Anda di halaman 1dari 29

REFERAT

Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD)

Disusun oleh:
Nanda Aisyah Humairah
702018003
 
Pembimbing:
dr. Meidian Sari, Sp.KJ
 
PENDAHULUAN
Kecemasan  perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi

Individu yang mengalami gangguan kecemasan dapat memperlihatkan perilaku yang


tidak lazim : panik tanpa alasan, takut yang tidak beralasan terhadap objek atau
kondisi kehidupan, melakukan tindakan berulang-ulang tanpa dapat dikendalikan, rasa
khawatir yang tidak dapat dijelaskan atau berlebihan.
Con’t
 Hampir 30 juta orang yang terkena gangguan kecemasan di
Amerika Serikat
 National Comorbidity Study  1:4 memenuhi kriteria untuk
sedikitnya satu gangguan cemas, dan angka prevalensi sebesar
17,7% dalam satu tahun.
 50% dengan gangguan cemas menyeluruh memiliki gangguan
mental lainnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINI Gangguan cemas menyeluruh (Generalized
Anxiety Disorder, GAD)
SI
 Kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan
 Tidak rasional bahkan terkadang tidak realistik
terhadap berbagai peristiwa kehidupan sehari-
hari
 Hampir sepanjang hari
 Berlangsung sekurang-kurangnya selama 6
bulan
EPIDEMIOLO
GI
Prevalensi 1 tahun berkisar antara 3-8%
Wanita > 40 tahun sekitar 10%

Rasio perempuan:laki-laki sekitar 2 : 1

Insiden yang cukup tinggi pada usia 35-45 tahun


ETIOLOGI Kontribusi Ilmu Psikologi

Teori Teori Teori


psikoanalitik perilaku Eksistensial
Teori kecemasan
eksistensial
Teori-teori perilaku menyediakan model
Anxietas adalah gejala
adalah respon untuk kecemasan
dari konflik bawah
terkondisi terhadap umum, di mana tidak
sadar yang tidak
rangsangan lingkungan ada stimulus khusus
terselesaikan
tertentu. yang diidentifikasi
untuk rasa cemas yang
sifatnya kronis.
ETIOLOGI Kontribusi Ilmu Psikologi

Teori kognitif-
Teori Genetik
perilaku
Penderita GAD berespon
secara salah dan tidak tepat
Sekitar 25% dari keluarga
terhadap ancaman,
tingkat pertama penderita
disebabkan oleh perhatian
GAD juga menderita
yang selektif terhadap hal-
gangguan yang sama.
hal yang negatif pada
lingkungan
ETIOLOGI Kontribusi Ilmu Biologi
ETIOLOGI Kontribusi Ilmu Biologi

Sistem saraf otonom Neurotransmitter

Stimulasi sistem saraf otonom


menyebabkan gejala tertentu contoh Tiga neurotransmitter utama yang
pada sistem kardiovaskular terkait dengan kecemasan dengan
(misalnya, takikardia), otot dasar dari studi hewan dan tanggapan
(misalnya, sakit kepala), pencernaan terhadap terapi obat adalah
(misalnya, diare), dan pernapasan norepinefrin (NE), serotonin, dan
(misalnya, takipnea). gama-ainobutyric acid (GABA)
Norepinefrin Hipotalamus-hipofisis-
adrenal Axis

Gejala kronis yang dialami


oleh pasien dengan gangguan
kecemasan merupakan
karakteristik fungsi
noradrenergik yang
Bukti menunjukkan bahwa banyak
meningkat.
bentuk stres psikologis
peranan norepinefrin pada meningkatkan sintesis dan
gangguan kecemasan dimana pelepasan
pasien yang terkena, memiliki
sistem noradrenergik yang
buruk.
Serotonin
Corticotropin-releasing hormone (CRH)
• Berbagai jenis hasil stres akut pada omset 5-
• Tingkat CRH di hipotalamus meningkat
hidroksitriptamin (5-HT) meningkat pada korteks
pada orang dengan stres, mengakibatkan prefrontal, amigdala, dan hipotalamus lateral.
aktivasi dari sumbu HPA dan • Efektivitas buspirone (BuSpar), suatu serotonin
meningkatkan pelepasan kortisol dan
dehydroepiandrosterone (DHEA). 5-HT1A agonis reseptor, dalam pengobatan
gangguan kecemasan juga menunjukkan
kemungkinan adanya hubungan antara serotonin
dan kecemasan.

GABA
• Peran GABA pada gangguan kecemasan sebagai contoh penggunaan golongan
benzodiazepin, yang meningkatkan aktivitas GABA pada jenis reseptor GABA
A (GABAA),
• Sebuah antagonis benzodiazepin menyebabkan serangan panik sering berat
pada pasien dengan gangguan panik.  para peneliti berhipotesis bahwa
beberapa pasien dengan gangguan kecemasan memiliki fungsi abnormal dari
reseptor GABAA mereka, meskipun hubungan ini belum terbukti secara
langsung.
Aplysia
• Sebuah model neurotransmitter untuk gangguan kecemasan didasarkan pada studi Aplysia
californica, oleh pemenang Hadiah Nobel Eric Kandel, Perilaku ini dapat dikondisikan secara
klasik, sehingga siput merespon stimulus netral seolah-olah itu stimulus berbahaya.

Neuropeptide Y (NPY)
• NPY memiliki efek regulasi counter pada sistem CRH dan LC-NE di lokasi otak yang penting
dalam ekspresi kecemasan, ketakutan, dan depresi. Studi awal dalam tentara operasi khusus di
bawah tekanan yang ekstrim pelatihan menunjukkan bahwa tingkat NPY tinggi berhubungan
dengan kinerja yang lebih baik.

Galanin
• Studi pada tikus telah menunjukkan bahwa galanin dikelola terpusat memodulasi kecemasan
terkait perilaku.
TANDA DAN
GEJALA

Berlangsung
setiap hari
DIAGNOSIS Gangguan cemas menyeluruh berdasarkan DSM V :

1. Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir setiap


hari, sepanjang hari, terjadi selama sekurangnya 6 bulan, tentang sejumlah
aktivitas atau kejadian (seperti pekerjaan atau aktivitas sekolah)
2. Penderita merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya
3. Kecemasan dan kekhawatirannya disertai tiga atau lebih dari enam gejala
berikut ini (dengan sekurangnya beberapa gejala lebih banyak terjadi
dibandingkan tidak terjadi selama 6 bulan terakhir). Catatan: hanya satu
nomor yang diperlukan pada anak.
DIAGNOSIS Gangguan cemas menyeluruh berdasarkan DSM V :

 Kegelisahan
 Merasa mudah lelah
 Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
 Iritabilitas
 Ketegangan otot
 Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur gelisah, dan tidak
memuaskan)
DIAGNOSIS Gangguan cemas menyeluruh berdasarkan DSM V :

4. Fokus kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas pada gangguan aksis I,


misalnya kecemasan atau ketakutan adalah bukan tentang menderita suatu serangan
panik (seperti pada gangguan panik), merasa malu pada situasi umum (seperti pada
fobia sosial), terkontaminasi (seperti pada gangguan obsesif kompulsif), merasa jauh
dari rumah atau sanak saudara dekat (seperti gangguan anxietas perpisahan),
penambahan berat badan (seperti pada anoreksia nervosa), menderita keluhan fisik
berganda (seperti pada gangguan somatisasi), atau menderita penyakit serius (seperti
pada hipokondriasis) serta kecemasan dan kekhawatiran tidak terjadi semata-mata
selama gangguan stres pasca trauma.
DIAGNOSIS Gangguan cemas menyeluruh berdasarkan DSM V :

5. Kecemasan,kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan penderitaan


yang bermakna secara klinis, atau gangguan pada fungsi sosial,
pekerjaan, atau fungsi penting lain.

6. Gangguan yang terjadi bukan karena efek fisiologis langsung dari


suatu zat (misalnya penyalahgunaan zat, medikasi) atau kondisi medis
umum (misalnya hipertiroidisme), dan tidak terjadi semata-mata selama
suatu gangguan mood, gangguan psikotik, atau gangguan
perkembangan pervasif
Penegakan diagnosis gangguan cemas menyeluruh berdasarkan PPDGJ-III :

1) Pasien harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk
beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi
khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau “mengambang”)
2) Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :
a) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi, dan
sebagainya);
b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan
c) Overaktivitas  otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak napas,
keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering dan sebagainya).
3) Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan (reassurance) serta
keluhan-keluhan somatic berulang yang menonjol.
4) Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya depresi, tidak
membatalkan diagnosis utama Gangguan cemas Menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi
kriteria lengkap dari episode depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik (F40.-), gangguan panik (F41.0),
atau gangguan obsesif-kompulsif (F42.-).
DIAGNOSIS
BANDING

Gangguan
cemas • Fobia
menyeluruh • Gangguan Obsesif-kompulsif
dapat • Hipokondriasis
didiagnosis • Gangguan Stres Pasca trauma
banding • Gangguan Panik
dengan
PENATALAKSANA- Farmakoterapi
AN
• Merupakan pilihan obat pertama. Pemberian benzodiazepine dimulai dengan
dosis terendah dan ditingkatkan sampai mencapai respons terapi.
• Diazepam, dosis anjuran oral = 2-3 x 2-5 mg/hari; injeksi = 2-10 mg 9im/iv),
broadspectrum
Benzodiazepin • Chlordiazepoxide, dosis anjuran 2-3x 5-10 mg/hari, broadspectrum
• Lorazepam, dosis anjuran 2-3x 1 mg/hari,
• Clobazam, dosis anjuran 2-3 x 10 mg/hari
• Bromazepam, dosis anjuran 3x 1,5 mg/hari
• Alprazolam, dosis anjuran 3 x 0,25 – 0,5 mg/hari

• Buspiron
• Buspiron efektif pada 60-80% penderita GAD. Buspiron lebih efektif dalam 
memperbaiki gejala kognitif dibanding gejala somatik. Tidak menyebabkan
Non-benzodoazepin withdrawal. Dosis anjuran 2-3x 10 mg/hari. Kekurangannya adalah, efek
klinisnya baru terasa setelah 2-3 minggu.
• Venlafaksin
• SSRI
Non-farmakoterapi
• Tujuan terapi kognitif perilaku ini adalah untuk mengajak pasien
menentang pikiran (dan emosi) yang salah dengan menampilkan
bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan mereka tentang
Terapi kognitif perilaku masalah yang dihadapi. 
• Teknik utama yang digunakan pada pendekatan behavioral adalah
relaksasi dan biofeedback.

• Pasien diberikan re-assurance dan kenyamanan, digali potensi-potensi


Terapi suportif yang ada dan belum tampak, didukung egonya, agar lebih bisa
beradaptasi optimal dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.

• Terapi ini mengajak pasien ini untuk mencapai penyingkapan konflik


Psikoterapi Berorientasi
bawah sadar, menilik egostrength, relasi objek, serta keutuhan self
Tilikan
pasien.
PROGNOSIS

Gangguan cemas menyeluruh Prognosis dipengaruhi oleh


merupakan suatu keadaan usia, onset, durasi gejala dan
kronis yang mungkin perkembangan komorbiditas
berlangsung seumur hidup. gangguan cemas dan depresi.

Dalam menentukan prognosis


Sebanyak 25% penderita
dari gangguan cemas
akhirnya mengalami gangguan
menyeluruh, perlu diingat
panik, juga dapat mengalami
bahwa banyak segi yang harus
gangguan depresi mayor
dipertimbangkan.
Keadaan penderita, lingkungan penderita, dan dokter yang mengobatinya ikut mengambil peran dalam menentukan
prognosis

Semakin matang kepribadian premorbidnya, maka prognosis gangguan cemas menyeluruh juga semakin baik.

Jika gejala-gejala sudah merupakan alat untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan tersebut, maka kemauan
pasien untuk sembuh berkurang dan prognosis akan menjadi lebih jelek.

Faktor stres juga ikut menentukan prognosis dari gangguan cemas menyeluruh.

Demikian juga peristiwa atau masalah yang menimpa penderita akan memperjelek prognosisnya.
PENUTUP
Gambaran klinis yang dapat muncul antara lain anxietas berlebihan, ketegangan motorik
bermanifestasi sebagai bergetar, kelelahan, dan sakit kepala, hiperaktivitas otonom timbul dalam bentuk
napas pendek, berkeringat, palpitasi, dan disertai gejala pencernaan. Gangguan psikiatrik lain yang
merupakan diagnosis banding GAD adalah fobia, gangguan obsesif-konfulsif, hipokondriasis, gangguan
stress pasca trauma, dan gangguan panic. Penatalaksanaan GAD meliputi farmakoterapi, golongan
Benzodiazepin merupakan drug of choice sebab mempunyai efek anti-anxietas, spesifitas, potensi dan
keamanan yang paling baik. Gangguan cemas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis yang mungkin
berlangsung seumur hidup.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan HI, Saddock BJ. Gangguan Kecemasan. In : Wiguna M, editor. Sinopsis Psikiatri. Edisi
ketujuh. Jilid Satu : Phyladelphia. Hal.1-8.
2. Hutagalung, Evalina Asnawi. Tatalaksana Diagnosis dan Terapi Gangguan Anxietas. [Internet] 2007
[cited 2016 December 10]. Available from : http://gangguan_anxietas.htm
3. Saddock BJ, Saddock VA. Anxiety disorder. In : Kaplan Saddock’s Synopsis of Psychiatry : Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry. Tenth Edition.. New York: Lippincott Williams & Wilkins: 2007; Pg 580-
8.
4. DSM IV-TR. (2000). Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders (DSM IV-TR).
Washington DC: American Psychiatric Association.American Psychological Association.
5. Generalized Anxiety Disorder.[Internet]. [cited 2016, December 8]. Available from :
http://www.Helpguide.org
6. Shear, Katherine M. Anxiety Disorders “Generalized Anxiety Disorder” in : Dale DC, Federman DD,
editors. ACP Medicine. 3rd Edition. Washington: WebMD Inc. : 2007.
7. Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. Generalized Anxiety Disorder in : Kaplan &
Sadock’s Synopsis of Psychiatry : Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New York:
Lippincott Williams & Wilkins: 2007. p. 623-7
DAFTAR PUSTAKA
1. Idrus, Faisal. Pola Tekanan Darah pada Gangguan Cemas Menyeluruh.[Internet]. [cited 2016,
December 10].
2. Stevens V. Anxiety Disorders. In : Goljan EF, editor. Behavioral Science. Elsevier Science.
3. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya: 2003. Hal. 74
4. Maslim, Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi Ketiga. Jakarta :
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya: 2007. Hal.36-41.
5. Amir N. Buku ajar psikiatri. Edisi ke-2. Jakarta: FKUI; 2013
6. Kessler RC, Berglund P, Demler O, Jin R, Merikangas KR, Walters EE. Lifetime prevalence and
age-of-onset distributions of DSM-IV disorders in the national comorbidity survey replication.
Arch Gen Psychiatry. 2005; 62(6):593-602.
7. Sylvia D. Elvira, Gitayanti Hadisukanto. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FKUI. 2010. H; 235-241
8. Stahl, Stephen M. Essential Psychopharmacology The Prescriber’s Guide. New York: Cambridge
University Press. 2005

Anda mungkin juga menyukai