Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS OBSTETRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No. 6. Kebon Jeruk- Jakarta Barat
Post Partum Haemorrhage et causa Retained Plasenta
SMF GINEKOLOGI RS BETHESDA LEMPUYANGWANGI YOGJAKARTA

Nama : Ellen Seprilia Sujiman Tanda tangan


NIM : 11.2013.251
Dr pembimbing / penguji : dr. Estya Dewi K, Sp.OG

IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap: Ny. SM Pekerjaan : Tidak bekerja
Jenis kelamin : Perempuan Pendidikan : -
Suku bangsa : Jawa No. Rekam Medis : 561645
Tanggal lahir : 4 Juli 1985 Tanggal masuk : -
Alamat : Sagan GK V/1124 RT 47/10
Dokter yang memeriksa : dr. Estya, Sp.OG
Kel.Terbon, Kec.GK, Kab.YK
Agama : Kristen Status perkawinan : Menikah

A. ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis
Tanggal : 1 Desember 2014
Jam : 09.00 WIB

Keluhan utama :
Kontrol Kehamilan
Keluhan tambahan :
-
Riwayat Penyakit Sekarang :

ELLEN SEPRILIA SUJIMAN–DIABETES MELLITUS GESTASIONAL 1


Pasien datang ke rumah sakit pada tanggal 27 Oktober 2014 dengan keluhan kontrol
kehamilan. Pasien mengatakan tidak terdapat keluhan apa-apa. HPHT pasien kurang tau,
tapi pasien mengatakan sekitar awal September, Haid teratur dan tidak sakit. Pasien juga
mengatakan ada riwayat kuret pada April 2014.
Pasein datang ke rumah sakit pada tanggal 26 November 2014 untuk kontrol dan
membawa hasil laboratorium, dari hasil laboratorium didapatkan hasil gula darah sewaktu
tinggi (323), kemudian pasien di konsulkan ke bagian penyakit dalam untuk menangani
masalah gula darahnya.
Pasien datang ke rumah sakit pada tanggal 28 November 2014 untuk kontrol ke
dokter bagian penyakit dalam, untuk masalah gula darahnya, kemudian pasien diberi obat
penurun gula darah Novorapid 3 x 4 unit.
Pasien juga tidak mempunyai keluhan pada saat BAK dan BAB.

Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun
Siklus haid : 28 hari
Lamanya : 4 hari
Banyaknya : banyak (± 3 pembalut/hari)

Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


G2P0Ab1Ah0

Riwayat Kontrasepsi (Keluarga Berencana)


Tidak ada

Penyakit Dahulu
( − ) Cacar ( − ) Malaria ( − ) Batu ginjal/saluran kemih
( − ) Cacar air ( − ) Disentri ( − ) Burut ( hernia )
( − ) Difteri ( − ) Hepatitis ( − ) Batuk rejan
( − ) Tifus abdominalis ( − ) Wasir ( − ) Campak
( − ) Diabetes ( − ) Sifilis ( − ) Alergi
( − ) Tonsilitis ( − ) Gonore ( − ) Tumor

ELLEN SEPRILIA SUJIMAN–DIABETES MELLITUS GESTASIONAL 2


( − ) Hipertensi ( − ) Penyakit pembuluh ( − ) Demam rematik akut
( − ) Ulkus ventrikuli ( − ) Pendarahan otak ( − ) Pneumonia
( − ) Ulkus duodeni ( − ) Psikosis ( − ) Gastritis
( − ) Neurosis ( − ) Tuberkulosis ( − ) Batu empedu
( − ) Jantung ( - ) Operasi ( − ) Kecelakaan

Riwayat keluarga
Hubungan Umur Jenis kelamin Keadaan Penyebab
kesehatan meninggal
Ayah 52 tahun Laki-laki Hidup -
Ibu 49 tahun Perempuan Hidup -

Ada kerabat yang menderita :


Penyakit Ya Tidak Hubungan
Alergi - √
Asma - √
Tuberkulosis - √
HIV - √
Hepatitis B - √
Hepatitis C - √
Hipertensi - √
Cacat bawaan - √
Lain – lain - √

B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/ menit ( kuat angkat, teratur)
Suhu : 360C
Pernafasaan : 20 x/ menit. Abdominal-torakal
Tinggi Badan : 169 cm
Aspek kejiwaan
Tingkah laku : tenang
Alam perasaan : biasa
Proses pikir : wajar

Kulit

ELLEN SEPRILIA SUJIMAN–DIABETES MELLITUS GESTASIONAL 3


Warna : sawo matang
Effloresensi : tidak ada
Jaringan parut : ada
Pigmentasi : tidak ada
Pertumbuhan rambut : normal
Pembuluh darah : tidak menonjol dan melebar
Suhu raba : normal, kulit lembab
Keringat : setempat yaitu di kepala dan leher
Turgor : baik
Lapisan lemak : tebal
Ikterus : tidak ada
Edema : tidak ada

Kepala
Normocephali, Rambut hitam, distribusi merata
Mata
Pupil isokor Ø 3mm, reflek cahaya (+/+), Konjungtiva pucat (-/-), Sklera ikterik (-/-),
Udem palpebra (-/-)
Telinga
Selaput pendengaran utuh, Serumen (-), Perdarahan (-)
Hidung
Sekret (-), Deviasi septum (-), Pernapasan cuping hidung (-), epistaksis (-)
Mulut
Lidah dalam batas normal, Pursed Lips breathing (-)
Leher
Tiroid dan KGB tidak teraba, Deviasi trakea (-), Hipertrofi otot pernapasan tambahan
(-), Retraksi suprasternal (-), JVP 5-2 cm H2O
Dada (Thorax)
Inpeksi
Bentuk : Normal, pernafasan abdomino-torakal.

Paru-paru (Pulmo)
Kanan Kiri

ELLEN SEPRILIA SUJIMAN–DIABETES MELLITUS GESTASIONAL 4


Inspeksi Anterior Bentuk : Pectus pectinatum, sela iga Bentuk : Pectus pectinatum, sela iga
tidak melebar, retraksi sela iga (-) tidak melebar, retraksi sela iga (-)

Pergerakan simetris dalam keadaan Pergerakan simetris dalam keadaan


statis dan dinamis statis dan dinamis

Kulit berwarna sawo matang, lesi (-) Kulit berwarna sawo matang, lesi (-)

Tipe pernapasan abdomino-torakal Tipe pernapasan abdomino-torakal

Posterior Bentuk vertebra normal Bentuk vertebra normal


Kulit : Tidak ada lesi patologis Kulit : Tidak ada lesi patologis
Palpasi Anterior - Tidak ada nyeri tekan - Tidak ada nyeri tekan
- Sela iga paru tidak melebar - Sela iga paru tidak melebar

Pergerakan simetris dalam keadaan Pergerakan simetris dalam keadaan


statis dan dinamis statis dan dinamis

Fremitus : simetris

Posterior - tidak ada nyeri tekan - tidak ada nyeri tekan


Fremitus : simetris Fremitus : simetris
Perkusi Anterior Sela iga 1-6 sonor Sela iga 1-6 sonor
Posterior Linea skapularis : Sonor Linea skapularis : Sonor
Auskultasi Anterior Suara nafas vesikuler, Rhonki (-), Suara nafas vesikuler, Rhonki (-),
Wheezing (-) Wheezing (-)
Posterior Suara nafas vesikuler, Rhonki (-), Suara nafas vesikuler, Rhonki (-),
Whezing (-) Whezing (-)

Jantung (Cor)
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba pada sela iga V, 2 cm medial dari linea midclavicularis
sinistra
Perkusi : Batas atas : Pada sela iga II garis parasternal kiri

ELLEN SEPRILIA SUJIMAN–DIABETES MELLITUS GESTASIONAL 5


Batas kiri : Pada sela iga V, 2 cm medial dari garis midclavicularis kiri
Batas kanan : Pada sela iga V, pada garis parasternal kiri.
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, tidak terdengar murmur dan gallop pada ke 4
katup jantung

Perut (Abdomen)
Inspeksi
Bentuk : Simetris, Buncit
lesi luka post operasi (-)

Palpasi
Nyeri tekan ( - ), massa ( - )
Hati : tidak dapat dinilai
Limpa : tidak dapat dinilai
Ginjal : ballotement ( - ), CVA (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus normal

Anggota gerak :
Lengan Kanan Kiri
Otot
Tonus : Normotonus Normotonus
Massa : Eutrofi Eutrofi
Sendi : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Gerakan : Aktif Aktif
Kekuatan : +5 +5
Oedem : Tidak ada Tidak ada
Tangan
Warna : Sawo matang Sawo matang
Tremor : Tidak ada Tidak ada
Kelainan jari: Tidak ada Tidak ada

Tungkai dan Kaki Kanan Kiri


Luka : Tidak ada Tidak ada
Otot

ELLEN SEPRILIA SUJIMAN–DIABETES MELLITUS GESTASIONAL 6


Tonus : Normotonus Normotonus
Massa : Eutrofi Eutrofi
Sendi : Normal Normal
Gerakan : Aktif Aktif
Kekuatan : +5 +5
Oedema: Tidak ada Tidak ada
Ikterus : - -

C. PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Wajah : Chloasma gravidarum (-)
Payudara : pembesara payudara (-), puting susu menonjol, cairan dari mammae (-)
Abdomen : pembesaran abdomen (-),
striae nigra (-),
striae livide (-),
striae albicans (-),
linea nigra (-)
bekas operasi (+)
Palpasi Terdapat nyeri tekan pada daerah umbilikus.

Pemeriksaan Dalam
Vaginal Toucher (tidak dilakukan)
Fluxus (-), Fluor (-)
v/u/v : tidak ada kelainan
portio : licin
corpus uteri : sebesar kepalan tangan dewasa
adneksa dan parametrium : massa (-), nyeri tekan (-)
cavum douglassi : tidak menonjol

Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 26 November 2014
Pemeriksaan Darah Rutin Batasan Normal
- Leukosit : 12,11 [10^3/uL] M: 4,8-10,8 F: 4,8-10,8

ELLEN SEPRILIA SUJIMAN–DIABETES MELLITUS GESTASIONAL 7


- Trombosit : 280 [10^3/uL] 150 - 450
- Hb : 13,6 [g/dL] M: 14-18 F: 12-16
- GDS : 323 mg/dL 70-200

Tanggal : 28 November 2014 (Konsul IPD)


Pemeriksaan Batasan Normal
- GDS : 208 mg/dL 70-200
- GD2PP : 287 100-140
- Cholestrol : 140 mg/dL < 200
- HDL : 44 mg/dL L: > 40,
P: >50 (<50 tahun)
>40 (<40 tahun)
- LDL : 109 mg/dL < 100
- Trigliserida : 199 mg/dL < 150
- SGOT : 16,7 U/L < 40
- SGPT : 16 U/L L: <45, P: < 34
- Ureum : 25,2 mg/dL 10 - 50
- Creatinine : 0,73 mg/dL 0,7 - 1,2

D. RINGKASAN (RESUME)
Wanita G2P0Ab1Ah0 usia 41 tahun datang ke dokter dengan keluhan mau kontrol
kehamilan seperti biasa.
Pada 26 November 2014 untuk kontrol dan membawa hasil laboratorium, dari hasil
laboratorium didapatkan hasil gula darah sewaktu tinggi (323), kemudian pasien di
konsulkan ke bagian penyakit dalam untuk menangani masalah gula darahnya.
Pasien juga mengaku mempunyai riwayat kuret pada bulan April 2014.
Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun
Siklus haid : 28 hari
Lamanya : 4 hari
Banyaknya : banyak (± 4 pembalut/hari)

ELLEN SEPRILIA SUJIMAN–DIABETES MELLITUS GESTASIONAL 8


Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali

Pemeriksaan Fisik
KU : sakit sedang
Tekanan darah : 120/80mmHg Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit Suhu : 36oC
Mata : CA -/- SI -/-
Thorax : Vesikuler Rh -/- wh -/-
BJ I/II reguler , murmur (-), gallop (-)
Abdomen : BU (+), nyeri tekan (-),
Extremitas : edem -/-, sianosis -/-, akral hangat -/-
PPV = -

Pemeriksaan Dalam (tidak dilakukan)

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
Tanggal : 26 November 2014
Pemeriksaan Darah Rutin Batasan Normal
- Leukosit : 12,11 [10^3/uL] M: 4,8-10,8 F: 4,8-10,8
- Trombosit : 280 [10^3/uL] 150 - 450
- Hb : 13,6 [g/dL] M: 14-18 F: 12-16
- GDS : 323 mg/dL 70-200

Tanggal : 28 November 2014 (Konsul IPD)


Pemeriksaan Batasan Normal
- GDS : 208 mg/dL 70-200
- GD2PP : 287 100-140
- Cholestrol : 140 mg/dL < 200
- HDL : 44 mg/dL L: > 40,
P: >50 (<50 tahun)
>40 (<40 tahun)
- LDL : 109 mg/dL < 100

ELLEN SEPRILIA SUJIMAN–DIABETES MELLITUS GESTASIONAL 9


- Trigliserida : 199 mg/dL < 150
- SGOT : 16,7 U/L < 40
- SGPT : 16 U/L L: <45, P: < 34
- Ureum : 25,2 mg/dL 10 – 50
- Creatinine : 0,73 mg/dL 0,7-1,2

E. DIAGNOSIS
Diagnosis kerja : G2P0Ab1Aho dengan Diabetes Mellitus

F. PEMERIKSAAN YANG DIANJURKAN


 Pemeriksaan darah rutin
 Pemeriksaan Gulan darah
 USG

G. PENGELOLAAN:
Medika Mentosa:
- Utrogestan 1 x 20 mg
- Asam Folat 1 x 300 mg
- Novorapid 3 x 4 unit

H. EDUKASI
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya mengenai keadaan pasien yaitu
memiliki gula darah tinggi
- Istirahat yang cukup
- Makan yang cukup dengan gizi yang baik
- Meminum obat secara teratur.

I. PROGNOSIS :
Ad vitam : Ad bonam
Ad functionam : Ad bonam
Ad bonam : Ad bonam

ELLEN SEPRILIA SUJIMAN–DIABETES MELLITUS GESTASIONAL 10


TINJAUAN PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

ELLEN SEPRILIA SUJIMAN–DIABETES MELLITUS GESTASIONAL 11


LATAR BELAKANG

Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi


glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah
penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa
akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari
ibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara
kebetulan pada saat pemeriksaan rutin.

Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 40-60% wanita yang pernah
mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan mengidap diabetes mellitus
atau gangguan toleransi glukosa. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan
pemeriksaan glukosa darah sewaktu dan 2 jam post prandial (pp). Bila hasilnya belum dapat
memastikan diagnosis DM, dapat diikuti dengan test toleransi glukosa oral. DM ditegakkan
apabila kadar glukosa darah sewaktu melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai di bawah 100
mg% berarti bukan DM dan bila nilainya diantara 100-200 mg% belum pasti DM.

Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test
tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glikosa darah diukur
1 jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi 140 mg%
maka dilanjutkan dengan pemeriksaan test tolesansi glukosa oral. Gangguan DM terjadi 2 %
dari semua wanita hamil, kejadian meningkat sejalan dengan umur kehamilan, tetapi tidak
merupakan kecenderungan orang dengan gangguan toleransi glokusa,25% kemungkinan akan
berkembang menjadi DM gestasional merupakan keadaan yang perlu ditangani dengan
professional, karena dapat mempengaruhi kehidupan janin/ bayi dimasa yang akan datang,
juga saat persalinan.

Diabetes Gestational merupakan komplikasi medis yang paling umum terjadi selama
kehamilan tetapi dapat juga berlanjut meski sudah tidak hamil lagi. Pengendalian kadar
glukosa darah adalah hal penting selama kehamilan. Menurut penelitian sekitar 40-60 persen
ibu yang mengalami diabetes mellitus pada kehamilan dapat berlanjut mengidap diabetes
mellitus setelah persalinan. Disarankan agar setelah persalinan pemeriksaan gula darah
diulang secara berkala misalnya setiap enam bulan sekali.

Pada pasien yang telah menderita DM sebelumnya jika kemudian hamil maka akan
cukup rawan untuk terjadi komplikasi pada janin yang dikandung, dan juga kesehatan si ibu

ELLEN SEPRILIA SUJIMAN–DIABETES MELLITUS GESTASIONAL 12


dapat memburuk apabila terjadi komplikasi-komplikasi diabetik. Akhir dari kehamilan
penderita DM dapat dibuat lebih aman apabila ditangani dengan penatalaksanaan yang tepat,
perawatan yang optimum meliputi inisiasi terapi intensif sebelum konsepsi. Pasien-pasien ini
memerlukan diagnosis dan penatalaksanaan prenatal yang khusus.

Faktor risiko diabetes mellitus pada kehamilan adalah riwayat keguguran berulang,
pernah melahirkan bayi yang beratnya sama dengan atau melebihi 4000 g, pernah mengalami
preeklamsia (keracunan kehamilan), atau pernah melahirkan bayi mati tanpa sebab yang jelas
atau bayi dengan cacat bawaan.

Selain itu yang juga merupakan faktor risiko adalah usia ibu hamil yang melebihi 30
tahun, riwayat diabetes mellitus dalam keluarga, serta pernah mengalami diabetes mellitus
pada kehamilan sebelumnya.

BAB II

ISI

Definisi

Diabetes mellitus gestasional (GDM) didefinisikan sebagai derajat apapun intoleransi


glukosa dengan onset atau pengakuan pertama selama kehamilan. Hal ini berlaku baik
insulin atau modifikasi diet hanya digunakan untuk pengobatan dan apakah atau tidak kondisi

ELLEN SEPRILIA SUJIMAN–DIABETES MELLITUS GESTASIONAL 13


tersebut terus berlangsung setelah kehamilan. Hal ini mengesampingkan kemungkinan bahwa
intoleransi glukosa yang belum di akui mungkin telah dimulai bersamaan dengan kehamilan.

KLASIFIKASI

1. Diabetes mellitus yang tergantung pada insulin ( Tipe 1/ Id DM )

Biasanya terdapat pada orang yang masih muda. Gejalanya terjadi dengan tiba – tiba .
kadar glukosa darah yang tinggi.

2. Diabetes mellitus yang tidak tergantung pada insulin ( Tipe 2 / NID DM)

Biasanya terdapat pada orang yang usianya > 40 tahun , terjadi secara perlahan –
lahan , dan kemungkina tidak ada tanda atau gejala , biasanya terdapat pada orang
gemuk , usia lanjut dan tidak aktif.

3. Diabetes tipe lain.

4. Diabetes mellitus gestasional (DMG) yaitu diabetes yang hanya timbul dalam
kehamilan.

Klasifikasi menurut White (1965) yaitu:


- Kelas A. Diabetes kimiawi, disebut juga diabetes laren, subklinis atau diabetes kehamilan, tes
toleransi glukosa tidak normal. Penderita tidak memerlukan insulin, cukup diobati dengan
diet saja. Prognosis bagi ibu dan anak baik.
- Kelas B. Diabetes dewasa, diketahui secara klinis setelah umur 19 tahun dan berlangsung
kurang daripada 10 tahun, dan tidak disertai kelainan pembuluh darah.
- Kelas C. Diabetes yang diderita antara 10-19 tahun, atau timbul pada umur antara 10-19
tahun, dan tanpa kelainan pembuluh darah.
- Kelas D. Diabetes telah diderita lama, 20 tahun atau lebih, atau diderita sebelum umur 10
tahun, atau disertai kelainan pembuluh darah, termasuk arterosklerosis pada retina dan
tungkai, dan retinitis.
- Kelas E. Diabetes yang disertai perkapuran pada pembuluh-pembuluh darah panggul,
termasuk arteria uterine.
- Kelas F. Diabetes dengan nefropatia, termasuk glomerulonephritis dan pielonefritis.

Etiologi

ELLEN SEPRILIA SUJIMAN–DIABETES MELLITUS GESTASIONAL 14


Selama kehamilan, peningkatan kadar hormone tertentu dibuat dalam plasenta nutrisi
membantu pengeseran dari ibu ke janin. Hormone lain yang diproduksi oleh plasenta untuk
membantu mencegah ibu dari mengembangkan gula darah rendah.

Selama kehamilan hormone ini menyebabkan terganggunya intoleransi glukosa


progresi (kadar gula darah yang lebih tinggi). Untuk mencoba menurunkan kadar gula darah,
tubuh membuat insulin lebih banyak supaya sel mendapat glukosa bagi memproduksi sumber
energi.

Biasanya pankreas ibu mampu memproduksi insulin lebih (sekitar tiga kali jumlah
normal) untuk mengatasi efek hormone kehamilan pada tingkat gula darah. Namun, jika
pankreas tidak dapat memproduksi insulin yang cukup untuk mengatasi efek dari peningkatan
hormone selama kehamilan, kadar gula darah akan naik, mengakibatkan GDM.

Faktor Resiko

Faktor-faktor berikut meningkatkan resiko terkena GDM selama kehamilan:

- Kelebihan berat badan sebelum hamil (lebih 20% dari berat bada ideal).

- Merupakan anggota kelompok etnis resiko tinggi (Hispanik, Black, penduduk asli
Amerika atau Asia).

- Gangguan toleransi glukosa atau glukosa puasa terganggu (kadar gula darah yang
tinggi, tetapi tidak cukup tinggi untuk menjadi diabetes).

- Riwayat keluarga diabetes (jika orang tua atau saudara kandung memiliki diabetes).

- Sebelumnya melahirkan bayi lebih dari 4 kg.

- Sebelumnya melahirkan bayi lahir mati.

- Mendapat diabetes kehamilan dengan kehamilan sebelumnya.

- Memiliki terlalu banyak cairan ketuban (suatu kondisi yang disebut polihidramnion).

Patofisilogi

ELLEN SEPRILIA SUJIMAN–DIABETES MELLITUS GESTASIONAL 15


Kehamilan adalah suatu kondisi diabetogenic ditandai dengan resistensi insulin
dengan peningkatan kompensasi sebagai respon β-sel hiperinsulinemia. Resistensi insulin
biasanya dimulai pada trimester kedua dan menuju ke seluruh sisa dari kehamilan plasenta
sekresi hormone seperti progesterone, kortisol laktogen, plasenta, prolaktin, dan hormone
pertumbuhan, merupakan penyumbangan utama kepada resistensi insulin yang terlihat dalam
kehamilan. Resistensi pada insulin mungkin berperan dalam memastikan bahwa janin
memiliki tenaga yang cukup dari glukosa dengan mengubah metabolism energy ibu dari
karbohidrat ke lemak.

Wanita dengan GDM memiliki keparahan yang lebih besar dari resistensi insulin
dibandingkan dengan resistensi insulin pada kehamilan normal. Mereka juga memiliki
penurunan dan peningkatan kompensasi dalam sekresi insulin, khususnya pada fase pertama
sekresi insulin. Penurunan pada insulin fase pertama mungkin menandakan kerusaka fungsi
sel β. Xiang et al menentukan bahwa wanita dengan GDM Latino meningkat resistensi
terhadap pengaruh insulin pada clearance glukosa dan produksi dibandingkan dengan wanita
hamil normal. Selain itu, mereka menentukan bahwa wanita dengan GDM mengalami
penurunan 67% sebagai kompensasi β-sel mereka dibandingkan dengan normal peserta
kontrol hamil.

Ada juga kebanyakan wanita dengan GDM yang memiliki bukti autoimun sel islet.
Prevalensi dilaporkan antibody sel islet pada wanita dengan GDM berkisar 1,6-38%.
Prevlensi autoantibodi lain, termasuk autoantibodi insulin dan antibody asam glutamate
dekarboksilase, juga telah variable. Wanita-wanita ini mungkin menghadapi resiko untuk
mengembangkan bentuk autoimun diabetes di kemudian hari. Akhirnya, dalam 5% dari
semua kasus GDM, β- sel ketidakmampuan untuk mengkompensasi resistensi insulin adalah
hasil dari cacar di β- sel, seperti mutase pada glukokinase.

Gejala Klinis

Diabetes mellitus gestasional adalah bentuk sementara (dalam banyak kasus) diabetes
dimana tubuh tidak memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup untuk menangani gula
selama kehamilan. Hal ini juga bisa disebut intoleransi glukosa atau intoleransi karbohidrat.
Tanda dan gejala dapat termasuk:

ELLEN SEPRILIA SUJIMAN–DIABETES MELLITUS GESTASIONAL 16


 Sering kencing pada malam hari ( polyuria )

 Selalu merasa haus ( polydipsia)

 Selalu merasa lapar ( polyfagia )

 Selalu mersa lelah atau kekurangan energi

 Penglihatan menjadi kabur

 Hyperglaisimia ( peningkatan abnormal kandungan gula dalam darah )

 Glaikosuria ( glukosa dalam urine )

 Mata kabur

 Pruritus vulva.

 Ketonemia.

 BB menurun

 Gula darah 2 jam pp > 200 mg/dl.

 Gula darah sewaktu > 200 mg/dl

 Gula darah puasa > 126 mg/dl.

Pemeriksaan

Pemeriksaan penyaring ditujukan pada mereka yang mempunyai risiko DM namun


tidak menunjukkan adanya gejala DM. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui
pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa. Apabila pada
pemeriksaan penyaring ditemukan hasil positif, maka perlu dilakukan konfirmasi dengan
pemeriksaan glukosa plasma puasa atau dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO) standar.
Pemeriksaan penyaring untuk tujuan penjaringan masal (mass screening) tidak dianjurkan
mengingat biaya yang mahal, serta pada umumnya tidak diikuti dengan rencana tindak lanjut
bagi mereka yang diketemukan adanya kelainan. Pemeriksaan penyaring juga dianjurkan
dikerjakan pada saat pemeriksaan untuk penyakit lain atau general check-up.3

ELLEN SEPRILIA SUJIMAN–DIABETES MELLITUS GESTASIONAL 17


Tabel 1. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan
diagnosis DM (mg/dL)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar Plasma vena < 100 100-199 ≥ 200
glukosa
darah Darah kapiler < 90 90-199 ≥ 200
sewaktu
(mg/dL)
Kadar Plasma vena < 100 100-125 ≥ 126
glukosa
darah puasa Darah kapiler <90 90-99 ≥ 100
(mg/dL)

Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan salah satu faktor risiko
untuk DM, yaitu : 3
 kelompok usia dewasa tua ( > 45 tahun )
 kegemukan {BB (kg) > 120% BB idaman atau IMT > 27 (kg/m2)}
 tekanan darah tinggi (> 140/90 mmHg)
 riwayat keluarga DM
 riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gram
 riwayat DM pada kehamilan
 dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan atau Trigliserida > 250 mg/dl
 pernah TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa Darah Puasa
Terganggu)

Diagnosis DM umumnya akan dipikirkan dengan adanya gejala khas DM berupa


poliuria, polidipsia, lemas, dan berat badan turun. Gejala lain yang mungkin dikemukakan
oleh pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur dan impotensia pada pasien pria, serta
pruritus dan vulvae pada pasien wanita. Jika keluhan dan gejala khas, ditemukannya
pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang >200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan
diagnosis DM. Umumnya hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang baru satu kali saja
abnormal belum cukup untuk diagnosis klinis DM.3,4

Kalau hasil pemeriksaan glukosa darah meragukan, pemeriksaan TTGO diperlukan


untuk konfirmasi diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa
lainnya diperiksa glukosa darah 2jam setelah beban glukosa. Sekurang-kurangnya diperlukan

ELLEN SEPRILIA SUJIMAN–DIABETES MELLITUS GESTASIONAL 18


kadar glukosa pernah 2 kali abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM, baik pada 2
pemeriksaan yang berbeda ataupun adanya 2 hasil abnormal pada saat pemeriksaan yang
sama.3,4

 Pemeriksaan diagnosis bisa dilakukan pada pasien dengan atau tanpa gejala DM.
 Pasien dengan gejala DM didiagnosis menderita DM apabila GDS > 200 mg/dL
atau GDP > 126 mg/dL
 Pasien tanpa gejala DM didiagnosis menderita DM apabila nilai kadar glukosa
abnormal 1 kali, perlu 1 kali lagi nilai abnormal ATAU kadar glukosa darah
pasca TTGO > 200 mg/dL.

Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)

Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) adalah rutin untuk semua wanita hamil. Tes ini
juga dapat diindikasikan untuk diabetes pada kehamilan. Banyak di antara ibu-ibu yang
sebelum hamil tidak menjunjukkan gejala, tetapi menderita gangguan metabolism glukosa
pada waktu hamil.

- Prosedur pemeriksaan bagi Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)


Selama 3 hari sebelum tes dilakukan penderita harus mengkonsumsi sekitar 159 gram
karbohidrat setiap hari. Terapi obat yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium
harus dihentikan hingga tes dilaksanakan. Beberapa jenis obat yang dapat
mepengaruhi hasil laboratorium adalah insulin, kortikosteroid (kortison), kontrasepsi
oral, estrogen, anticonvulsant, diuretik tiazi, salisilat, asam askorbat. Selain itu
penderita juga tidak boleh minum alcohol.

Protocol urutan pengambilan darah berbeda-beda, kebanyakan pengambilan darah


setelah puasa, dan setelah 1 dan 2 jam. Ada beberapa yang mengambil darah jam ke-
3, sedangkan yang lainnya lagi mengambil darah pada ½ jam dan 1½ jam setelah
pemberian glukosa. Yang akan diuraikan disini adalah pengambilan darah pada waktu
½ jam, 1 jam, 1½ jam, dan 2 jam.

Sebelum dilakukan tes, penderita harus berpuasa selama 12 jam. Pengambilan sampel
darah dilakukan sebagai berikut:
 Pagi hari setelah puasa, penderita diambil darah vena 3-5 ml untuk uji glukosa
darah puasa. Penderita mengosongkan kandung kemihnya dan mengampulkan
sampel urinnya.

ELLEN SEPRILIA SUJIMAN–DIABETES MELLITUS GESTASIONAL 19


 Penderita diberikan minum glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam segelas air
(250ml). lebih baik jika dibumbui dengan perasam misalnya dengan limun.
 Pada waktu ½ jam, 1 jam, 1 ½ jam, dan 2 jamm penderita diambil darah
untuk pemeriksan glukosa. Pada waktu 1 jam dan 2 jam penderita
mengosongkan kandung kemihnya dan mengumpulkan sampel urinnya secara
terpisah.

Selama TTGO dilakukan, penderita tidak boleh minum kopi, teh, makan permen,
merorok, berjalan-jalan, atau melakukan aktifitas fisik yang berat. Minum air putih
yang tidak mengandung gula masih diperkenankan.

- Faktor yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium


o Penggunaan obat-obatan tertentu
o Stress (fisik, emosional), demam, infeksim trauma, tirah baring, obesitas dapat
meningkatkan kadar glukosa darah.
o Aktifitas berlebihan dan muntah dapat menurunkan kadar glukosa darah. Obat
hioglikemik dapat menurunkan kadar glukosa darah.
o Usia. Orang lansia memiliki kadar glukosa darah yang lebih tinggi. Sekresi
insulin menurun karena proses penuaan.
- Intepretasi hasil Lab TTGO bagi GDM
o Puasa: 95 mg/dL atau lebih tinggi
o Jam Pertama: 180 mg/dL atau lebih tinggi
o Jam Kedua: 155 mg/dL atau lebih tinggi
o Jam Ketiga: 140 mg/dL atau lebih tinggi

Diagnosa
Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang paling umum digunakan untuk
mendiagnosis GDM di Amerika Serikat adalah TTGO, 3-jam-g 100. Menurut kriteria
diagnostic yang direkomendasikan oleh American Diabets Association (ADA), GDM
didiagnosa jika kadar plasma dua atau lebih glukosa memenuhi atau melebihi ambang batas
berikut: konsentrasi glukosa 95 mg/dL, kadar glukosa 1-jam 180 mg/dL, 2-jam glukosa
konsentrasi 155 mg/dL, atau 3 jam konsetrasi glukosa 140 mg/dL. Tetapi nilai- nilai ini lebih
rendah daripada batas yang direkomendasikan oleh National Diabetes Data Group dan
didasarkan pada Carpenter dan modifikasi Coustan. Rekomendasi ADA juga mencakup
penggunaan OGTT jam 75 2 dengan batas glukosa yang sama terdaftar untuk berpuasa 1
jam, dan jam nilai 2.

ELLEN SEPRILIA SUJIMAN–DIABETES MELLITUS GESTASIONAL 20


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kriteria diagnostik, yang digunakan hanya di
Negara di luar Amerika Utara, didasarkan pada TTGO 75g 2 jam. GDM didiognasa oleh
WHO kriteria jika baik glukosa puasa >126 mg/dL atau glukosa 2 jam adalah >140 mg/dL.

Penilaian resikoa untuk GDM harus dilakukan pada kunjungan prenatal pertama. Wanita
dengan karakteristik klinis yang konsisten dengan resiko tinggi GDM (obesitas ditandai,
sejarah pribadi GDM, glikosuria, atau riwayat keluarga yang kuat diabetes) harus menjalani
pengujian secepat mungkin. Jika mereka ternyata tidak memiliki GDM pada skrining awal,
mereka harus di uji ulang antara minggu kehamilan ke 24 hingga 28. Perempuan resiko
sedang harus memiliki pengujian dilakukan pada minggu kehamilan ke 24 hingga 28.

Status pasien yang mempunyai resiko rendah tidak memerlukan pengujian glukosa, tapi
kategori ini terbatas pada wanita-wanita yang memenuhi seluruh karakteristik berikut:
- Usia <25 tahun
- Berat badan normal sebelum hamil
- Anggota kelompok etnis dengan pravalensi rendah GDM
- Tidak ada riwayat keluarga yang mempunyai diabetes
- Tidak ada riwayat toleransi glukosa abnormal
- Tidak ada riwayat obstetric buruk.

Jika tingkat glukosa plasma puasa >126 mg/dL (7,0 mmol/1) atau glukosa plasma santai >200
mg/dL (11,1 mmol/1) memenuhi ambang batas normal untuk diagnosis diabetes, dan dapat
dikonfirmasi pada hari seterusnya, maka tidak perlu untuk lakukan test menentukan kadar
glukosa yang lain. Maka bagi pasien tidak menunjukan sebarang tanda hiperglikemia,
evaluasi untuk GDM pada wanita dengan karakteristik resiko sedang atau resiko tinggi harus
mengikuti salah satu dari dua pendekatan:
 Lakukan tes diagnostic toleransi glukosa oral (TTGO) tanpa plasma sebelumnya atau
skrining serum glukosa. Pendekatan pertama ini adalah paling efektif pada pasien
beresiko tinggi atau populasi (misalnya, beberapa kelompok asli-Amerika).
 Melakukan pemeriksaan awal dengan mengukur plasma atau serum glukosa 1 jam
setelah beban glukosa 50 g oral (glucose challenge test [GCT]) dan melakukan TTGO
diagnostic pada subset dari perempuan yang mempunyai nilai ambang glukosa yang
lebih tinggi dari di GCT tersebut. Ketika dua langkah pendekatan yang digunakan,
nilai ambang glukosa >140 mg/dL (7,8 mmol/1) mengidentifikasi sekitar 80% wanita
dengan GDM, dan hasil yang meningkat menjadi 90% dengan menggunakan cutoff
dari >130 mg/dL (7,2 mmol/1).

ELLEN SEPRILIA SUJIMAN–DIABETES MELLITUS GESTASIONAL 21


Penatalaksanaan

Wanita dengan diabetes gestasional dapat dibagi menjadi dua kategori fungsional
berdasarkan kadar glukosa puasa. Terapi insulin biasanya dianjurkan jika penanganan diet
standar tidak secara konsisten mempertahankan glukosa plasma puasa <95 mmg/dL atau
glukosa plasma 2 jam pascamakan <120 mmg/dL. Apakah insulin perlu diberikan kepada
wanita dengan derajat hiperglikemia puasa yang lebih rendah 150 mg/dL atau kurang
sebelum interbensi diet-masih belum jelas karena belum ada uji terkontrol untuk
mengidentifikasi sasaran glikemia idela untuk mencegah resiko pada janin. Namun, the Fifth
International Workshop Conference on Gestational Diabetes menganjurkan kadar glukosa
kapiler ibu dipertahankan ≤95 mg/dL pada keadaan puasa.

Diet. Americam Diabetes Association (ADA) menganjurkan konsultasi nutrisi yang


disesuaikan dengan tinggi dan berat pasien serta dengan terara 30 kkal/kg/hari berdasarkan
berat prahamil untuk wanita non-obesitas. Meskipun diet yang tepat untuk wanita dengan
diabetes gestasional belum diketahui pasti, ADA menyatakan bahwa wanita obesitas dengan
indeks masa tubuh (IMT) >30 kg/m2 mungkin memperoleh manfaat dari pembatasan kalori
30%. Hal ini perlu dipantau dengan pemeriksaan untuk ketonuria setiap minggu, karena
ketonuria pada ibu dilaporkan berkaitan dengan gangguan perkembangan psikomotor anak.
Menurut pendapat bahwa untuk mengontrol glukosa pada wanita obes diperlukan insulin.

Olahraga. Karena olahraga diketahui penting pada pasien tak hamil. American College of
Obstetricians and Gynecoloist membahas tiga uji klinis teracak tentang olahraga pada wanita
dengan diabetes gestasional. Olahraga dapat memperbaiki kebugaran kardiorespirasi tanpa
memperbaiki hasil akhir kehamilan. Aktivitas fisik selama hamil mengurangi resiko diabetes
gestasional. Olahraga resistesnsi menghilangka kebutuhan akan terapi insulin pada wanita
obesitas dengan diabetes gestasional.

Pemantauan Glukosa. Pada 315 wanita dengan diabetes gestasional yang diterapi dengan
diet dan menggunakan pengawas glukosa pribadi dengan yang diperoleh dari 615 pengidap
diabetes gestasional yang juga diterapi dengan diet tetapi hanya menjalani evaluasi glukosa
puasa secara interminten selama pemeriksaan obstetric dua minggu sekali. Wanita yang
melakukan sendiri pemantauan glukosa darah setiap hari memiliki lebih sedikit bayi
makrosomik dan lebih sedikit mengalami penambahan berat setelah diagnosis median 0,56

ELLEN SEPRILIA SUJIMAN–DIABETES MELLITUS GESTASIONAL 22


dibandingkan dengan 0,74 pon per minggu dari pada wanita yang hanya dievaluasi saat
kunjungan pranatal. Temuan-temuan para peneliti ini mendukung praktik pemantauan
glukosa darah sendiri bagi wanita dengan diabetes gestasional yang hanya di terapi dengan
diet.

Insulin. Insulin yang diberikan untuk mengurangi penyulit yang berkaitan dengan
makrosomia pada wanita dengan diabetes gestasional dan euglikemia puasa telah lama
diperdebatkan.
Memulai terapi insulin pada wanita dengan diabetes gestasional jika kadar glukosa puasa
melebihi 105 mg/dL yang menetap meskipun pasien telah mejalani terapi diet. Pada awal
terapi biasanya diberikan dosis total 20-30 unit sekali sehari, sebelum sarapan. Dosis total
biasanya dibagi menjadi dua pertiga insulin kerja sedang dan sepertiga insulin kerja singkat.
Dapat juga diberikan insulin dosis terbagi berdasarkan berat yang diberikan dua kali sehari.
Jika terapi telah dimulai, perlu disadari bahwa kadar kontrol glikemik untuk mengurangi
penyulit pada janin dan neonates belum diketahui pasti.

Penatalaksaan Obstetris
Pada umumnya, wanita dengan diabetes gestasional yang tidak memerlukan insulin
jarang melahirkan kurang bulan atau memburuhkan intervensi lain. Bedah sesar elektif untuk
menghindari cedera pleksus brakhialis pada bayi menarosomik merupakan suatu masalah
penting. ADA menyarankan bahwa bedah sesar perlu dipertimbangkan pada wanita dengan
berat badan janin yang diperikiran secara sonografis ≥4500 g.
Induksi elektif untuk mencegah distosia bahu pada wanita yang secara sonografis
didiagnosis mengandung janin makrosomik, dibandingkan dengan persalinan spontan, juga
kontroversial.

Komplikasi
Komplikasi diabetes gestasional terhadap bayi
Sebagian besar wanita yang mengalami diabetes mellitus gestasional dapat
melahirkan bayi yang sehat. Akan tetapi, diabetes gestasional yang tidak dimonitor dengan
baik dapat mengakibatkan kadar gula darah yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
masalah kesehatan pada sang ibu dan bayi, termasuk kemungkinan untuk melahirkan dengan
cara operasi Caesar. Berikut adalah beberapa resiko yang dapat terjadi akibat diabetes
gestasional:

ELLEN SEPRILIA SUJIMAN–DIABETES MELLITUS GESTASIONAL 23


1. Bayi lahir dengan berat berlebih.
Kadar glukosa yang berlebih dalam darah dapat menembus plasenta, yang
mengkibatkan pankreas bayi akan memproduksi insulin berlebih. Hal ini dapat
menyebabkan bayi tumbuh terlalu besar (macrosomia). Bayi yan terlalu besar dapat
mengakibatkan bayi terjepit ketika melewati jalan lahir, dan beresiko untuk terjadinya
luka saat lahir yang membutuhkan operasi Caesar untuk melahirkanny.
2. Lahir terlalu awal dan sindrom sulit untuk bernafas.
Ibu dengan kadar gula darah yang tinggi dapat meningkatkan resiko untuk melahirkan
sebelum waktunya. Atau dapat juga dokter ang menyarankan demikian, karena
bayinya tumbuh terlalu besar. Bayi yang dilahirkan sebelum waktunya dapat
mengalami sindrom sulit untuk bernafas. Bayi yang mengalami sindrom tersebut
memerlukan bantuan pernafasan hingga paru-parunya sempurna. Bayi yang ibunya
mengalami diabetes gestasional juga dapat mengalami sindrom sulit untuk bernafas
meskipun dilahirkan tepat waktu.
3. Kadar gula darah rendah (hipoglikemia)
Terkadang, bayi dari ibu yang mengalami diabetes gestasional mempunyai kadar gula
darah yang rendah (hipoglikemi) setelah dilahirkan, karena kadar insulin dalam
tubuhnya yang tinggi. Hipoglikemia berat yang mengalami oleh bayi, dapat
mengakibatkan kejang pada bayi. Pemberian nutrisi secara cepat dan terkadang juga
dengan pemberian cairan glukosa secara intravena dapat mengembalikan kadar gula
darah bayi kembali normal.
4. Bayi kuning (jaundice).
Warna kekuningan pada kulit dan mata dapat terjadi bila hati bayi belum berfungsi
dengan sempurna untuk memecah zat yang bernama bilirubin, yang secara normal
terbentuk ketika tubuh mendaur ulang sel darah merah yang tua ataupun rusak.
Meskipun jaundice tidak menimbulkan kekhawatiran, tetapi pengawasan secara
menyeluruh tetapi diperlukan.

5. Diabetes tipe 2 di kemudian hari


Bayi dari ibu yang mengalami diabetes gestasional mempunyai resiko lebih besar
untuk menderita obesitas dan diabetes tipe 2 dikemudian hari.
6. Kematian pada bayi, baik sebelum ataupun setelah lahir

Komplikasi diabetes meliitus gestasional terhadap sang ibu:


1. Tekanan darah tinggi, preeclampsia dan eclampsia
Diabetes mellitus gestasional akan me ingkatkan resiko ibu untuk mengalami tekanan
darah yang tinggi selama kehamilan. Hal ini tersebut juga akanmeningkatkan resiko
ibu unutk terkena preekampsia dan eclampsia, yaitu 2 buah komplikasi serius dari

ELLEN SEPRILIA SUJIMAN–DIABETES MELLITUS GESTASIONAL 24


kehamilan yang menyebabkan naiknya tekanan darah & gejala lain, yang dapat
membahayakan ibu maupun sang buah hati.
2. Diabetes di kemudian hari
Jika mengalami diabetes mellitus gestasional, maka kemungkinan besat akan
mengalami kembali pada kehamilan berikutnya. Selain itu, ibu juga beresiko untuk
menderita diabetes mellitus 2 di kemudian hari. Akan tetapi dengan mengatur gaya
hidup seperti makan makanan yang bernutrisi dan berolahraga dapat mengurangi
resiko terkena diabetes tipe 2 nantinya.

Pencegahan
a. Mengurangi makan-makanan manis
b. Menjaga jumlah asupan makanan terutama ketika trimesrter ketiga kehamilan agar
berat badan tiak bertambah, akan tetapi ibu hamil tidak boleh sampai kekurangan
makanan
c. Berolahraga dengan tertur serta melakukan aktivitas fisik dari mulai yang ringan
hingga sedang sehingga kalori yang tidak diperlukan dalam tubuh akan terbakar
dengan sendirinya.

Prgonosis
Kehamilan kedua dalam waktu 1 tahun dari kehamilan sebelumnya yang mempunyai
GDM memiliki tingkat kekambuhan tinggi. Wanita didiagnosa dengan GDM memiliki
peningkatan resiko terkena diabetes melilitus di masa depan.
Wanita yang membutuhkan insulin pengobatan sewaktu kehamilan karena didiagnosa
dengan GDM mempunyai resiko tinggi untuk mendapat diabetes karena telah mempunyai
antibodi yang terkait dengan diabetes (seperti antobodi terhadap dekarboksilase glutamate,
islet sel antobodi dan atau antigen insulinoma-2, berbandingan wanita dengan dua kehamilan
sebelumnya dan pada wanita yang gemuk.
Wanita membutuhkan insulin untuk mengelola gestasional diabetes memiliki resiko
50% terkena diabetes dalam lima tahun ke depan. Tergantung pada populasi yang diteliti,
kriteria diagnostik dan panjang tindak lanjut, resiko dapat bervariasi sangat besar. Resiko
tampaknya tertinggi dalam 5 tahun pertama, mencapai dataran tinggi setelahnya. Penelitian
lain menemukan resiko diabetes setelah GDM lebih dari 25% setelah 15 tahun.
Jika dahulu angka kematian ibu ±50%, sekarang berkisar antara 0,4-2%. Sebaliknya,
angka kematin anak tetap tinggi, yaitu antara 10-20%. Prognosis anak diperngaruhi oleh
beratnya diabetes, lamanya ibu menderita diabetes, apakah sudah ada kelainan pembuluh
darah, dan apakah terjadi penyulit kehamilan. Penyebab anak, antara lain:
1. Kelainan metabolic (asidosis, koma dan hipoglikemi)
2. Penyakit kehamilan (gestosis dan hidramnion)

ELLEN SEPRILIA SUJIMAN–DIABETES MELLITUS GESTASIONAL 25


3. Kelainan pertumbuhan janin.

BAB III

Kesimpulan
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi
glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah
penderita perlu mendapat insulin atau tidak.

Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu


dan 2 jam post prandial (pp). Bila hasilnya belum dapat memastikan diagnosis DM, dapat
diikuti dengan test toleransi glukosa oral. DM ditegakkan apabila kadar glukosa darah
sewaktu melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai di bawah 100 mg% berarti bukan DM dan
bila nilainya diantara 100-200 mg% belum pasti DM.

Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test
toleransi glukosa oral yaitu dengan pembebanan 75 gram glukosa dan kadar glikosa darah
diukur 1 jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi 140 mg
% maka dilanjutkan dengan pemeriksaan test tolesansi glukosa oral.

Daftar Isi
1. Lange, oded dan Scott B. Ronson. 2000. Diabetes in Pregnency Practical Strategis in
Obcetres and Gynecology. Philadelphia, Sydney, Tokyo: WB Saunders Company,
Chapter 35, 360-369.
2. Chunningham, F. Gary CS. 2009. Diabetes, Williams Obsetrics, New York, Sydney,
Toronto: McGraw-Hill, Scientific Publications, 23 rd Ed., Chapter 11, 1165-74.
3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32649/3/Chapter%20II.pdf
4. Decherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufer N. 2007. Current Diagnosis &
Treatment Obstetrics & Gynecology. United States if America: The McGraw Hill,
Chapter 18.

ELLEN SEPRILIA SUJIMAN–DIABETES MELLITUS GESTASIONAL 26


5. Prawirohadjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka,
FKUI; 2002.h.518-25.

ELLEN SEPRILIA SUJIMAN–DIABETES MELLITUS GESTASIONAL 27

Anda mungkin juga menyukai