KEPANITERAAN KLINIK
LAPORAN KASUS ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
RS MARDI RAHAYU, KUDUS, JAWA TENGAH
Nama Mahasiswa
: Timothy Osho
NIM
: 11.2013.100
Dr. Pembimbing
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. M
Tanggal lahir : 30-12-1972
Umur : 53 tahun
Status perkawinan : sudah menikah
Tanggal datang : 4 November 2014
Alamat : Loram kulon RT 05, RW 05 Jati, Kudus
II.
Tanda Tangan:
PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
Autoanamnesis pada hari Rabu tanggal 4 November 2014 Jam 14.35 WIB
Keluhan utama :
Kedua mata terasa kering
Riwayat penyakit sekarang
1|Page
Os datang dengan keluhan kedua mata sering terasa kering dan pedes sejak 1 minggu
SMRS. Os juga mengeluh apabila keluhan sedang kambuh mata juga terasa lebih silau. Os
mengtakan keluhan ini sering berulang. Keluhan terasa lebih baik apabila diberi obat tetes
mata. Os mengaku lupa nama obatnya. Keluhan berupa mata terasa mengganjal, nyeri, dan
banyak kotoran pada mata disangkal.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat Diabetes (-)
Riwayat asma (-)
Riwayat alergi (-)
Riwayat trauma mata (-)
Riwayat penyakit mata yang serupa (+)
Riwayat operasi mata (+) : operasi katarak pada mata kanan pada tanggal 25 Mei
2012, dan mata kiri pada tanggal 26 Oktober 2013 keduanya dengan metode
EKEK+IOL
Riwayat penyakit keluarga
: Baik
Di sekitar lingkungan maupun di keluarga pasien, tidak ada yang mengalami
hal serupa dengan pasien.
Ekonomi : Cukup
2|Page
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Vital Sign
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 90x/menit
Pernafasan
: 18x/menit
Suhu
: 36.70 C
Status ophthalmologis
Mata
OD
OCULI DEXTRA(OD)
20/30
Gerak bola mata normal,
enoftalmus (-),
eksoftalmus (-),
strabismus (-)
Edema (-),
hiperemis (-),
nyeri tekan (-),
blefarospasme (-),
lagoftalmus (-),
ektropion (-),
entropion (-)
Edema (-),
injeksi konjungtiva (-),
injeksi siliar (-),
infiltrat (-),
hiperemis (-)
anemis (-)
OS
PEMERIKSAAN
Visus
Bulbus okuli
Palpebra
Konjungtiva
OCULI SINISTRA(OS)
20/40
Gerak bola mata normal,
enoftalmus (-),
eksoftalmus (-),
strabismus (-)
Edema (-),
hiperemis(-),
nyeri tekan (-),
blefarospasme (-),
lagoftalmus (-)
ektropion (-),
entropion (-)
Edema (-),
injeksi konjungtiva (-),
injeksi siliar (-),
infiltrat (-),
hiperemis (-)
anemis (-)
3|Page
Sklera
Kornea
Kedalaman dalam
hipopion (-),
hifema (-)
Kripta(-),warna coklat,(-),
edema(-), synekia (-)
Bulat, diameter 3 mm
letak sentral,
refleks pupil langsung (+),
refleks pupil tak langsung (+)
Jernih
IOL (+)
C/D ratio 0,3
Arteri:Vena= 2:3
Papil oedem (-),
Perdarahan (-),
Eksudat (-)
(+)
IV.
Fundus Refleks
Kedalaman dalam
hipopion (-)
hifema (-)
Kripta(-),warna coklat,(-),
edema(-), synekia (-),
Bulat, diameter 3 mm
letak sentral,
refleks pupil langsung (+),
refleks pupil tak langsung (+)
Jernih
IOL (+)
C/D ratio 0,3
Arteri:Vena= 2:3
Papil oedem (-),
Perdarahan (-),
Eksudat (-)
(+)
TIO
Sistem Lakrimasi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Iris
Pupil
Lensa
Retina
RESUME
Anamnesis
Seorang ibu berumur 53 tahun datang dengan keluhan kedua mata terasa kering,
pedes, dan terasa lebih silau sejak 1 minggu SMRS. Keluhan membaik apabila diberi
obat tetes mata.
Vital sign
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 90x/menit
Pernafasan
: 18x/menit
Suhu
: 36.70 C
4|Page
Status Ophtalmologis
Mata
OD
OCULI DEXTRA(OD)
20/30
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
IOL (+)
OS
PEMERIKSAAN
Visus
Bulbus okuli
Palpebra
Konjungtiva
Sklera
Kornea
Camera Oculi Anterior
Iris
Pupil
Lensa
Retina
Dbn
(+)
V.
OCULI SINISTRA(OS)
20/40
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
IOL (+)
Dbn
Fundus Refleks
(+)
DIAGNOSIS BANDING
1. ODS Pseudofakia
ODS Afakia
2. ODS Dry eye syndrome
ODS Blefaritis
VI.
DIAGNOSIS KERJA
ODS Pseudofakia
Dasar diagnosis:
Terdapat riwayat EKEK+IOL
DItemukan IOL pada pemerisaan fisik
ODS Dry eye syndrome
Dasar diagnosis:
Ada keluhan kering, silau
5|Page
PENATALAKSANAAN
Non medika mentosa
Diet normal
Istirahat cukup
Medika mentosa
o Vitamin A, 1 dd 1
o Cendo Lyteers (Natrium & Kalium dengan Benzalkonium Cl) 0,01 %, 3
dd gtt II OS
VIII.
PROGNOSIS
OKULI DEKSTRA (OD)
OKULI SINISTRA (OS)
Quo Ad Vitam
Ad bonam
Ad bonam
Quo Ad Fungsionam
Ad bonam
Ad bonam
Quo Ad Sanationam
Ad bonam
Ad bonam
Quo Ad Kosmetikam
Ad bonam
Ad bonam
Alasannya: karena visus pasien masih baik, tidak mengganggu 8 syarat visus baik, kedua
mata dapat berfungsi dengan baik dan secara tampilan luar baik.
IX.
USUL DAN SARAN
6|Page
TINJAUAN PUSTAKA
A. KATARAK
Katarak adalah kekeruhan [opasitas] dari lensa yang tidak dapat menggambarkan
obyek dengan jelas di retina.
Klasifikasi katarak dapat dibagi menjadi :
1. Berdasarkan usia :
a. Katarak conginental ( terlihat pada usia dibawah 1 tahun )
b. Katarak juvenile ( terlihat sesudah usia 1 tahun )
c. Katarak presenile ( terlihat sampai usia 50 tahun )
d. Katarak senile ( setelah usia 50 tahun )
2. Katarak traumatik
3. Katarak komplikata
4. Katarak diabetik
Katarak imatur merupakan kekeruhan yang terjadi pada sebagian lensa. Oleh karena
kekeruhan di bagian posterior lensa, maka sinar oblik yang mengenai bagian yang keruh ini
akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan terlihat di pupil, ada daerha yang terang
sebagai refleks pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap
akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut tes shadow (+).
Pada stadium imatur dapat terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa menjadi
cembung, sehingga indeks refraksi berubah karena day biasnya bertambah dan mata menjadi
miopia. Keadaan ini disebut intumesensi. Dengan mencembungnya lensa iris terdorong ke
depan, menyebabkan sudut bilik mata menjadi lebih sempit, sehingga dapat menyebabkan
glaukoma sebagai penyulitnya.
Penyebab katarak belum diketahui secara pasti, tetapi diduga terjadi karena :
1. Proses pada nukleus. Oleh karena serabut-serabut yang terbentuk lebih dahulu
terdorong ke arah tengah, maka serabut-serabut bagian tengah menjadi lebih padat
(nukleus), mengalami dehidrasi, penimbunan ion calsium dan sklerosis. Pada nukleus
ini kemudian terjadi penimbunan pigmen. Pada keadaan ini lensa menjadi lebih
hipermetropia. Lama kelamaan nukleus lensa yang pada mulanya berwarna putih
7|Page
tidak akan mengganggu dan tidak perlu perawatan khusus dan tidak akan ditolak keluar
oleh tubuh.
Gejala dan tanda pseudofakia :
-
Penglihatan kabur
Visus jauh dengan optotype Snellen
Dapat merupakan myopi atau hipermetropi tergantung ukuran lensa yang ditanam
(IOL)
Terdapat bekas insisi atau jahitan
Pada saat ini pemasangan lensa terutama diusahakan terletak di dalam kapsul lensa.
Meletakkan lensa tanam didalam bilik mata memerlukan perhatian khusus :
1. Endotel kornea terlindung
2. Melindungi iris terutama pigmen iris
3. Melindungi kapsul posterior lensa
4. Mudah memasukkannya karena tidak memberikan cedera pada zonula lensa.
Keuntungan pemasangan lensa ini :
1. Penglihatan menjadi lebih fisiologis karena letak lensa yang ditempatkan pada tempat
lensa asli yang diangkat.
2. Lapang penglihatan sama dengan lapang pandangan normal
3. Tidak terjadi pembesaran benda yang dilihat
4. Psikologis, mobilisasi lebih cepat.
Pemasangan lensa tidak dianjurkan kepada :
1.
2.
3.
4.
5.
Lensa intraocular (IOL) umum digunakan untuk memperbaiki atau menyembuhkan cacat
visual. IOL dikategorikan dalam dua jenis: monofocal atau multifocal. Lensa
multifocal monofocal atau multifocal dapat dimanfaatkan dalam penggantian Lensa
mata rusak.
IOL monofokal
IOL monofokal yang berarti mereka memberikan visi pada satu jarak saja (jauh,
menengah atau dekat) berarti bahwa pasien harus memakai kacamata atau lensa
kontak untuk membaca, menggunakan komputer atau melihat pada jarak lengan.
IOL multifocal
IOL multifokal menawarkan kemungkinan melihat dengan baik pada lebih dari
satu jarak, tanpa kacamata atau lensa kontak.
Toric IOL untuk Astigmatisma
IOL toric dirancang untuk
mengoreksi astigmatisme.
dalam
berbagai kekuatan visi jarak, dalam 2 versi. Satu, mengoreksi hingga 2,00 dioptri (D)
dari Silindris dan yang lain mengoreksi hingga 3,50 D. Model yang berbeda juga dapat
menyaring UV yang berpotensi merusak atau cahaya biru.
Kebanyakan ahli bedah yang merawat Silindris pada pasien katarak, cenderung
menggunakan
atau limbal
relaxation
incision,
yang
mata lain
yang
Biasanya orang dapat menyesuaikan diri. Tapi jika tidak bisa, penglihatan mungkin
menjadi kabur baik dekat dan jauh. Masalah lain adalah bahwa persepsi kedalaman dapat
11 | P a g e
Aspheric IOL
IOL berbentuk bola, yang berarti permukaan depan secara seragam melengkung. IOL
aspheric, pertama kali diluncurkan oleh Bausch + Lomb pada tahun 2004, yang sedikit
datar di pinggiran dan dirancang untuk memberikan sensitivitas kontras yang lebih baik.
Lensa ini memiliki kemampuan untuk mengurangi penyimpangan visual.
Beberapa ahli bedah katarak memperdebatkan manfaat IOLs aspheric, karena manfaat
sensitivitas kontras tidak dapat berlangsung pada pasien yang lebih tua karena sel-sel
ganglion retina adalah penentu utama sensitivitas kontras dan pada usia tua secara
bertahap kehilangan sel-sel ini. Namun, orang muda yang menjalani operasi katarak
sekarang cenderung memiliki sel ganglion lebih banyak dan lebih sehat. Jadi mereka
akan dapat menikmati sensitivitas kontras yang lebih baik untuk waktu yang lama.
Blue Light-Filtering IOLs
IOL ini memfilter baik ultraviolet (UV) dan energi tinggi sinar biru, yang keduanya
terkandung dalam cahaya alami maupun buatan. Sinar UV telah lama dicurigai bisa
menyebabkan
katarak
dan gangguan
penglihatan lain,
dan
IOL
banyak menyaring mereka keluar seperti lensa mata alami sebelum penghapusan
dalam operasi katarak. Sinar biru, yang berkisar 400-500 nanometer (nm) dalam
spektrum cahaya, dapat menyebabkan kerusakan retina dan berperan dalam timbulnya
degenerasi makula.
IOL ini berwarna kuning transparan untuk menyaring sinar biru. Sebenarnya warna ini
mirip dengan lensa kristal alami. Warna kuning ini tidak mengubah warna lingkungan
atau kualitas penglihatan. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa
sensitivitas kontras mungkin hilang dengan pemakaian IOL jenis ini. Dalam studi
Austria, beberapa orang yang menggunakan IOL ini melihat adanya penurunan
kualitas penglihatan ketika mereka diberi kuesioner.
Sebuah studi yang dilaporkan dalam edisi Desember 2010, Journal of Cataract &
Refractive Surgery menemukan bahwa pasien katarak dengan IOL berwarna kuning
memiliki kesulitan melihat dalam rentang warna biru pada kondisi pencahayaan yang
kurang.
12 | P a g e
Piggyback IOL
Bila pasien memiliki hasil yang kurang dari optimal dari lensa intraokular asli yang
digunakan dalam
operasi
untuk
memasukkan
lensa
tambahan dari yang dimiliki saat ini. Hal ini dikenal sebagai lensa piggyback,
mungkin dapat memperbaiki
penglihatan dan
dianggap lebih
aman
daripada
sangat
tinggi dalam
koreksi
visus,
seperti
untuk miopia berat atau astigmatisme, dapat disarankan kombinasi kekuatan dari dua
lensa intraokular pada satu mata dengan menggunakan lensa piggyback.
D. ANOFTALMIA
Anoftalmia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan tidak ada bola mata sama
sekali di dalam kavum orbita, disertai kelopak mata dan adneksa mata yang masih ada.
Enukleasi merupakan pengangkatan bola mata dengan mempertahankan jaringan
orbita yang lain. Eviserasi adalah pengangkatan isi intraocular (lensa, uvea, retina, vitreus dan
kornea) dengan meninggalkan skelera dan otot ekstraokular. Ekstenserasi adalah
pengangkatan seluruh jaringan orbita, termasuk bola mata.
2.1.2.Klasifikasi
1. Enukleasi
Enukleasi merupakan pengangkatan bola mata dengan mempertahankan jaringan
orbita yang lain. Melalui enukleasi dapat dilakukan untuk pemeriksaan histology dari mata
dan saraf optic, akan mempengaruhi pengobatan dan pengetahuan medis. Hal ini juga
mengurangi perhatian bahwa pembedahan dapat menimbulkan resiko sympatetik ophthalmia
pada kedua mata. Enukleasi selalu menjadi pilihan untuk kelainan intraocular yang tidak
diketahui.
Enukleasi diindikasikan untuk keganasan intrakular primer yang tidak dapat
dilakukan dengan terapi alternative lain seperti sinar radiasi (sinar eksternal atau sinar proton)
atau brakiterapi plak episkelera. Retinoblastoma dan melanoma koroidal adalah tumor ocular
yang sering dilakukan enukleasi.
13 | P a g e
Pada trauma mata yang berat, enukleasi dilakukan dalam 14 hari pertama luka yang
beresiko simpatetik ophthalmia dan kemungkinan besar dapat membahayakan mata daripada
perbaikan penglihatan setelah trauma mata.
Simpatetik ophtalmia myebabkan terjadinya respon imun delayed hipersensitif pada
antigen uveal. Kondisi ini dapat terjadi dari 9 hari sampai 50 tahun setelah perforasi
korneaskelera.1 Tingkat kejadian simpatetik ophthalmia yang terjadi setelah trauma mata
tanpa dienukleasi berkisar 0.19 %. Enukleasi dengan pengangkatan secara komplit lebih
menguntungkan untuk mencegah akibat respon imun.
Mata yang nyeri yang tanpa fungsi penglihatan dapat diatasi dengan enukleasi atau
episerasi, seperti pada keadaan glaucoma neovaskular, uveitis kronik, atau setelah trauma
yang menyebabkan mata buta.
2. Eviserasi
Eviserasi merupakan pengangkatan isi intraocular (lensa, uvea, retina, vitreus dan
kornea) dengan meninggalkan skelera dan otot ekstraokular. Eviserasi dilakukan hanya bila
pada keadaan keganasan intaokular.
Keuntungan eviserasi
14 | P a g e
Tumor yang mendestruksi sekitar orbita mulai dari sinus, wajah, kelopak mata,
konjungtiva dan ruang intracranial. Namun, ekstenserasi tidak diindikasikan untuk
Subtotal, mata dan jaringan intaorbital sekitarnya diangkat hanya mengeksisi lokal
(meninggalkan periorbita dan sebagian kelopak mata). Teknik ini digunakan pada
semua lesi dengan jaringan sekitar namun tetap mempertahankan jaringan yang sehat.
2.1.3. Pengobatan dan Komplikasi anoftalmia socket
Anoftalmia socket sindrom atau postnukleasi sindrom meliputi beberapa kelainan :
adalah resesi sulkus kelopak atas, hilang kelopak superior dan progressif enoftalmus.
Komplikasi ini mempengaruhi degenerasi otot ekstraokular menjadi tidak aktif, atrofi lemak
orbital, dan enoftalmus setelah penuaan. Sehingga dari beberapa faktor ini penting dilakukan
pilihan bedah primer atau sekunder.
2.1.4. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Intervensi pembedahan meliputi mengisi
memicu perkembangan orbital. Implan yang sesuai akan lebih mudah ditempatkan, secara
lengkap dan mengisi ruang sepenuhnya. Namun, modalitas pembedahan sesuai dengan
15 | P a g e
implant. Intervensi pembedahan terbadi atas dua kategori yaitu static dan dinamik. Static
maksudnya volume implant tidak berubah setiap waktu, namun dinamik maksudnya volume
dapat bertambah.
Dengan static sangat tradisional, implant sferis, akrilik lembut atau silicon,
ditempatkan dalam rongga mata. Sebagian ahli bedah memulai dengan implant kecil
kemudian secara serial meningkatkan ukurannya perlahan setiap tahun. Keuntungan pilihan
ini dapat membentuk orbital yang mirip. Namun, harus dilakukan beberapa orang ahli bedah.
Metode lain untuk menempatkan implant yang besar tanpa memperhatikan ukuran orbital
yang hipoplasia.
Implan orbital dinamik lebih menguntungkan dibanding dengan static karena volume
implant dapat bertambah untuk menstimulus perkembagan orbital setiap saat. Pilihan yang
paling sederhana untuk rekonstruksi rongga mata dengan okulasi lemak kulit adalah implant
dinamik.
Okulasi lemak kulit merupakan cara implant yang ideal, lebih sesuai dan dapat
tumbuh perlahan setiap waktu. Namun, okulasi lemak kulit tidak bisa tanpa dibatasi. Okulasi
memerlukan pengambilan di tempat lain, seperti bokong yang bisa digunakan. Kesesuaian
okulasi dan perkembangannya bervariasi, lemak dapat atropi atau hipertropi pada sebagian
kasus.
Pilihan implant dinamik lainnya dengan kantung berisi cairan dengan menginjeksi
natrium ke kantung dan kantung mengembang sesuai rongga, atau bahan sintetik yang dapat
mengembang. Kantung natrium penting dimodifikasi menjadi pengembang jaringan
sederhana. Biasanya terdiri atas dua komponen, kandung dalam dan lubang injeksi. Kandung
dalam berbentuk sferis dan harus terfiksasi ke tulang, biasanya ditempatkan di rongga
subperiosteal orbita. Lubang mengisi mirip seperti pori subkutan untuk kemoterapi. Saluran
pengisi membentuk terowongan dan melalui dinding lateral orbital terhubung ke kandung
dalam. Kemudian, injeksi natrium melalui pori subkutan dan kantung mengembang. Volume
dapat ditambah perlahan. Namun, injeksi akan terasa nyeri pada pasien dan menimbulkan
penekanan yang dapat membuat erosi. Ketika volume yang diharapkan tercapai, saluran dan
kandung dalam dapat dilepas dan diganti dengan implant permanen.
E. DRY EYE SYNDROME
Definisi
16 | P a g e
Dry eye syndrome atau keratokonjungtivitis sicca adalah suatu keadaan keringnya
permukaan kornea dan konjungtiva. Keratokonjungtivitis merupakan suatu kondisi
komplek yang ditandai adanya inflamasi pada- permukaan mata dan kelenjar lakrimalis.
Etiologi Dry eye syndrome
Kondisi ditandai hipofungsi kelenjar lakrimal
1.
Congenital
a. Dysautonomia familier (sindrom Riley-Day)
b. Aplasia kelenjar lakrimal (alakrimal kongenital)
c. Aplasia nervus trigeminus
d. Dysplasia ektodermal
2. Didapat
a. Penyakit sistemik
1. Sindrom sjogren
2. Sklerosis sistemik progresif
3. Sarkoidosis
4. Leukemia, limfoma
5. Amiloidosis
6. Hemokromatosis
b. Infeksi
1. Trakoma
2. Parotitis epidemica
c. Cedera
1. Pengangkatan kelenjar lakrimal
2. Iradiasi
3. Luka bakar kimiawi
d. Medikasi
1. Antihistamin
2. Antimuskarinik: atropine, skopolamin
3. Anastesi umum: halothane, nitrous oxide
4. Beta-adrenergik bloker: timolol prastolol
e. Neurogenik-neuroparalitik (facial nerve palsy)
A. Kondisi ditandai defisiensi musin:
1. Avitaminosis A
2. Sindrom steven-johnson
3. Pemfigoid okuler
4. Konjungtivitis menahun mis trakoma
5. Luka bakar kimiawi
6. Medikasi
7. Obat tradisional (kermes)
B. Kondisi ditandai defisiensi lipid:
1. Parut tepian palpebra
2. Bleparitis
C. Penyebaran defektif film air mata disebabkan:
1. Kelainan palpebra
a. Defek, koloboma
b. Ektropion dan entropion
17 | P a g e
18 | P a g e
Gejala Klinis
Pasien dengan dry eye syndrome akan mengeluh mata gatal, mata seperti berpasir,
silau, penglihatan dapat kabur. Pada mata didapatkan sekresi mucus yang berlebihan, sensasi
terbakar, merah, sakit dan kelopak mata sukar digerakkan. Ciri yang khas pada pemeriksaan
slitlamp adalah terputus atau tiadanya meniscus air mata ditepian palpebra inferior. Pada
konjungtiva bulbi tidak tampak kilauan yang normal dan mungkin menebal, edema dan
hiperemik. Epitel kornea terlihat bertitik halus pada fissure interpalpebra. Sel-sel epitel
konjungtiva dan kornea yang rusak terpulas dengan Bengal rose 1% dan defek pada epitel
kornea terpulas dengan fluorescensi. Pada tahap lanjut keratokonjungtivitis sicca tampak
filamen-filamen (satu ujung setiap filamen melekat pada epitel kornea dan ujung lainnya
bergerak bebas).
Diagnosis
Berdasarkan pada guideline AAO (American Academy of Opthalmology) 2003 prefeerred
practice pattern, tujuan dari diagnose, terapi dan managemen pasien dengan dry eye
syndrome adalah untuk menegakkan diagnosa dry eye syndrome, untuk membedakan dengan
gejala iritasi dan mata merah lainnya,
memberikan terapi yang tepat, untuk meringankan keluhan pasien, mencegah komplikasi
termasuk penurunan visus, infeksi dan kerusakan struktur jaringan, memberikan edukasi pada
pasien dan mengikutsertakan pasien dalam managemen penyakitnya.
Untuk menegakkan diagnose dry eye syndrome tidaklah mudah karena adanya
inkonsistensi hubungan antara symptom dan clinical sign dan tes diagnostic yang kurang
sensitive dan spesifik. Oleh karena dry eye syndrome adalah kondisi yang kronis maka
observasi dan pemeriksaan berkala sangat diperlukan untuk menegakkan diagnose dry eye
syndrome dengan tepat.
19 | P a g e
Adapun klasifikasi diagnose untuk dry eye syndrome berdasarkan National Eye Institute
Workshop adalah sebagai berikut:
Sjogrens
Non- sjogren
eksposure
Blefaritis atau
kelainan fungsi
kelenjar meibom
Factor lainnya:
Lensa kontak,
gerakan mengedip
abnormal,
Diagnosis dan penderajatan keadaan mata kering dapat diperoleh dengan teliti memakai
cara diagnostic berikut:
1. Tes Schirmer
Tes Schirmer adalah tes saringan bagi penilaian produksi air mata. Tes ini
dilakukan dengan mengeringkan film air mata dan memasukkan strip Schirmer ke
dalam cul-de-sac konjungtiva inferior pada batas sepertiga tengah dan temporal dari
palpebra inferior. Bagian basal yang terpapar diukur 5 menit setelah dimasukkan. Bila
dilakukan tanpa anastesi, tes ini digunakan untuk mengukur fungsi kelenjar lakrimal
utama. Bila panjang bagian basal kurang dari 10mm maka dianggap abnormal. Tes
Schirmer yang dilakukan dengan anastesi topical (tetrakain 0,5%) digunakan untuk
mengukur fungsi kelenjar lakrimal tambahan (pensekresi basa). Bila panjang bagian
basal kurang dari 5mm dalam waktu 5 menit maka dianggap abnormal. Hasil rendah
kadang-kadang dijumpai pada orang normal dan tes normal dijumpai pada mata
kering terutama yang sekunder terhadap defisiensi musin.
2. Tear Film Break-up Time
20 | P a g e
Sel mati dengan pewarnaan rose Bengal akan memberikan warna merah. Pewarnaan
positif pada konjungtiva merupakan hal yang selalu terjadi pada sindroma mata kering
(dry eye syndrome). Pada keratokonjungtivitis sicca akan terlihat segitiga berwarna
merah dengan dasar di limbus dan puncak pada kantus internus yang mengisi seluruh
celah kelopak.
7. Pengujian Kadar Lizosim air mata
Cara yang paling umum untuk menguji kadar lisozim air mata adalah dengan
spektrofotometri. Penurunan konsentrasi lisozim air mata umumnya terjadi pada awal
perjalanan sindrom sjogren dan pengujian ini berguna untuk menegakkan diagnosa
penyakit ini. Air mata ditampung dalam kertas schirmer dan diuji kadarnya.
8. Osmolaritas air mata
Beberapa laporan menyebutkan bahwa hiperosmolalitas adalah tes paling
spesifik bagi keratokonjungtivitis sicca. Keadaan ini bahkan dapat ditemukan pada
pasien dengan tes schirmer normal dan pemulasan Bengal rose normal.
9. Lactoferrin
Lactoferrin dalam cairan air mata akan rendah pada pasien dengan hiposekresi
kelenjar lakrimal.
Komplikasi
Pada tahap awal perjalanan dry eye syndrome, penglihatan akan sedikit terganggu.
Pada kasus yang lanjut dapat timbul ulkus kornea, penipisan kornea dan perforasi. Kadang
bisa juga terjadi infeksi bakteri sekunder yang dapat berakibat parut dan neovaskularisasi
pada kornea yang dapat menurunkan pengihatan.
Terapi
Pasien harus mengerti bahwa mata kering adalah keadaan menahun dan pemulihan
total sukar terjadi kecuali pada kasus ringan. Adapun pengobatan untuk keratokonjungtivitis
sicca ini terganting pada penyebabnya:
1. Pemberian air mata tiruan bila yang kurang adalah komponen air.
2. Pemberian lensa kontak apabila komponen mucus yang berkurang
3. Penutupan pungtum lacrima bila terjadi penguapan yang berlebihan. Tindakan bedah
pada mata kering adalah pemasangan sumbatan pada punctum yang bersifat temporer
(kolagen) atau untuk waktu yang lebih lama (silicon) untuk menahan secret air mata.
Penutupan puncta dan kanalikuli secara permanen dapat dilakukan dengan terapi
thermal (panas), kauter listrik atau dengan laser.
22 | P a g e
Pasien dengan mata kering oleh karena sembarang penyebab akan mempunyai resiko
lebih besar untuk terkena infeksi. Blepharitis menahun sering terjadi dan harus diobati
dengan memperhatikan hygiene dan memakai antibiotic topical.
23 | P a g e
Daftar Pustaka
1. PERDAMI, 2009, Ilmu Penyakit Mata, Edisi 2, Sagung Seto: Jakarta
2. Vaughan, D.G., 2009, Oftalmologi Umum, Widya Medika: Jakarta
3. http://www.penyakitkatarak.com/tips-perawatan-pasca-operasi-katarak-danpencegahannya/
4. http://www.allaboutvision.com/conditions/iols.htm
5. http://www.mhprofessional.com/handbookofoptics/pdf/Handbook_of_Optics_vol3_ch
21.pdf
24 | P a g e