Disusun oleh:
Nanda Aisyah Humairah
702018003
Pembimbing:
dr. Meidian Sari, Sp.KJ
PENDAHULUAN
Kecemasan perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi
Teori kognitif-
Teori Genetik
perilaku
Penderita GAD berespon
secara salah dan tidak tepat
Sekitar 25% dari keluarga
terhadap ancaman,
tingkat pertama penderita
disebabkan oleh perhatian
GAD juga menderita
yang selektif terhadap hal-
gangguan yang sama.
hal yang negatif pada
lingkungan
ETIOLOGI Kontribusi Ilmu Biologi
ETIOLOGI Kontribusi Ilmu Biologi
GABA
• Peran GABA pada gangguan kecemasan sebagai contoh penggunaan golongan
benzodiazepin, yang meningkatkan aktivitas GABA pada jenis reseptor GABA
A (GABAA),
• Sebuah antagonis benzodiazepin menyebabkan serangan panik sering berat
pada pasien dengan gangguan panik. para peneliti berhipotesis bahwa
beberapa pasien dengan gangguan kecemasan memiliki fungsi abnormal dari
reseptor GABAA mereka, meskipun hubungan ini belum terbukti secara
langsung.
Aplysia
• Sebuah model neurotransmitter untuk gangguan kecemasan didasarkan pada studi Aplysia
californica, oleh pemenang Hadiah Nobel Eric Kandel, Perilaku ini dapat dikondisikan secara
klasik, sehingga siput merespon stimulus netral seolah-olah itu stimulus berbahaya.
Neuropeptide Y (NPY)
• NPY memiliki efek regulasi counter pada sistem CRH dan LC-NE di lokasi otak yang penting
dalam ekspresi kecemasan, ketakutan, dan depresi. Studi awal dalam tentara operasi khusus di
bawah tekanan yang ekstrim pelatihan menunjukkan bahwa tingkat NPY tinggi berhubungan
dengan kinerja yang lebih baik.
Galanin
• Studi pada tikus telah menunjukkan bahwa galanin dikelola terpusat memodulasi kecemasan
terkait perilaku.
TANDA DAN
GEJALA
Berlangsung
setiap hari
DIAGNOSIS Gangguan cemas menyeluruh berdasarkan DSM V :
Kegelisahan
Merasa mudah lelah
Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
Iritabilitas
Ketegangan otot
Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur gelisah, dan tidak
memuaskan)
DIAGNOSIS Gangguan cemas menyeluruh berdasarkan DSM V :
1) Pasien harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk
beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi
khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau “mengambang”)
2) Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :
a) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi, dan
sebagainya);
b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan
c) Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak napas,
keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering dan sebagainya).
3) Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan (reassurance) serta
keluhan-keluhan somatic berulang yang menonjol.
4) Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya depresi, tidak
membatalkan diagnosis utama Gangguan cemas Menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi
kriteria lengkap dari episode depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik (F40.-), gangguan panik (F41.0),
atau gangguan obsesif-kompulsif (F42.-).
DIAGNOSIS
BANDING
Gangguan
cemas • Fobia
menyeluruh • Gangguan Obsesif-kompulsif
dapat • Hipokondriasis
didiagnosis • Gangguan Stres Pasca trauma
banding • Gangguan Panik
dengan
PENATALAKSANA- Farmakoterapi
AN
• Merupakan pilihan obat pertama. Pemberian benzodiazepine dimulai dengan
dosis terendah dan ditingkatkan sampai mencapai respons terapi.
• Diazepam, dosis anjuran oral = 2-3 x 2-5 mg/hari; injeksi = 2-10 mg 9im/iv),
broadspectrum
Benzodiazepin • Chlordiazepoxide, dosis anjuran 2-3x 5-10 mg/hari, broadspectrum
• Lorazepam, dosis anjuran 2-3x 1 mg/hari,
• Clobazam, dosis anjuran 2-3 x 10 mg/hari
• Bromazepam, dosis anjuran 3x 1,5 mg/hari
• Alprazolam, dosis anjuran 3 x 0,25 – 0,5 mg/hari
• Buspiron
• Buspiron efektif pada 60-80% penderita GAD. Buspiron lebih efektif dalam
memperbaiki gejala kognitif dibanding gejala somatik. Tidak menyebabkan
Non-benzodoazepin withdrawal. Dosis anjuran 2-3x 10 mg/hari. Kekurangannya adalah, efek
klinisnya baru terasa setelah 2-3 minggu.
• Venlafaksin
• SSRI
Non-farmakoterapi
• Tujuan terapi kognitif perilaku ini adalah untuk mengajak pasien
menentang pikiran (dan emosi) yang salah dengan menampilkan
bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan mereka tentang
Terapi kognitif perilaku masalah yang dihadapi.
• Teknik utama yang digunakan pada pendekatan behavioral adalah
relaksasi dan biofeedback.
Semakin matang kepribadian premorbidnya, maka prognosis gangguan cemas menyeluruh juga semakin baik.
Jika gejala-gejala sudah merupakan alat untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan tersebut, maka kemauan
pasien untuk sembuh berkurang dan prognosis akan menjadi lebih jelek.
Faktor stres juga ikut menentukan prognosis dari gangguan cemas menyeluruh.
Demikian juga peristiwa atau masalah yang menimpa penderita akan memperjelek prognosisnya.
PENUTUP
Gambaran klinis yang dapat muncul antara lain anxietas berlebihan, ketegangan motorik
bermanifestasi sebagai bergetar, kelelahan, dan sakit kepala, hiperaktivitas otonom timbul dalam bentuk
napas pendek, berkeringat, palpitasi, dan disertai gejala pencernaan. Gangguan psikiatrik lain yang
merupakan diagnosis banding GAD adalah fobia, gangguan obsesif-konfulsif, hipokondriasis, gangguan
stress pasca trauma, dan gangguan panic. Penatalaksanaan GAD meliputi farmakoterapi, golongan
Benzodiazepin merupakan drug of choice sebab mempunyai efek anti-anxietas, spesifitas, potensi dan
keamanan yang paling baik. Gangguan cemas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis yang mungkin
berlangsung seumur hidup.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan HI, Saddock BJ. Gangguan Kecemasan. In : Wiguna M, editor. Sinopsis Psikiatri. Edisi
ketujuh. Jilid Satu : Phyladelphia. Hal.1-8.
2. Hutagalung, Evalina Asnawi. Tatalaksana Diagnosis dan Terapi Gangguan Anxietas. [Internet] 2007
[cited 2016 December 10]. Available from : http://gangguan_anxietas.htm
3. Saddock BJ, Saddock VA. Anxiety disorder. In : Kaplan Saddock’s Synopsis of Psychiatry : Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry. Tenth Edition.. New York: Lippincott Williams & Wilkins: 2007; Pg 580-
8.
4. DSM IV-TR. (2000). Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders (DSM IV-TR).
Washington DC: American Psychiatric Association.American Psychological Association.
5. Generalized Anxiety Disorder.[Internet]. [cited 2016, December 8]. Available from :
http://www.Helpguide.org
6. Shear, Katherine M. Anxiety Disorders “Generalized Anxiety Disorder” in : Dale DC, Federman DD,
editors. ACP Medicine. 3rd Edition. Washington: WebMD Inc. : 2007.
7. Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. Generalized Anxiety Disorder in : Kaplan &
Sadock’s Synopsis of Psychiatry : Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New York:
Lippincott Williams & Wilkins: 2007. p. 623-7
DAFTAR PUSTAKA
1. Idrus, Faisal. Pola Tekanan Darah pada Gangguan Cemas Menyeluruh.[Internet]. [cited 2016,
December 10].
2. Stevens V. Anxiety Disorders. In : Goljan EF, editor. Behavioral Science. Elsevier Science.
3. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya: 2003. Hal. 74
4. Maslim, Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi Ketiga. Jakarta :
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya: 2007. Hal.36-41.
5. Amir N. Buku ajar psikiatri. Edisi ke-2. Jakarta: FKUI; 2013
6. Kessler RC, Berglund P, Demler O, Jin R, Merikangas KR, Walters EE. Lifetime prevalence and
age-of-onset distributions of DSM-IV disorders in the national comorbidity survey replication.
Arch Gen Psychiatry. 2005; 62(6):593-602.
7. Sylvia D. Elvira, Gitayanti Hadisukanto. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FKUI. 2010. H; 235-241
8. Stahl, Stephen M. Essential Psychopharmacology The Prescriber’s Guide. New York: Cambridge
University Press. 2005