Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

Nyeri merupakan gejala dan masalah yang cukup sering ditemukan dalam
bidang neurologis. Nyeri dapat merupakan gejala pertama dari berbagai macam
penyakit syaraf. Nyeri dapat merupakan gejala pertama dari berbagai macam
penyakit saraf dan sering kali merupakan keluhan utama. Di antara keluhan nyeri
yang sering kali dijumpai di klinik adalah nyeri kepala.1
Pada hakekatnya, nyeri kepala merupakan nyeri alih pada permukaan
kepala yang berasal dari struktur bagian dalam. Sebagian besar nyeri kepala
disebabkan oleh stimulus nyeri yang berasal dari intrakranial maupun
ekstrakranial. Sebagian besar kasus nyeri kepala bersifat ringan dan dapat sembuh
dengan sendirinya ataupun dengan minum obat analgesik.1
Nyeri tegang kepala otot sering dijumpai, walaupun mempunyai pola
keluhan tertentu, nyeri kepala tegang otot tidak jarang muncul dengan nyeri yang
sangat mengganggu penderita, sehingga penderita memiliki dugaan yang
berlebihan tentang kemungkinan penyebabnya. Sikap yang demikian ini justru
dapat memperberat keluhan.1
Nyeri kepala tegang otot juga dikenal dengan nama-nama sebagai berikut:
tension type headache, muscle contraction headache, psychomyogenic headache,
stress headache, essential headache, idiopathic headache dan psycogenic
headache, merupakan bentuk nyeri kepala yang banyak ditemukan dan paling
peka terhadap analgesik. Walaupun demikian, penderita dengan gejala nyeri
kepala ini tidak jarang ke dokter spesialis saraf. Hal ini biasanya disebabkan oleh

nyeri kepala tersebut telah berubah, dari episodik menjadi kronis di mana nyeri
kepalanya tidak lagi jelas hubungannya dengan stress. Pada tipe episodik
hubungan tersebut biasanya sangat jelas. Sebagai contoh, seseorang yang selalu
nyeri kepala pada saat menghadapi ujian kemudian sembuh setelah ujian selesai.1
Nyeri kepala tipe tegang atau Tension Type Headache (TTH) adalah nyeri
kepala berulang yang berhubungan dengan gangguan pada otot (muscular). Dapat
berhubungan

dengan

stress

atau

yang

berhubungan

dengan

masalah

muskuloskeletal pada regio leher. Tension type headache perlu mendapatkan


perhatian khusus karena keluhan yang ada pada penyakit ini dapat mengganggu
aktivitas keseharian dari penderita.1,2

BAB II
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. M

Usia

: 26 thn

Jenis kelamin : Perempuan


Agama

: Islam

Status marital : Menikah


Pekerjaan

: Pegawai Swasta

Suku

: Jawa

Alamat

: Pagelaran

Periksa

: 23 Juli 2013

ANAMNESIS
Keluhan utama : Nyeri kepala
Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri kepala dirasakan pasien sejak 3 hari sebelum periksa ke poli. Nyeri
dirasakan seperti ditekan-tekan mulai dari dahi hingga kepala bagian tengah dan
terasa berat terutama di daerah kepala bagian belakang dan tengkuk. Nyeri
dirasakan terus menerus dan tidak hanya pada satu sisi kepala. Tidak ada muntah.
Pasien juga tidak ada mengeluhkan pandangan ganda ataupun fotophobia. Tidak
ada gangguan pada pendengaran, tidak ada telinga berdengung. Pasien sedang
tidak menstruasi dan nyeri kepala tidak berhubungan dengan siklus menstruasi.

Ketika nyeri kepalanya muncul pasien juga merasakan badannya lemas,


mual dan nyeri di daerah ulu hatinya. Pasien mengaku sudah sejak 3 hari ini
pasien tidak nafsu makan dan susah tidur.
Pasien mengaku sedang memiliki masalah pribadi dan sering mengalami
keluhan serupa jika pasien kelelahan ataupun banyak pikiran. Menurut pengakuan
pasien dalam 6 bulan ini pasien mengalami keluhan serupa 5 kali dan hilang
dengan mengkonsumsi obat penghilang nyeri.

Riwayat Penyakit Dahulu


-

Riwayat keluhan serupa sejak 5,5 tahun yang lalu


Riwayat trauma (-)
Riwayat Hipertensi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan serupa

Pemeriksaan Fisik
A.

Status Praesens
Keadaan umum

: Sakit sedang

Kesadaran

: Composmentis (GCS: E4V5M6)

Tekanan Darah

: 100/70 mmHg

Frekuensi Nadi

: 76x/mnt

Frekuensi Nafas : 20x/mnt


Suhu

: 36,5 C

Kepala : bentuk normal, simetris


Mata : pupil isokor , reflex cahaya +/+, refleks kornea +/+

Leher : pembesaran KGB (-)


Thorax :
Jantung

Paru

S1 dan S2 tunggal

Simetris

reguler

Vesikuler +/+

Murmur ()

Ronki -/-

gallop ()

Whezing-/-

Abdomen :

Soefel

Nyeri tekan Epigastrium (+)

Hepar/ lien tidak teraba

Bising usus (+) normal

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-)

B.

C.

Status Psychicus
Cara Berfikir

: Baik

Tingkah Laku

: Baik

Kecerdasan

: Baik

Perasaan Hati

: Agak cemas

Ingatan

: Baik

Status Neurologis

Kepala
o

Bentuk : bulat

Simetri : +

Nyeri tekan : +

Mata : Pupil isokor D et S 3 m.

Leher
o

Pergerakan : +

Kaku kuduk : -

Nervus Cranialis
Pemeriksaan
N. Olfaktorius
Subjektif
Objektif dengan teh
Dengan kopi
N Optikus
Tajam Penglihatan
Lapangan Pandang
Melihat Warna
N. Occulomotorius
Refleks cahaya
N. Trochlearis
Pergerakan mata (kebawahkeluar)
N. Trigeminus
Membuka mulut
Mengunyah
Menggigit
Refleks kernig
Sensibilitas muka
N. Abducens
Pergerakan mata kelateral
N. Fasialis
Mengerut dahi
Menutup mata
Memperlihatkan gigi
Bersiul
Perasaan lidah

Kanan

Kiri

+
+N
+N

+
+N
+N

+N
+N
+N

+N
+N
+N

+N

+N

+N

+N

+N
+N
+N
+N
+N

+N
+N
+N
+N
+N

+N

+N

+N
+N
+N
+N
+N

+N
+N
+N
+N
+N

Perasaan muka
Dahi
Pipi
Dagu
N. Octavus
Detik arloji
Suara berbisik
N. Glosopharingeus
Perasaan lidah bagian belakang
N. Vagus
Bicara
Menelan
Nadi
N. Accesorius
Mengangkat bahu
Memalingkan kepala
N. Hipoglossus
Pergerakan lidah
Tremor lidah
Artikulasi
D.

+N
+N
+N

+N
+N
+N

+N
+N

+N
+N

+N

+N

+N
+N
+N

+N
+N
+N

+N
+N

+N
+N

+N
+N
+N

+N
+N
+N

Badan dan Anggota Gerak


a.

Motorik
Respirasi :

vesikuler,

pergerakan

simetris
Duduk

o
b.

: tidak ditemukan kelainan

Refleks

Anggota Gerak Atas (Lengan)


Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Tonus

Kanan

Kiri

+N
5-5-5-5
+N

+N
5-5-5-5
+N

Refleks
Biceps
Triceps

+N
+N

+N
+N

Sensibilitas
Sensibilitas taktil
Sensibilitas nyeri

+N
+N

+N
+N

Kanan

Kiri

+
5-5-5-5
+

+
5-5-5-5
+

+
+
-

+
+
-

+N
+N

+N
+N

Anggota Gerak Bawah (Kaki)


Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Refleks
Patella
Achilles
Babinski
Chaddock
Clonus paha
Clonus kaki
Patrick
Laseq
Kernik
Sensibilitas
Sensibilitas taktil
Sensibilitas nyeri

a. Koordinasi Gait/Keseimbangan
Cara berjalan : Normal
b. Gerakan Abnormal

Tremor : -

c. Alat Vegetatif

Miksi : +

Defekasi : +

Diagnosa Klinis

: Tension Type Headache + Dyspepsia

Diagnosa Topis

: Myofascial

Diagnosa Etiologi

: Psikis

Penatalaksanaan

Diazepam 2 mg 2x1
PCT tab 3x650 mg
Sukralfat syr 3x1C
Ranitidine tab 2x1

Prognosis
Dubia ad bonam

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

a. Definisi
Tension Type Headache (TTH) adalah nyeri kepala yang disebabkan oleh
tegangnya otot pada wajah, leher atau kulit kepala. Disebut juga musclecontraction headache. TTH merupakan sakit kepala yang paling sering terjadi.3,4
TTH ini timbul karena adanya kontraksi yang terus menerus dari otot-otot
kepala, wajah, kuduk dan bahu. Kontraksi yang terus menerus ini akan
menimbulkan nyeri otot yang di referred ke kepala (muscle contraction
headache). Muscle contraction ini timbul oleh karena adanya ketegangan jiwa
anxietas, tension, atau depresi).5
Nyeri kepala itu akan dirasakan oleh si penderita sebagai suatu ikat kepala
yang terlalu menekan. Kepalanya dirasakan berat oleh si penderita, terutama di
waktu pagi hari. Bila penderita dipijat oleh istri atau suaminya, maka nyeri kepala
itu dirasakannya berkurang.5

b. Penyebab
Otot wajah, leher dan kulit kepala menjadi tegang karena:3
Anxietas atau stress
Bertahan pada satu posisi dalam waktu lama
Injury, seperti kecelakaan mobil
Depresi

Nyeri kepala juga dapat dipicu oleh:3


Tidur yang terlalu sedikt atau terlalu banyak
Makan yang terlalu sedikt atau terlalu banyak
Minum alkohol berlebihan
Bekerja keras indoor atau outdoor
Kondisi medis tertentu

c. Epidemiologi6,7

Frekuensi

: Di Amerika Serikat, TTH merupakan sindrom nyeri

kepala primer yang paling sering

Internasional

: Rasmussen et al melaporkan prevalensi seumur hidup

TTH 69% laki-laki dan 88% perempuan pada populasi Danish. Pasien
memiliki pengalaman lebih dari satu sindrom nyeri kepala primer. Pada satu
studi oleh Ulrich et al, prevalensi 1 tahun TTH adalah sama diantara individu
dengan dan tanpa migraine.

Jenis Kelamin

: Perempuan lebih sering daripada laki-laki. Ratio TTH

perempuan dan laki-laki sekitar 1,4:1. Pada Chronic type tension headache
1,9:1.

Usia

: TTH dapat terjadi pada semua usia, tetapi onset remaja

hingga dewasa muda lebih sering.

d. Patofisiologi Tension Type Headache8


Pada penderita TTH didapati gejala yang menonjol yaitu nyeri tekan
yang bertambah pada palpasi jaringan miofascial perikranial. Impuls nosiseptif
dari otot perikranial yang menjalar ke kepala mengakibatkan timbulnya nyeri
kepala dan nyeri yang bertambah pada daerah otot maupun tendon tempat
insersinya.
TTH adalah kondisi stress mental, non-physiological motor stress, dan
miofasial lokal yang melepaskan zat iritatif ataupun kombinasi dari ke tiganya
yang menstimuli perifer kemudian berlanjut mengaktivasi struktur persepsi
supraspinal pain, kemudian berlanjut lagi ke sentral modulasi yang masingmasing individu mempunyai sifat self limiting yang berbeda-beda dalam hal
intensitas nyeri kepalanya.
Pengukuran tekanan palpasi terhadap otot perikranial dilakukan dengan
alat palporneter (yang diketemukan oleh Atkins, 1992) sehingga dapat
mendapatkan skor nyeri tekan terhadap otot tersebut.
Langemark & Olesen tahun 1987 (yang dikutip oleh Bendtsen) telah
menemukan metode palpasi manual untuk penelitian nyeri kepala dengan cara
palpasi secara cepat bilateral dengan cara memutar jari ke 2 dan ke 3 ke otot yang
diperiksa, nyeri tekan yang terinduksi dinilai dengan skor Total Tenderness
Scoring system. Yaitu suatu sistem skor dengan 4 point penilaian kombinasi
antara reaksibehaviour dengan reaksi verbal dari penderita.
Pada penelitian Bendtsen tahun 1996 terhadap penderita chronic tension
type headache (yang dikutip oleh Bendtsen) ternyata otot yang mempunyai nilai

Local tenderness score tertinggi adalah otot Trapezeus, insersi otot leher dan otot
sternocleidomastoid. Nyeri tekan otot perikranial secara signifikan berkorelasi
dengan intensitas maupun frekwensi serangan tension type headache kronik.
Belum diketahui secara jelas apakah nyeri tekan otot tersebut mendahului atau
sebab akibat daripada nyeri kepala, atau nyeri kepala yang timbul dahulu baru
timbul nyeri tekan otot. Pada migren dapat juga terjadi nyeri tekan otot, akan
tetapi tidak selalu berkorelasi dengan intensitas maupun frekwensi serangan
migren.
Nyeri miofascial adalah suatu nyeri pada otot bergaris termasuk juga
struktur fascia dan tendonnya. Dalam keadaan normal nyeri miofascial di mediasi
oleh serabut kecil bermyelin (Aoc) dan serabut tak bermyelin (C), sedangkan
serabut tebal yang bermyelin (A dan A) dalam keadaan normal mengantarkan
sensasi yang ringan / tidak merusak (inocuous). Pada rangsang noxious dan
inocuous event, seperti misalnya proses iskemik, stimuli mekanik, maka mediator
kimiawi terangsang dan timbul proses sensitisasi serabut A dan serabut C yang
berperan menambah rasa nyeri tekan pada tension type headache.
Pada zaman dekade sebelum ini dianggap bahwa kontraksi dari otot
kepala dan leher yang dapat menimbulkan iskemik otot sangatlah berperan
penting dalam tension type headache sehingga pada masa itu sering juga disebut
muscle contraction headache. Akan tetapi pada akhir-akhir ini pada beberapa
penelitian yang menggunakan EMG (elektromiografi) pada penderita tension type
headache ternyata hanya menunjukkan sedikit sekali terjadi aktifitas otot, yang
tidak mengakibatkan iskemik otot, jika meskipun terjadi kenaikan aktifitas otot

maka akan terjadi pula adaptasi protektif terhadap nyeri. Peninggian aktifitas otot
itupun bisa juga terjadi tanpa adanya nyeri kepala.
Nyeri myofascial dapat di dideteksi dengan EMG jarum pada miofascial
trigger point yang berukuran kecil beberapa milimeter saja (tidak terdapat pada
semua otot) Mediator kimiawi substansi endogen seperti serotonin (dilepas dari
platelet), bradikinin (dilepas dari belahan precursor plasma molekul kallin) dan
Kalium (yang dilepas dari sel otot), SP dan CGRP dari aferens otot berperan
sebagai stimulant sensitisasi terhadap nosiseptor otot skelet. Jadi dianggap yang
lebih sahih pada saat ini adalah peran miofascial terhadap timbulnya tension type
headache.
Untuk jenis TTH episodik biasanya terjadi sensitisasi perifer terhadap
nosiseptor, sedang yang jenis kronik berlaku sensitisasi sentral. Proses kontraksi
otot sefalik secara involunter, berkurangnya supraspinal descending pain
inhibitory activity, dan hipersensitivitas supraspinal terhadap stimuli nosiseptif
amat berperan terhadap timbulnya nyeri pada Tension type Headache. Semua nilai
ambang pressure pain detection, thermal & electrical detection stimuli akan
menurun di sefalik maupun ekstrasefalik.
Stress dan depresi pada umumnya berperan sebagai faktor pencetus
(87%), exacerbasi maupun mempertahankan lamanya nyeri kepala. Prevalensi life
time depresi pada penduduk adalah sekitar 17%. Pada penderita depresi dijumpai
adanya defisit kadar serotonin dan noradrenalin di otaknya.
Pada suatu penelitian dengan PET Scan, ternyata membuktikan bahwa
kecepatan biosintesa serotonin pada pria jauh lebih cepat 52% dibandingkan

dengan wanita. Dengan bukti tersebut di asumsikan bahwa memang terbukti


bahwa angka kejadian depresi pada wanita lebih tinggi 2- 3 kali dari pria.

e. Gambaran Klinis6,7
Anamnesis
Onset nyeri dari TTH dapat memberikan gambaran seperti berdenyut dan
terkadang seperti gambaran klinis dari migren. Kombinasi dari migren dan TTH
dapat memberikan durasi nyeri yang lebih lama, menetap dan lebih berat.

HIS (The International Headache Society) kriteria diagnostik dari TTH adalah
2 dari 4 point di bawah ini :

Ditekan atau seperti di ikat

Lokasi Frontal-occipital

Bilateral intensitas yang ringan atau sedang

Tidak bertambah berat dengan aktivitas fisik

Anamnesa pada TTH sering ditemukan:

Durasi 30 menit sampai 7 hari

Tidak ada mual muntah (kadang terjadi anorexia)

Photophobia dan phonophobia

Minimal 10 kali muncul sakit kepala dalam sekali serangan; dan serangan
sakit kepala terjadi lebih dari 180 kali per tahun

Bilateral dan occipitonuchal atau nyeri bifrontal

Dengan

gambaran

nyeri

seperti

"fullness,"

"tightness/squeezing,"

"pressure," or "bandlike/viselike"

Kadang disertai stress emosional dan rasa cemas berlebihan

Insomnia

Setelah serangan kadang perasaan seperti keatas ataupun ke bawah

Otot tegang dan seperti terikat pada region leher, occipital serta frontal

Terdapat pada 75% pasien yang mengalami nyeri kepala kronis selama 5
tahun

Sulit berkonsentrasi

Tidak ada gejala prodormal

Onset nyeri kepala yang baru pada pasien usia muda dapat dipikirkan
penyebabnya adalah TTH

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik sulit ditemukan penyebab dari nyeri kepala dari TTH.
Vital sign normal

Pemeriksaan neurologis normal


Otot tegang dan nyeri pada daerah perikranial atau leher (tidak selalu)
Nyeri pada penekanan arteri temporalis dan daerah trigger zone (tidak selalu)

Nyeri bertambah dengan fleksi leher dan pergangan dari otot leher

f. Diagnosis6,9
Diagnosis Primer
Dua dari point di bawah ini :
o Nyeri bilateral
o nyeri seperti di tekan
o nyeri ringan atau sedang
o nyeri tidak berhubungan dengan aktivitas fisik
Satu atau lebih dari gejala di bawah ini :
o Sensitif terhadap cahaya
o Sensitif terhadap suara
Terkadang tidak disertai gejala :
o Nausea
o Vomitus
Durasi nyeri 30 menit 7 hari

Diagnosis Subdivisi
Episodic (<15 hari/bulan) atau kronis (>15 hari/bulan selama > 6 bulan)

Dalam menegakan diagnosis tidak semua gejala dan pemeriksaan fisik di


dapatkan kelainan, yang penting adalah keriteria dari IHS. Kadang nyeri kepala
TTH ini tidak berdiri sendiri, tapi juga sering disertai dengan nyeri kepala tipe
yang lain (migren).

g. Diagnosis Banding6,9
Differential diagnostic considerations in tension-type headache
Primary diagnosis
Nonvascular: Tension-type
Vascular: Migraine or cluster
Secondary (organic) diagnosis
Vascular disorders
Subarachnoid hemorrhage
Subdural hematoma
Unruptured arteriovenous malformation or aneurysm
Ischemic cerebrovascular disease
Temporal arteritis
Arterial hypertension
Cerebral venous thrombosis
Nonvascular intracranial disorders
Benign intracranial hypertension
Intracranial hypotension after lumbar puncture
Intracranial neoplasm
Intracranial infection or meningitis
Substances that act as triggers
Medications (eg, nitrates, over-the-counter drugs)
Foods (eg, monosodium glutamate, alcohol)
Exposures (eg, carbon monoxide)
Rebound (eg, caffeine, analgesic, ergot)
Metabolic disorders
Hypoxia (eg, chronic obstructive pulmonary disease, sleep apnea)

Hypercapnia
Hypoglycemia
Abnormalities of extracranial structures
Eyes (eg, glaucoma, refractive errors)
Ears and sinuses (eg, infectious sinusitis, barosinusitis)
Teeth and jaws (eg, temporomandibular joint disorder)
Skull (eg, Paget's disease, multiple myeloma)
Neck (eg, spondylosis, cervical disk disease)

h. Pemeriksaan Penunjang6
Laboratorium

Diagnosis tension headache adalah dari klinis. Seperti nyeri kepala


primer lainnya, tidak ada test diagnostik spesifik untuk tension
headache.

Studi Imaging

Studi neuroimaging penting untuk mengesampingkan penyebab


sekunder nyeri kepala, termasuk neoplasma dan cerebral hemorrhage.

MRI imaging menunjukkan struktur cerebral yang detail dan


khususnya dalam mengevaluasi fossa posterior

CT scan dengan kontras merupakan alternatif lain tetapi lebih rendah


daripada MRI dalam memperlihatkan struktur fosa posterior.

Indikasi neuroimaging jika nyeri kepala atipikal atau berhubungan


dengan abnormalitas pada pemeriksaan neurologis.

i. Penatalaksanaan

Prinsip pengobatan adalah pedekatan psiklogik (psikoterapi), fisiologik


(relaksasi) dan farmakologik (analgesik, sedativa dan minor transquilizers).
Dalam praktek, diperlukan penjelasan yang cukup mengenai latar belakang
munculnya nyeri agar penderita mengerti tentang permasalahan yang selama ini
kurang atau tidak disadarinya. Penjelasan tentang berbagai macam pemeriksaan
tambahan yang perlu dan yang tidak perlu akan sangat bermanfaat bagi penderita.1
Analgesik seperti aspirin atau acetaminophen atau NSAID lain yang
sangat membantu, tetapi hanya untuk waktu yang singkat. Tension headache
memberi respon terbaik terhadap penggunaan hati-hati salah satu dari beberapa
obat yang mengurangi kecemasan atau depresi, ketika gejala terakhir timbul.10
Beberapa pasien memberi respon terhadap ancillary measure seperti
massase, meditasi dan teknik biofeedback. Pengobatan analgesik yang lebih kuat
sebaiknya dihindari. Raski melaporkan berhasilnya terapi dengan calcium channel
blocker, phenelzine atau cyproheptadine. Ergotamin dan propanolol tidak efektif
kecuali jika terdapat gejala migren dan tension headache. Teknik relaksasi sangat
menolong pasien bagaimana cara menghadapi anxietas dan stress.10
Penanganan3 :

Istirahat dengan tenang, ruangan gelap hingga gejala berkurang dan


hilang.

Konsumsi obat nyeri seperti aspirin, acetaminophen, ibuprofen.

Pijat leher, bahu dan punggung. Letakkan heat, an ice pack, or a cold
washcloth pada area yang nyeri.

Segera ke dokter bila:


o Sakit kepala yang lebih sakit dari biasanya

o Muntah berulang.
o Numbness or tingling wajah, lengan atau kaki.
o Lengan dan kaki lemah.
o Perubahan visual yang tidak segera hilang

Terapi Farmakologik:
Terdiri atas terapi abortif yang bertujuan untuk menghentikan atau
mengurangi serangan penyakit pada tension headache tipe episodik, serta terapi
pencegahan/preventif untuk terapi jangka panjang yang bermanfaat pada tension
headache kronik, namun dapat juga digunakan pada tension headache tipe
episodik. Obata-obatan yang dapat digunakan pada pengobatan tension headache
yaitu :
a. Analgetikum /Non Streoid Anti Infalammatory Drugs (NSAIDs), dapat
menghilangkan rasa nyeri kepala ringan dan sedang, bila sebelumnya diberi obat
yang memacu gastrointestinal. Obat-obat yang dapat digunakan yaitu :

Asam Asetilsalisilat 500 mg tablet dengan dosis 1500 mg/hr

Metampiron 500 mg tablet dengan dosis 1500 mg/hr

Glafein 200 mg tablet dengan dosis 600-1200 mg/hr

Asam Mefenamat 250-500 mg tablet dengan dosis 750-1500 mg/hr

Ibuprofen 400-800 mg tablet dengan dosis < 2400 mg/hr

b. Hipnotik-sedatif/antiansietas. Kerjanya terutama merupakan potensiasi inhibisi


neuron dengan asam gamma-aminobutirat (GABA) sebagai mediator. Efek
sampingnya berupa inkoordinasi motorik, ataksia, gangguan fungsi mental dan
psikomotor, gangguan koordinator berpikir, bingung, disartria, mulut kering dan
rasa pahit. Obat-obat yang dapat digunakan yaitu :

Klordiazepoksid 5 mg tablet dengan dosis 15-30 mg/hr

Klobazam 10 mg tablet dengan dosis 20-30 mg/hr

Lorazepam 1-2 mg tablet dengan dosis 3-6 mg/hr

Diazepam 2-5 mg tablet dengan dosis 2-10 mg/hr

c. Antidepresan. Cara kerjanya dengan memblokade pengambilan kembali


noradrenalin dan memblokade aktivitas kolinergik, adrenergik, dan reseptor histamin.
Efek sampingnya adalah mengantuk, mulut kering, mata kabur dan sukar berak. Obatobatan yang dapat digunakan misalnya :

Amitriptilin 10/25 mg tablet dengan dosis 150-300mg/hr

Maprotiline 25/50/75 mg tablet dengan dosis 25-75 mg/hr

Amineptine 100 mg tablet dengan dosis 200 mg/hr

d. Antagonis serotonin, sebaiknya diberikan dalam bentuk sediaan injeksi atau spray
nasal, jika pemberian oral tidak memungkinan saat ada gejala mual atau muntah.
Golongan obat ini bekerja dengan cara meningkatkan kadar neurotransmitter
serotonin di otak. Obat yang digunakan yaitu :

Metysergid 2 mg tablet dengan dosis 4-6 mg/hr

Sumatriptan 100 mg tablet dengan dosis 300 mg/hr

Fluoksetin 10 mg tablet dengan dosis maksimal 60 mg/hr

e. Agonis selektif reseptor 2, obat yang digunakan yaitu tizanidin. Cara kerjanya
adalah dengan mencegah mengecilnya dan melebarnya pembuluh darah secara
abnormal. Bekerja pada rangsangan sentral neuron-neuron penghambat. Efek
sampingnya adalah mengantuk, mulut kering dan depresi. Beberapa penelitian
menyatakan bahwa tizanidin ternyata efikasius, aman dan dapat ditoleransi pada
terapi profilaksis nyeri kepala harian.

Serangan akut berespon terhadap aspirin dan obat AINS lainnya seperti
asam asetilsalisilat, metampiron maupun asam mefenamat. Untuk tindakan
profilaksis diberikan pengobatan amitriptilin, atau pemberian kembali inhibitor
selektif serotonin dan tizanidin sangat berguna dalam beberapa kasus. Meski
banyak pasien berespon terhadap benzodiazepin seperti diazepam, obat-obat ini
harus dibatasi penggunaannya karena memiliki potensi adiktif (6,7,8).
Selain ketiga jenis terapi diatas adapula cara-cara lain yang bisa digunakan
untuk meredakan nyeri pada tension headache, diantaranya yaitu (6,7) :
1. Botulinum toksin A (BTX A), adalah obat yang poten untuk beberapa penyakit
berat yang berhubungan dengan kenaikan tonus otot. Meskipun mekanismenya
belum diketahui secara pasti, diduga BTX A mempunyai target menurunkan
Substance P, dan sebagai relaksan otot.
2. Injeksi dengan anastesi lokal, misalnya injeksi prokain, prokain-kofein
kompleks, lidokain dan lain-lain, atau yang lebih dikenal dengan istilah injeksi
trigger point, yang juga membantu mempercepat penyembuhan.
Drugs effective in the treatment of tension type headache11
Drug

Trade name

Dosage

Nonsteroidal Anti Inflammatory Agents


Acetaminophen

Tylenol, generic

650 mg PO q4-6h

Aspirin

Generic

650 mg PO q4-6h

Diclofenac

Cataflam, generic

50-100 mg q4-6h (max


200mg/dl)

Ibuprofen

Advil, Motrin, Nuprin,

400 mg PO q3-4h

generic
Aleve, Anaprox, generic

Naproxen sodium

220-550 mg bid

Combination Analgesics
Acetaminophen, 325 mg, plus butalbital,

Phrenilin, generic

1-2 tablets; max 6 per day

Phrenilin Forte

1 tablet; max 6 per day

Fiocert; Esgic, generic

1-2 tablets; max 6 per day

Esgic-plus

1-2 tablets; max 6 per day

Fiorinal

1-2 tablets; max 6 per day

Axotal

1 tablet q4h; max 6 per day

50 mg

Acetaminophen, 650 mg, plus butalbital,


50 mg

Acetaminophen, 325 mg, plus butalbital,


50 mg, plus caffeine, 40 mg

Acetaminophen, 500 mg, plus butalbital,


50 mg, plus caffeine, 40 mg

Acetaminophen, 325 mg, plus butalbital,


50 mg, plus caffeine, 40 mg

Acetaminophen, 650 mg, plus butalbital,


50 mg

Prophylactic Medications
Amitriptyline

Elavil, generic

10-50 mg at bedtime

Doxepin

Sinequan, generic

10-75 mg at bedtime

Nortriptyline

Pamelor, generic

25-75 mg at bedtime

Terapi non-farmakologik9
Regulasi lifestyle
o mengatur dan tidur yang cukup
o makan terapi dan diet yang baik
o mengetahui dan menghindari makanan yang dapat memicu nyeri kepala
berolahraga teratur (seperti aerobik)
Hindari Stres
o Menghindari lingkungan sosial yang dapat menyebabkan stress
o Meditasi
o melakukan hobi, rekreasi
o relaksasi otot (dengan latihan-latihan)
o psikoterapi
Fisioterapi
o panas, dingin, ultrasound, transcutaneous electrical nerve stimulation
(tens)
o Pijat dan traksi leher
o peregangan otot-otot leher
Manipulasi osteopathic atau chiropractic
Terapi alternatif
o Akupuntur
o Acupressure
o Therapeutic touch
o Aromatherapy
(contoh
:
peppermint,

green

apple)

salep topikal (contoh : salicylic acid, piroxicam [Feldene], ketoprofen


[Orudis, Oruvail])

j. Prognosis
TTH merupakan nyeri kepala yang selalu kambuh, akan tetapi nyeri
kepala ini tidak berbahaya. Terapinya hanya bersifat simptomatis tetapi kadang
juga dapat hilang total. TTH dapat sembuh sempurna bila penyebabnya di

hilangkan. Pengunaan obat TTH yang lama dapat menyebabkan nyeri kepala
bertambah berat atau rebound headache.12

BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien dengan nama Ny. M usia 26 tahun datang dengan keluhan nyeri
kepala. Pasien didiagnosa

dengan Tension Type Headache dan Dyspepsia.

Berikut adalah pembahasan mengenai perbandingan antara teori dan fakta yang
terjadi pada perjalanan penyakit pasien tersebut.

Anamnesis
Fakta

Teori

Nyeri kepala dirasakan sejak 3

Anamnesa pada TTH sering ditemukan:

hari sebelum periksa ke poli


Nyeri dirasakan seperti ditekan-

Durasi 30 menit sampai 7 hari

Dengan gambaran nyeri seperti "fullness,"

tekan.
Nyeri dimulai dari dahi hingga

"tightness/squeezing,"

kepala bagian tengah dan terasa

"pressure,"

or

"bandlike/viselike

berat terutama di daerah kepala


bagian belakang dan tengkuk.
Nyeri dirasakan terus menerus

Bilateral

dan

occipitonuchal

atau

nyeri

bifrontal

dan tidak hanya pada satu sisi


kepala.
Tidak ada muntah, namun ada

Otot tegang dan seperti terikat pada region


leher, occipital serta frontal

mual dan penurunan nafsu makan


Susah tidur
Pasien mengaku sedang memiliki
masalah

pribadi

dan

sering

mengalami keluhan serupa jika

pasien kelelahan ataupun banyak

Tidak ada mual muntah (kadang terjadi


anorexia)

pikiran.
o

Insomnia

Kadang disertai stress emosional dan rasa


cemas berlebihan

Pemeriksaan fisik

Fakta
Tidak ditemukan adanya kelainan
Vital sign dalam batas normal,

Teori
Pada pemeriksaan fisik sulit ditemukan penyebab
dari nyeri kepala dari TTH.

kecuali TD= 100/70


Tidak ada kelainan dalam reflek
fisiologis maupun reflek patologis

Vital sign normal


Pemeriksaan neurologis normal
Otot tegang dan nyeri pada daerah perikranial
atau leher (tidak selalu)
Nyeri pada penekanan arteri temporalis dan
daerah trigger zone (tidak selalu)

Penatalaksanaan

Fakta
Diazepam 2 mg 2x1
PCT tab 3x650 mg
Sukralfat syr 3x1C
Ranitidine tab 2x1

Teori
Prinsip pengobatan adalah pedekatan psiklogik
(psikoterapi),

fisiologik

(relaksasi)

dan

farmakologik (analgesik, sedativa dan minor


transquilizers).
Analgesik seperti aspirin atau acetaminophen
atau NSAID lain yang sangat membantu, tetapi
hanya untuk waktu yang singkat

Prognosis
Fakta
Dubia ad bonam

Teori
TTH merupakan nyeri kepala yang selalu kambuh,
akan tetapi nyeri kepala ini tidak berbahaya. TTH
dapat sembuh sempurna bila penyebabnya di
hilangkan

BAB V
KESIMPULAN

Tension type headache (NT; nyeri kepala tipe tegang) menurut Lance dapat
didefinisikan sebagai sensasi ketat atau menekan, biasanya bilateral yang pada
awalnya dapat terjadi secara episodik dan berhubungan dengan stres, ansietas,
atau depresi. Dalam bentuk kronik, dapat kambuh lebih sering tanpa disertai
faktor-faktor psikologi yang nyata.10
Meskipun nyeri kepala tipe tegang ini sangat umum ditemukan,
patofisiologinya masih tetap tidak jelas. Salah satu teori yang paling populer
mengenai penyebab nyeri kepala ini adalah kontraksi otot wajah, leher, dan
bahu.11,12,13 Selain itu, NT dapat pula disebabkan oleh faktor psikis maupun fakor
fisik. Secara psikis, nyeri kepala ini dapat timbul akibat reaksi tubuh terhadap
stres, kecemasan, depresi maupun konflik emosional. Sedangkan secara fisik,
posisi kepala yang menetap yang mengakibatkan kontraksi otot-otot kepala dan
leher dalam jangka waktu lama, tidur yang kurang, kesalahan dalam posisi tidur
dan kelelahan juga dapat menyebabkan nyeri kepala tegang otot ini.5

Di Amerika serikat, hanya 1-4 % penderita dengan keluhan nyeri kepala


yang masuk ke Instalasi Rawat Darurat, tetapi merupakan alasan terbanyak
penderita berkonsultasi kepada dokter dan 90% dari nyeri kepala tersebut
merupakan nyeri kepala tegang otot.1
Meskipun sakit kepala NT umum dan berdampak besar pada masyarakat,
sangat sedikit studi yang terkontrol-baik dari pengobatannya yang telah dilakukan.
Tidak ada obat baru yang disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA)
khususnya untuk pengobatan nyeri kepala tension. Namun, mengingat sifat kronis
gangguan ini dan risiko penggunaan berlebihan obat-obatan sakit kepala, terapi
profilaksis tampaknya terjamin untuk kebanyakan pasien sehingga dapat diberikan
obat antidepresan (amitriptyline), obat relaksan otot, dan analgesik, serta
diperlukan manajemen stres dalam mengurangi nyeri kepala tension.6,25,26

DAFTAR PUSTAKA

Adult Health Advisor. Tension Headache. University of Michigan Health System.


McKesson Corporation. (Online) 2005. Available from: http://www.med
umich edu (Accessed: 07 Juli 2011)
Friedman H. Problem Oriented Medical Diagosis. Sixth edition. USA: Little,
Brown and Company; 1996: pp. 398-9.
Gilroy J. Basic Neurology. Third edition. USA: McGraw Hill companies; 2000:
pp. 124-138
Harsono. Buku ajar Neurologi Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia. Jakarta: Gajah Mada University Press; 2005: pp. 285-8
Hauser SL. Harrisons Neurology in Clinical Medicine. USA: McGraw Hill;
2006: pp. 57
Mueller L. Tension-type, The Forgotten Headache How to Recognize This
Common but Undertreated Condition. Postgraduate Medicine, Vol. III No.
4.

(Online)

2002.

Available

from:

http://www.postgradmed.com/issues/2002/04_02/mueller.htm (Accessed:
07 Juli 2011)
National Headache Foundation. Tension Type Headache, The Complete Guide to
Headache.

(Online)

2005.

Available

from:

http://www.headaches.org/consumer/educationalmodules/completeguide/
tensiontype.html). (Accessed: 07 Juli 2011)
Ngoerah G. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Syaraf. Denpasar: Airlangga University
Press; 1990: pp. 203.
Singh MK. Muscle Contraction Tension Headache. Department of Neurology,
Pain Management, Medical College of Pennsylvania, Hahnemann
University. (Online) 2007. Available from: http://www.emedicine.com
(Accessed: 07 Juli 2011)
Sjahrir H. Mekanisme Terjadinya

Nyeri

Kepala

Primer

dan Prospek

Pengobatannya. USU Digital Library. Medan : Fakultas Kedokteran


Universitas Sumatera Utara; 2004.
Victor M, Ropper AH. Principles of Neurology seventh edition. USA: McGrawHill; 2001: pp. 175-181
World Health Organization. Headache Disorder. (Online) 2004. Available from:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs277/en/ (Accessed: 07 Juli
2011)

Anda mungkin juga menyukai