Anda di halaman 1dari 24

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

LAPORAN KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
MARET 2021
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

DEPRESI BERAT TANPA


GEJALA PSIKOTIK

OLEH:

Riszki, S. Ked

105505403519

PEMBIMBING

dr. Fanny Wijaya, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN


KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Riszki, S. Ked


NIM 105505403519
Judul Lapsus : Depresi Berat Tanpa Gejala Psikotik

Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka kepaniteraan klinik pada
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Maret 2021


Pembimbing

dr. Fanny Wijaya, Sp.KJ


BAB 1
LAPORAN KASUS
EPISODE DEPRESI BERAT TANPA GEJALA PSIKOTIK (F32.2)

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. SN
Umur : 19 tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum menikah
Pendidikan terakhir : S1
Pekerjaan : Mahasiswi teknik elektro semester 1
Alamat : Jl. Malengkeri 1, Makassar

Pasien datang ke poli RSKD Dadi pada tanggal 20 Maret 2021 diantar oleh ibunya.

Alloanamnesa
Nama : Ny. H
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan terakhir : SMP
Alamat : Jl. Malengkeri 1, Makassar
Hubungan dengan pasien : Ibu pasien

LAPORAN PSIKIATRIK

Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis, dan alloanamnesis (dari ibu pasien).

II. RIWAYAT PSIKIATRI:


A. Keluhan Utama
Sulit tidur
B. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Keluhan dan gejala
Pasien dibawa oleh keluarga ke RSKD karena sulit tidur. Keluhan dialami ±
2 bulan yang lalu.
Melalui Alloanamnesis dengan ibunya, pasien sulit tidur, terlihat
sedih, murung, menyendiri, tertutup, kurang bergaul, tidak bergairah dalam
melakukan aktifitas, kurang bergaul. Anaknya kurang nafsu makan dan
hanya beberapa suap saja, kurang tidur bahkan pasien pernah beberapa kali
berteriak pada malam hari dan terlihat tertekan dan mengatakan
mengecewakan kedua orang tuanya dan merasa selama ini dan hal ini selalu
dipikirkan sehingga membuat pasien selalu merasa pusing. Ibunya
mengatakan anaknya mempuanyai ambisi yang tinggi dan selalu
mempunyai target besar karena ingin membahagiakan orang tuanya.
Melalui Autoanamnesis, pasien merasa sulit tidur terutama pada
malam hari, tertekan dan ketakutan, keluhan dialami lebih kurang 2 bulan
yang lalu, pasien merasa minder terutama dikampus, sulit berkonsentrasi
sehingga takut nilai akademisnya jelek, tidak bergairah dalam melakukan
segala hal, kebingungan, bahkan sering lupa dimana pada apa saja yang
baru dilakukan, sering merasa sedih dan tertekan, dan dialaminya terus
menerus dan menjadi beban. Pasien mengatakan kalau sebelumnya dia
pribadi yang biasa saja, mudah bergaul, sering berinteraksi dengan keluarga
dan juga tetangga kadang menceritakan masalahnya kepada temannya
kadang juga dipendam sendiri. Pasien merasa bersalah pada orang tuanya
karena merasa belum bisa membahagiakan orang tuanya dan belum bisa
melakukan yang terbaik hingga saat ini dan hal ini membuatnya stress,
pasien mengatakan ingin menangis namun seperti tidak bisa lagi menangis,
merasa putus asa dan pernah ada keinginan mengakhiri hidupnya karena
bingung apa yang akan dia lakukan selanjutnya sekitar 1 bulan yang lalu,
namun takut dosa dan masuk neraka, pasien tidak pernah merasa bahagia
berlebihan sebelumnya, pasien tidak pernah dibully disekolahnya. Pasien
tidak pernah mendengar bisikan, melihat bayangan, merasa ada yang
mengendalikan pikirannya. Pasien juga tidak pernah merasa bahagia
berlebihan sebelumnya.
2. Hendaya dan disfungsi
Hendaya sosial (+)
Hendaya pekerjaan (+)
Hendaya gangguan waktu senggang (+)
3. Faktor stress psikososial
Merasa belum melakukan yang terbaik, memikirkan hal-hal yang belum
terjadi, dan menargetkan segala hal yang menjadi beban pikiran.
4. Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat fisik dan psikis sebelumnya
Infeksi tidak ada, Trauma tidak ada, kejang tidak ada, NAPZA tidak ada.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya.
1. Riwayat Penyakit Dahulu
Trauma (-), Kejang(-), Infeksi (-).
2. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien tidak pernah minum alcohol, merokok dan minum obat-obat
terlarang.
3. Riwayat Pengobatan Sebelumnya
Tidak ada.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal (0-1 tahun)
Pasien lahir normal di rumah sakit dibantu oleh dokter dan dukun.
Lahir cukup bulan dan tidak ada cacat lahir , berat badan lahir tidak
diketahui. ASI sampai umur 2 tahun.
2. Riwayat Masa Kanak Awal ( sejak lahir hingga usia 1-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien pada masa anak-anak awal
sesuai dengan perkembangan anak seusianya. Tidak ada perilaku yang
menonjol.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan ( usia 4-11 tahun)
Pada usia 6 tahun pasien masuk SD Selama sekolah pasien termasuk
anak yang pintar dan juara kelas dan memiliki pergaulan yang baik dengan
teman sebayanya.
4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja ( usia 12-18 tahun)
Pasien pernah menjadi juara kelas saat SMP, Pasien melanjutkan
sekolah sampai tamat SMA, prestasi biasa saja. Hubungan dengan teman
sebaya baik, namun pasien dikenal sebagai pribadi yang tertutup dan tidak
senang bergaul.
5. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pekerjaan : Mahasiswi teknik elektro semester 1
b. Riwayat Pernikahan : Pasien belum menikah
c. Riwayat Agama : Pasien beragama Islam dan menjalankan kewajiban
agama dengan cukup baik.
6. Riwayat Kehidupan Keluarga
Pasien anak pertama dari dua bersaudara (♀,♂), Hubungan dengan
keluarga baik, riwayat keluarga yang memiliki keluhan yang samatidak
ada.
7. Situasi Sekarang
Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan adiknya.
8. Persepsi Pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien merasa bahwa dirinya sakit dan memerlukan pengobatan (tilikan
6).
III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum:
1. Penampilan
Pasien seorang perempuan, berusia 19 tahun, kelihatan murung, perawakan
fisik sesuai usianya, postur tubuh tidak terlalu tinggi dan kurus, berkulit
sawo matang. Pada saat wawancara pasien mengenakan jilbab hitam, baju
kaos coklat, celana kain panjang hitam, Kebersihan dan perawatan diri
cukup, berpakaian sederhana.
2. Kesadaran
Baik
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Pasien tenang, kontak mata dengan pemeriksa cukup.
4. Pembicaraan
Spontan, lancar, intonasi pelan.
5. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif

B. Keadaan Afektif (Mood), Perasaan, Empati, dan Perhatian

1. Mood : Sedih
2. Afek : Appropriate → Depresi
3. Empati : Dapat dirabarasakan

C. Fungsi Intelektual (Kognitif)

1. Taraf pendidikan:
Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan taraf pendidikan.
2. Daya konsentrasi : Terganggu
3. Orientasi
 Tempat : baik
 Waktu : Baik
 Orang : Baik
4. Daya Ingatan
 Jangka panjang : Baik
 Jangka pendek :Baik
 Jangka segera : Baik
5. Pikiran Abstrak : Baik
6. Bakat Kreatif : Tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik

D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Tidak ada
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada

E. Proses Berpikir
1. Arus pikiran
 Produktivitas : Cukup
 Kontinuitas : Relevan dan koheren
 Hendaya berhasa : Tidak ada

2. Isi Pikiran
 Preokupasi : Tidak ada
 Gangguan isi pikiran : Tidak ada
F. Pengendalian impuls : Tidak terganggu

G. Daya Nilai
1. Normo Sosial : Tidak terganggu
2. Uji Daya Nilai : Tidak terganggu
3. Penilaian Realitas : Tidak terganggu

H. Tilikan (Insight)
Derajat 6 (Pasien merasa bahawa dirinya sakit dan membutuhkan
pertolongan).

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


1. Status Internus
a. Keadaan umum : Sakit Ringan
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda vital
- Tekanan Darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 83 x/menit
- Suhu : 36,8oC
- Pernapasan : 20 x/menit
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, jantung, paru dan abdomen
dalam batas normal, ekstremitas atas dan bawah tidak ditemukan kelainan.
2. Status Neurologi
a. GCS : E4M6V5
b. Rangsang meningeal : Tidak dilakukan
c. Tanda ekstrapiramidal
- Tremor tangan : tidak ada
- Cara berjalan : baik
- Keseimbangan : baik
d. Sistem saraf motorik dan sensorik tidak terganggu
e. Pupil bulat isokor diameter ODS 2,5mm / 2,5 mm
f. Refleks cahaya +/+
g. Kesan : Normal

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Pasien dibawa ke poliklinis RSKD untuk pertama kalinya dengan keluhan


merasa sulit tidur yang dialami ± 2 bulan yang lalu, menurut keluarga, pasien
terlihat sedih, murung, tertutup, kurang bergaul, tidak bersemangat, kuarang
nafsu makan, kurang tidur. Pasien sering menyalahkan diri sendiri.
Dari hasil autoanamnesi, pasien merasa minder, kebingungan, sulit
konsentrasi, tertutup, putus asa dan pernah berpikir untuk mengahiri hidupnya
kira-kira 1 bulan yang lalu, pasien merasa bersalah dan kecewa pada dirinya
karena merasa belum melakukan yang terbaik, belum bisa membalas kebaikan
orang tuanya dan belum bisa membahagiakan kedua orang tuanya. Sebelum
sakit pasien mengatakan kalau dia pribadi yang biasa saja, mudah bergaul,
sering berinteraksi dengan keluarga dan juga tetangga.
Dalam pemeriksaan status mental didapatkan pasien berpenampilan
fisik sesuai usianya, postur tubuh tidak terlalu tinggi dan kurus, berkulit sawo
matang. kelihatan murung, pada saat wawancara pasien mengenakan jilbab
hitam, baju kaos coklat, celana kain panjang hitam, kebersihan dan perawatan
diri cukup, berpakaian sederhana, kesadaran baik, perilaku dan aktivitas
psikomotor tenang, pembicaraan spontan, lancar dengan intonasi pelan, sikap
terhadap pemeriksa kooperatif, mood sedih, afek appropriate (depresi), empati
dapat dirabarasakan, fungsi intelektual sesuai taraf pendidikan, konsentrasi
baik, orientasi baik, daya ingat baik, pikiran abstrak baik, bakat kreatif tidak
ada, kemampuan menolong diri sendiri baik, produktivitas cukup, kontinuitas
relevan dan koheren, tidak terdapat gangguan persepsi. pengendalian impuls
dan daya nilai baik, tilikan derajat 6 dengan taraf dapat dipercaya.
pemeriksaan fisik dan neurologis tidak ditemukan kelainan.
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL
1. Aksis I
Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan  status mental, didapatkan gejala
klinis yang bermakna, Mood yang depresif, Anhedonia, Anenergi, Tidur
terganggu Nafsu makan berkurang, perrnah berpikir ingin bunuh diri,
Konsentrasi, perhatian berkurang, putus asa, minder, serta terdapat hendaya
social, pekerjaan dan waktu senggang, sehingga pasien dapat disimpulkan
mengalami gangguan jiwa. Pada pemeriksaan status mental tidak ditemukan
hendaya berat dalam menilai realita, sehingga didiagnosis gangguan jiwa
non psikotik.
Pada pemeriksaan status  internus dan neurologi tidak ditemukan adanya
kelainan , sehingga gangguan mental organik dapat disingkirkan sehingga
dapat didiagnosis gangguan jiwa non psikotik non organik.
Dari autoanamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan tiga gejala
utama depresi yang dialami sejak 2 bulan  berupa kehilangan minat dan
kegembiraan, mudah lelah, dan afek depresif, disertai gejala tambahan berupa
sulit berkonsentrasi, kepercayaan diri berkurang, pandangan masa depan yang
suram dan pesimis, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, tidur
terganggu, gagasan membahayakan diri sendiri, serta nafsu makan berkurang
sehingga berdasarkan PPDGJ III dapat didiagnosis sebagai Episode depresif
berat tanpa gejala psikotik (F32-2).
2. Aksis II
Ciri kepribadian tidak khas. Tidak ada retardasi mental.

3. Aksis III
Tidak ada diagnosa
4. Aksis IV : Masalah dengan pendidikan dan pandangan hidup.
5. Aksis V : GAF Scale (Global Assesment Functioning) Scale 60-51 ( Gejala
sedang, moderate, disability sedang).

VII. DAFTAR PROBLEM

A. Organobiologik :
Tidak terdapat kelainan yang spesifik, namun diduga terdapat
ketidakseimbangan antara neurotransmitter maka pasien memerlukan
farmakoterapi.
B. Psikologi :
Ditemukan adanya gejala depresi sehingga pasien memerlukan psikoterapi
untuk menghilangkan masalah.
C. Sosiologik :
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan, dan penggunaan
waktu senggang sehingga pasien memerlukan sosioterapi.

VIII. PENGOBATAN

A. Farmakoterapi:
1. Amitriptilin 25 mg tab 3x1
Alprazolam tab 1 mg (0-0-1)

B. Psikoterapi dan konseling :


1. Ventilasi: Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan
keluhan dan isi hati serta perasaan sehingga pasien merasa lega.
2. Konseling: Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien agar
memahami penyakitnya dan bagaimana cara menghadapinya.
3. Sosioterapi: Memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien dan
orang-orang di sekitarnya. Sehingga dapat menerima dan menciptakan
suasana lingkungan yang mendukung.
IX. PROGNOSA
Dubia ad bonam

IX. FOLLOW UP
Pasien diminta untuk rutin datang kontrol dan pastikan pasien meminum obatnya.
Selain itu, memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit serta
efektivitas terapi dan efek samping dari obat yang diberikan.
BAB II
DISKUSI

1. Definisi Depresi
Depresi adalah perasaan sedih, ketidakberdayaan dan pesimis yang berhubungan
dengan suatu penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan kepada diri
sendiri atau perasaan marah yang dalam. Depresi merupakan kondisi emosional
yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang amat sangat mendalam, perasaan
tidak berarti dan bersalah, menarik diri dari orang lain dan tidak dapat tidur,
kehilangan selera makan, hasrat seksual dan minat serta kesenangan dalam
aktivitas yang biasa dilakukan.

Depresi merupakan gangguan suasana hati atau mood yang dalam edisi DSM
(Dignostic and Statistical Manual of Mental Disorders) yang dikenal sebagai
gangguan. Depresif adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam
perasaan (affective/mood disorder), yang diatandai dengan kemurungan,
kelesuan, ketidak gairahan hidup, perasaan tidak berguna, dan putus asa afektif
(Kaplan & Sadock, 2010).

2. Tingkat Depresi

Kriteria diagnostik untuk tingkat gangguan depresi mayor menurut DSM-V


dibagi dua yaitu gangguan depresi mayor dengan psikotik dan nonpsikotik serta
gangguan mayor dalam remisi parsial dan gangguan parsial dalam revisi penuh.

Gangguan depresi mayor meliputi gangguan depresi ringan, sedang dan berat
tanpa ciri psikotik yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Ringan, jika ada beberapa gejala yang melebihi dari yang diperlukan untuk
membuat diagnosis dan gejala hanya menyebabkan gangguan ringan dalam
fungsi pekerjaan atau dalam aktivitas yang biasa dilakukan.
2. Sedang, gangguan fungsional berada diantara ringan dan berat

3. Berat, tanpa ciri psikotik, beberapa gejala melabihi dari yang diperlukan untuk
membuat diagnosis dan gejala dengan jelas mengganggu fungsi pekerjaan atau
aktivitas sosial yang biasa dilakukan.

Berpedoman pada PPDGJ III dijelaskan bahwa, depresi digolongkan ke dalam


depresi berat, sedang dan ringan sesuai dengan banyak dan beratnya gejala serta
dampaknya terhadap fungsi kehidupan seseorang.

Gejala tersebut terdiri atas gejala utama dan gejala lainnya yaitu :

1. Ringan, sekurang-kurangnya harus ada dua dari tiga gejala depresi ditambah
dua dari gejala di atas ditambah dua dari gejala lainnya namun tidak boleh ada
gejala berat diantaranya. Lama periode depresi sekurang-kurangnya selama dua
minggu. Hanya sedikit kesulitan kegiatan sosial yang umum dilakukan.

2. Sedang, sekurang-kurangnya harus ada dua dari tiga gejala utama depresi
seperti pada episode depresi ringan ditambah tiga atau empat dari gejala lainnya.
Lama episode depresi minimum dua minggu serta menghadaapi kesulitan nyata
untuk meneruskan kegiatan sosial.

3. Berat, tanpa gejala psikotik yaitu semua tiga gejala utama harus ada ditambah
sekurang-kurangnya empat dari gejala lainnya. Lama episode sekurang-
kurangnya dua minggu akan tetapi apabila gejala sangat berat dan onset sangat
cepat maka dibenarkan untuk menegakkan diagnosa dalam kurun waktu dalam
dua minggu. Orang sangat tidak mungkin akan mampu meneruska kegiatan
sosialnya.

Faktor yang mempengaruhi depresi seperti psikodinamik, psikososial, dan


biologis semuanya berperan penting dalam pengendalian impuls (Kaplan &
Sadock, 2015).
3. Diagnosis

Berdasarkan PPDGJ III, kriteria diagnosis Episode Depresif Berat tanpa


Gejala Psikotik adalah sebagai berikut:

(a) Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat) :


1) Afek depresif,
2) Kehilangan minat dan kegembiraan,
3) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya
aktivitas.
(b) Gejala lainnya :
1) Konsentrasi dan perhatian berkurang
2) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
3) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
4) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
5) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
6) Tidur terganggu
7) Nafsu makan berkurang
(c) Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan
masa sekurang kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi
periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnyadan
berlangsung cepat.
(d) Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1), dan berat
(F32.2) hanya digunakan untuk episode depresif tunggal (yang pertama).
Episode depresif berikutnya harus diklarifikasi dibawah salah satu diagnosis
gangguan depresif berulang (F33.-)
Berdasarkan PPDGJ III, kriteria diagnosis Episode Depresif Berat tanpa
Gejala Psikotik (F32.2) adalah sebagai berikut:

a) Semua 3 gejala utama depresi harus ada


b) Ditambah sekurang – kurangnya 4 dari gejala lainnya , dan beberapa di
antarnya harus berintensitas berat.
c) Bila ada gejala penting ( misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang
mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk
melaporkan banyak gejala secara rinci.Dalam hal demikian, penilaian secara
menyeluruh terhadap episode depresif berat masih dapat dibenarkan.
d) Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang – kurangnya 2 minggu,
akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat , maka masih
dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2
minggu
e) Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
Berdasarkan alloanamnesis dan autoanamnesis didapatkan adanya
gejala klinis yang bermakna yaitu adanya mood yang menurun (sedih),
menurunnya minat pasien untuk melakukan pekerjaannya lagi dan kehilangan
energi. Gejala-gejala di atas berlangsung sejak lebih dari 2 minggu, maka dari
itu pasien didiagnosis Episode Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik
(F32.2).
LAMPIRAN

Alloanamnesis

DM : Dokter Muda KP : Keluarga Pasien

DM :Assalamualaikum ibu, perkenalkan diri saya dokter muda Riszki, boleh saya tau
siapa nama ibu?
KP :Nama saya H dok
DM : Pendidikan terakhir ta bu ?
KP : Tamat SMP dok
DM : Pekerjaan ta apa bu ?
KP :Ibu rumah tangga dok
DM : Apa hubungan ibu dengan Nn. SN ?
KP : Saya ibunya Nn. SN dok
DM : Keluhannya kita bawa anak ta ke sini kenapa?
KP : Sulit tidur ki dok, sering terlihat sedih, menyendiri, kurang bergaul,
tidak berghairah dalam melakukan aktivitas, dan kurang nafsu makan.
DM :Sudah berapa lama anak ta begitu bu?
KP : Kira-kira kurang lebih 2 bulan begitu dok
DM : Kita tau pa kapa kira-kira yang memicu Nn. SN jadi begitu bu?
KP : Yang saya tau dok dia begitu kalo lagi banyak pikiran, kayak dia belum
cukup berpuas hati terhadap pencapaian akademis nya di kuliah dok.
DM : Cuma itu faktor stressnya atau ada lagi?
KP : Setahu saya cuma itu dok
DM : Anak ta itu sebelum jadi begini/ sakit dia bagaimana?
KP : Sebelum 2 bulan terakhir ini dia bagus ji, pergaulannya bagus,tetap ceria dan
nafsu makannya bagus ji dok. Pokoknya biasa-biasa saja dok.
DM : Nn. SN pernah cerita sama kita ada dia dengar-dengar atau lihat yang
sebenarnya tidak ada?
KP : Setahu saya tidak ada yang begitu- begitu dok.
DM : Pernah nda Nn. SN memukul atau melukai orang lain?
KP : Tidak pernah dok.
DM :Nn. SN ini sudah menikah atau belum?
KP : Belum menikah dok.
DM : Dulu anak ta bagaimana lahirnya?
KP : Lahir normal ji dok di rumah sakit.
DM : Dia minum ASI bu?
KP : Iya dok minum ASI selama 2 tahun dok.
DM : Ada sakit-sakitnya Nn. SN waktu kecil ?
KP : Tidak ada dok.
DM : Nn. SN tinggal sama siapa sekarang?
KP : Sama saya, suami saya dan adiknya.
DM : Nn. SN ada merokok atau tidak bu?
KP : Tidak ada dok.
DM : Ada minum alkohol nda?
KP : Tidak dok.
DM : Obat- obatan ?
KP : Tidak ada dok.
DM : Pernah kecelakaan dengan kepala terbentur atau operasi kepala?
KP : Tidak pernah kecelakaan dok.
DM : Iya saya kira itu saja pertanyaannya ya bu, semoga informasi ini bermanfaat
buat Kesembuhan anak ta ya dan terima kasih atas kerjasamanya ya bu.
KP : Iya dok, sama- sama.
Autoanamnesis

(DM : dr Muda,P : Pasien)

DM : Tabe. Perkenalkan nama saya Riszki, saya dokter muda yang bertugas di
sini. Kalau boleh tahu siapa nama ta’ ?
P : SN dok.
DM : Datang ke sini dengan siapa ?
P : Dengan orang tua dok, Ibu
DM : Umur ta’ brp sekarang?
P : 19 tahun dok.
DM : Tinggal dimana dan bersama siapa?
P :Di Malengkeri dok, dengan orang tua
DM : Kalau boleh tau, apa keluhan ta’?
P : Sering ka merasa sulit tidur
DM : Sejak kapan itu kita merasa sulit tidur?
P : Sebenarnya sudah lama dok, sejak 2 bulan yang lalu, tetapi baru ka mau
terbuka sekarang sama ibu ku
DM : Sulit tidur kenapa ki?
P : Takut ka gagal dok
DM : Gagal dalam hal apa?
P : Gagal dalam ujian, kuliah ku dok, takutka kecewakan orang tua ku, selama
ini belum pa lakukan yang terbaik buat orang tua ku, ndk bisa pka balas
kebaikannya.
DM : Jadi siapa yang tekan ki?
P : Diriku sendiri ji.
DM : Dari ta kapan sudah memberat begini atau baru-baru pi?
P : dari dulu sy rasa dok,selalu ka terbebani, puncaknya waktu masuk kuliah ini
dok.
DM : Dari ta SD-SMA punya ki masalah atau pernah dibully sama teman-teman
ta?
P : Tidak pernah ji dok
DM : Sering ki keluar rumah jalan-jalan sama teman-teman ta?
P : Jarang, dirumah saja
DM : Kalau dirumah bikin apa sj, belajar terus ki?
P : Ndk belajar ka dok, bingung apa yang mau kulakukan, pusing ka apa yang
harus ku lakukan dulu, kaya merasa orang paling bodohka, kunci sj tidak sy
tau kusimpan dimana.
DM : Kalau nafsu makan bagus ji?
P : Sedikit ji makan ku, beberapa sendok sj.
DM : Kita kuliah dimana?
P : Teknik elektro UH Sem.1
DM : Masuk lewat jalur apa?
P : Jalur undangan melalui SMA
DM : Kalau boleh tau, apa cita-cita ta?
P : Mauka sukses dok, biar bisa ka bahagian orang tua ku
Dm : Itu kita piker terus?
P : Iya dok, kaya jadi beban kurasa
DM : Waktu SMA dapat peringkat berapa?
P : Tidak dapat peringkat
DM : Dari SD sampai SMA pernah dapat peringkat?
P : Pernah waktu SMP dapat peringkat 1 dikelas, tapi saya tidak kasi tau orang
tua ku, karena nanti dibilang sombong.
DM : Sering datang teman ta kerumah?
P : Sekali-kali ji datang dok
DM : Disekolah ta tipe orang pendiam ki?
P : sebelumnya biasa-biasa saja dok, sekarang2 pi baru pendiam dan minder dok
DM : Minder dalam hal apa?
P : Saya juga tidak tahu dok, stress ka juga ndk tau kenapa.
DM :Selama ini bagaimana perasaan ta’ tentang pencapaian selama ini?
P : Tidak puas ka dok,ibu saya sudah berikan yang terbaik buat saya, baru saya
begini.
DM : Kalau lagi kuliah ki, bisa jki konsetrasi waktu dosen mengajar?
P : Tidak mengerti sama sekali ka dok.
DM : Kalau direspon bisa ji jawab ?
P : Ndk bisa dok
DM : Kalau tidur bisa tidak?
P : Ndk tidur juga dok, karena selalu ka pikir hala-hal yang bahkan belum
terjadi, kalau ada juga btugas ku yang belum selesai, sering ka terbangun, tapi
tidak tau jug bagaimana mau selesaiakan tugas itu, jdi bingung Ka.
DM : Ada perasaam mau putus asa?
P : Iye dok (dengan ekpresi meringis), saya bingung mau lanjutkan hidupku
bagaimana
DM : Pernah ki berpikir untuk bunuh diri
P : Pernah dok, tapi taku ka dosa dan masuk neraka.
DM : Pernah kimerasa tida
DM : Ada perasaan ta kayak berat sekali jalani ini hari-hari ta’?
P : Iya dok, seperti 1 hari itu panjang sekali waktunya.
DM : Ndk pernah ki ajak teman ta untuk bercerita atau curhat?
P : Saya ndk suka curhat dok, saya pendam sendiri ji, ini juga baru-baru saya
cerita samaibuku.
DM : Pernah ki merasa tiba-tiba gembira tanpa sebab atau selalu ki sedih terus dari
dulu?
P : Susah saya mau ketawa dok, saya juga susah mau menagis, Waupun hati
saya rasa berat sekali.
DM : Pernah ki dengar bisikan-bisikan yang tidak didengar orang lain?
P : Tidak ji dok
DM : Kalau bunying atau bau-bauan?
P : tidak jijuga dok
DM : Baik. Saya rasa saya sudah cukup pertanyaannya. Saya berharap semoga
kondisinya semakin membaik. Terima kasih

P : Iya dok. Terima kasih banyak dok


DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical


Psychiatry, 11th Edition; 2015 Lippincott Williams & Wilkins.
2. Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disordes. 5th edition. Washington
D.C; American Psychiatric Associated, 2013
3. Maslim, R. (2019). Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III dan
DSM 5.

Anda mungkin juga menyukai