Anda di halaman 1dari 12

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum

Hasil survei yang dilakukan di Optik Kalista, Jalan Melati No. 2A

Tabanan – Bali, mulai dari tanggal 01 sampai dengan 30 Maret 2019

didapatkan data sebagaimana terlihat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.

Tabel 4.1
Distribusi Status Refraksi berdasarkan Jenis Kelamin
di Optik Kalista Tabanan – Bali.

Jenis Kelamin
STATUS JUMLAH
Laki – laki Perempuan
REFRAKSI
Jumlah % Jumlah % Total %

Emmetropia 9 3,63 12 4,84 21 8,47

Myopia 8 3,22 37 14,92 45 18,14

Hypermetropia 16 6,45 18 7,26 34 13,71

Astigmatismus 51 20,57 97 39,11 148 59,68

JUMLAH 84 33,87 164 66,13 248 100

Sumber data : Catatan Medik Optik Kalista Tabanan – Bali,


periode 01 s/d 30 Maret 2019.

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah penderita

gangguan penglihatan yang mendapatkan jasa pemeriksaan refraksi

subyektif di Optik Kalista Tabanan - Bali ada 248 orang. Dari jumlah

tersebut, 66,13% berjenis kelamin perempuan dan 33,87% berjenis kemalin

laki-laki. Bila ditinjau dari distribusi status refraksi, jumlah penderita

astigmatismus menduduki peringkat tertinggi dengan jumlah 148 orang atau

59,68%.

49
50

Tabel 4.2
Distribusi Status Refraksi berdasarkan Kelompok Umur
di Optik Kalista Tabanan – Bali.

Kelompok Umur
STATUS Umur < 40 Umur ≥ 40 JUMLAH
REFRAKSI tahun tahun
Jumlah % Jumlah % Total %

Emmetropia 11 4,44 10 4,03 21 8,47

Myopia 40 16,13 5 2,01 45 18,14

Hypermetropia 10 4,03 24 9,68 34 13,71

Astigmatismus 105 42,34 43 17,34 148 59,68

JUMLAH 166 66,94 82 33,06 248 100

Sumber data : Catatan Medik Optik Kalista Tabanan – Bali,


periode 01 s/d 30 Maret 2019

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah penderita

gangguan penglihatan yang mendapatkan jasa pemeriksaan refraksi

subyektif di Optik Kalista Tabanan - Bali ada 248 orang. Dari jumlah

tersebut, 66,94% berumur dibawah 40 tahun dan 33,06% berumur 40 tahun

atau lebih. Karena umur 40 tahun ditetapkan sebagai batas awal terjadinya

presbyopia, maka berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah

penderita presbyopia dengan status refraksi astigmatismus menduduki

peringkat tertinggi yaitu sebesar 17,34% dari populasi.

B. Paparan Kasus

Pada penelitian ini, sampel dipilih salah satu dari 43 orang penderita

presbyopia dengan status refraksi astigmatismus di Optik Kalista Tabanan –

Bali, berdasarkan pertimbangan penderita cukup komunikatif dan kooperatif.


51

Tabel 4.3
Hasil Pemeriksaan Refraksi Subyektif
Pada Penderita Presbyopia Dengan Status Refraksi Astigmatismus

ANAMNESA
Nama I GST KT S. Pekerjaan : Wiraswasta
Umur 52 th Alamat : Br. Bengkel, Kediri,
Tabanan - Bali
Gender Laki-laki
KELUHAN UTAMA RIWAYAT PENYAKIT
Penglihatan Jauh Kabur 1. Diabetes (-)
2. Darah Tinggi / Hipertensi (-)
Penglihatan Dekat Kabur
3. Operasi Mata (-)
Diplopia (-) 4. Pakai kacamata baca sejak
usia 37 th (Presbyopia
Lain-lain (-) Precock)

INSPEKSI / OBSERVASI
OD OS
DBN PALPEBRA DBN
DBN CORNEA DBN
DBN CONJUNCTIVA DBN
DBN SCLERA DBN
DBN COA DBN
DBN LENSA KRISTALIN DBN
DBN REFLEK PUPIL DBN
NORMAL ABNORMAL
Cover KEDUDUKAN DAN Hirschberg
Duksi (-) GERAKAN BOLA (-)
Test Test
Kesimpulan : MATA
Kesimpulan : (-)
Orthophoria
LENSMETRI
UKURAN KACAMATA LAMA PENDERITA
OD OS
SPH CYL AXIS PRISM BASE SPH CYL AXIS PRISM BASE
o o
-1.50 -0.50 50 -0.50 -0.50 140
ADD +1.50 ADD +1.50
DV 62 (Jauh) DV 60 (Dekat)
UJI BIKROMATIK
OD Merah terang OS Merah terang
52

UJI VISUS JAUH


OD 6/24 OS 6/12
TITIK AKHIR KOREKSI VISUS MONOKULER
VSC LENSA KOREKSI VCC
OD 6/24 S -0.75 ^ C -0.50 x 50o 6/6
o
OS 6/12 S -0.50 ^ C -0.75 x 150 6/6
TITIK AKHIR KOREKSI VISUS BINOKULER
LENSA KOREKSI VISUS
o
OD S -0.50 ^ C -0.50 x 50
6/6
OS S -0.50 ^ C -0.75 x 150o
Alternating Cover HASIL
Vision Balance (+)
Test WFDT
Duke Elder Test DET (-)
Distortion Test DT (-) -
Reading Test RT ADD S +2.50 J2
UJI BATANG MADDOX (MDR TEST)
Letak Batang
HASIL EVALUASI DAN KLASIFIKASI
Maddox
OD / OS Orthophoria
Percobaan
Patient’s View PRISMA KOREKSI
Pertama
DIOPTRI BASE

Percobaan Kedua Patient’s View LETAK PRISMA

OD / OS

PENETAPAN STATUS REFRAKSI


ODS ASTIGMATISMUS MYOPICUS COMPOSITUS OBLIQUE
+ PRESBYOPIA
PENULISAN RESEP KACAMATA
OD OS
SPH CYL AXIS PRISM BASE SPH CYL AXIS PRISM BASE
o o
-0.50 -0.50 50 -0.50 -0.75 150
ADD +2.50 ADD +2.50
PD 62 mm (Jauh) PD 60 mm (Dekat)
53

C. Pembahasan Pemeriksaan

1. Penderita Astigmatismus yang berusia lebih dari atau sama dengan 40

tahun di Optik Kalista Tabanan – Bali dari tanggal 01 Maret 2019 sampai

dengan 30 Maret 2019 sebanyak 43 orang (17,34%). Keluhan utama

penderita astigmat ini berupa penglihatan jauh kabur, penglihatan dekat

kabur, sakit kepala dan kadang-kadang muncul distorsia (bentuk benda

nampak oval atau tidak sesuai dengan aslinya)

2. Berdasarkan Tabel 4.3, pembahasan secara kronologis mengenai analitik

refraksi dari kasus yang diketengahkan adalah sebagai berikut:

1.1. Anamnesa

Berdasarkan hasil anamnesa didapatkan data : keluhan utama

penderita adalah melihat jauh dan dekat kabur. Keluhan semacam

itu dapat terjadi karena kelainan refraksi, kelainan organis atau

perpaduan antara keduanya. Penyebab lain yang berkaitan dengan

penyakit diabetus melitus, hypertensi dan perubahan status refraksi

akibat operasi mata untuk sementara dapat diabaikan. Penderita

memakai kacamata baca sejak usia 37 tahun (Presbyopia Precock).

2.2 Inspeksi / Observasi dan Segmen Depan Bolamata

Berdasarkan hasil inspeksi/observasi terhadap palpebra dan

segmen depan bolamata didapatkan data sebagai berikut :

2.2.1 Palpebra OD/OS Dalam Batas Normal (DBN), artinya

palpebra dapat membuka dan menutup dengan sempurna,

tidak dijumpai adanya lagopthalmus, ptosis, hordeolum dan

khalasion.
54

2.2.2 Kornea OD/OS Dalam Batas Normal (DBN), artinya kornea

tampak jernih, transparan dan avaskular, serta tidak

dijumpai kelainan pada kornea seperti Keratokonus,

Vaskularisasi, Micropthalmus, Megalokornea dan Sikatrik.

2.2.3 Konjunctiva OD/OS Dalam Batas Normal (DBN), artinya

pada konjunctiva tidak dijumpai adanya kelainan seperti

konjunctiva injeksi, silier injeksi dan pterigium. Begitu pula

pada konjunctiva palpebra tidak dijumpai adanya folikel.

2.2.4 Sklera OD/OS Dalam Batas Normal (DBN), artinya sklera

nampak berwarna putih susu dan tidak terdapat pembuluh

darah yang berbentuk seperti meteor (nodula episcleritist).

2.2.5 COA (Camera Oculi Anterior) OD/OS Dalam Batas Normal

(DBN), artinya COA tidak nampak dalam dan tidak nampak

dangkal, serta tidak dijumpai hypema dan hypopion.

2.2.6 Lensa Kristalin OD/OS Dalam Batas Normal (DBN), artinya

lensa kristalin nampak bening, transparan dan avaskular,

serta tidak dijumpai adanya tanda-tanda kekeruhan.

2.2.7 Reflek pupil OD/OS Dalam Batas Normal (DBN), artinya

pada saat mendapatkan paparan cahaya dari flashlight

secara reflek pupil mengecil dan pada saat tidak

mendapatkan paparan cahaya dari flashlight secara reflek

pupil kembali melebar.

2.2.8 Berdasarkan hasil observasi terhadap kedudukan kedua

bolamata penderita, tidak dijumpai adanya strabismus

manifes dan hasil uji tutup (cover test) tidak dijumpai adanya
55

duksi, artinya kedudukan kedua bolamata penderita dalam

kondisi normal (Orthophoria).

3 Lensmetri

Dari hasil pengukuran kacamata lama penderita dengan lensometer

didapatkan data sebagai berikut : ODS S -0.50, ADD +1.50 dan DV =

62mm. Berdasarkan data tersebut dapat diprediksi bahwa ADD dari

kacamata tersebut sudah tidak layak lagi digunakan, karena saat

pemeriksaan itu dilakukan penderita sudah berusia 52 tahun. Sedangkan

hasil pengukuran DV jauh = 62mm dan DV dekat = 60mm.

4 Uji Bikromatik

Dari hasil uji bikromatik secara monokuler didapatkan data sebagai

berikut : Penderita menyatakan bahwa OD/OS melihat obyek dengan

warna dasar merah lebih terang dibandingkan obyek dengan warna dasar

hijau. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat diprediksi bahwa ada

kecenderungan status refraksi mata penderita OD/OS myopia.

5 Uji Visus Jauh

Dari hasil dari uji visus jauh secara monokuler didapatkan data

sebagai berikut : OD = 6/24 dan OS = 6/15. Data tersebut menunjukkan

bahwa kemampuan penglihatan mata kanan penderita hanya 25%

dibandingkan dengan penglihatan orang normal dan kemampuan

penglihatan mata kiri penderita hanya 40% dibandingkan dengan

penglihatan orang normal.

6 Titik Akhir Koreksi Visus Monokuler

Titik akhir koreksi visus monokuler dilaksanakan dengan tahapan

sebagai berikut :
56

6.1 Dari hasil koreksi visus secara monokuler dengan lensa spheris

terbaik didapatkan data sebagai berikut: OD 6/24 dengan S -1.25 =

6/7.5 dan OS 6/15 dengan S -1.00 = 6/7.5

6.2 Dari hasil uji pinhole secara monokuler, terjadi peningkatan visus

secara kuantitatif (Uji PH +). OD S -1.25 ^ PH = 6/6 dan OS S -1.00

^ PH = 6/6. Hal ini dapat diartikan, bahwa meskipun prediksi awal

mengarah pada status refraksi myopia, namun hasil uji pinhole

menunjukkan adanya kecenderungan astigmatismus.

6.3 Metode fogging lens / lensa pengabur dipakai dalam penelitian ini

karena umum digunakan dan merupakan teknik yang dikuasai oleh

peneliti. Dari hasil penempatan lensa pengabur (fogging lens) pada

masing-masing mata dan secara monokuler penderita diminta untuk

melihat clock dial, didapatkan data sebagai berikut:

6.3.1 OD S -1.25 (Spheris Terbaik) ^ S +0.50 (Fogging Lens),

penderita menyatakan garis arah 140o pada clock dial

nampak paling hitam. Hal itu mengindikasikan bahwa pada

trial frame sebelah kanan perlu ditambahkan lensa cylinder

minus axis 50o.

6.3.2 OS S -1.00 (Spheris Terbaik) ^ S +0.50 (Fogging Lens),

penderita menyatakan garis arah 60o pada clock dial

nampak paling hitam. Hal itu mengindikasikan bahwa pada

trial frame sebelah kiri perlu ditambahkan lensa cylinder

minus axis 150o.


57

6.4 Dari hasil penempatan lensa cylinder pada masing-masing mata

dan secara monokuler penderita diminta untuk melihat kembali

kearah clock dial, didapatkan data sebagai berikut:

6.4.1 OD S -1.25 (Spheris Terbaik) ^ S +0.50 (Fogging Lens) ^ C -

0.50 x 50o, penderita menyatakan semua garis pada clock

dial nampak sama hitam dan hasil uji visus dengan lensa

terpasang = 6/6.

6.4.2 OS S -1.00 (Spheris Terbaik) ^ S +0.50 (Fogging Lens) ^ C -

0.75 x 150o, penderita menyatakan semua garis pada clock

dial nampak sama hitam dan hasil uji visus dengan lensa

terpasang = 6/6.

6.5 Dokumentasi

Titik akhir koreksi visus monokuler didokumentasikan sebagai berikut:

Tabel 4.4
Titik Akhir Koreksi Monokuler
TITIK AKHIR KOREKSI VISUS MONOKULER
VSC LENSA KOREKSI VCC
o
OD 6/24 S -0.75 ^ C -0.50 x 50 6/6
o
OS 6/12 S -0.50 ^ C -0.75 x 150 6/6

7 Titik Akhir Koreksi Visus Binokuler

Titik akhir koreksi visus binokuler dilaksanakan dengan tahapan

sebagai berikut:

7.1 Alternating Cover Test

Dengan lensa koreksi terpasang (OD S -0.75 ^ C -0.50 x 50o dan OS

S -0.50 ^ C -0.75 x 150o), penderita dianjurkan untuk melihat salah

satu huruf pada opthotype. Kemudian penderita diminta untuk

membandingkan apakah penglihatan OD dan OS sudah sama terang,


58

hal itu dilakukan dengan menutup salah satu matanya secara

bergantian. Karena penderita menyatakan OD lebih terang, maka

pemeriksa mengurangi lensa koreksi pada mata kanan 0.25 dioptri,

hingga posisi lensa pada trial frame menjadi: OD S -0.50 ^ C -0.50 x

50o dan OS S -0.50 ^ C -0.75 x 150o. Ketika dilakukan kembali

alternating cover test, penderita menyatakan OD dan OS sama

terang.

7.2 Duke Elder Test

Dengan lensa koreksi terpasang (OD S -0.50 ^ C -0.50 x 50o dan OS

S -0.50 ^ C -0.75 x 150o), penderita dianjurkan untuk melihat tes

obyek pada opthotype dan pemeriksa menambahkan lensa spheris S

+0.25 pada masing-masing trial frame secara serempak, sambil

bertanya lebih terang atau lebih kabur. Karena penderita menyatakan

lebih kabur, maka dapat diartikan tidak ada akomodasi konvergensi

yang menumpangi dan pemeriksa melepaskan kembali lensa S +0.25

dari trial frame.

7.3 Distortion Test

Dengan lensa koreksi terpasang (OD S -0.50 ^ C -0.50 x 50o dan OS

S -0.50 ^ C -0.75 x 150o), penderita dianjurkan untuk berjalan melihat

lantai atau benda-benda yang ada disekitarnya, sambil ditanya

apakah nampak ada perubahan bentuk benda. Karena penderita

menyatakan tidak ada perubahan bentuk benda, maka dapat diartikan

bahwa lensa koreksi yang terpasang tidak menimbulkan disorientasi

visual.
59

7.4 Reading Test

Metode reading test digunakan pada penelitian ini untuk

mendapatkan lensa koreksi yang dibutuhkan oleh pasien tanpa harus

merubah kebiasaan jarak baca pasien. Dengan lensa koreksi

terpasang (OD S -0.50 ^ C -0.50 x 50o dan OS S -0.50 ^ C -0.75 x

150o), penderita dianjurkan untuk memegang kartu baca (reading

card) sesuai dengan kebiasaan jarak baca dan kemudian dianjurkan

untuk membaca deret huruf/angka/kalimat yang ada pada kartu baca

dengan notasi J2. Karena penderita menyatakan tidak dapat

membaca deret huruf/angka/kalimat yang ada pada kartu baca

dengan notasi J2, maka pemeriksa memasukkan lensa tambahan

(Adesi) pada trial frame kanan dan kiri, masing-masing S +2.50.

Dengan penambahan lensa tersebut, penderita menyatakan deret

huruf/angka/kalimat yang ada pada kartu baca dengan notasi J2

dapat terbaca dengan jelas.

8 Uji Batang Maddox (Maddox Rod Test)

Dengan lensa koreksi terpasang (OD S -0.50 ^ C -0.50 x 50o dan

OS S -0.50 ^ C -0.75 x 150o), penderita dianjurkan untuk melihat skala

tangen dan pemeriksa memasukkan batang maddox pada trial frame

sebelah kanan. Uji batang maddox dilakukan dengan dua kali percobaan,

percobaan pertama batang maddox pada posisi vertikal dan percobaan

kedua batang maddox pada posisi horizontal.

Pada percobaan pertama penderita menyatakan garis cahaya

horizontal nampak tepat pada sumber cahaya dan pada percobaan kedua

penderita menyatakan garis cahaya vertikal nampak tepat pada sumber


60

cahaya. Hal itu menunjukkan bahwa status kesejajaran bolamata

penderita normal (Orthophoria) dan tidak perlu menggunakan lensa

prisma.

9 Penetapan Status Refraksi/Diagnosa

Berdasarkan analitik refraksi dari serangkaian pemeriksaan yang

telah dilakukan, peneliti berkesimpulan bahwa gangguan penglihatan jauh

dan dekat yang dialami penderita disebabkan oleh karena:

ODS Astigmatismus Myopicus Compositus Oblique + Presbyopia.

10 Penulisan Resep Kacamata

Setelah melakukan pengukuran jarak pupil (Pupil Distansia)

untuk penglihatan jauh dan dekat, penulisan resep kacamatanya dapat

dideskripsikan sebagai berikut:

Tabel 4.5
Penulisan Resep Kacamata
PENULISAN RESEP KACAMATA
OD OS
SPH CYL AXIS PRISM BASE SPH CYL AXIS PRISM BASE
o o
-0.50 -0.50 50 -0.50 -0.75 150
ADD +2.50 ADD +2.50
PD 62 mm (Jauh) PD 60 mm (Dekat)

Anda mungkin juga menyukai