandang klien.

intervensi

Retraksi Lensa

gangguan penglihatan klien


dapat teratasi

selanjutnya.
2.Anjurkan klien untuk

2.Membaca terlalu

tidak membaca terlalu

lama dapat

lama.

menyakiti mata.

3.Berikan penerangan

3.Membantu

yang cukup.

memperjelas objek.

4.Kolaborasi untuk

4.Kacamata

penggunaan alat bantu

membantu

penglihatan seperti kaca

memfokuskan

mata.

bayangan objek agar


tepat jatuh di retina.

3.

Ansietas b.d Status

-Status kesehatan klien

1.Observasi tingkat

1.Dapat membantu

Kesehatan

dapat meningkat

kecemasan klien

dalam menentukan

-Ansietas berangsur-angsur

Intervensi

berkurang.

selanjutnya.
2.Dengarkan dengan

2. Mendengar

cermat apa yang

memungkinkan

dikatakan klien tentang

deteksi dan koreksi

penyakit dan

mengenai

tindakannya

kesalahpahaman dan
kesalahan informasi

3.Berikan penyuluhan

3.Menambah

tentang penyakit klien

pengetahuan klien
tentang penyakit
yang dideritanya.

4.

Resiko cedera b.d

-Menunjukan perubahan

1.Diskusikan apa yang

1.Membantu

penurunan fungsi

perilaku, pola hidup untuk

terjadi tentang kondisi

meningkatkan kerja

sensori penglihatan

menurunkan factor resiko

pembatasan aktivitas

sama dalam

dan untuk melindungi diri

pembatasan yang

dari cedera.

diperlukan.

-Mengubah lingkungan

2.Batasi aktivitas seperti

2.untuk mencegah

sesuai dengan indikasi

menggerakan kepala

terjadinya cedera.

untuk meningkatkan

tiba-tiba,

keamanan

3.Pertahankan

3.digunakan untuk

Perlindungan mata

melindungi dari

sesuai dengan indikasi.

cedera kecelakaan
dan menurunkan
gerakan mata.

4.Minta Pasien untuk

4.Nyeri menunjukan

membedakan antara

adanya kelelahan

ketidaknyamanan dan

otot-otot penggerak

nyeri mata tajam secara

lensa

tiba-tiba.
5.

Kurang pengetahuan

-Klien dapat mengetahui

1.Kaji informasi tentang

1.Meningkatkan

atau informasi

tentang penyakit yang

kondisi individu,

pemahaman perawat

tentang kondisi dan

diderita serta kondisi yang

prognosis dan

tentang kondisi

pengobatan b.d

dialami dan pengobatan

pengobatan.

klien.

Perubahan status

penyakit.

2.Beritahu klien tentang

2.Memberikan

perjalanan penyakitnya

informasi kepada

serta pengobatan yang

klien tentang

akan dilakukan

penyakitnya.

3.Anjurkan klien

3.Membaca terlalu

menghindari membaca

lama dan membaca

terlalu lama dan

dengan posisi tidur,

membaca dengan posisi

menonton Tv dengan

tidur,menonton TV

jarak terlalu dekat

dengan jarak terlalu

dapat

dekat

mengakibatkan

kesehatan

kelelahan pada mata.

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Hipermetropia adalah keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata, di
mana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di
belakang retina.
Hipermetropia terjadi jika kekuatan yang tidak sesuai antara panjang bola
mata dan kekuatan pembiasan kornea dan lensa lemah sehingga titik fokus sinar
terletak di belakang retina. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan panjang sumbu
bola mata (hipermetropia aksial), lebih datarnya kurvatura kornea lensa atau
keduanya (hipermetropia kurvatur), penurunan index refraksi lensa ((hipermetropia
index), letak lensa kristalina yang lebih posterior (hipermetropia index) atau pun
akibat tidak adanya lensa.
Berdasarkan akomodasi, hipermetropia dibedakan secara klinis menjadi
hipermetropia total, hipermetropia laten dan hipermetropia manifest. Hipermetropia
manifes terdiri dari hipermetropia absolut dan fakultatif.
Serangkaian pemeriksaan dapat dilakukan untuk mengetahui apakah
seseorang mengalami kelainan hipermetropia atau tidak. Pemeriksaan refraksi terdiri
atas teknik pemeriksaan secara subjektif dan objektif. Pemeriksaan secara subjektif
bergantung kepada respon pasien sedangkan objektif dilakukan dengan menggunakan
retinoskopi dan alat alat lainnya.
Setelah ditemukan bentuk kelainan refraksi pada pasien berupa
hipermetropia, maka selanjutnya penatalaksanaan dapat dilakukan dengan berbagai
cara seperti penggunaan kacamata, lensa kontak, atau tindakan pembedahan.
4.2 SARAN

Pembahasan lebih lanjut mengenai etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis ,


tatalaksaa dan komplikasi hipermetropia masih diperlukan dari lebih banyak literatur
agar lebih dipahami dan dapat diaplikasikan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai