Anda di halaman 1dari 24

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)


Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
LAPORAN KASUS ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
RS MARDI RAHAYU, KUDUS, JAWA TENGAH

Nama Mahasiswa

: Timothy Osho

NIM

: 11.2013.100

Dr. Pembimbing

: dr. Djoko Heru, Sp.M

I.

IDENTITAS PASIEN

Nama
: Ny. M
Tanggal lahir : 30-12-1972
Umur : 53 tahun
Status perkawinan : sudah menikah
Tanggal datang : 4 November 2014
Alamat : Loram kulon RT 05, RW 05 Jati, Kudus

II.

Tanda Tangan:

Jenis kelamin : Perempuan


Suku bangsa : Jawa
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Buruh Djarum
Pendidikan
: SD

PEMERIKSAAN SUBYEKTIF

Autoanamnesis pada hari Rabu tanggal 4 November 2014 Jam 14.35 WIB
Keluhan utama :
Kedua mata terasa kering
Riwayat penyakit sekarang

1|Page

Os datang dengan keluhan kedua mata sering terasa kering dan pedes sejak 1 minggu
SMRS. Os juga mengeluh apabila keluhan sedang kambuh mata juga terasa lebih silau. Os
mengtakan keluhan ini sering berulang. Keluhan terasa lebih baik apabila diberi obat tetes
mata. Os mengaku lupa nama obatnya. Keluhan berupa mata terasa mengganjal, nyeri, dan
banyak kotoran pada mata disangkal.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat Diabetes (-)
Riwayat asma (-)
Riwayat alergi (-)
Riwayat trauma mata (-)
Riwayat penyakit mata yang serupa (+)
Riwayat operasi mata (+) : operasi katarak pada mata kanan pada tanggal 25 Mei
2012, dan mata kiri pada tanggal 26 Oktober 2013 keduanya dengan metode
EKEK+IOL
Riwayat penyakit keluarga

Riwayat penyakit serupa (-)


Riwayat penyakit kencing manis (-)
Riwayat penyakit darah tinggi (-)
Riwayat penyakit asma (-)
Riwayat alergi (-)

Riwayat sosial dan ekonomi


Sosial

: Baik
Di sekitar lingkungan maupun di keluarga pasien, tidak ada yang mengalami
hal serupa dengan pasien.

Ekonomi : Cukup

2|Page

III.

PEMERIKSAAN FISIK
Vital Sign
Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan Darah

: 120/80 mmHg

Nadi

: 90x/menit

Pernafasan

: 18x/menit

Suhu

: 36.70 C

Status ophthalmologis
Mata
OD

OCULI DEXTRA(OD)
20/30
Gerak bola mata normal,
enoftalmus (-),
eksoftalmus (-),
strabismus (-)
Edema (-),
hiperemis (-),
nyeri tekan (-),
blefarospasme (-),
lagoftalmus (-),
ektropion (-),
entropion (-)
Edema (-),
injeksi konjungtiva (-),
injeksi siliar (-),
infiltrat (-),
hiperemis (-)
anemis (-)

OS

PEMERIKSAAN
Visus
Bulbus okuli

Palpebra

Konjungtiva

OCULI SINISTRA(OS)
20/40
Gerak bola mata normal,
enoftalmus (-),
eksoftalmus (-),
strabismus (-)
Edema (-),
hiperemis(-),
nyeri tekan (-),
blefarospasme (-),
lagoftalmus (-)
ektropion (-),
entropion (-)
Edema (-),
injeksi konjungtiva (-),
injeksi siliar (-),
infiltrat (-),
hiperemis (-)
anemis (-)
3|Page

sekret purulen (-)


Putih
Ikterik (-)
Bulat, edema (-)
infiltrat (-)
sikatriks (-)
ulkus (-)

Sklera

Kornea

Kedalaman dalam
hipopion (-),
hifema (-)
Kripta(-),warna coklat,(-),
edema(-), synekia (-)
Bulat, diameter 3 mm
letak sentral,
refleks pupil langsung (+),
refleks pupil tak langsung (+)
Jernih
IOL (+)
C/D ratio 0,3
Arteri:Vena= 2:3
Papil oedem (-),
Perdarahan (-),
Eksudat (-)
(+)

IV.

Fundus Refleks

Kedalaman dalam
hipopion (-)
hifema (-)
Kripta(-),warna coklat,(-),
edema(-), synekia (-),
Bulat, diameter 3 mm
letak sentral,
refleks pupil langsung (+),
refleks pupil tak langsung (+)
Jernih
IOL (+)
C/D ratio 0,3
Arteri:Vena= 2:3
Papil oedem (-),
Perdarahan (-),
Eksudat (-)
(+)

TIO
Sistem Lakrimasi

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Camera Oculi Anterior


(COA)

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

sekret purulen (-)


Putih
Ikterik (-)
Bulat, edema (-),
infiltrat (-)
sikatriks (-)
ulkus (-)

Iris
Pupil
Lensa
Retina

RESUME

Anamnesis
Seorang ibu berumur 53 tahun datang dengan keluhan kedua mata terasa kering,
pedes, dan terasa lebih silau sejak 1 minggu SMRS. Keluhan membaik apabila diberi
obat tetes mata.
Vital sign
Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan Darah

: 120/80 mmHg

Nadi

: 90x/menit

Pernafasan

: 18x/menit

Suhu

: 36.70 C
4|Page

Status Ophtalmologis
Mata
OD

OCULI DEXTRA(OD)
20/30
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
IOL (+)

OS

PEMERIKSAAN
Visus
Bulbus okuli
Palpebra
Konjungtiva
Sklera
Kornea
Camera Oculi Anterior
Iris
Pupil
Lensa
Retina

Dbn
(+)
V.

OCULI SINISTRA(OS)
20/40
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
IOL (+)
Dbn

Fundus Refleks

(+)

DIAGNOSIS BANDING
1. ODS Pseudofakia
ODS Afakia
2. ODS Dry eye syndrome
ODS Blefaritis

VI.

DIAGNOSIS KERJA
ODS Pseudofakia
Dasar diagnosis:
Terdapat riwayat EKEK+IOL
DItemukan IOL pada pemerisaan fisik
ODS Dry eye syndrome
Dasar diagnosis:
Ada keluhan kering, silau
5|Page

Tidak ada keluhan nyeri


Tidak ada tanda-tanda radang
VII.

PENATALAKSANAAN
Non medika mentosa
Diet normal
Istirahat cukup
Medika mentosa
o Vitamin A, 1 dd 1
o Cendo Lyteers (Natrium & Kalium dengan Benzalkonium Cl) 0,01 %, 3
dd gtt II OS

VIII.

PROGNOSIS
OKULI DEKSTRA (OD)
OKULI SINISTRA (OS)
Quo Ad Vitam
Ad bonam
Ad bonam
Quo Ad Fungsionam
Ad bonam
Ad bonam
Quo Ad Sanationam
Ad bonam
Ad bonam
Quo Ad Kosmetikam
Ad bonam
Ad bonam
Alasannya: karena visus pasien masih baik, tidak mengganggu 8 syarat visus baik, kedua

mata dapat berfungsi dengan baik dan secara tampilan luar baik.
IX.
USUL DAN SARAN

Gunakan tetes mata bila mata terasa kering


Lindungi mata dengan kacamata biasa
Istirahatkan mata secara berkala
Kontrol rutin 6 bulan sekali atau bila terdapat keluhan lagi

6|Page

TINJAUAN PUSTAKA

A. KATARAK
Katarak adalah kekeruhan [opasitas] dari lensa yang tidak dapat menggambarkan
obyek dengan jelas di retina.
Klasifikasi katarak dapat dibagi menjadi :
1. Berdasarkan usia :
a. Katarak conginental ( terlihat pada usia dibawah 1 tahun )
b. Katarak juvenile ( terlihat sesudah usia 1 tahun )
c. Katarak presenile ( terlihat sampai usia 50 tahun )
d. Katarak senile ( setelah usia 50 tahun )
2. Katarak traumatik
3. Katarak komplikata
4. Katarak diabetik
Katarak imatur merupakan kekeruhan yang terjadi pada sebagian lensa. Oleh karena
kekeruhan di bagian posterior lensa, maka sinar oblik yang mengenai bagian yang keruh ini
akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan terlihat di pupil, ada daerha yang terang
sebagai refleks pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap
akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut tes shadow (+).
Pada stadium imatur dapat terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa menjadi
cembung, sehingga indeks refraksi berubah karena day biasnya bertambah dan mata menjadi
miopia. Keadaan ini disebut intumesensi. Dengan mencembungnya lensa iris terdorong ke
depan, menyebabkan sudut bilik mata menjadi lebih sempit, sehingga dapat menyebabkan
glaukoma sebagai penyulitnya.
Penyebab katarak belum diketahui secara pasti, tetapi diduga terjadi karena :
1. Proses pada nukleus. Oleh karena serabut-serabut yang terbentuk lebih dahulu
terdorong ke arah tengah, maka serabut-serabut bagian tengah menjadi lebih padat
(nukleus), mengalami dehidrasi, penimbunan ion calsium dan sklerosis. Pada nukleus
ini kemudian terjadi penimbunan pigmen. Pada keadaan ini lensa menjadi lebih
hipermetropia. Lama kelamaan nukleus lensa yang pada mulanya berwarna putih

7|Page

menjadi kekuning-kuningan, lalu menjadi coklat dan kemudian menjadi kehitaman.


Karena itu dinamakan katarak nigra.
2. Proses pada korteks
Timbulnya celah-celah di antara serabut-serabut lensa, yang berisi air dan
penimbunan kalsium sehingga lensa menjadi lebih tebal, lebih cembung dan
membengkak, menjadi lebih miop. Berhubung adanya perubahan refraksi ke arah
miopia pada katarak kortikal, penderita seolah-olah mendapatkan kekuatan baru untuk
melihat dekat pada usia yang bertambah.
Penatalaksanaan untuk katarak adalah pembedahan (operasi).Medikamentosa
diberikan dengan tujuan mengatasi gejala yang ditimbulkan oleh penyulit misalnya, silau
maka pasien dapat menggunakan kacamata.Untuk mengurangi inflamasi dapat diberikan
steroid ringan. Dapat pula dianjurkan diet dengan gizi yang seimbang, suplementasi
vitamin A,C,E, serta antioksidan lainnya dengan dosis yang tepat dapat membantu
memperlambat progresifitas katarak.
Ekstraksi katarak adalah cara pembedahan dengan mengangkat lensa yang katarak.
Dapat dilakukan dengan intrakapsular yaitu mengeluarkan lensa dengan isi kapsul lensa
atau ekstrakapsular yaitu mengeluarkan isi lensa (korteks dan nucleus) melalui kapsul
anterior yang dirobek dengan meninggalkan kapsul posterior.
a. Operasi katarak ekstrakapsular atau ekstraksi katarak ekstra kapsular (EKEK)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa
dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan
korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Pembedahan ini dilakukan pada
pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti,
implantasi lensa intra okular, kemungkinan akan dilakukan bedah gloukoma, mata
dengan presdiposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, sebelumnya mata
mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid makular edema, pasca bedah ablasi,
untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps
badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadi
katarak sekunder.
Tindakan ekstraksi katarak ekstrakapsuler yang terencana dilakukan apabila:
1. Kita ragu apakah nukleus lentis sudah terbentuk atau belum.
2. Kita mengira badan kaca mencair, misalnya pada miopia tinggi, setelah
menderita uveitis.
8|Page

3. Telah terjadi perlengketan luas antara iris dan lensa.


4. Pada operasi mata yang lainnya, telah terjadi ablasi atau prolaps badan kaca.
5. Setelah operasi mata yang lainnya, timbul penempelan badan kaca pada
kornea yang menyebabkan distrofi kornea.
6. Terkandung maksud untuk memasang lensa intraokuler buatan.
b. Operasi katarak intrakapsular atau ekstraksi katarak intrakapsular (EKIK)
Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.Dapat dilakukan
pada zonula zinn telah rapuh atau berdegenerasi da mudah diputus. Pada tindakan
ini tidak akan terjadi katarak sekunder (Ilyas, 2009).
Indikasi ekstraksi katarak:
1. Pada bayi: kurang dari 1 tahun
Bila fundus tak terlihat. Bila masih dapat dilihat, katarak dibiarkan saja.
2. Pada umur lanjut
a. Indikasi klinis : kalau katarak menimbulkan penyulit uveitis atau
glaukoma, meskipun visus masih baik untuk bekerja, dilakukan operasi
juga, setelah keadaan menjadi tenang.
b. Indikasi visuil : tergantung dari katarak monokuler atau binokuler
3. Katarak monokuler
a. Bila sudah masuk dalam stadium matur
b. Bila visus pasca bedah sebelum dikoreksi, lebih baik daripada sebelum
operasi
4. Katarak binokuler
a. Bila sudah masuk dalam stadium matur
b. Bila visus meskipun telah dikoreksi tidak cukup untuk melakukan
pekerjaan sehari-hari.
Macam-macam ekstraksi katarak sesuai konsistensi dari katarak :
1. Katarak cair
: umur kurang dari 1 tahun, dilakukan disisi lensa
2. Katarak lembek : umur 1-35 tahun, dilakukan ekstraksi linier/ekstraksi katarak
ekstrakapsuler
3. Katarak keras : umur lebih dari 35 tahun, dilakukan ekstraksi katarak
ekstrakapsuler
B. PSEUDOFAKIA
Pseudofakia adalah suatu keadaan dimana mata terpasang lensa tanam setelah operasi
katarak. Lensa ini akan memberikan penglihatan lebih baik. Lensa intraokular
ditempatkan waktu operasi katarak dan akan tetap disana untuk seumur hidup. Lensa ini
9|Page

tidak akan mengganggu dan tidak perlu perawatan khusus dan tidak akan ditolak keluar
oleh tubuh.
Gejala dan tanda pseudofakia :
-

Penglihatan kabur
Visus jauh dengan optotype Snellen
Dapat merupakan myopi atau hipermetropi tergantung ukuran lensa yang ditanam

(IOL)
Terdapat bekas insisi atau jahitan

1. Letak lensa didalam bola mata dapat bermacam macam, seperti :


- Pada bilik mata depan, yang ditempatkan didepan iris dengan kaki
-

penyokongnya bersandar pada sudut bilik mata


Pada daerah pupil, dimana bagian multi lensa pada pupil dengan fiksasi pupil
Pada bilik mata belakang, yang diletakkan pada kedudukan lensa normal

dibelakang iris. Lensa dikeluarkan dengan ekstraksi lensa ekstra kapsular


Pada kapsul lensa.

Pada saat ini pemasangan lensa terutama diusahakan terletak di dalam kapsul lensa.
Meletakkan lensa tanam didalam bilik mata memerlukan perhatian khusus :
1. Endotel kornea terlindung
2. Melindungi iris terutama pigmen iris
3. Melindungi kapsul posterior lensa
4. Mudah memasukkannya karena tidak memberikan cedera pada zonula lensa.
Keuntungan pemasangan lensa ini :
1. Penglihatan menjadi lebih fisiologis karena letak lensa yang ditempatkan pada tempat
lensa asli yang diangkat.
2. Lapang penglihatan sama dengan lapang pandangan normal
3. Tidak terjadi pembesaran benda yang dilihat
4. Psikologis, mobilisasi lebih cepat.
Pemasangan lensa tidak dianjurkan kepada :
1.
2.
3.
4.
5.

Mata yang sering mengalami radang intra okuler (uveitis)


Anak dibawah 3 tahun
Uveitis menahun yang berat
Retinopati berat
Glaukoma neovaskuler

C. LENSA INTRAOKULER DAN IMPLAN


10 | P a g e

Lensa intraocular (IOL) umum digunakan untuk memperbaiki atau menyembuhkan cacat
visual. IOL dikategorikan dalam dua jenis: monofocal atau multifocal. Lensa
multifocal monofocal atau multifocal dapat dimanfaatkan dalam penggantian Lensa
mata rusak.
IOL monofokal
IOL monofokal yang berarti mereka memberikan visi pada satu jarak saja (jauh,
menengah atau dekat) berarti bahwa pasien harus memakai kacamata atau lensa
kontak untuk membaca, menggunakan komputer atau melihat pada jarak lengan.
IOL multifocal
IOL multifokal menawarkan kemungkinan melihat dengan baik pada lebih dari
satu jarak, tanpa kacamata atau lensa kontak.
Toric IOL untuk Astigmatisma
IOL toric dirancang untuk

mengoreksi astigmatisme.

Toric IOL datang

dalam

berbagai kekuatan visi jarak, dalam 2 versi. Satu, mengoreksi hingga 2,00 dioptri (D)
dari Silindris dan yang lain mengoreksi hingga 3,50 D. Model yang berbeda juga dapat
menyaring UV yang berpotensi merusak atau cahaya biru.
Kebanyakan ahli bedah yang merawat Silindris pada pasien katarak, cenderung
menggunakan

astigmatik keratotomi (AK)

atau limbal

relaxation

incision,

yang

membuat sayatan di kornea. Selain astigmatisme kornea, beberapa orang mungkin


memiliki astigmatisme lenticular, yang disebabkan oleh ketidakteraturan dalam bentuk
lensa alami di dalam mata. Hal ini bisa diperbaiki dengan IOL toric namun dengan
risiko penglihatan memburuk karena lensa berputar dari posisi, sehingga butuh operasi
lebih lanjut untuk memposisikan atau mengganti IOL.
Monovision dengan Lensa Intraokuler
Jika operasi katarak melibatkan kedua mata bisa dipertimbangkan menggunakan
monovision. Hal ini dengan menanamkan sebuah IOL di satu mata yang memberikan
penglihatan

dekat dan IOL di

mata lain

yang

menyediakan penglihatan jarak.

Biasanya orang dapat menyesuaikan diri. Tapi jika tidak bisa, penglihatan mungkin
menjadi kabur baik dekat dan jauh. Masalah lain adalah bahwa persepsi kedalaman dapat

11 | P a g e

menurun karena visus binokuler kurang yang

berarti, mata tidak bekerja sama.

Aspheric IOL
IOL berbentuk bola, yang berarti permukaan depan secara seragam melengkung. IOL
aspheric, pertama kali diluncurkan oleh Bausch + Lomb pada tahun 2004, yang sedikit
datar di pinggiran dan dirancang untuk memberikan sensitivitas kontras yang lebih baik.
Lensa ini memiliki kemampuan untuk mengurangi penyimpangan visual.
Beberapa ahli bedah katarak memperdebatkan manfaat IOLs aspheric, karena manfaat
sensitivitas kontras tidak dapat berlangsung pada pasien yang lebih tua karena sel-sel
ganglion retina adalah penentu utama sensitivitas kontras dan pada usia tua secara
bertahap kehilangan sel-sel ini. Namun, orang muda yang menjalani operasi katarak
sekarang cenderung memiliki sel ganglion lebih banyak dan lebih sehat. Jadi mereka
akan dapat menikmati sensitivitas kontras yang lebih baik untuk waktu yang lama.
Blue Light-Filtering IOLs
IOL ini memfilter baik ultraviolet (UV) dan energi tinggi sinar biru, yang keduanya
terkandung dalam cahaya alami maupun buatan. Sinar UV telah lama dicurigai bisa
menyebabkan

katarak

dan gangguan

penglihatan lain,

dan

IOL

banyak menyaring mereka keluar seperti lensa mata alami sebelum penghapusan
dalam operasi katarak. Sinar biru, yang berkisar 400-500 nanometer (nm) dalam
spektrum cahaya, dapat menyebabkan kerusakan retina dan berperan dalam timbulnya
degenerasi makula.
IOL ini berwarna kuning transparan untuk menyaring sinar biru. Sebenarnya warna ini
mirip dengan lensa kristal alami. Warna kuning ini tidak mengubah warna lingkungan
atau kualitas penglihatan. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa
sensitivitas kontras mungkin hilang dengan pemakaian IOL jenis ini. Dalam studi
Austria, beberapa orang yang menggunakan IOL ini melihat adanya penurunan
kualitas penglihatan ketika mereka diberi kuesioner.
Sebuah studi yang dilaporkan dalam edisi Desember 2010, Journal of Cataract &
Refractive Surgery menemukan bahwa pasien katarak dengan IOL berwarna kuning
memiliki kesulitan melihat dalam rentang warna biru pada kondisi pencahayaan yang
kurang.

12 | P a g e

Piggyback IOL
Bila pasien memiliki hasil yang kurang dari optimal dari lensa intraokular asli yang
digunakan dalam

operasi

katarak, ada pilihan

untuk

memasukkan

lensa

tambahan dari yang dimiliki saat ini. Hal ini dikenal sebagai lensa piggyback,
mungkin dapat memperbaiki

penglihatan dan

dianggap lebih

aman

daripada

mengeluarkan dan mengganti lensa yang ada.


Jika

diperlukan derajat yang

sangat

tinggi dalam

koreksi

visus,

seperti

untuk miopia berat atau astigmatisme, dapat disarankan kombinasi kekuatan dari dua
lensa intraokular pada satu mata dengan menggunakan lensa piggyback.
D. ANOFTALMIA
Anoftalmia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan tidak ada bola mata sama
sekali di dalam kavum orbita, disertai kelopak mata dan adneksa mata yang masih ada.
Enukleasi merupakan pengangkatan bola mata dengan mempertahankan jaringan
orbita yang lain. Eviserasi adalah pengangkatan isi intraocular (lensa, uvea, retina, vitreus dan
kornea) dengan meninggalkan skelera dan otot ekstraokular. Ekstenserasi adalah
pengangkatan seluruh jaringan orbita, termasuk bola mata.

2.1.2.Klasifikasi
1. Enukleasi
Enukleasi merupakan pengangkatan bola mata dengan mempertahankan jaringan
orbita yang lain. Melalui enukleasi dapat dilakukan untuk pemeriksaan histology dari mata
dan saraf optic, akan mempengaruhi pengobatan dan pengetahuan medis. Hal ini juga
mengurangi perhatian bahwa pembedahan dapat menimbulkan resiko sympatetik ophthalmia
pada kedua mata. Enukleasi selalu menjadi pilihan untuk kelainan intraocular yang tidak
diketahui.
Enukleasi diindikasikan untuk keganasan intrakular primer yang tidak dapat
dilakukan dengan terapi alternative lain seperti sinar radiasi (sinar eksternal atau sinar proton)
atau brakiterapi plak episkelera. Retinoblastoma dan melanoma koroidal adalah tumor ocular
yang sering dilakukan enukleasi.

13 | P a g e

Pada trauma mata yang berat, enukleasi dilakukan dalam 14 hari pertama luka yang
beresiko simpatetik ophthalmia dan kemungkinan besar dapat membahayakan mata daripada
perbaikan penglihatan setelah trauma mata.
Simpatetik ophtalmia myebabkan terjadinya respon imun delayed hipersensitif pada
antigen uveal. Kondisi ini dapat terjadi dari 9 hari sampai 50 tahun setelah perforasi
korneaskelera.1 Tingkat kejadian simpatetik ophthalmia yang terjadi setelah trauma mata
tanpa dienukleasi berkisar 0.19 %. Enukleasi dengan pengangkatan secara komplit lebih
menguntungkan untuk mencegah akibat respon imun.
Mata yang nyeri yang tanpa fungsi penglihatan dapat diatasi dengan enukleasi atau
episerasi, seperti pada keadaan glaucoma neovaskular, uveitis kronik, atau setelah trauma
yang menyebabkan mata buta.
2. Eviserasi
Eviserasi merupakan pengangkatan isi intraocular (lensa, uvea, retina, vitreus dan
kornea) dengan meninggalkan skelera dan otot ekstraokular. Eviserasi dilakukan hanya bila
pada keadaan keganasan intaokular.
Keuntungan eviserasi

Hanya sedikit mengganggu anatomi orbita


Motilitas yang baik untuk prosthesis
Pengobatan yang lebih baik untuk kejadian endoftalmitis
Teknik prosedur yang sederhana
Rendah kejadian migrasi, ekstrusi dan operasi kembali

Kerugian dari eviserasi


Meskipun tidak semua ahli bedah setuju dengan indikasi yang sesuai untuk enukleasi
dan eviserasi, penting ditekankan bahwa eviserasi tidak bisa dilakukan pada kasus yang
masih suspek tumor. Hal itu telah disarankan bahwa simpatetik oftalmia jarang terjadi
disebabkan reaksi residual jaringan uveal ketika eviserasi. Akhirnya, eviserasi hanya kecil
kemungkinan memberikan specimen untuk pemeriksaan patologi.
3. Ekstenserasi
Ekstenserasi adalah pengangkatan seluruh jaringan

orbita, termasuk bola mata.

Pertimbangan untuk ekstenserasi terdiri atas beberapa hal :

14 | P a g e

Tumor yang mendestruksi sekitar orbita mulai dari sinus, wajah, kelopak mata,
konjungtiva dan ruang intracranial. Namun, ekstenserasi tidak diindikasikan untuk

semua tumor, sebagian masih dapat diradiasi.


Keganasan melanoma intraocular atau retinoblastoma
Keganasan epiteliat tumor kelenjar lakrimasi
Sarcoma atau kegansan orbital primer
Infeksi jamur

Ekstenserasi terdiri atas beberapa jenis untuk pengangkatan jaringan, yaitu :

Subtotal, mata dan jaringan intaorbital sekitarnya diangkat hanya mengeksisi lokal
(meninggalkan periorbita dan sebagian kelopak mata). Teknik ini digunakan pada

beberapa tumor invasive.


Total, semua jaringan intraorbital diangkat, termasuk periorbiital, dengan atau tanpa

keluit kelopak mata.


Luas, semua jaringan intraorbital diangkat bersama struktur sekitarnya (biasanya
dinding tulang dan sinus)
Teknik yang dipilih berdasarkan proses patologi. Tujuannya adalah mengangkat

semua lesi dengan jaringan sekitar namun tetap mempertahankan jaringan yang sehat.
2.1.3. Pengobatan dan Komplikasi anoftalmia socket
Anoftalmia socket sindrom atau postnukleasi sindrom meliputi beberapa kelainan :

Deformitas sulkus superior


Ptosis
Enoftalmus
Ektropion, jarang terjadi entropion
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien dengan prostetik ocular setelah enukleasi

adalah resesi sulkus kelopak atas, hilang kelopak superior dan progressif enoftalmus.
Komplikasi ini mempengaruhi degenerasi otot ekstraokular menjadi tidak aktif, atrofi lemak
orbital, dan enoftalmus setelah penuaan. Sehingga dari beberapa faktor ini penting dilakukan
pilihan bedah primer atau sekunder.
2.1.4. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Intervensi pembedahan meliputi mengisi

ruang dengan implant atau alat yang

memicu perkembangan orbital. Implan yang sesuai akan lebih mudah ditempatkan, secara
lengkap dan mengisi ruang sepenuhnya. Namun, modalitas pembedahan sesuai dengan
15 | P a g e

implant. Intervensi pembedahan terbadi atas dua kategori yaitu static dan dinamik. Static
maksudnya volume implant tidak berubah setiap waktu, namun dinamik maksudnya volume
dapat bertambah.
Dengan static sangat tradisional, implant sferis, akrilik lembut atau silicon,
ditempatkan dalam rongga mata. Sebagian ahli bedah memulai dengan implant kecil
kemudian secara serial meningkatkan ukurannya perlahan setiap tahun. Keuntungan pilihan
ini dapat membentuk orbital yang mirip. Namun, harus dilakukan beberapa orang ahli bedah.
Metode lain untuk menempatkan implant yang besar tanpa memperhatikan ukuran orbital
yang hipoplasia.
Implan orbital dinamik lebih menguntungkan dibanding dengan static karena volume
implant dapat bertambah untuk menstimulus perkembagan orbital setiap saat. Pilihan yang
paling sederhana untuk rekonstruksi rongga mata dengan okulasi lemak kulit adalah implant
dinamik.
Okulasi lemak kulit merupakan cara implant yang ideal, lebih sesuai dan dapat
tumbuh perlahan setiap waktu. Namun, okulasi lemak kulit tidak bisa tanpa dibatasi. Okulasi
memerlukan pengambilan di tempat lain, seperti bokong yang bisa digunakan. Kesesuaian
okulasi dan perkembangannya bervariasi, lemak dapat atropi atau hipertropi pada sebagian
kasus.
Pilihan implant dinamik lainnya dengan kantung berisi cairan dengan menginjeksi
natrium ke kantung dan kantung mengembang sesuai rongga, atau bahan sintetik yang dapat
mengembang. Kantung natrium penting dimodifikasi menjadi pengembang jaringan
sederhana. Biasanya terdiri atas dua komponen, kandung dalam dan lubang injeksi. Kandung
dalam berbentuk sferis dan harus terfiksasi ke tulang, biasanya ditempatkan di rongga
subperiosteal orbita. Lubang mengisi mirip seperti pori subkutan untuk kemoterapi. Saluran
pengisi membentuk terowongan dan melalui dinding lateral orbital terhubung ke kandung
dalam. Kemudian, injeksi natrium melalui pori subkutan dan kantung mengembang. Volume
dapat ditambah perlahan. Namun, injeksi akan terasa nyeri pada pasien dan menimbulkan
penekanan yang dapat membuat erosi. Ketika volume yang diharapkan tercapai, saluran dan
kandung dalam dapat dilepas dan diganti dengan implant permanen.
E. DRY EYE SYNDROME
Definisi

16 | P a g e

Dry eye syndrome atau keratokonjungtivitis sicca adalah suatu keadaan keringnya
permukaan kornea dan konjungtiva. Keratokonjungtivitis merupakan suatu kondisi
komplek yang ditandai adanya inflamasi pada- permukaan mata dan kelenjar lakrimalis.
Etiologi Dry eye syndrome
Kondisi ditandai hipofungsi kelenjar lakrimal
1.

Congenital
a. Dysautonomia familier (sindrom Riley-Day)
b. Aplasia kelenjar lakrimal (alakrimal kongenital)
c. Aplasia nervus trigeminus
d. Dysplasia ektodermal
2. Didapat
a. Penyakit sistemik
1. Sindrom sjogren
2. Sklerosis sistemik progresif
3. Sarkoidosis
4. Leukemia, limfoma
5. Amiloidosis
6. Hemokromatosis
b. Infeksi
1. Trakoma
2. Parotitis epidemica
c. Cedera
1. Pengangkatan kelenjar lakrimal
2. Iradiasi
3. Luka bakar kimiawi
d. Medikasi
1. Antihistamin
2. Antimuskarinik: atropine, skopolamin
3. Anastesi umum: halothane, nitrous oxide
4. Beta-adrenergik bloker: timolol prastolol
e. Neurogenik-neuroparalitik (facial nerve palsy)
A. Kondisi ditandai defisiensi musin:
1. Avitaminosis A
2. Sindrom steven-johnson
3. Pemfigoid okuler
4. Konjungtivitis menahun mis trakoma
5. Luka bakar kimiawi
6. Medikasi
7. Obat tradisional (kermes)
B. Kondisi ditandai defisiensi lipid:
1. Parut tepian palpebra
2. Bleparitis
C. Penyebaran defektif film air mata disebabkan:
1. Kelainan palpebra
a. Defek, koloboma
b. Ektropion dan entropion
17 | P a g e

c. Keratinisasi tepian palpebra


d. Berkedip berkurang atau tidak ada
1.
Gangguan neurologic
2.
Hipertiroid
3.
Lensa kontak
4.
Obat
5.
Keratitis herpes simplek
6.
Lepra
e.
Lagopthalmus
1.
Lagopthalmus noctura
2.
Hipertiroid
3.
Lepra
2.
Kelainan konjungtiva
a.
Pterygium
b.
Symblepharon
3.
Proptosis
Patogenesis Dry Eye Syndrome
Kelenjar air mata berfungsi untuk menghasilkan air mata yang berfungsi untuk
membasahi kornea dan konjungtiva, mempunyai daya bacterioside (anti mikroba), dan secara
mekanis membilas/ membersihkan permukaan bagian depan mata. Adanya penyakit atau
kelainan fungsi akan menyebabkan terjadinya sindroma mata kering. Penurunan sekresi air
mata dan fungsi mekanis akan merangsang reaksi inflamasi pada permukaan mata dan
beberapa penelitian menunjukkan bahwa reaksi inflamasi ini memegang peranan penting
dalam pathogenesis terjadinya sindroma mata kering.
Populasi yang mempunyai resiko tinggi untuk terkena sindroma mata kering antara
lain:
1. Penyakit inflamasi (vaskuler, alergi, asma)
2. Penyakit autoimun (RA,SLE, colitis)
3. Pada wanita peri dan postmenopause dan pasien dengan HRT
4. Diabetes mellitus
5. Penyakit thyroid
6. Sindroma sjogrens
7. Transplantasi corneal
8. Riwayat keratitis atau scarring kornea
9. Operasi katarak (ekstra atau intrakapsuler dengan insisi luas)
10. LASIK (Laser in siti keratomileusis)
11. Pengobatan sistemik (diuretic, antihistamin, psychotropic,obat penurun kolesterol)
12. Pemakaian lensa kontak
13. Kondisi lingkungan (allergen, asap rokok, angin, iklim panas, bahan kimia)
14. Defisiensi vitamin A

18 | P a g e

Gejala Klinis
Pasien dengan dry eye syndrome akan mengeluh mata gatal, mata seperti berpasir,
silau, penglihatan dapat kabur. Pada mata didapatkan sekresi mucus yang berlebihan, sensasi
terbakar, merah, sakit dan kelopak mata sukar digerakkan. Ciri yang khas pada pemeriksaan
slitlamp adalah terputus atau tiadanya meniscus air mata ditepian palpebra inferior. Pada
konjungtiva bulbi tidak tampak kilauan yang normal dan mungkin menebal, edema dan
hiperemik. Epitel kornea terlihat bertitik halus pada fissure interpalpebra. Sel-sel epitel
konjungtiva dan kornea yang rusak terpulas dengan Bengal rose 1% dan defek pada epitel
kornea terpulas dengan fluorescensi. Pada tahap lanjut keratokonjungtivitis sicca tampak
filamen-filamen (satu ujung setiap filamen melekat pada epitel kornea dan ujung lainnya
bergerak bebas).
Diagnosis
Berdasarkan pada guideline AAO (American Academy of Opthalmology) 2003 prefeerred
practice pattern, tujuan dari diagnose, terapi dan managemen pasien dengan dry eye
syndrome adalah untuk menegakkan diagnosa dry eye syndrome, untuk membedakan dengan
gejala iritasi dan mata merah lainnya,

mengetahui penyebab dry eye syndrome, untuk

memberikan terapi yang tepat, untuk meringankan keluhan pasien, mencegah komplikasi
termasuk penurunan visus, infeksi dan kerusakan struktur jaringan, memberikan edukasi pada
pasien dan mengikutsertakan pasien dalam managemen penyakitnya.
Untuk menegakkan diagnose dry eye syndrome tidaklah mudah karena adanya
inkonsistensi hubungan antara symptom dan clinical sign dan tes diagnostic yang kurang
sensitive dan spesifik. Oleh karena dry eye syndrome adalah kondisi yang kronis maka
observasi dan pemeriksaan berkala sangat diperlukan untuk menegakkan diagnose dry eye
syndrome dengan tepat.

19 | P a g e

Adapun klasifikasi diagnose untuk dry eye syndrome berdasarkan National Eye Institute
Workshop adalah sebagai berikut:

Sindroma iritasi mata, instabilitas tear film, penyakit pada


Dry eye
Defisiensi produksi air
mata

Sjogrens

Evaporasi yang meningkat

Non- sjogren

eksposure
Blefaritis atau
kelainan fungsi
kelenjar meibom

Factor lainnya:
Lensa kontak,
gerakan mengedip
abnormal,

Diagnosis dan penderajatan keadaan mata kering dapat diperoleh dengan teliti memakai
cara diagnostic berikut:
1. Tes Schirmer
Tes Schirmer adalah tes saringan bagi penilaian produksi air mata. Tes ini
dilakukan dengan mengeringkan film air mata dan memasukkan strip Schirmer ke
dalam cul-de-sac konjungtiva inferior pada batas sepertiga tengah dan temporal dari
palpebra inferior. Bagian basal yang terpapar diukur 5 menit setelah dimasukkan. Bila
dilakukan tanpa anastesi, tes ini digunakan untuk mengukur fungsi kelenjar lakrimal
utama. Bila panjang bagian basal kurang dari 10mm maka dianggap abnormal. Tes
Schirmer yang dilakukan dengan anastesi topical (tetrakain 0,5%) digunakan untuk
mengukur fungsi kelenjar lakrimal tambahan (pensekresi basa). Bila panjang bagian
basal kurang dari 5mm dalam waktu 5 menit maka dianggap abnormal. Hasil rendah
kadang-kadang dijumpai pada orang normal dan tes normal dijumpai pada mata
kering terutama yang sekunder terhadap defisiensi musin.
2. Tear Film Break-up Time

20 | P a g e

Pengukuran tear film break-up time berguna untuk memperkirakan kandungan


musin dalam cairan air mata. Kekurangan musin mungkin tidak mempengaruhi tes
Schirmer tapi dapat menyebabkan film air mata tidak stabil sehingga lapisan ini cepat
pecah. Bintik kering akan terbentuk sehingga memaparkan epitel kornea dan
konjungtiva. Proses ini akan menyebabkan kerusakan sel-sel epitel yang dipulas
dengan Bengal rose. Sel epitel yang rusak akan lepas dari kornea dan meninggalkan
daerah kecil yang dapat dipulas bila permukaan kornea dibasahi fluorescein.
Tear film break-up time dapat diukur dengan meletakkan secarik kertas
berfluorescein pada konjungtiva bulbi dan meminta pasien untuk berkedip. Film air
mata kemudian diperiksa dengan bantuan saringan cobalt pada slitlamp. Waktu
sampai munculnya titik-titik kering yang pertama dalam lapis fluorescein kornea
adalah tear film break-up time. Keadaan normal waktunya tidak lebih dari 15 detik
tetapi akan berkurang nyata dengan anastesi local, memanipulasi mata atau dengan
menahan palpebra agar tetap terbuka. Waktu ini akan lebih pendek pada mata dengan
defisiensi air pada air mata dan selalu lebih pendek dari normalnya pada mata dengan
defisiensi musin.
3. Tes Ferning mata
Tes ini digunakan untuk meneliti mucus konjungtiva . Tes Ferning mata
dilakukan dengan mengeringkan kerokan konjungtiva di atas kaca obyek bersih.
Arborisasi (ferning) mikroskopik terlihat pada mata normal. Pada pasien
konjungtivitis yang meninggalkan jaringan parut (pemphigoid mata, sindrom steven
Johnson, parut konjungtiva difus) arborisasi mucus berkurang atau hilang.
4. Sitologi impresi
Sitologi impresi adalah cara menghitung densitas sel goblet pada permukaan
konjungtiva. Pada orang normal populasi sel goblet paling tinggi di kuadran infranasal. Kelainan pada sel goblet dapat ditemukan pada kasus keratokonjungtivitis
sicca, trachoma, pemphigoid mata cicatrix, sindrom steven Johnson dan avitaminosis.
5. Pemulasan fluorescein
Tes ini bertujuan untuk mengetahui adanya kerusakan pada epitel kornea.
Menyentuh konjungtiva dengan secarik kertas kering berfluorescein adalah indikator
yang baik untuk menilai derajat basahnya mata dan meniscus air mata mudah terlihat.
6. Pemulasan Bengal Rose
Tes ini bertujuan untuk melihat sel mata (sel epitel non-vital) pada kornea dan
konjungtiva. Rose Bengal mewarnai sel dan nucleus dan hanya sel yang telah mati.
21 | P a g e

Sel mati dengan pewarnaan rose Bengal akan memberikan warna merah. Pewarnaan
positif pada konjungtiva merupakan hal yang selalu terjadi pada sindroma mata kering
(dry eye syndrome). Pada keratokonjungtivitis sicca akan terlihat segitiga berwarna
merah dengan dasar di limbus dan puncak pada kantus internus yang mengisi seluruh
celah kelopak.
7. Pengujian Kadar Lizosim air mata
Cara yang paling umum untuk menguji kadar lisozim air mata adalah dengan
spektrofotometri. Penurunan konsentrasi lisozim air mata umumnya terjadi pada awal
perjalanan sindrom sjogren dan pengujian ini berguna untuk menegakkan diagnosa
penyakit ini. Air mata ditampung dalam kertas schirmer dan diuji kadarnya.
8. Osmolaritas air mata
Beberapa laporan menyebutkan bahwa hiperosmolalitas adalah tes paling
spesifik bagi keratokonjungtivitis sicca. Keadaan ini bahkan dapat ditemukan pada
pasien dengan tes schirmer normal dan pemulasan Bengal rose normal.
9. Lactoferrin
Lactoferrin dalam cairan air mata akan rendah pada pasien dengan hiposekresi
kelenjar lakrimal.
Komplikasi
Pada tahap awal perjalanan dry eye syndrome, penglihatan akan sedikit terganggu.
Pada kasus yang lanjut dapat timbul ulkus kornea, penipisan kornea dan perforasi. Kadang
bisa juga terjadi infeksi bakteri sekunder yang dapat berakibat parut dan neovaskularisasi
pada kornea yang dapat menurunkan pengihatan.
Terapi
Pasien harus mengerti bahwa mata kering adalah keadaan menahun dan pemulihan
total sukar terjadi kecuali pada kasus ringan. Adapun pengobatan untuk keratokonjungtivitis
sicca ini terganting pada penyebabnya:
1. Pemberian air mata tiruan bila yang kurang adalah komponen air.
2. Pemberian lensa kontak apabila komponen mucus yang berkurang
3. Penutupan pungtum lacrima bila terjadi penguapan yang berlebihan. Tindakan bedah
pada mata kering adalah pemasangan sumbatan pada punctum yang bersifat temporer
(kolagen) atau untuk waktu yang lebih lama (silicon) untuk menahan secret air mata.
Penutupan puncta dan kanalikuli secara permanen dapat dilakukan dengan terapi
thermal (panas), kauter listrik atau dengan laser.
22 | P a g e

Pasien dengan mata kering oleh karena sembarang penyebab akan mempunyai resiko
lebih besar untuk terkena infeksi. Blepharitis menahun sering terjadi dan harus diobati
dengan memperhatikan hygiene dan memakai antibiotic topical.

23 | P a g e

Daftar Pustaka
1. PERDAMI, 2009, Ilmu Penyakit Mata, Edisi 2, Sagung Seto: Jakarta
2. Vaughan, D.G., 2009, Oftalmologi Umum, Widya Medika: Jakarta
3. http://www.penyakitkatarak.com/tips-perawatan-pasca-operasi-katarak-danpencegahannya/
4. http://www.allaboutvision.com/conditions/iols.htm
5. http://www.mhprofessional.com/handbookofoptics/pdf/Handbook_of_Optics_vol3_ch
21.pdf

24 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai