Oleh:
R.A. Sitha Anisa P.
G99142039
G99142040
G99142041
G99142042
Arifa
G99142043
Pembimbing :
Dr. Retno Widiati, Sp.M
SURAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Kelainan refraksi mata atau refraksi anomali adalah keadaan dimana
bayangan tegas tidak dibentuk pada retina tetapi di bagian depan atau belakang
bintik kuning dan tidak terletak pada satu titik yang tajam. Kelainan refraksi
dikenal dalam bentuk miopia, hipermetropia, dan astigmatisma. Kelainan refraksi
lain yang diakibatkan oleh faktor degeneratif adalah presbiop (Ilyas, 2012).
Di Indonesia prevalensi kelainan refraksi menempati urutan pertama pada
penyakit mata. Kasus kelainan refraksi dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. Jumlah pasien yang menderita kelainan refraksi di Indonesia hampir
25% dari populasi atau sekitar 55 juta jiwa (Handayani et al, 2011).
World Health Organization (WHO), 2009 menyatakan terdapat 45 juta
orang yang mengalami buta di seluruh dunia, dan 135 juta dengan low vision.
Setiap tahun tidak kurang dari 7 juta orang mengalami kebutaan, setiap 5 menit
sekali ada satu penduduk bumi menjadi buta dan setiap 12 menit sekali terdapat
satu anak mengalami kebutaan. Sekitar 90 % penderita kebutaan dan gangguan
penglihatan ini hidup di negara-negara miskin dan terbelakang. Prevalensi
kebutaan tersebut disebabkan salah satunya adalah kelainan refraksi yang tidak
terkoreksi, di dunia pada tahun 2007 diperkirakan bahwa sekitar 2,3 juta orang di
dunia mengalami kelainan refraksi (Ali dkk, 2007).
Astigmatisma adalah suatu keadaan kelainan refraksi dimana sinar yang
sejajar tidak dibiaskan n kekuatan yang sama pada seluruh bidang pembiasan
sehingga fokus pada retina tidak pada satu titik. Ada dua jenis astigmatisma, yaitu
astigmatisma regular dan astigmatisma irregular. Berdasarkan letak fokusnya
terhadap retina, astigmatisma regular dapat di klasifikasikan sebagai berikut : (1)
Simple astigmatism, (2) Compound astigmatism, (3) Mixed astigmatism.
Astigmatisma hipermetrop simplek merupakan suatu bentuk astigmatisme reguler
dimana titik fokus dari daya bias terkuat berada tepat pada retina, sedangkan titik
fokus dari daya bias terlemah berada di belakang retina. (Ilyas, 2012).
BAB II
STATUS PASIEN
I.
IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Suku
Kewarganegaraan
Agama
Alamat
Tgl pemeriksaan
No. RM
: Tn. M
: 37 tahun
: Laki-laki
: Jawa
: Indonesia
: Islam
: Boyolali, Jawa Tengah
: 15 Juni 2016
: 0124XXXX
II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama
Pandangan mata kanan kabur
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli mata dengan keluhan pandangan mata kanan
kabur sejak kurang lebih 1-2 tahun sebelum periksa ke rumah sakit.
Keluhan dirasakan perlahan-lahan dan semakin memberat. Pasien
mengaku memiliki kebiasaan menonton TV sambil tiduran sejak lama.
Keluhan lain yang dirasakan pasien adalah mata terasa silau pada saat
naik kendaraan. Mata merah (-/-), pandangan dobel (-/-), gatal (-/-),
berair (-/-), blobok (-/-), nyeri (-), pusing (-), cekot-cekot (-/-), tidak ada
riwayat keluarnya darah dari mata pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
1.
Riwayat hipertensi
: disangkal
2.
: disangkal
3.
4.
: disangkal
5.
Riwayat kacamata
: disangkal
6.
: disangkal
7.
: disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
2.
: disangkal
3.
Riwayat kacamata
: disangkal
D. Kesimpulan Anamnesis
III.
OD
OS
Proses
Pandangan kabur
Lokalisasi
Media refrakta
Sebab
Kelainan refraksi
Perjalanan
Kronis
Komplikasi
Belum ditemukan
KSAAN FISIK
A. Kesan umum
Keadaan umum baik, compos mentis, gizi kesan cukup
B. Vital Sign
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 84x/menit
RR : 20x/menit
T
: 36,70C
E
R
I
C. Pemeriksaan Subyektif
A. Visus Sentralis
1. Visus sentralis jauh
a. pinhole
OD
OS
6/15
Perbaikan
6/6
Tidak
b. koreksi
dilakukan
Tidak dilakukan
6/6
c. dengan kacamata
Tidak
dilakukan
B. Visus Perifer
1. Konfrontasi test
Tidak
Tidak
2. Proyeksi sinar
dilakukan
Tidak
dilakukan
Tidak
3. Persepsi warna
dilakukan
Tidak
dilakukan
Tidak
dilakukan
dilakukan
D. Pemeriksaan Obyektif
1. Sekitar mata
OD
OS
a. tanda radang
Tidak Ada
Tidak Ada
b. luka
Tidak Ada
Tidak Ada
c. parut
Tidak Ada
Tidak Ada
d. kelainan warna
Tidak Ada
Tidak Ada
e. kelainan bentuk
Tidak Ada
Tidak Ada
a. warna
Hitam
Hitam
b. tumbuhnya
Normal
Normal
Sawo matang
Sawo matang
2. Supercilia
c. kulit
d. gerakan
Tidak Ada
Tidak Ada
b. strabismus
Tidak Ada
Tidak Ada
c. pseudostrabismus
Tidak Ada
Tidak Ada
d. exophtalmus
Tidak Ada
Tidak Ada
e. enophtalmus
Tidak Ada
Tidak Ada
a. mikroftalmus
Tidak Ada
Tidak Ada
b. makroftalmus
Tidak Ada
Tidak Ada
c. ptisis bulbi
Tidak Ada
Tidak Ada
d. atrofi bulbi
Tidak Ada
Tidak Ada
a. temporal
Tidak terhambat
Tidak terhambat
b. temporal superior
Tidak terhambat
Tidak terhambat
c. temporal inferior
Tidak terhambat
Tidak terhambat
d. nasal
Tidak terhambat
Tidak terhambat
e. nasal superior
Tidak terhambat
Tidak terhambat
f. nasal inferior
Tidak terhambat
Tidak terhambat
1.) edema
Tidak Ada
Tidak Ada
2.) hiperemi
Tidak Ada
Tidak Ada
3.) blefaroptosis
Tidak Ada
Tidak Ada
4.) blefarospasme
Tidak Ada
Tidak Ada
5.) benjolan
Tidak Ada
Tidak Ada
6. Kelopak mata
a. keadaannya
b. gerakannya
1.) membuka
Tidak tertinggal
Tidak tertinggal
2.) menutup
Tidak tertinggal
Tidak tertinggal
Tidak Ada
Tidak Ada
Normal
Normal
3.) epiblepharon
Tidak Ada
Tidak Ada
4.) blepharochalasis
Tidak Ada
Tidak Ada
5.) vulnus
Tidak Ada
Tidak Ada
1.) enteropion
Tidak Ada
Tidak Ada
2.) ekteropion
Tidak Ada
Tidak Ada
3.) koloboma
Tidak Ada
Tidak Ada
a. tanda radang
Tidak Ada
Tidak Ada
b. benjolan
Tidak Ada
Tidak Ada
a. tanda radang
Tidak Ada
Tidak Ada
b. benjolan
Tidak Ada
Tidak Ada
Kesan normal
Kesan normal
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
d. kulit
1.) tanda radang
2.) warna
7. Sekitar glandula
lakrimalis
9. Tekanan intraocular
a. palpasi
b. NCT
10. Konjungtiva
a. konjungtiva palpebra
superior
1.) edema
Tidak Ada
Tidak Ada
2.) hiperemi
Tidak Ada
Tidak Ada
3.) sekret
Tidak Ada
Tidak Ada
4.) sikatrik
Tidak Ada
Tidak Ada
5). Benjolan
Tidak Ada
Tidak Ada
1.) edema
Tidak Ada
Tidak Ada
2.) hiperemi
Tidak Ada
Tidak Ada
3.) sekret
Tidak Ada
Tidak Ada
4.) sikatrik
Tidak Ada
Tidak Ada
5). Benjolan
Tidak Ada
Tidak Ada
1.) edema
Tidak Ada
Tidak Ada
2.) hiperemi
Tidak Ada
Tidak Ada
3.) sekret
Tidak Ada
Tidak Ada
4.) benjolan
Tidak Ada
Tidak Ada
5.)Hematom
Tidak Ada
Tidak Ada
1.) edema
Tidak Ada
Tidak Ada
2.) hiperemis
Tidak Ada
Tidak Ada
3.) sekret
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
b. konjungtiva palpebra
inferior
c. konjungtiva forniks
d. konjungtiva bulbi
6.) Hematom
Tidak Ada
Tidak Ada
Putih
Putih
b. tanda radang
Tidak Ada
Tidak Ada
c. penonjolan
Tidak Ada
Tidak Ada
d. vulnus
Tidak Ada
Tidak Ada
a. ukuran
12 mm
12 mm
b. limbus
Jernih
Jernih
c. permukaan
Rata, mengkilap
Rata, mengkilap
d. sensibilitas
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
e. keratoskop ( placido )
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
f. fluorecsin tes
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
g. arcus senilis
Tidak Ada
Tidak Ada
a. kejernihan
Jernih
Jernih
b. kedalaman
Dalam
Dalam
a. warna
Hitam
Hitam
b. bentuk
Tampak lempengan
Tampak lempengan
c. sinekia anterior
Tidak tampak
Tidak tampak
d. sinekia posterior
Tidak tampak
Tidak tampak
a. ukuran
3 mm
3 mm
b. bentuk
Bulat
Bulat
11. Sclera
a. warna
12. Kornea
14. Iris
15. Pupil
10
c. letak
Sentral
Sentral
Positif
Positif
Ada
Ada
b. kejernihan
Jernih
Jernih
c. letak
Sentral
Sentral
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
16. Lensa
a. ada/tidak
e. shadow test
17. Corpus vitreum
a.
Kejernihan
b.
Reflek
fundus
OS
6/16
6/6
B. Konfrontasi tes
C.
Sekitar mata
Tidak dilakukan
Dalam batas normal
Tidak dilakukan
Dalam batas normal
D.
Supercilium
E.
Pasangan bola
G.
Gerakan bola
mata
H.
Kelopak mata
I.
A.
Visus jauh
Sekitar saccus
lakrimalis
J.
Sekitar glandula
11
K.
lakrimalis
Tekanan
L.
intarokular
Konjungtiva
M.
Sklera
N.
Kornea
O.
Camera okuli
P.
anterior
Iris
Q.
Pupil
R.
Lensa
Jernih
Jernih
V. GAMBARAN KLINIS
OD
OS
12
VIII. DIAGNOSIS
(OD) Astigmat myopicus simpleks
IX. TERAPI
Non Medikamentosa
Koreksi lensa
KANAN
Vitrum
Vitrim
spheris
cylind
Jauh
-0.75
Deka
Axis
KIRI
Prism
Vitrum
Vitrim
a basis
spheris
cylind
90o
Edukasi :
o Kaca mata harus selalu dipakai
o Hindari membaca di ruangan yang kurang terang
X. PROGNOSIS
1. Ad vitam
2. Ad fungsionam
3. Ad sanam
4. Ad kosmetikum
OD
bonam
malam
bonam
bonam
13
OS
bonam
malam
Bonam
bonam
Axis
Prisma Distand
basis
vitror
59
57
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Media Refraksi
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang
terdiri atas kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous (badan kaca)
dan panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh
media penglihatan dan panjang bola mata sedemikian seimbang sehingga
bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah
makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan
menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak
melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh (Ilyas, 2012).
B. Fisiologi Refraksi
Berkas-berkas cahaya mencapai mata harus dibelokkan ke arah dalam untuk difokuskan
kembali ke sebuah titik peka cahaya di retina agar dihasilkan suatu bayangan yang
akurat mengenai sumber cahaya. Pembelokan suatu berkas cahaya(refraksi) terjadi
ketika berkas berpindah dari satu medium dengankepadatan(densitas) tertentu ke
medium dengan kepadatan yang berbeda (Vaughan, 2004).
14
pertemuan
udara
atau
kornea
jauh
lebih
besar
dari
pada
15
jarak yang sama), harus dipergunakan lensa yang lebih kuat untuk sumber dekat.
Kekuatan lensa dapat disesuaikan melalui proses akomodasi (Wijana N, 1993)
C. Kelainan Refaksi
Terdapat 3 bentuk kelainan refaksi atau refraksi anomali yang dapat
mengganggu penglihatan dalam klinis, yaitu:
1. Miopia
2. Hipermetropia
3. Astigmatisma
Astigmatisma
a. Definisi Astigmatisma
Astigmatisma atau sering disebut juga mata cylindris yaitu suatu kondisi
dengan kurvatura yang berlainan sepanjang meridian yang berbeda-beda pada
satu atau lebih permukaan refraktif mata (kornea, permukaan anterior atau
posterior dari lensa mata), akibatnya pantulan cahaya dari suatu sumber atau
titik cahaya tidak terfokus pada satu titik di retina (Ilyas, 2012).
media
lainnya
adalah
lensa
kristalin.
Kesalahan
18
19
20
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Pasien
akan datang dengan gejala klinis seperti yang tersebut di atas. Pada
pemeriksaan
fisik,
terlebih
dahulu
dilakukan
pemeriksaan
dengan
21
Penatalaksanaan
Astigmatisma ringan, yang tidak mengalami gangguan ketajaman
22
DAFTAR PUSTAKA
24