Anda di halaman 1dari 22

Laporan Kasus dan Telaah Kritis Jurnal Diagnostic

Pityriasis Versicolor pada Pasien Diabetes Tipe II

Oleh:
Maulianur Rizki
Abdul Hamid Amarta Ali

Pembimbing:
Fitria

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat,
rahmat dan hidayah-Nya, tugas Presentasi kasus telah dapat diselesaikan.
Selanjutnya shalawat dan salam penulis hanturkan kepangkuan alam Nabi
Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari alam kegelapan ke
alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Adapun judul tugas ini adalah Pityriasis Versikolor. Tugas ini diajukan
sebagai salah satu tugas dalam menjalani Kepaniteraan Klinik Senior pada
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Unsyiah/RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing dr. Fitria Salim,
M.Sc, Sp. KK yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan
bimbingan dalam menyelesaikan tugas ini.
Dengan kerendahan hati, kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan. Kami tetap terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun
dari dosen dan teman-teman agar tercapai hasil yang lebih baik kelak.

Banda Aceh, Maret 2016


Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................
i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
ii
PENDAHULUAN ..................................................................................................................
1
LAPORAN KASUS................................................................................................................
3
ANALISA KASUS .................................................................................................................
7
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
18
RESUME JURNAL ...............................................................................................................
12
KRITISI JURNAL .................................................................................................................
14
KESIMPULAN ......................................................................................................................
17

PENDAHULUAN
Pitiriasis versikolor (PV) adalah infeksi jamur kronis kulit yang disebabkan
oleh proliferasi jamur lipofilik (spesies Malassezia) di stratum korneum.Spesies
Malassezia yang paling umum yang terkait dengan PV adalah M. globosa,M.
sympodialis dan M. furfur juga. Dalam kebanyakan kasus PV, Malassezia sebagai
bagian dari flora kulit normal bersifat tidak patogen kecuali jamur tersebut
membentuk miselium.Hal ini dapat dipicu oleh berbagai faktor, termasuk
kelembaban

dan

suhu

tinggi,

hiperhidrosis,

kerentanan

keluarga,

dan

imunosupresi.Pitiriasis versikolor lebih sering terjadi di iklim tropis (sebanyak


40%) dibandingkan dengan daerah beriklim sedang dan sulit disembuhkan dan
memilikiangka kekambuhan yang tinggi sebesar 80% dalam waktu 2 tahun.(1)
Prevalensi Pityriasis versikolor di Amerika Serikat diperkirakan 2% -8%
dari populasi.Infeksi lebih sering terjadi di daerah dengan suhu yang lebih tinggi
dan kelembaban relatif lembab.Pityriasis versikolor memiliki prevalensi50% di
iklim panas dan lembab di dunia, sedangkan pada iklim dinginsebesar 1,1%.(2)
Insidensi terjadinya pityriasis versikolor di Indonesia masih belum akurat
dan sulit ditemukan.Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis
yang memiliki kelembaban dan suhu tinggi, dimana keadaaan tersebut
mendukung pertumbuhan jamur sehingga jamur dapat ditemukan di semua
tempat.Pada penelitian dari tahun 2003 sampai 2005 yang dilakukan di RSUD Dr.
Soetomo Surabaya menyatakan masih banyak kasus mikosis superfisialis di
rumah sakit tersebut dimana kasus yang banyak dijumpai adalah pityriasis
versikolor, dan kedua terbanyak yaitu tinea kruris dan disusul oleh tinea korporis.
(3)

Pityriasisversicolor memiliki angka kejadian yang sama di semua ras, tetapi

lebih jelas pada individu kulit gelap karena mengakibatkan perubahan dalam
pigmentasi

kulit.

Tidak

ada

dominasi

seks

pada

kejadian

pityriasis

versikolor.Pityriasis versikolor adalah penyakit yang paling umum di kalangan


remaja dan dewasa muda.(2)
Diabetes Melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya. Diabetes Mellitus menjadi salah satu ancaman utama
bagi kesehatan umat manusia pada abad ke-21. WHO memperkiraan bahwa pada

tahun 2000 jumlah penderita DM diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang
dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, jumlah itu akan membengkak
menjadi 300 juta orang.(4)
Pada penelitian yang dilakukan oleh Wahid di Rumah sakit karachi selama 6
bulan pada tahun 2010 didapatkan angka kejadian pityriasis versikolor pada
penderita diabetes melitus tipe 2 yakni sebanyak 4,2% dari 116 sampel. Temuan
ini sebanding dengan Foss NT et al. yang melaporkan frekuensi 5,2% pada
penderita diabetes. Demikian pula, Ghosh SK et al. melaporkan frekuensi sedikit
rendah dibandingkan dengan penelitian ini. Dalam studi lain, frekuensi dilaporkan
adalah 3,3%. (5)

LAPORAN KASUS POLI


3.1 Identitas Pasien
Nama

: Tn. U

Umur

:57 tahun

Alamat

: Lingke

Pekerjaan

: PNS

Status

: Sudah Menikah

Agama

: Islam

No. CM

: 0-73-11-28

Tanggal Pemeriksaan

: 7 Maret 2016

3.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Bercak coklat yang bertambah banyak
Keluhan Tambahan
Gatal
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan bercak coklat diseluruh tubuh, terasa gatal
jika berkeringat.Keluhan gatal dirasakan tidak begitu berat sehingga tidak
menggangu aktivitas.Bercak coklat pertama kali muncul 5 tahun yang lalu tanpa
disertai rasa gatal.Bercak coklat pertama kali muncul di lengan belakang sebelah
kanan dan lama kelamaan bercak coklat terus menyebar dan bertambah banyak.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan sudah menderita penyakit ini sejak 5 tahun yang lalu.
Selain itu 1 minggu yang lalu pasien pernah berobat kepoli endokrin dengan
keluhan luka yang tidak sembuh - sembuh, saat itu pasien didiagnosis dengan DM
tipe II.

Riwayat Penggunaan Obat


Pasien Sering menggunakan obat salep 999 yang dibeli di toko
berdasarkan rekomendasi dari teman kantornya, namun keluhan dirasakan tidak
berkurang.
Riwayat Sosial
Pasien merupakan PNS yang bekerja dikantor gubernur, dari pengakuan
pasien kantor pasien tidak memiliki AC dan agak panas, sehingga pasien sering
berkeringat.

PEMERIKSAAN FISIK KULIT


Status Dermatologis (7 Maret 2016)
Regio

: Thorakalis anterior dan posterior, brachii, fossa cubiti, axila,

Deskripsi Lesi : Tampak patchkecoklatan dengan skuama halus diatasnya, batas


tegas, tepi irreguler, bentuk anular,susunan berkonfluens, jumlah
multipel,ukuran lentikular - numular, distribusi generalisata.

Gambar 1.Gambaran lesi pada pasien :a. lesi di bagian lengan kanan, b. lesi
dibagian lengan kiri, c. lesi dibagian bahu kanan, d. lesi bagian bahu kiri.

DIAGNOSIS BANDING
1.
2.
3.
4.

Pitiriasis versikolor
Ptiyriasis Rosea
Dermatitis seboroik
Tinea Corporis

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Uji klinis
-

Dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan lampu Wood didapatkan

fluoresensi kuning keemasan pada beberapa lesi.


Pada pemeriksaan mikroskopis dilakukan pemeriksaan KOH 20%, namun
tidak didapatkan adanya gambaran hifa dan spora.

Gambar 2 .Flouresensi pada pemeriksaanwood lamp.

RESUME
Pasien laki laki57 tahun datang dengan keluhan bercak coklat yang
bertambah banyak pada lengan, lipatan ketiak, punggung dan dada.Bercak coklat
disertasi

dengan

rasa

gatal

pada

saat

berkeringat.Pemeriksaan

dermatologisTampak patch kecoklatan dengan skuama halus diatasnya, batas


tegas, tepi irreguler, bentuk anular,susunan berkonfluens, jumlah multipel,ukuran
lentikular - numular, distribusi generalisata.Pada pemeriksaan menggunakan
Wood lamp yang dilakukan pada kamar gelap didapatkan efloresesnsi kuning
keemasan pada beberapa lesi.
DIAGNOSIS KLINIS
Pitiriasis versikolor
TATALAKSANA
a. Terapi Sistemik
- Ketokonazol 200 mg tab 1x1 (diberikan selama 15 hari)
b. Terapi Topikal
- Ketokonazole cream (Pagi - Sore)

c. Edukasi
- Memberitahukan kepada pasien bahwasannya penyakit Pitiriasis
versikolor banyak dijumpai dan tidak menular pada orang lain

sehingga pasien tidak perlu malu atau menghindar dari keluarga


-

maupun lingkungan sekitar


Menjelaskan kepada pasien bahwa pengobatan Pitiriasis versikolor
harus

dilakukan

secara

tekun

dan

konsisten,

karena

angka

kekambuhannya yang tinggi.


Memberitahukan kepada pasien pencegahan dari Pitiriasis versikolor
adalah agar diusahakan untuk tidak menggunakan pakaian yang
lembab, ketat dan tidak menyerap keringat.

PROGNOSIS
-

Quo ad vitam
Quoadfunctionam
Quoadsanactionam

: DubiaadBonam
: DubiaadBonam
: Dubia ad Bonam

ANALISA KASUS
Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisialis kronis, yang akan
menimbulkan gambaran lesi hipopigmentasi atau hiperpigmentasi yang disertai

10

adanya skuama halus diatas lesi. Pitiriasis versikolor sering disebabkan oleh ragi
lipofilik dari genus Malassezia, dimana dalam keadaan biasa merupakan flora
normal yang terdapat pada permukaan kulit.Malassezia furfur yang berbentuk ragi
/ spora dapatberubah menjadi patogen dalam bentuk filamen / hifa oleh faktor
faktor predisposisi sebagai berikut :Endogen (kulit berminyak, hiperhidrosis,
genetika, diabetes, imunodefisiensi, sindroma cushing, malnutrisi). Eksogen
(kelembaban dan suhu tinggi, higiene, oklusi pakaian, penggunaan emolien yang
berminyak).(6)
Pasien merupakan seorang laki-laki dengan berusia 57 tahun dengan tinggi
badan 165 cm dan berat badan 115 kg dalam hal ini index massa tubuh pasien
menunjukkan pasien obesitas. Pasien mengaku sering berkeringat oleh karena
tubuh pasien yang obesitas.Hal ini sesuai dengan teori dimana M. furfur adalah
organisme lipofilik yang tumbuh in vitro hanya dengan penambahan asam lemak
C12-C14 seperti minyak zaitun dan lanolin.Dalam kondisi yang tepat, dapat
terjadi konversi dari ragi saprofit ke bentuk miselium. Faktor predisposisi transisi
miselium mencakup hangat, lingkungan lembab, hiperhidrosis, kontrasepsi oral,
dan penggunaan kortikosteroid sistemik, penyakit Cushing, dan imunosupresi.(2)
Pada pemeriksaan fisik dermatologis pada pasien ini didapatkan patch
hiperpigmentasi dan hipopigmentasi, batas tegas, tepi irreguler, bentuk anular,
susunan berkelompok, jumlah multipel,ukuran lentikular - numular, distribusi
generalisata. Gejala klinis pada pitiriasis versikolor adalah timbulnya lesi makula
atau patch yang hipopigmentasi pada orang yang berwarna kulit gelap dan
hiperpigmentasi pada orang yang berwarna kulit lebih terang. Lesi tersebut
berbentuk tidak teratur, berbatas tegas, sampai difus, dan ukuran lesi dapat milier,
lentikular, gutata sampai plakat.Hipopigmentasi yang timbul pada lesi Pitiriasis
versikolor diakibatkan oleh infeksi jamur Malassezia furfur yang memetabolisme
beberapa asam lemak seperti arachidonic atau asam vaccenic pada kulit dan
melepas asam azelaic yang menghambat aksi dari tirosinase dalam memproduksi
melanin.M. Furfurjuga menghasilkan metabolit malassezin yaitu suatu reseptor
agonis dari aryl-hidrocarbon yang menginduksi apoptosis sel melanosit sehingga
menyebabkan lesi tampak hipopigmentasi.(2) Selain itu hipopigmentasi juga terjadi
akibat metabolisme pitiriasitrin dan pitirialakton yang mampu menyerap sinar

11

UV.Lesi hiperpigmentasi mungkin berhubungan dengan variasi respons inflamasi


terhadap infeksi. Tampak peningkatan ukuran melanosom (makromelanosom)dan
penebalan pada stratum korneum.Walaupun in vitro membuktikan bahwa L-3,4dihydroxyphenylalanine (L-DOPA) pada Malassezia mampu menginduksi sintesis
melanin, namun secara in vivo belum dapat dibuktikan.(7)
Pasien merupakan seorang penderita diabetes melitus tipe 2 yang
terdiagnosis sejak satu minggu yang lalu dengan gula darah lebih dari 300 mg/dl,
sedangkan sebelumnya pasien belum pernah memeriksakan gula darah

dan

menggunakan insulin sejak 3 hari yang lalu. Beberapa kelainan kulit yang terjadi
pada pasien diabetes

berhubungan dengan keadaan hiperglikemia dan

hiperlipidemia. Kerusakan progresif dari vaskular, neurologikatau sistem imun


juga turut andil dalam terjadinya manifestasi kulit. Hiperglikemi menyebabkan
nonenzymaticglycosylation (NEG) dari beberapa struktur protein termasuk
kolagen. Walaupun NEG terjadi normal pada proses penuaan, hal ini terjadi lebih
cepat pada pasien diabetes. NEG menyebabkan terjadinya pembentukan advanced
glycation end products (AGEs)yang bertanggung jawab terhadap penurunan
tingkat kelarutan asam dan pencernaan enzimatik dari kolagen kulit. (8)
Gangguan pada mekanisme imunoregulator juga terjadi pada pasien
diabetes. Hiperglikemi dan ketoasidosis mengurangi kemampuan sel darah putih
untuk melakukan kemotaksis, fagositosis dan bakterisidal serta terjadi penurunan
respon sel T kutaneus terhadap antigen, sehingga pada pasien diabetes sering
terjadi infeksi bakteri dan jamur.(9)
Menurut Saskia dan Mutiara Patofisiologi timbulnya manifestasi penyakit
kulit pada penderita DM belum sepenuhnya diketahui. kadar gula kulit merupakan
55% kadar gula darah pada orang biasa. Pada penderita DM, rasio meningkat
sampai 69-71% dari glukosa darah yang sudah meninggi. Pada penderita yang
sudah diobati pun rasio melebihi 55 %. Gula kulit berkonsentrasi tinggi di daerah
intertriginosa dan interdigitalis.Hal tersebut mempermudah timbulnya dermatitis,
infeksi

bakterial

(terutama

kandidosis).Keadaan-keadaan

furunkel),
ini

dan

dinamakan

infeksi
diabetes

jamur

(terutama

kulit.kemampuan

bakterisidal sel leukosit sehingga kulit lebih rentan terkena infeksi.Pada penderita
DM juga terjadi disregulasi metabolisme lipid sehingga terjadi hipertrigliserida

12

yang memberikan manifestasi kulit berupa Xantoma eruptif.Pada DM tipe 2


terjadi resistensi insulin sehingga sering terjadi hiperinsulinemia yang
menyebabkan abnormalitas pada proliferasi epidermal dan bermanifestasi sebagai
Akantosis nigrikan.(4)
Pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnosis pada pasien ini
adalah dengan pemeriksaan KOH dan Wood lamp (365nm).Hasil dari
pemeriksaan KOH pada pasien ini tidak dijumpai adanya gambaran spagethy dan
meatball yang kemungkinan hasil ini dapat disebabkan pengambilan sampel yang
tidak bagus.Pada pemeriksaan penunjang menggunakan Wood lamp (365 nm)
yang dilakukan pada kamar gelap didapatkan flouresensi kuning keemasan pada
lesi. Hal ini mengindikasikan adanya infeksi yang disebabkan oleh malassezia
furfur yang menghasilkan pteridin dan pityrialactone yang merupakan derivat
tryptopan yang berpendar dibawah cahaya UV 365 nm.(2)
Berdasarkan gejala klinis yaitu lesi berupa makula hiperpigmentasi, maka
pasien ini dapat didiagnosa banding dengan Pityriasis rosea, dermatitis seboroik
dantinea korporis (Tabel 1).

Tabel 1. Diagnosis banding pitiriasis versikolor dengan lesi hiperpigmentasi


N
o.

DD

Gambar

13

1.

Ptiriasis
Rosea

2.

Dermatitis
seboroik

3.

Pitiriasis Rosea merupakan penyakit


akut, berupa erupsi kulit yang dapat
sembuh sendiri yang menyerang remaja
dan dewasa muda, dimulai dengan
sebuah lesi primer yang khas berupa
plak berbentuk oval pada tubuh herald
Patch, batas tegas, dengan ukuran mula
mula berkisar antara 2-4 cm yang
bersifat asimtomatik. Karakteristik khas
dari erupsi yaitu melibatkan ekstremitas,
badan, wajah, telapak tangan, dan
telapak kaki, lesi pada badan biasanya
mengikuti bentuk pola celah kulit,
sehingga membentuk pola Christmass
tree, lesi ini biasanya sembuh dalam
beberapa minggu hingga bulan.(9)

Dermatitis seboroik adalah dermatosis


papulosquamous kronis umum yang
mudah dikenali. Penyakit ini dapat
timbul pada bayi dan dewasa dan
seringkali
dihubungkan
dengan
peningkatan produksi sebum (sebaseus
atau seborrhea) kulit kepala dan daerah
folikel kaya sebaseus pada wajah dan
leher.Kulit yang terkena berwarna
merah muda, bengkak, dan ditutupi
dengan sisik berwarna kuning-coklat
dan krusta.(10)
Tinea
Suatu infeksi jamur dermatofita pada
Korporis
kulit tidak berambut (glaborous skin) di
daerah muka, badan, lengan dan
gluteus.(11)
Gamabaran lesi : Makula eritematous
berbentuk bulat atau lonjong, berbatas
tegas dengan skuama diatasnya, kadangkadang disertai vesikel atau papul di
tepinya. Lesi kadang berbentuk
polisiklik akibat gabungan beberapa
lesi. Daerah tengahnya biasanya lebih
tenang (central healling).(11)
Tujuan dari pengobatan topikal dan sistemik pityriasis versicolor tidak

untuk memberantas Malassezia dari kulit, tetapi untuk mengembalikan dinamika


14

populasi jamur untuk status komensal. Secara umum, periode pengobatan yang
lebih lama (hingga 4 minggu) dan konsentrasi rejimen topikal yang lebih tinggi
atau dosis agen sistemik menghasilkan tingkat kesembuhan yang lebih tinggi
tanpamenghindari tingkat kekambuhan. (2)
Beberapa agen topikal berguna untuk mengobati pityriasis versikolor,
termasuk

selenium

sulfida,

zinc

pyrithione,

natrium

sulfacetamide,

ciclopiroxolamine, serta azole dan allylamine. Sebuah protokol yang banyak


digunakan dan murah menggunakan selenium sulfide lotion 2,5%, yang
diterapkan secara bebas ke daerah yang terkena. Sementara penggunaan seharihari dapat dipertimbangkan untuk kasus yang luas, 3-4 kali per minggu, dan
frekuensi ini dapat diturunkan lebih lanjut untuk sekali atau dua kali setiap bulan
dan digunakan sebagai rejimen perawatan untuk mencegah kekambuhan. Atau
dapat diberikan ketoconazole 2% cream ke daerah yang terkena. Perawatan ini
diulang dengan Terbinafine selama tiga hari berturut-turut 1% diterapkan dua kali
sehari untuk daerah yang terkena selama 7 hari telah menghasilkan tingkat
kesembuhan lebih dari 80%.(2)
Meskipun terapi topikal sangat ideal untuk infeksi lokal atau ringan,
pengobatan sistemik mungkin diperlukan untuk pasien dengan penyakit yang luas,
sering kambuh, atau bila topikal telah gagal.Ketoconazole oral 200 mg sehari
selama 7 atau 10 hari, atau itrakonazol 200-400 mg oral setiap hari selama 3-7
hari. (2)
Dosis tunggal oral itrakonazol 400 mg telah terbukti lebih dari 75%
efektif, dan dalam satu studi, sama efektifnya dengan itraconazole diberikan untuk
1 minggu. Fluconazole juga efektif bila diberikan sebagai dosis tunggal 400 mg.
terbinafine oral, allylamine, tidak dianjurkan dalam pengobatan gangguan terkait
Malassezia, karena obat ini tidak sampai secara efisien ke permukaan kulit. (2)

DAFTAR PUSTAKA

15

1. Gupta Y, Foley K. Antifungal Treatment for Pityriasis Versicolor. Journal


of Fungi. 2015; 1: p. 13-24.
2. Kundu R, Garg A. Yeast Infection: Candidiasis, Tinea (Pityriasis
versicolor) and Malassezia (Pitysporum) Folliculitis. In L. G, S. K,
Gilchrest B, Paller A, Leffel D, Wolff K, editors. Fitzpatrick's
Dermatology in General Medicine. 8th ed. New York: Mc. Graw Hill;
2012. p. 2307-2310.
3. Hidayati A, Suyoso S, Hinda S, Sandra S. Mikosis Superfisialis di Divisi
Mikrobiologi Unit Rawat Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr.
Soetomo Surabaya. 2003-2005. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin. 2009; 21(1): p. 1-8.
4. Saskia T, Mutiara H. Infeksi Jamur pada Penderita Diabetes Mellitus.
Majority.2015; 4; 8; p. 69-74.
5. Zarnaz W, Nasreen S, Usman G, Ahmed I. Frequency of Pityriasis
Versicolor in Patients with Uncontrolled Type 2 Diabetes Attending a
Tertiary Care Hospital. JLUMHS journal. 2013; 12: 01; p. 3-6
6. Hai R.J, Ashbee H.R. Pityriasis Versicolor. Dalam: Burns T, Breathnach S,
Cox N, Griffiths, C. Rooks Textbook of Dermatology.2010. 8th Ed.Oxford:
Blackwell Scientific Publications.
7. Tan ST, Reginata G. Uji Provokasi Skuama pada Pitiriasis Versikolor.
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanagara. CDK-229. 2015; 42; 6 p. 471-474
8. Soebroto C. Manifestasi Dermatologis Pada Pasien Diabetes Melitus.
Departemen Ilmu Penyakit Kulitdan Kelamin, Fakultas KedokteranUnika
Atma Jaya.Damianus Journal of Medicine.2011; 10: 03 p.171176
9. Goldsmith, L.A., e.t al., Fitzpatricks : Dermatology in General Medicine.
2012, Mc-Graw Hill: New York. P.458-463.
10. Collins, C.D. and Hivnor C. Pityriasis Rosea In : Dermatology in General
Medicine Fitzpatricks. The McGraw-Hill Companies, Inc. 2012; 259-263.
11. Hilde L et al., fizpatricks: Dermatology in general medicine .2012, McGraw Hill: New York. P.2288

16

RESUME JURNAL
Jurnal dengan judul New Contrast Stain for the Rapid
Diagnosis of Dermatophytosisand Pityriasis Versicolor dilakukan
dengan tujuan untuk membandingkan efikasi dari stain Chicago Sky Blue
(CSB)

dengan preparat kalium hidroksida (KOH) dalam mendiagnosis

dermatofitosis dan pityriasis versicolor. Pada penelitian ini, peneliti


menggunakan Duplikat kerokan kulit dari pasien dengan diagnosis klinis
infeksi Penyakit dermatifitosis dan pityriasis versicolor diperiksa dengan KOH
dan CSB
Populasi penelitian terdiri pasien laki-laki dan perempuan yang sedang
mengunjungi departemen dermatologi rawat jalan dari Rumah Sakit Pendidikan
Kandy, Sri Lanka. Pasien yang didiagnosis secara klinis oleh konsultan
dermatologi dengan dermatofitosis atau pitiriasis versikolor dimasukkan dalam
penelitian tersebut. Kriteria eksklusi meliputi kasus atipikal dan yang sebelumnya
dirawat. kerokan kulit dan rambut atau kuku diperoleh dari pasien. Area kulit
pertama kali dibersihkan dengan kapas alkohol untuk menghilangkan bakteri.
jumlah yang cukup dari diambil dengan sisi tumpul pisau bedah gauge 15 dan
ditempatkan pada 2 slide mikroskop bersih. Semua slide ditempatkan dalam ruang
pelembab (tertutup wadah plastik dilapisi dengan handuk kertas basah) selama 30
menit. Slide diperiksa di pembesaran 10 untuk menemukan elemen jamur dan
pada pembesaran 40 untuk mengidentifikasi spora jamur dan hifa. Semua slide
negatif dikembalikan ke ruang pelembab dan diperiksa kembali hari berikutnya.
Dua peneliti (Fonseka dan Bandara) membaca slide dan dicatat secara
terpisahagar kuatuntuk membuat diagnosis akhir dan menghindari bias. uji Kappa
Cohen digunakan untuk menilai kesepakatan antara KOH dan CSB.
Dari 49 sampel, dibandingkan dengan KOH, CSB mampu menemukan 10
kasus lebih banyak dari dermatofitosis dan 8 kasus lebih banyak pada pityriasis
versikolor pada pemeriksaan 30 menit. Tiga belas (36%) dari 36 slide dermatofita
dan 2 (15%) dari 13 slide versicolor pityriasis positif dengan 20% KOH.
Sedangkan pada data untuk CSB 23 (64%) dari 36 slide dermatofita dan 10

17

(77%) dari 13 slide pityriasis versikolor.Skor Kappa yaitu 0,352, yang


menunjukkan rendahnya tingkat kesepakatan antara 2 tes.
Sedangkan pada slide dengan hasil negative, dilakukan pemeriksaan ulang pada
hari kedua. Dari 34 slide KOH negatif, 3 menjadi positif pada hari kedua;
sedangkan dari 16 slide CSB negatif, 7 menjadi positif pada Hari 2. Semua slide
yang menjadi positif pada Hari 2 adalah dermatofita. Jika digabungkan hasil 30
menit dan hasil pada hari ke 2 CSB mampu mendeteksi 14 lebih kasus
dermatofitosis daripada KOH. Tidak ada kasus tambahan pityriasis versicolor
yang terdeteksi pada Hari 2.
Chicago Sky Blue dan KOH mampu mendeteksi semua kasus pitiriasis
versikolor pada pemeriksaan 30 menit dengan tidak ada kasus tambahan terdeteksi
pada Hari 2. Hal ini menunjukkan pemeriksaan 30 menit cukup untuk mendeteksi
M. furfur. Namun, CSB dapat mendeteksi 8 kasus lebih dari pityriasis versicolor
daripada KOH. Sepuluh kasus lebih dari dermatofitosis terdeteksi dengan noda
CSB daripada KOH basah gunung pada 30 menit. Jika hari ke 2 dan 30 menit
pembacaan digabungkan, CSB noda terdeteksi 14 lebih kasus dermatofitosis
daripada KOH basah gunung. Hasil ini menunjukkan CSB lebih unggul.

18

Telaah Kritis Diagnostik


New Contrast Stain for the Rapid Diagnosis of Dermatophytosis and
Pityriasis Versicolor
No
1.

PETUNJUK
Apakah terdapat
kesamaan dengan baku
emas ?
Iya

KOMENTAR
Penelitian

ini

menggunakanuji diagnostik
menggunakan pemeriksaan
KOH dan kontras baru CSB.

2.

3.

4.

Apakah sampel subyek


penelitian meliputi
spektrum penyakit dari
yang ringan sampai
berat, penyakit yang
terobati dan tidak
terobati ?
Tidak

Pada

penelitian

dilaporkan

ini,

data

tidak

spektrum

derajat penyakit.

Apakah lokasi penelitian


disebutkan dengan jelas
?
Iya

Penelitian

Apakah presisi uji


diagnosa dan variasi
pengamat dijelskan ?
Iya

Pada penelitian ini, untuk

ini

dilakukan

Rumah Sakit Pendidikan Kandy, Sri


Lank

presisi

dan

variasi

pengamat dilakukan oleh 2


orang

pengamat

berbeda
untuk
dari

secara

yang
tertutup

pemeriksaan
uji

diagnostik

hasil
pada

kedua jenis pemeriksaan


5.

Apakah istilah normal


dijelaskan ?
Iya

Istilah

ini

pada
gambaran

dijelaskan

hasil

dari

mikroskopis

kedua jenis pemeriksaan


19

berupa spora jamur dan


hifa.

Malassezia

furfur

dikonfirmasi

oleh

kehadiran pendek, hifa


pewarnaan

biru

dan

spora berbentuk bulat.


Dermatofit
pada

terdeteksi
pembesaran

10xpewarnaan biru, hifa


jamur

berwarna

dengan

latar

ungu

belakang

seluler berwarna merah


muda, dan dikonfirmasi
pada

pembesaran

40x

pada

visualisasi

dari

filamen septate
6. Apakah kegunaan uji
diagnosa yang sedang
diteliti disebutkan ?
Iya

7. Dijelaskan bahwa kegunaan


uji

diagnosa

ini

adalah

hasilnya yang cepat yaitu


dapat dilakukan dalam 30
menit serta sensitifitasnya
yang lebih akurat daripada
pemeriksaan KOH 20%

7 Apakah cara dan


. tekhnik dijelaskan ?
Iya

8. kerokan kulit dan rambut


atau kuku dari tepi bebas
distal dari lempeng kuku,
diperoleh
Area

kulit

pasien.

dibersihkan

dengan

kapas

untuk

menghilangkan

bakteri.

20

dari

jumlah

alkohol
yang

cukup

diambil

dengan

sisi tumpul pisau bedah


gauge

15

dan

ditempatkan pada 2 slide


mikroskop bersih. Satu
tetes

20%

KOH

ditambahkan ke 1 slide,
dan 1 tetes setiap CSB
dan

20%

KOH

ditambahkan

ke

lain

kemudian

dan

ditutup

yang

dengan

penutup.

kaca

Semua

slide

yang ditempatkan dalam


ruang

pelembab

(tertutup wadah plastik


dilapisi dengan handuk
kertas basah) selama 30
menit. Slide diperiksa di
pembesaran 10X untuk
menemukan

elemen

jamur dan pembesaran


40X

untuk

mengidentifikasi

spora

jamur

dan

Malassezia
dikonfirmasi

hifa.
furfur
oleh

kehadiran pendek, hifa


biru-pewarnaan
spora bulat.

21

dan

Kesimpulan : Berdasarkan hasil kritisi jurnal didapatkan dari 8 pertanyaan


memiliki jawaban Iya sebanyak 7 pertanyaan dan Tidak Tahu sebanyak 1
pertanyaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jurnal dengan judul Stain kontras
baru untuk diagnosis cepat Dermatophytosis dan Pityriasis Versicolor ini layak
dibaca dan layak untuk diadaptasikan sebagai penelitian lanjutan di RSUDZA.

22

Anda mungkin juga menyukai