Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak
dibentuk pada retina tetapi di bagian depan atau belakang bintik kuning dan
tidak terletak pada satu titik yang tajam. Kelainan refraksi dikenal dalam
bentuk miopia, hipermetropia dan astigmatisma (Ilyas, 2006).
Keseimbangan dalam pembiasan sebagian besar ditentukan oleh
dataran depan dan kelengkungan kornea serta panjangnya bola mata. Kornea
mempunyai daya pembiasan sinar terkuat dibanding media penglihatan mata
lainnya. Lensa memegang peranan terutama pada saat melakukan akomodasi
atau bila melihat benda yang dekat. Panjang bola mata seseorang berbeda-beda.
Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh kornea (mendatar, mencembung)
atau adanya perubahan panjang (lebih panjang, lebih pendek) bola mata, maka
sinar normal tidak dapat terfokus pada makula. Keadaan ini disebut sebagai
ametropia (Ilyas, 2006).
Menurut Ilyas (2006) kelainan refraksi adalah keadaan dimana
bayangan tegas tidak dibentuk pada retina. Pada kelainan refraksi terjadi
ketidakseimbangan sistem optic pada mata sehingga menghasilkan bayangan
yang kabur. Pada mata normal kornea dan lensa membelokkan sinar pada titik
fokus yang tepat pada sentral retina.
Pada kelainan refraksi, sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, akan
tetapi dapat di depan atau di belakang retina dan mungkin tidak terletak pada
satu titik yang tajam.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran yang nyata dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada kasus Kelainan Refraksi.
b. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui definisi kelainan refraksi
2) Untuk mengetahui klasifikasi kelainan refraksi
3) Untuk mengetahui etiologi kelainan refraksi
4) Untuk mengetahui patofisiologi kelainan refraksi
5) Untuk mengetahui manifesatsi klinis kelainan refraksi
6) Untuk mengetahui komplikasi kelainan refraksi

7) Untuk mengetahui penatalaksanaan kelainan refraks


8) Untuk mengetahui pengkajian pada pasien kelainan refraksi
9) Untuk mengetahui diagnosa keperawatan kasus kelainan refraksi
10) Untuk mengetahui tindakan keperawatan yang harus diberikan pada
pasien kelainan refraksi

BAB II
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Kelainan refraksi merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata
sehingga pembiasan sinar tidak di fokuskan pada retina (bintik kuning).

Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak di bentuk


pada retina. Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan sistem optik pada
mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur.
Kelainan refraksi adalah kelainan pada pembiasan cahaya. Ada gangguan
proses pemfokusan cahaya ke retina oleh kornea dan lensa sehingga
penglihatan jadi kabur .
2. Klasifikasi
1. Myopia
Myopia terjadi jika bola mata terlalu panjang dari depan ke belakang, dan
berkas cahaya menjadi terfokus di depan retina dan mengakibatkan
penglihatan kabur atau buram.
2. Hypermetropia
Hyperopia terjadi jika bola mata lebih kecil dari normal atau lensa tidak bisa
berakomodasi dengan baik, hal ini berakibat objek yang terlihat di fokuskan
ke belakang retina dan penglihatan menjadi kabur.
3. Presbyopia
Presbyopia adalah gangguan penglihatan karena usia. Biasanya menyerang
mereka yang memasuki 40 tahun ke atas. Karena penurunan fungsi
akomodasi seperti lemahnya elastisitas lensa dan cairan lensa dan mengeras.
4. Astigmatisma
Astigmatisma adalah bervariasinya daya refraksi kornea atau lensa karena
kelainan bentuk permukaanya. Kondisi astigmatism biasanya jadi lebih
berat kalau mengalami myopia atau hyperopia.
3. Etiologi
1. Myopia
a. Sumbu optik bola mata lebih panjang.
b. Pembiasan media penglihatan kornea lensa yang terlalu kuat.
2. Hipermetropi
a. Bola mata pendek atau sumbu anteropasterior yang pendek.
b. Kelengkungan kornea atau lensa kurang.
c. Indeks bias kurang pada sistem optik mata.
3. Astigmatisma
a. Kelainan kelengkungan permukaan kornea.
b. Kelainan pembiasan pada miridian lensa yang berbeda.
c. Infeksi kornea.
d. Truma distrofi.
3

4. Presbiopi
a. Kelemahan otot akomodasi.
b. Lensa mata tidak kenyal atau berkurangnya elastisitas akibat
sklerosis lensa.
4. Patofisiologi
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan
yang terdiri atas kornea, cairan mata, lensa, badan kaca dan panjangnya
bola mata. Pada orangn normal susunan pembiasan oleh media
penglihatan dan panjangnya bola mata demikian seimbang sehingga
bayangan mata dibiaskan tepat di macula lutea. Mata normal disebut
emetropia mata dengan kelainan refraksi mengakibatkan sinar normal
tidak dapat terfokus pada macula. Hal ini disebabkan oleh kornea yang
terlalu mendatar atau mencembung, bola mata lebih panjang atau pendek
lensa berubah kecembungannyaatau tidak ada lensa mengakibatkan
Ametropi dan bila di akibatkan oleh elastisitas lensa yang kurang atau
kelemahan otot akomodasi mengakibatkan presbiopi.
Pada Ametropi apabila bola mata lebih panjang pembiasan kornea
berlebihan atau lensa yang terlalu kuat mengakibatkan pembiasan terlalu kuat
sehingga fokus terletak didepan retina dan penderita mengalami rabun jauh
( myopia )sebaliknya bila bola mata terlalu pendek, indeks bias kurangatau
kelengkungan kornea atau lensa kurang maka pembiasan tidak cukup sehingga
fokus dibelakang retina dan mengakibatkan rabun dekat ( hipermetropi ).
Hipermetropi tinggi terjadi akibat mata tidak memiliki lensa ( Afakia ) apabila
terjadi kelainan kelengkungan kornea, infeksi kornea, distrofi atau pembiasan
lensa berbeda maka akan mengakibatkan bayangan ireguler (Astigmatisme).
Pada presbiopi elastisitas lensa yang berkurang

atau kelemahan otot

akomodasi mengakibatkan daya akomodasi berkurang, sehingga lensa kurang


mencembung dan pembiasan kurang kuat. Untuk melihat mata berakomodasi
terus menerus sehingga terjadi ketegangan otot siliar yang mengakibatkan mata
lelah, dan mata berair jika menekan kelenjar air mata.

Pada ametropi akomodasi juga dilakukan terus menerus agar mata dapat
melihat. Hal ini mengakibatkan mata lelah atau sakit, mata esotropia atau mata
juling ke dalam dan strabismus karena bola mata bersama sama konvergensi,
serta glaucoma sekunder karena hipertrofi otot siliar pada badan siliar
mempersempit sudut bilik mata.
Rabun jauh atau myopia yang berjalan progresif akan mengakibatkan
kebutaan dan hiperplasi pigmen epitei dan perdarahan, kebutaan dapat terjadi
karena digenari macula dan retina perifer mengakibatkan atrofi lapis sensori
retina dan degennerasi saraf optik. Hiperplasi pigmen epitel dan perdarahan
terjadi karena neovaskularisasi sub retina akibat ruptur membran bruch.
5. Manifestasi Klinis
1. Hipermetropia
a) Kabur bila melihat dekat
b) Mata cepat lelah, berair, sering mengantuk dan sakit kepala
c) Pupil agak miosis
d) Bilik mata depan lebih dangkal
2. Miopia
a) Kabur bila melihat jauh
b) Mata cepat lelah, pusing, dan mengantuk
c) Pupil agak midriasis
d) Bilik mata depan lebih dalam
e) Eksoftalmus
f) Retina tipis, tampak seperti macan
3. Presbiopia
a) Kesulitan membaca dekat
b) Menjauhkan objek yang dibaca
c) Mata lelah, berair dan sering merasa pedas
4. Astigmatisma
a)
Melihat jauh sedang,melihat dekat lebih baik
b)
Melihat benda panjang menjadi lonjong
c)
Mengecilkan celah kelopak mata
d)
Sakit kepala,mata tegang dan pegal
e)
Mata dan fisik lelah
6. Komplikasi
1. Strabismus
2. Juling atau Esotropia
3. Perdarahan badan kaca
4. Ablasi retina Glaukoma sekunder

5. Kebutaan.
7. Penatalaksanaan
1. Non Bedah
Gangguan refraksi harus diperbaiki agar cahaya dapat terfokus pada
retina. Perbaikan ini dapat menggunakan sebuah lensa. Jenis lensa yang
digunakan tergantung dari jenis kelainan refraksi.
a. Myopia menggunakan lensa konkaf atau negatif
b. Hipermetropia menggunakan lensa konveks atau positif
c. Presbiopia dapat menggunakan lensa konveks tetapi jika pasien
tidak dapat melihat jarak jauh, menggunakan lensa konkaf konveks
atau lensa ganda
d. Astigmatisma menggunakan lensa silinder.
Lensa tersebut dapat digunakan dengan menggunakan kaca mata atau
dengan menggunakan lensa kontak.
1) Kaca mata
Keuntungan :
a) Mudah di gunakan
b) Harganya lebih murah dan tahan lama
Kerugian :
a) Perubahan penampilan fisik
b) Beratnya frame pada hidung dan penurunan penglihatan
periperal karena penglihatan dapat menjadi baik jika pasien
melihat melalui pusat lensa
2) Contact lense atau lensa kontak
Keuntungan :
a) Model lebih simple
b) Tidak menimbulkan gangguan penampilan peran
c) Bisa berfungsi sebagai estetika
Kerugian :
a) Sulit dalam perawatan
b) Harga lebih mahal
c) Ada jangka waktu pemakaian (tidak tahan lama)
2. Bedah
Pembedahan dapat menjadi alternatif tindakan untuk kelainan refraksi.
Radial keratotomy merupakan tindakan bedah untuk mengatasi myopia
sedang 8-16 insisi diagonal dibuat melalui 90% pada periperal kornea.

Contac kornea tidak di insisi sehingga penglihatan tidak di pengaruhi insisi


pada kornea yang mana menurunkan panjang antereposterior mata dan
membantu gambaran terfokus pada retina. Komplikasi pada pembedahan
ini diantaranya luka atau scar pada kornea jika insisi terlalu dalam dan
kegagalan untuk mencapai kecukupan perbaikan jika insisi terlalu dangkal.
3. Prosedur Bedah
Prosedur bedah yang lain yang dapat di lakukan untuk memperbaiki
kelainan refraksi yaitu epikeratophakia pembedahan dari donor jaringan
kornea untuk klien yang mengalami kelainan refraksi akan tetapi dalam
hal ini jaringan donor yang di gunakan untuk prosedur ini tidak semua
pasien dapat menerima transplantasi kornea dari donor.

BAB III
B.KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1.) Anamnesa
a. Data demografi
Usia pada miopi dan hipermetropia terjadi pada semua umur,
sedangkan pada prebiopia mulai umur 40 tahun. Pekerjan perlu di

kaji terutama pada pekerjaan yang memerlukan penglihatan ekstra


dan pada pekerjaan yang membutuhkan kontak dengan cahaya yang
terlalu lama.
b. Keluhan yang dirasakan
- Pandangan kabur/penglihatan kabur
- Kesulitan memfokuskan pandangan
- Pusing
- Nyeri kepala
- Sakit kepala
- Mata gatal
- Mata lelah
- Mengantuk
- Adanya air mata berlebihan
- Mata sering terasa pedas setelah membaca
2.) Riwayat penyakit keluarga
- Kemungkinan penyakit keturunan
- Penyakit yang menular akibat kontak langsung/tidak langsung antar
3.)
-

anggota keluarga
Riwayat alergi
Riwayat penyakit lalu
Pada miopi mungkin terdapat retinitis sentralis
Pada astigmatisma terdapat keratokonus, keratoglogus, keratekstasia

4.) Pemeriksaan fisik


1. INPEKSI
Dalam inpeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati adalah bola
mata, kelopak mata, konjungtiva, sclera, dan pupil.
Cara inpeksi mata :
a) Amati bola mata terhadap adanya protrusi, gerakan mata, lapang
pandang, dan visus
b) Amati kelopak mata, perhatikan bentuk dan setiap kelainan
dengan cara sebagai berikut :
1) Anjurkan pasien melihat ke depan
2) Bandingkan mata kanan dan mata kiri
3) Anjurkan pasien menutup kedua mata
4) Amati bentuk dan keadaan kulit pada kelopak mata, serta pada
bagian pinggirKelopak mata, catat setiap ada kelainan,
misalnya adanya kemerah-merahan.
5) Amati pertumbuhan rambut pada kelopak mata terkait dengan
ada/tidaknya bulu mata, dan posisi bulu mata.

6) Perhatikan keluasaan mata atas, atau dalam membuka atau


sewaktu mata membuka (ptosis)
c) Amati 8 konjungtiva dan sclera dengan cara sebagai berikut :
1) Anjurkan pasien untuk melihat lurus ke depan
2) Amati konjungtiva untuk mengetahui ada/tidaknya kemerahmerahan , keadaan vaskularisasi, serta lokasinya.
3) Tarik kelopak mata bagian bawah ke bawah dengan
mengunakan ibu jari
4) Amati keadaan konjungtiva dan kantong konjungtiva bagian
bawah, catat bila didapatkan infeksi atau pus atau bila
warnanya tidak normal, misalnya anemic.
5) Bila diperlukan, amati konjungtiva bagian atas, yaitu dengan
cara membuk/membalik kelopak mata atas dengan perawat
berdiri di belakang pasien
6) Amati warna sklera saat memriksa konjungtiva yang pada
keadaan tertentu warnanya dapat menjadi ikterik.
d) Amati warna iris serta ukuran dan bentuk pupil . kemudian
lanjutkan dengan mengevaluasi reaksi pupil terhadap cahaya.
Normalnya bentuk pupil adalah sama besar (isokor). Pupil yang
mengecil disebut miosis, amat kecil disebut pinpoint, sedangkan
pupil yang melebar/dilatasi disebut midriasis.
Cara inpeksi gerakan mata :
1) Anjurkan pasien untuk melihat lurus kedepan
2) Amati apakah kedua mata tetap diam atau bergerak secar
spontan (nistagmus) yaitu gerakan ritmis bola mata, mulamula lambat bergerak ke satu arah, kemudian dengna cepat
kembali keposisi semula.
3) Bila ditemukan adanya nistagmus, amati bentuk, frekuensi
(cepat atau lambat), amplitude (luas/sempit), dan durasi nya
(hari.minggu).
4) Amati apakah kedua mata memandang lurus ke depan ata
salah satu mengalami deviasi
5) Luruskan jari telunjuk anda dan dekatkan dengan jarak
sekitar 15-30 cm.

6) Beri tahu pasien untuk mengikuti gerakan jari anda dan


pertahankan posisi kepala pasien. Gerakkan jari anda
kedelapan arah untukk mengetahui fungsi 6 otot mata
Cara inpeksi lapang pandang
a. Berdiri di depan pasien
b. Kaji kedua mata secara terpisah yaitu dengan cara
menutup mata yang tidak diperiksa
c. Beri tahu pasien untuk melihat lurus kedepan dan
menfokuskan pada satu titik pandang,, misalnya
hidung anda
d. Gerakan jari anda pada suatu garis vertical/dari
samping, dekatkan ke mata pasien secara perlahan
lahan
e. Anjurkan pasien untuk memberi tahu sewaktu mulai

a.

melihat jari anda


f. Keji mata sebelahnya.
Pemeriksaan visus
Siapkan kartu Snellen atau kartu yang lain untuk pasien
dewasa atau kartu gambar untuk anak-anak.
b. Atur kursi tempat duduk pasien dengan jarak 5 atau 6
m dari kartu Snellen .
c. Atur penerangan yang memadai sehingga kartu dapat
di baca dengan jelas.
d. Beri tahu pasien untuk menutup mata kiri dengan satu
tangan.
e. Pemeriksaan mata kanan dilakukan dengan cara
pasien disuruh membaca mulai dari huruf yang paling
besar menuju huruf yang kecil dan catat tulisan terkhir
yang masih dapat dibaca oleh pasien .
f. Selanjutnya lakukan pemeriksaan mata kiri.
Kartu Snellen di buat sedemikian rupa sehingga huruf
tertentu yang dibaca dengan pusat optic mata (nodal
point) membentuk sudut sebesar 50 untuk jarak
tertentu. Hasil pemeriksaan visus ditulis secara
terpisah antara mata kanan (OD) dan mata kiri (OS)

10

yang

dinyatakan

dengan

pembilang/penyebut.

Pembilang menyatakan jarak antara kartu Snellen


dengan mata, sedangkan penyebut menyatakan jarak
suatu huruf tetentu harus dapat dilihat oleh mata yang
normal.

2. PALPASI
Palapasi pada mata dikerjakan dengan tujuan untuk mengetahui
takanan bola mata dan mengetahui adnya nyeri tekan. Untuk
mengukur tekanan bola mata secara lebih teliti diperlukan alat
Tonometri yang memerlukan keahlian khusus.
Cara palpasi untuk mengetahui tekanan bola mata
1. Beri tahu pasien untuk duduk
2. Anjurkan pasien untuk memejamkan mata
3. Lakukan palpasi pada kedua mata. Bila tekanan bola mata
meninggi, mata teraba keras.

Pengkajian tingkat mahir (pengkajian funduskopi)


Pengkajian mata tingkat mahir (funduskopi) dilakukan paling

akhir. Pengkajian ini dikerjakan untuk mengetahui susunan retina


dengan mengunakan alat oftalmoskop. Untuk dapat melakukan hal
ini, diperlukan pengetahuan anatomi dan fisiologi mata yang
memadai serta keterampilan khusus dalam mengunakan alat

Pemeriksaan Tajam Penglihatan


Ini biasa dilakukan ketika Anda datang dengan keluhan,

penglihatan memburam atau perkiraan mata menjadi minus atau


plus. Biasanya anda akan diminta duduk dalam sebuah kursi dan di
hadapan Anda diberikan papan tulisan huruf (papan Snellen) atau
angka sekitar 5 atau 6 meter di depan. Anda akan diminta untuk
membaca tulisan dari atas (terbesar) hingga tulisan terbawah yang
bisa Anda baca. Masing-masing tulisan memiliki nilai visus atau
11

ketajaman mata. Misalnya bila Anda bisa membaca tulisan teratas,


maka ketajaman mata Anda adalah 6/60 (enam perenam puluh).
Pemeriksaan dilanjutkan hingga tulisan terkecil yang dapat Anda
baca. Setelah diketahui nilai visus, Anda biasanya akan diberikan
kacamata periksa, dimana lensanya dapat digonta-ganti. Tujuannya
adalah agar mata Anda dapat dengan baik membaca tulisan terbawah
dalam papan Snellen dengan visus 6/6. Ketajaman 6/6 adalah
ketajaman terbaik.
Bila visus mata sangat buruk, atau tulisan terbesar pun tak
terbaca, biasanya pemeriksa akan melakukan dengan memperagakan
jumlah jari pada 1 meter di hadapan Anda. Anda harus menghitung
jumlah jarinya. Bila tidak terlihat, maka akan dilakukan dengan
lambaian tangan. Bila bahkan lambaian tak terlihat, maka dilakukan
uji dengan cahaya senter. Bila cahaya pun tak terlihat, maka mata
mungkin mengalami kebutaan. Pemeriksaan ini memang sangat
subjektif (tergantung dari persepsi Anda sendiri). Namun, kini sudah
ada pemeriksaan yang lebih objektif yaitu dengan pemeriksaan
komputer,

yang

jelas

sangat

cepat,

dibandingkan

dengan

menggunakan papan Snellen.

Pemeriksaan Posisi Bola dan Otot Mata


Posisi bola mata penting untuk pemeriksaan, apakah ada

perubahan posisi mata, apakah terdapat kejulingan mata. Dokter akan


melakukan inspeksi (pemeriksaan dengan mengamati) bola mata dan
ia akan meminta Anda untuk menggerakkan bola mata, ke delapan
arah mata angin. Bila ada masalah pada otot atau juling, biasanya akan
terlihat pada pemeriksaan mata ini.

Pemeriksaan Kelopak Mata


Kelopak mata akan diperiksa bila terjadi trauma atau luka pada

kelopak atau terjadinya mata merah. Kelopak akan diamati apakah ada
luka atau kemerahan karena pembesaran pembuluh darah atau
berdarah.
12

Pemeriksaan Bagian Mata Depan


Pemeriksaan ini untuk melihat beberapa keadaan di mata

depan yaitu bagian kornea, konjungtiva, iris, pupil, sklera, dan lensa.
Pada pemeriksaan kornea, biasanya dokter ingin mengetahui apakah
ada luka pada kornea. Dokter akan melakukan tes floresensi. Pasien
akan diberikan obat floresen, kemudian dibilas dengan air suling, dan
dilihat dengan lampu kobalt biru. Bila ada luka, maka akan terlihat
cahaya berpendar. Tes ini dilakukan bila terjadi luka pada bola mata.
Namun saat ini pemeriksaan juga dibantu dengan alat slit lamp,
yang lebih mempermudah pemeriksaan bagian mata depan. Yang
sering pula adalah pemeriksaan lensa. Lensa diamati dan dilihat
apakah terjadi kekeruhan, seperti yang sering terjadi pada penderita
katarak.

Pemeriksaan Bagian Mata Belakang


Pemeriksaan ini untuk mengamati bagian mata belakang dan

dalam seperti retina dan pembuluh darah mata. Dokter menggunakan


alat yang disebut oftalmoskop. Biasanya pasien akan ditetesi obat
(obat midriatikum) untuk memperbesar pupil sehingga dapat
mempermudah pemeriksaan.

Pemeriksaan Tekanan Bola Mata


Ini dilakukan bila pasien diduga menderita glaukoma atau

perubahan tekanan bola mata lainnya. Pasien diminta berbaring dan


diberikan obat bius lokal pada mata. Dokter akan menggunakan alat
yang disebut tonometri Schiotz. Alat ini diletakkan di atas kornea
mata dan dapat didapati angka tekanan bola matanya.
5.) Pemeriksaan penunjang
Ada banyak pemeriksaan penunjang lainnya pada mata seperti :
o Korneaskopi (bentuk kornea)
o Tes buta warna (Ishihara)
o Eksoptalmometer dari Hertel,

Optalmodinamometer

( pengukur tekanan arteri di retina)

13

o X-ray : Foto orbita


o Flourescein angiografi (untuk memeriksa sirkulasi retina
dan koroid)
o USG (digunakan melihat kelainan pada organ di dalam bola
mata terutama bila kelainan tersebut tidak dapat dilihat
melalui celah pupil)
o CT scan (untuk melihat kelainan pada struktur tulang yang
menyangga bola mata)
o Elektroretinografi ( untuk mengetahui apakah ganguan
fungsi retina terletak pada sel kerucutdan batang atau sel
Bipolar)

14

2. Pathway
KELAINAN REFRAKSI

Miopia

Hipermetropia

M.retraktif

M.aksial

Sumbuh mata lebih


panjang

Indeks bias
media optik

H.aksial

H.rettaktif

Sumbu
mata lebih

Indeks bias
media optik

Sinar sejajar dibias


didepan retina

Kabur melihat

Sinar sejajar dibias


dibelakang retina

Presbiopia

Astigmatismus

Meningkatnya

Kelainan kornea

Meningkatnya

Perubahan
lingkungan kornea

Kehilangan elastisitas
untuk menjadi
cembung

Berkas cahaya
masuk pada
berbagai bidang
Sinar masuk
dibiaskan

Kabur melihat

Pada tempat yang


RESIKO

GANGGUAN PERSEPSI
SENSORI (VISUAL)

GANGGUAN RASA
NYAMAN

NYERI AKUT

Diplopia

15

3. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Jatuh (00155) (Domain 11 Keamanan/Perlindungan Kelas 2 Cedera
Fisik)
2. Gangguan Persepsi Sensori (Visual) (00122) (Domain 5 Persepsi Kognitif
Kelas 2 Sensasi/Persepsi (Visual)
3. Gangguan Rasa Nyaman (00214) (Domain 12 Kenyamanan Kelas 1
Kenyamanan Fisik)
4. Nyeri Akut (00132) (Domain 12 Kenyamanan Kelas 4 Kenyamanan Fisik)

16

4. Rencana Asuhan Keperawatan

NO
1.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Persepsi

sensori,

Gangguan

(Penglihatan)

INTERVENSI KEPERAWATAN

(NOC)

(NIC)

1. Distorsi

kendali

pikir

diri

: Penglihatan

Pembatasan diri terhadap gangguan

Definisi : Perubahan pada jumlah


atau pola stimulus yang diterima,
yang di sertai respons terhadap
stimulus tersebut yang dihilangkan,
dilebihkan, di simpangkan, atau
dirusakka

persepsi, proses pikir, dan isi pikir


2. Status neurologis : Fungsi motorik
sensorik/kranial : Kemampuan saraf
kranial

untuk

mengenali

impuls

sensorik dan motorik


3. Fungsi sensorik : Kutaenus : Tingkat
Stimulasi terhadap kulit dirasakan

Batasan karakteristik :

dengan tepat
4. Perilaku kompensasi penglihatan :

Subjektif
-

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL

Distorsi sensori

tindakan

Objektif

pribadi

mengonpensasi

Perubahan

ketajaman

sensori
Konsentrasi buruk

penglihatan
Kriteria hasil :
Mengompensasi

untuk
gangguan

1. Peningkatan Komunikasi : Defisit


Penglihatan : Membantu
pembelajaran dan penerimaan
metode alternatif untuk menjalani
hidup dengan penurunan fungsi
penglihatan
Rasional :
Agar pasien dapat beradaptasi
dengan baik tanpa mengalami
kesilitan dalam aktifitas
2. Manajemen Waham :
meingkatkan kenyamanan,
keamanan, dan orientasi realitas

defisit

sensori

pasien yang mengalami keyakinan

17

Perubahan

respons

yang

biasanya terhadap stimulus


Faktor yang berhubungan :
-

Perubahan

presepsi,

transmisi, dan/atau integrasi


-

sensori
Ketidakseimbangan

biokimia
Ketidakseimbangan

elektrolit
Stimulus lingkungan yang

berlebihan
Ketidakcukupan

lingkungan
Stres psikologis

dengan memaksimalkan indra yang

yang kuat dan salah yang tidak

tidak rusak

sesuai dengan kenyataan


Rasional :
Agar pasien merasa nyaman dan
meningkatkan kesadaran akan
tingkah laku dan keyakinan
3. Manajemen lingkungan :
memanipulasi lingkungan sekitar

stimulus

pasien untuk manfaat terapeutik


Rasional :
Supaya proses terapi berjalan
dengan baik
4. Manajemen Halusinasi :
meningkatkan keamanan,
kenyamanan, dan orientasi
realitas pasien yang mengalami
halusinasi
Rasional :
Agar menurunkan resiko cedera
dan mengembalikan kesadaran
masalah dari halusinasinya
5. Pemantauan Neurologis :

18

Mengumpulkan dan menganalisis


data pasien untuk mencegah atau
meminimalkan komplikasi
neurologis
Rasional :
Agar mengetahui keadaan pasien
2.

Gangguan rasa nyaman (00214)


Domain : 12
Kelas : 1 kenyamanan fisik
Definisi : merasa nyaman, lega, dan
sempurna dalam dimensi fisik,
psikospritual, lingkungan, budaya,
dan / atau sosial
Batasan karakteristik

ansietas
berkeluh kesah
gangguan pola tidur
gatal
gejala distres
gelisah
iritabilitas

Ansiety
Fear leavel
Sleep deprivation
Comfort, read

Kriterial hasil :
1. Mampu mengontrol kecemasan
2. Status lingkungan yang nyaman
3. Mengontrol nyeri
4. Kualitas tidur dan istirahat adekuat
5. Agresi pengendalian diri
6. Respon terhadap pengobatan
7. Control gejala
8. Status kenyamanan meningkat
9. Dapat mengontrol ketakutan
10. Support social
11. Keinginan untuk hidup

secara umum
Anxiety
Reduction

(Penurunan

kecemasan)
Observasi
1. Identifikasi tingkat kecemasan
Rasional :
Agar mengetahui keadaan pasien
2. Pahami prespektif pasien terhadap
situasi stres
Rasional :
Agar memberikan luang waktu
bagi perasaan pasien
Mandiri
3. Gunakan

pendekatan

yang

menenangkan

19

ketidakmampuan untuk

Rasional :
Agar

relaks
kurang puas dengan

keadaan
menangis
merasa dingin
merasa kurang senang

dengan situasi
merasa hangat
merasa lapar
merasa tidak nyaman
merintih
takut

faktor yang berhubungan

gejala terkait penyakit


kurang kontrol situasi
kurang pengendalian

lingkungan
kurang privasi
program pengobatan
stimuli lingkungan yang
mengganggu

mengurangi

kecemasan

pasien
4. Nyatakan dengan jelas harapan
terhadap pelaku pasien
Rasional :
Untuk meningkatkan rasa percaya
diri

dan

meningkatkan

kesembuhannya
5. Jelaskan semua prosedur dan apa
yang dirasakan selama prosedur
Rasional :
Agar klien mengetahui prosedur
yang akan dilakukan dan dapat
meningkatkan kesehatan pasien
6. Temani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut
Rasional :
agar pasien bisa mandiri dan

20

sumber daya tidak adekuat


(mis. Finansial,
pengetahuan, dan sosial)

tidak mengalami depresi lebih


lanjut
7. Lakukan back/ neck rub
Rasional :
Agar meregangkan otot leher,
bahu, dan punggung membantu
meredakan stres
8. Dengarkan

dengan

perhatian
Rasional :
Agar
pasien
keluhan

atau

penuh

menceritakan
apapun

secara

langsung tanpa rasa takut


9. Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
Rasional :
Untuk meminimalkan ketegangan
otot, syaraf, dan resiko masalah
lain yang daoat terjadi
10. Dorong
pasien
mengungkapkan

untuk
perasaan,

21

ketakutan, persepsi
Rasional :
Agar mengetahui penyebab klien
merasa cemas dan ketakutan
Health education
11. Dorong

keluarga

melindungi anak
Rasional :
Supaya klien dapat

untuk

merasa

nyaman dan terhindar dari bahaya


12. Instruksikan pasien menggunakan
teknik relaksasi
Rasional :
Agar meredakan stres
Kolaborasi
13. Berikan obat untuk mengurangi
kecemasan
Rasional :
Agar menekankan

timbulnya

kecemasan
Environtment management confort
Pain management

22

3.

Resiko jatuh (00155)


Domain

11

keamanan

perlindungan
Kelas 2 : cedera fisik
Definisi : peningkatan kerentanan
untuk

jatuh

yang

dapat

Trauma risk for


Fall prevention
Injury risk for
Observasi
Kriteria hasil :
1. Keseimbangan : kemampuan untuk 1. Mengidentifikasi defisit kognitif atau
mempertahankan ekuilibrium
2. Gerakan terkoordinasi : kemampuan
otot untuk bekerja sama secara
volunter

menyebabkan bahaya fisik

untuk

melakukan

pergerakan yang bertujuan


3. Perilaku pencegahan.
Jatuh : tindakan individu

Factor resiko
1. Dewasa

atau

Usia 65 tahun atau lebih

pemberi

Riwayat jatuhh

meminimalkan faktor resiko yang

Tinggal sendiri

dapat meminimalkan faktor resiko

Prosthesis

ekstermitas

bawah
-

Penggunaan

alat

(mis.,walker,tongkat)
-

Penggunaan kursi roda

bantu

yang

asuhan

dapat

untuk

memicu

jatuh

fisik

pasien

yang

dapat

meningkatkan potensi jatuh dalam


lingkungan tertentu
Rasional :
Untuk mengetahui keadaan pasien
dan penyebab potensi jatuh
2. Mengidentifikasi perilaku dan faktor
yang mempengaruhi resiko jatuh
Rasional :
Untuk mengantisipasi agar klien
terhindardari jatuh
3. Mengidentifikasi

karakteristik

dilingkungan individu
4. Kejadian jatuh : tidak ada kejadian

lingkungan yang dapat meningkatkan

jatuh
5. Pengetahuan

yang licin dan terbuka)


Rasional :
Untuk
meminimalkan

pemahaman

pencegahan jatuh pengetahuan :

potensi untuk jatuh (misalnya lantai

keadaan

23

2. Anak
-

Usia dua tahun atau kurang

Tempat tidur yang terletak


didekat jendela

Kurang pengawasan orang


tua

3. Kognitif
Penurunan status mental
4. Lingkungan
-

lingkungan

yang

tidak

terorganisir
-

Ruang

yang

memiliki

cahaya redup
-

Tidak ada meteri ani slip di


kamar mandi

Kondisi cuaca (mis.,lantai

keselamatan anak fisik


6. Pengetahuan : keamanan pribadi
7. Pelanggaran perlindungan tingkat
kebingungan akut
8. Gerakan tekoordinasi
9. Kejadian terjun
10. Mengasuh keselamatan fisik remaja
11. Mengasuh : bayi / balita
Keselamatan fisik
12. Perilaku keselamatan pribadi
13. Keparahan cedera resiko
14. Pengendalian resiko
15. Pengendalian resiko : pencahayaan
sinar matahari
16. Deteksi resiko
17. Lingkungan rumah aman
18. Aman berkeliaran
19. Zat penarikan keparahan
20. Integritas jaringan : kulit
membran mukosa
21. Perilaku kepatuhan visi

lingkungan yang menjadi penyebab


resiko jatuh
4. Memantau

kemampuan

untuk

mentransfer pasien dari tempat tidur


ke

kursi

dan

demikian

pula

sebaliknya
Rasional :
Untuk mengetahui keadaan fisik
pasien
Mandiri
5. Menandai ambang pintu dan tepi
langkah, sesuai kebutuhan
Rasional :
Agar pasien mudah melakukan

dan

aktifitas
6. Hapus dataran rendah perabotan
yang

menimbulkan

bahaya

5. Medikasi

tersandung
Rasional :
Agar klien

aktifitas dirumah tanpa mengalami

basah,es)
Penggunaan alkohol

mudah

melakukan

24

Inhibitor enzyme pengubah


angiostensin

kacamata, sesuai, ketika keluar dari

Agen anti ansietas

Agens anti hipertensi

Deuretik

Hipnotik

Narkotik

Obat penenang

Antidepresan trisiklik
Sakit akut

Anemia

Penurunan

tempat tidur
Rasional :
agar pasien

dapat

melihat

dan

sebagai antisipasi keselamatan


8. Memberikan pencahayaan yang
memadai

6. Fisiologis
-

jatuh
7. Anjurkan pasien untuk memakai

untuk

visibilitas
Rasional :
Untuk memudahkan pasien dalam
melihat
9. Menyediakan

kekuatan

ekstermitas bawah

meningkatkan

lampu

malam

di

samping tempat tidur


Rasional :
Untuk memberikan penerangan yang

Kesulitan gaya berjalan

lebih kecil dan mudah di jangkau


10. Sarankan adaptasi rumah untuk

Gangguan keseimbangan

Neuropati

Hipotensi ortostatisk

meningkatkan keselamatan
Rasional :
Agar pasien lebih tahu keadaan

Kondisi postoperative

sekitar dan sebagai antisipasi

25

Penyakit vaskuler

Kesulitan melihat
Health Education :
11. Instruksikan

keluarga

pada

pentingnya pegangan untuk kamar


mandi, tangga, dan trotoar
Rasional :
Untuk meningkatkan pengetahuan
supaya pasien dan keluarga lebih
kooperatif
Kolaborasi
12. Lembaga program latihan rutin fisik
yang meliputi berjalan
Rasional :
Untuk meningkatkan pengetahuan
dan mengembalikan kondisi fisik
yang baik

26

44

4. Nyeri akut (00132)

Domain 12 : kenyamanan
Kelas 1 : kenyamanan fisik
Definisi :

Observasi
Pain level,
Pain control,
Comfort level

1) Lakukan pengkajian nyeri secara


komprehensif
karakteristik,

Tujuan :

pengalaman sensori dan emosional Setelah dilakukan tindakan keperawatan


yang tidak menyenangkan yang diharapkan nyeri dapat teratasi.
muncul akibat kerusakan jaringan Kriteria Hasil :
yang aktual atau potensial atau Mampu mengontrol
digambarkan dalam hal kerusakan

nyeri

termasuk
durasi,

lokasi,
frekuensi,

kualitas, dan dan factor presifitasi


Rasional :
Mengetahui
letak
nyeri
dan

pengobatan lebih efektif


(tahu 2) Observasi reaksi nonverbal

penyebab nyeri, mampu menggunakan

dari

ketidaknyamanan
Rasional :

27

sedemikian

rupa

(international

association for the study of pain);


awitan tiba-tiba atau lambat dari
intensitas

ringan

hingga

berat

dengan

akhir

yang

dapat

diantisipasi atau diprediksi dan


berlangsung <6 bulan.
Batasan karakteristik :

Perubahan tekanan darah


Perubahan frekuensi jantung
Perubahan frekuensi pernafasan
Dilatasi pupil
Perubahan
posisi
untuk

menghindari nyeri
Sikap melindungi area nyeri
Indikasi nyeri yang dapat

diamati
Melaporkan nyeri secara verbal
Gangguan tidur

Faktor yang berhubungan :


Agen cedera (mis, biologis, zat

tehnik

nonfarmakologi

untuk

Mengetahui efek samping dari reaksi

mengurangi nyeri mencari bantuan)


nonverbal.
Melaporkan bahwa nyeri berkurang 3) Kaji kultur
dengan menggunakan manjemen nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang

yang

mempengaruhi

respon nyeri
Rasional :
Untuk mengetahui pengaruh kultur
terhadap nyeri
4) Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
Rasional :
Untuk mengetahui menejemen nyeri
pada pasien
5) Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesic pertama
kali
Rasional :
Untuk mengetahui

respon

terhadap analgesic
Mandiri
1) Lakukan manajemen nyeri
Rasional :
Untuk
meringankan
mengurangi

nyeri

sampai

nyeri

atau
pada

28

kimia, fisik, psikologi)

tingkat kenyamanan yang dapat di


terima oleh pasien.
2) Kontrol lingkungan

yang

dapat

mempengaruhi nyeri seperti suhu


ruangan,

pencahayaan

kebisingan
Rasional :
Agar
mengetahui

dan

pengaruh

lingkungan terhadap nyeri


3) Kurangi factor presipitasi nyeri
Rasional :
Karena faktor presipitasi seperti
lingkungan, suhu ekstrim,stressor
fisik dan emosi dpat menyebabkan
nyeri
4) Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi, dan
interpersonal)
Rasional :
Untuk mencegah terjadinya nyeri
yang berkelanjutan
5) Gunakan
teknik

komunikasi

29

terapeutik

untuk

mengetahui

pengalaman nyeri pasien


Rasional :
Untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
6) Evaluasi pengalaman nyeri masa
lampau
Rasional :
Untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
7) Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
Rasional :
Untuk mengurangi nyeri pada pasien
8) Evaluasi keefektifan control nyeri
Rasional :
Untuk mengetahui skala nyeri pada
pasien
9) Tentukan

lokasi,

karakteristik,

kualitas, dan derajat nyeri sebelum


pemberian obat
Rasional :
Menentukan letak

nyeri

agar

pemberian obat lebih efektif

30

10) Cek instruksi dokter tentang jenis


obat, dosis, dan frekuensi
Rasional :
Agar pemberian obat lebih efektif
dan nyeri berkurang atau tertangani
11) Cek riwayat alergi
Rasional :
Mengetahui
riwayat
alergi
sebelumnya
12) Pilih analgesic yang diperlukan atau
kombinasi

dari

analgesic

ketika

pemberian lebih dari Satu


Rasional :
Untuk mengurangi rasa nyeri
13) Tentukan
pilihan
analgesic
tergantung tipe dan beratnya nyeri
Rasional :
Untuk mengurangi rasa nyeri
14) Pilih rute pemberian secara IV, IM
untuk

pengobatan

nyeri

secara

teratur
Rasional :
Untuk mengurangi rasa nyeri
15) Evaluasi efektivitas analgesi, tanda

31

dan gejala
Rasional :
Mengetahui efek analgesi terhadap
nyeri
Helath education
1) Ajarkan

tentang

teknik

non

farmakologi
Rasional :
Agar pasien mengetahui teknik non
farmakologi dalam mengurangi nyeri
2) Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan
Rasional :
Untuk mengurangi rasa takut
terhadap nyeri yang dirasakan
3) Tingkatkan istrahat
Rasional :
Agar pengobatan lebih efektif
Kolaborasi
1) Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
Rasional :

32

Agar mengetahui tindakan apa yang


akan dilakukan selanjutnya
2) Evaluasi bersama pasien dan tim
kesehatan

lain

tentang

ketidakefektifan control nyeri masa


lampau
Rasional :
Agar mengetahui penyebab nyeri
dimasa lampau

5. Implementasi dan Evaluasi


No.
1.

KODE

HARI/TANGGAL

JAM

IMPLEMENTASI

EVALUASI
- S : Subyektif adalah data yang dikeluhkan
oleh klien

33

1. Persepsi sensori perseptual (visual)


Klien mengeluh penglihatan kabur
saat melihat jarak dekat dan melihat
jarak jauh
2. Nyeri akut
Klien mengeluh nyeri ada bagian
kepala
3. Gangguan rasa nyaman
Klien mengeluh penglihatan ganda
dan merasa tidak nyaman dengan
penglihatan ganda tersebut
4. Resiko jatuh
Klien mengeluh diplopia
- O : Objektif adalah tanda klinik dan fakta
yang

berhubungan

dengan

keperawatan

diagnosa
melalui

wawancara,observasi, pemeriksaan fisik


dan diagnostik.
1. Persepsi sensori perseptual (visual)
skala penglihatan kabur saat
melihat jarak jauh dan jarak dekat
2. Nyeri akut

34

Skala

nyeri

kepala

dikeluhkan klien
3. Gangguan rasa nyaman
skala
ketidaknyamanan

yang

saat

penglihatan ganda
4. Resiko jatuh
- A : analisis/assesment adalah analisa data
subjektif dan objektif dalam menentukan
masalah klien
1. Persepsi sensori perseptual (visual)
mengkaji penglihatan klien apakah
masih kabur saat melihat jarak dekat
dan jarak jauh
2. Nyeri akut
Mengkaji rasa nyeri dan skala nyeri
klien apakah terjadi perubahan atau
tidak
3. Gangguan rasa nyaman
mengkaji rasa nyaman

pasien

apakah penglihatan masih ganda


atau tidak
4. Resiko jatuh
mengakaji apakah klien masih

35

mengeluh diplopia atau tidak


- P : planning adalah rencana segera atau akan
datang mengenai intervensi yang dilakukan
oleh perawat
1. Persepsi sensori perseptual (visual)
memanipulasi lingkungan sekitar
pasien untuk manfaat terapeutik
2. Nyeri akut
Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan,

pencahayaan

dan

kebisingan
3. Gangguan rasa nyaman
Gunakan
pendekatan

yang

menenangkan
4. Resiko jatuh
Lembaga program latihan rutin
fisik yang meliputi berjalan

36

6. Terapi
No.

Diagnosa
Gangguan Persepsi Sensori
(Visual)

Terapi

Terapi Yang Dilakukan


pemberian nutrisi :

Dengan

memberikan pasien makanan tinggi protein,


tinggi kalori, kudapan bergizi, dan minuman

Nyeri Akut

yang siap diminum,jika diperlukan


- Terapi bermain
- Terapi musik
- Terapi aktivitas : Menganjurkan pasien
untuk melakukan aktivitas untuk melupakan

Resiko Jatuh

sejenak rasa nyeri yang dirasakan


- Terapi latihan fisik (keseimbangan) :
Menggunakan

aktivitas,

postur,

dan

pergerakan tertentu untuk mempertahankan,


meningkatkan,

dan

mengembalikan

keseimbangan tubuh
- Terapi latihan fisik (pengendalian otot) :

Menggunakan

protokol

aktivitas

atau

latihan fisik tertentu untuk meningkatkan


atau
Gangguan Rasa Nyaman
4

mengembalikan

gerakan

tubuh

terkendali
- Terapi dengan menggunakan kacamata
- Terapi dengan makan-makanan yang
mengandung banyak Vitamin C

37

C. WOC

38

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan refraksi mata adalah penyimpangan cahaya yang lewat secara
miring dari suatau medium ke mediuGm lain yang berbeda densitasnya.
Penyimpangan tersebut terjadi pada permukaan pembatas kedua medium
tersebut yang dikenal sebagai permukaan refraksi. Terdapat 2 gangguan
refraksi mata yaitu ametropia dan presbiopi. Ametropia dibagi lagi menjadi 4
macam yaitu, miopi, hipermetropi, afakia, dan astigmatisma.
B. Saran
Kami sadar tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, saran dan kritik
sangat kami harapkan dan kami pun akan mnerima kritik dan sarannya dengan
senang hati untuk perbaikan pada makalah berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

39

40

41

42

Anda mungkin juga menyukai