Klarifikasi istilah
1. Berdebar-debar
2.
Diabetes melitus
hiperglikemia,
akibat
gangguan
kerja
Nyeri dada
4.
5.
Sesak napas
Apeks
6.
Heaving
keduanya.
: rasa tidak nyaman pada daerah dada, dapat
berupa seperti tertekan, tertindih beban
berat, terbakar, tertusuk benda tajam.
: pernafasan yang sukar atau sesak.
: Ujung lancip suatu struktur kerucut;
puncak tubuh,organ atau bagian
: Rigth Ventricular Lift, gerakan naik turun
di daerah linea sternalis kiri yang
ditimbulkan
akibat
terdapat
Hipertrofi
Ventrikel Kanan.
: Interval antar costa dimana terdapat otot,
arteri, vena, dan saraf interkosta.
: Bunyi auskultasi, terutama periodik
berdurasi singkat dan berasal dari jantung
7.
SIC
8.
Murmur
9.
Gallop
10. Ronchi
diastolik.
: Bunyi koninyu seperti mengorok pada
tenggorokan atau tabung bronchial, terjadi
II.
Identifikasi Masalah
1. Tn. A 40 tahun, datang ke RS, dengan keluhan nyeri dada. Pada
anamnesis, tidak didapatkan sesak napas, lekas lelah maupun dada
berdebar-debar.
2.
3.
4.
5.
6.
III.
Analisis Masalah
1. Tn. A 40 tahun, datang ke RS, dengan keluhan nyeri dada. Pada
anamnesis, tidak didapatkan sesak napas, lekas lelah maupun dada
berdebar-debar.
a. Bagaiaman hubungan usia dan jenis kelamin terhadap keluhan Tn. A?
Telah dibuktikan adanya hubungan antara umur dan kematian
akibat PJK. Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur
35-44 tahun dan meningkat dengan bertambahnya umur. Juga
diadapatkan hubungan enters umur dan kadar kolesterol yaitu kadar
kolesterol total akan meningkat dengan bertambahnya umur. Di
Amerika Serikat kadar kolesterol pada laki-laki maupun perempuan
mulai meningkat pada umur 20 tahun. Pada laki-laki kadar kolesterol
akan meningkat sampai umur 50 tahun.
Selain itu, faktor penuaan berhubungan dengan integritas dan
elastisitas pembuluh darah sehingga memudahkan terjadinya disfungsi
endotel. Penuaan juga berhubungan dengan peningkatan stress oksidatif
yang juga mempengaruhi disfungsi endotel.
Laki-laki mempunyai risiko PJK 2-3x lebih besar daripada
perempuan. Pada beberapa perempuan pemakaian oral kontrasepsi dan
selama kehamilan akan meningkatkan kadar kolesterol. Pada wanita
hamil kadar kolesterolnya akan kembali normal 20 minggu setelah
melahirkan. Angka kematian pada laki-laki didapatkan lebih tinggi
daripada perempuan dimana ketinggalan waktu l0 tahun kebelakang
seperti terlihat pada gambar di bawah akan tetapi setelah menopause
hampir tidak didapatkan perbedaan dengan laki-laki. Perbedaan risiko
laki-laki dan perempuan sebelum menopause berhubungan dengan
kadar hormon estrogen. Hormon estrogen diketahui bersifat protektif
terhadap pembuluh darah.
biasanya
nyeri
yang
tumpul
seperti
rasa
tertindih/berat di dada, rasa desakan yang kuat dari dalam atau dari
bawah diafragma, seperti diremas-remas atau dada mau pecah. Tidak
jarang pasien mengatakan bahwa ia hanya merasa tidak enak di
dadanya.
Nyeri biasanya di dada, substernal atau sedikit di kirinya dengan
penjalaran ke leher, rahang, bahu kiri sampai dengan lengan dan jarijari bagian ulnar, punggung/pundak kiri.
Nyeri berhubungan dengan aktivitas, hilang dengan istirahat; tapi
tidak berhubungan dengan gerakan pernapasan atau gerakan dada ke
kiri dan ke kanan. Nyeri dapat juga dipresipitasi oleh stres fisik
ataupun emosional.
Kuantitas nyeri biasanya dari beberapa menit sampai kurang dari
20 menit. Bila lebih dari 20 menit dan berat makan dipertimbangkan
sebagai angina tak stabil (unstable angina).
Nyeri yang berlangsung terus menerus sepanjang hari, bahkan
sampai berhari-hari biasanya bukanlah nyeri angina pektoris.
Perikarditis
Kualitas nyeri dada pada perikarditis biasanya nyeri yang tajam,
retrosternal sebelah kiri, bertambah sakit bila bernapas batuk atau
menelan.
Infark miokard
o Infark miokard akut tanpa elevasi ST (NSTEMI)
Nyeri dada dengan lokasi khas substernal atau kadang di
epigastrium dengan ciri seperti diperas. Perasaan seperti diikat,
perasaan terbakar, nyeri tumpul, rasa penuh, berat atau tertekan.
tertentu
dapat
menambah
rasa
nyeri
yang
dan
pemeriksaan
gerakan
esofageal
dapat
10
dalam
arteria
koronaria,
sehingga
secara
progresif
11
Lumen
pembuluh darah
menyempit
Resistensi
terhadap aliran
darah
Penurunan
Infark
Nyeri dada
cardiac
e. Miokardium
Apa makna klinis tidak didapatnya sesak napas,
lekasoutput
lelah dan dada
berdebar-debar?
Untuk menyingkirkan DD infark miokard. Untuk membedakan
antara infark miokard dengan angina pectoris dilihat dari perekaman
EKG, gejala nyeri yang ditimbulkan pada infark miokard hampir sama
dengan angina pectoris prizmental. Lama nyeri berlangsung dari 35
sampai 45 menit atau lebih (terjadi dalm kurun waktu beberapa jam)
disertai dengan sesak nafas (dypsnea), diaporesis, gugup, nausea.
12
13
terjadinya
aterosklerosis,
PJK.
memicu
Merokok
mempermudah
trombogenesis
dan
terjadinya
vasokonstriksi,
dapat
meningkatkan
kadar
HDL kolesterol
dan
14
15
akan
meningkatkan
stres
oksidatif
akibat
Asam Lemak
bebas (FFA)
Stress Oksidatif
Aktivasi PKC
Aktivasi RAGE
Resistensi Insulin
16
NO
ET-1
AT-II
TF
PAI-1
NO
NF-kB
AP-1
Vasokonstriksi
Trombosis
Inflamasi
Hipertensi
Hiperkoagulasi
Kemokin (MCP-1)
VSMC
Aktivasi
Platelet
Sitokin ( IL-1)
Gambar Patofisiologi Komplikasi
Vaskular pada Penyandang
CAM (ICAM-1)
asam
lemak
bebas
akan
meningkatkan
sintesis
17
intensitas normal, normal splitting. Tidak ada murmur. Tidak ada gallop.
Tidak ada ronchi.
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas pemeriksaan fisik
thoraks di atas?
NORMAL SEMUA.
6. Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan laboratorium normal. Pemeriksaan tambahan ECG normal.
Pada foto thorax CTR= 0,49, vaskularisasi perifer normal, aorta tidak
menonjol, pinggang jantung normal. Apeks tidak bergeser ke lateral
bawah. Pemeriksaan exercise stress test (treadmill test) normal.
Pemeriksaan echocardiography menunjukan jantung dalam batas normal.
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas pemeriksaan
penunjang di atas?
NORMAL SEMUA.
18
fungsi
interventrikuler,
alat
pacu
pembesaran
jantung,
gangguan
ruangan-ruangan
konduksi
jantung,
IMA,
19
20
21
IV.
Hipotesis
Tn. A 40 tahun mengalami Angina Pectoris
1. Diagnosis banding
Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan keluhan nyeri dada
2.
22
23
dan Bicycle ergometer. Tes ini dianggap positif bila pada waktu
menjalani tes timbul rasa nyeri di dada dan gambaran EKG
menunjukkan depresi segmen ST lebih dari 1. mm. Resiko mendapat
kematian atau serangan infark dalam tes ini sekitar 1 : 1000.
Tes ini tidak dikerjakan pada beberapa keadaan, yaitu:
o Sebelumnya pernah ada kecurigaan riwayat infark miokard.
o Kemungkinan adanya angina tak stabil.
o Kegagalan jantung.
o Stenosis aorta.
Tes ini dihentikan kalau selama menjalani tes timbul:
o Hipotensi atau hipertensi
o Keluhan angina
o Aritmia
o Sesak napas
o Kelelahan berlebihan
Thalium Exercise Myocardial lmaging
Zat radioaktif Thalium merupakan zat yang mudah diserap oleh
jaringan miokard normal. Pada tes ini dilakukan penyuntikan
Thalium intravena pada waktu puncak tes. Kemudian dilakukan
scanning jantung segera dan setelah istirahat. Miokard yang iskemik
hanya mengandung sedikit Thalium dibanding miokard normal,
sehingga pada waktu menjalani tes di daerah iskemia akan tampak
cold spot dan cold spot ini akan menghilang dengan istirahat.
Apabila cold spot menetap sampai 4 jam, hal ini menunjukkan
adanya iskemia berat atau kemungkinan adanya infark miokard.
Indikasi pemeriksaan:
o Angina berat
o Angina pektoris tidak stabil
o Prinzmetal angina
o Kemungkinan penyempitan pembuluh darah utama kiri atau
adanya Three vessels disease.
o Angina atau infark pada penderita di bawah umur 40 tahun
3. Definisi
Angina pektoris adalah rasa tidak enak di dada sebagai akibat dari
suatu iskemik miokard tanpa adanya infark.
Angina pektoris adalah jenis nyeri dada yang perlu diperhatikan
karena merupakan petunjuk ke arah penyakit jantung koroner dan indikasi
untuk mengirim penderita ke Rumah Sakit guna pemeriksaan lebih lanjut.
24
5.
25
26
6.
Faktor risiko
Yang tidak dapat diubah
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Riwayat keluarga
d. Ras
Yang dapat diubah
Mayor :
a. Peningkatan lipid serum
b. Hipertensi
c. Merokok
d. Gangguan toleransi glukosa
e. Diet tinggi lemak jenuh,kolesterol dan kalor
Minor :
a. Gaya hidup yang kurang bergerak
b. Stress psikologik
c. Tipe kepribadian
27
7.
Klasifikasi
Klasifikasi angina berdasarkan pada klasifikasi CCS (Canadian
Cardiovascular Society) yakni:
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Kelas IV
28
dengan arterosklerosis.
Patofisiologi
Aterosklerosis merupakan suatu proses yang kompleks yang
dimulai dari pembentukan fatty streak hingga terbentuknya plak
aterosklerotik. Aterosklerosis diyakini berawal dari disfungsi pada endotel.
Endotel berfungsi menjaga homeostasis vaskular dengan menjaga
keseimbangan faktor vasoaktif, permeabelitas vaskular, adhesi, dan
intergritas vaskular (Forbes, 2013).
Lipoprotein yang beredar dalam sirkulasi darah akan masuk ke
dalam tunika intima dari endotel yang mengalami kerusakan dan terjadilah
akumulasi lemak. Di dalam tunika intima, LDL akan berikatan dengan
proteoglikans di matriks ekstraseluler sehingga akumulasi lipoprotein
tersebut terlindung dari antioksidan yang ada di dalam plasma. Kemudian
lipoprotein di dalam tunika intima teroksidasi dan menicu terjadinya reaksi
inflamasi. Pelepasan sitokin-sitokin dari endotel berupa interleukin-1 (IL1) dan TNF- akan merangsang migrasi leukosit (monosit dan limfosit) ke
dalam tunika intima. Monosit dari pembuluh darah akan masuk ke dalam
tunika intima dan berubah menjadi makrofag yang dapat memakan lipid.
Makrofag yang telah menelan lipid ini disebut foam cell atau lipid-laden
foam cell (Libby, 2008).
Apabila terjadi apoptosis pada banyak foam cell, maka akan
terbentuk necrotic core. Sitokin-sitokin proinflamasi seperti IL-1 dan
TNF- akan merangsang produksi growth factor seperti platelet-derived
growth factor (PDGF) dan fibroblast growth factor. Produksi growth
factor dan sitokin ini memicu terjadinya proliferasi jaringan fibroblas oleh
matriks ekstraseluler dan proliferasi sel otot polos pembuluh darah (Libby,
2008).
Apabila terjadi gangguan fisik pada plak aterosklerotik, maka
dapat terjadi ruptur plak. Ruptur ini dapat menyebabkan faktor koagulasi
yang ada di dalam lumen pembuluh darah mengalami kontak dengan
kolagen trombogenik sehingga dapat terbentuk trombus. Trombus yang
besar dapat menyumbat keseluruhan lumen pembuluh darah sehingga
29
terjadi gangguan aliran darah. Bila proses ini terjadi di dalam pembuluh
darah koroner, maka aliran darah ke otot jantung akan terganggu dan
menyebabkan iskemia hingga kematian otot jantung (infark miokard)
(Libby, 2008).
Sebagian besar SKA adalah manifestasi akut dari plak ateroma
pembuluh darah koroner yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan dengan
perubahan komposisi plak dan penipisan tudung fibrus yang menutupi
plak tersebut. Kejadian ini akan diikuti oleh proses agregasi trombosit dan
aktivasi jalur koagulasi. Terbentuklah trombus yang kaya trombosit (white
thrombus). Trombus ini akan menyumbat liang pembuluh darah koroner,
baik secara total maupun parsial; atau menjadi mikroemboli yang
menyumbat pembuluh koroner yang lebih distal. Selain itu terjadi
pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan vasokonstriksi sehingga
memperberat gangguan aliran darah koroner. Berkurangnya aliran darah
koroner menyebabkan iskemia miokardium. Pasokan oksigen yang
berhenti selama kurang-lebih 20 menit menyebabkan miokardium
9.
angina
EKG: Deviasi segment ST depresi atau elevasi.
c. Angina variant.
30
31
32
33
34
12. Prognosis
Dubia ad bonam.
13. SKDI
3B. Gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau
mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan dokter
mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien
selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali
dari rujukan.
35
V.
Learning Issue
1. Angina Pectoris
a. Pengertian
Angina pectoris ialah suatu sindrom klinis berupa serangan nyeri
dada yang khas, yaitu seperti rasa ditekan atau terasa berat di dada yang
sering menjalar ke lengan kiri. Nyeri dada tersebut biasanya timbul
pada saat melakukan aktivitas dan segera hilang bila aktivitas
dihentikan. Merupakan kompleks gejala tanpa kelainan morfologik
permanen miokardium yang disebabkan oleh insufisiensi relatif yang
sementara di pembuluh darah koroner.
b. Patofisiologi
Mekanisme timbulnya angina
ketidakadekuatansuplai
oksigen
ke
pektoris
sel-sel
didasarkan
pada
miokardium
yang
36
pH miokardium
dan
menimbulkan
nyeri.
Apabila
demikian,
angina
pektoris
merupakan
suatu
keadaan
pasokan
menyebabkankerusakan
miokardial
darah)
jantung.
pada
otot
Penyebab
jantung
utama
dari
sehingga
iskemi
37
hingga
alphaadrenergik
kini
yang
belum
diketahui,
berlebihan
kemungkinan
(Histamin,
tonus
Katekolamin
38
39
menunjukkan pembesaran
ventrikel
kiri pada
pasien
lipid
darah
seperti
kolesterol,
HDL,
LDL,
40
g. Penatalaksanaan
Terapi non-farmakologis
Terapi non farmakologis dapat dilakukan dengan mengontrol
emosi, mengurangikerja yang berat dimana membutuhkan banyak
oksigen
dalam
aktivitasnya,
mengurangikonsumsi
makanan
artery
bypass
grafting
(CABG)
dan
percutaneous
pengobatanangina
pectoris.
Mekanisme
kerja
obat
menyebabkan
penurunan
aliran
darah
balik
41
memperbaiki
perfusi
subendokard.
Vasodilatasi
keadaan-keadaan
inisebaiknya
dipilih
nifedipin),
42
dengan
ca-antagonis
diberikan
sekaligus
pada
permulaan pengobatan.
2. Pada penderita yang tetap tidak stabil dengan pemberian beta-
2.
43
a. Sirkulasi koroner
Efisiensi jantung sebagai pompa tergantung dari nutrisi dan
oksigenasi otot jantung. Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan
jantung, membawa oksigen dan nutrisi ke miokardium melalui cabangcabang intramiokardial yang kecil-kecil.
Arteria koronaria Arteria koronaria adalah cabang pertama dari
sirkulasi sistemik. Muara arteria koronaria ini terdapat di dalam sinus
valsava dalam aorta, tepat di atas katup aorta. Sirkulasi koroner terdiri
dari: arteria koronaria kanan dan kiri. Arteria koronaria kiri mempunyai
dua cabang besar, arteria desendens anterior kiri dan arteria
sirkumfleksa kiri.
Setiap pembuluh utama mencabangkan pembuluh epikardial dan
intramiokardial yang khas. Arteria desendens anterior kiri membentuk
44
45
46
terjebak
dan
akan
tetap
berada
di
dalam
jaringan
47
sel yang hilang ini, platelet akan melekat dan akan terjadi
pengeluaran faktor-faktor yang akan menyebabkan perkembangan
dari lesi.
Heparinase, merupakan salah satu enzim yang memecah heparin
sulfat (sebuah polisakarida pada matriks ekstraselular) yang
menghambat migrasi dan proliferasi dari sel otot polos. Kombinasi
dari penurunan kadar heparin dan kurangnya PGI2 dan EDRF-NO
karena sel endothelial yang luka menyebabkan sel otot polos berubah
dari sel yang dapat berkontraksi menjadi sel tidak dapat berkontraksi
lagi sehingga terjadi pengeluaran sekresi enzim-enzim pada matriks
ekstraselular, yang membuat mereka dapat bermigrasi ke dalam
intima dan berproliferasi. Migrasi sel otot polos ke dalam intima
dibantu oleh PDGF yang mengalami mitosis.
Tahap III Plak yang mengalami komplikasi
Tahap ke 3 ini terdapat dalam jumlah banyak dengan
meningkatnya umur. Bagian inti dari plak yang mengalami
komplikasi ini akan bertambah besar dan dapat mengalami
perkapuran. Ulserasi dan perdarahan menyebabkan trombosis,
pembentukan aneurisma, dan diseksi dari dinding pembuluh darah
yang menimbulkan gejala penyakit.
Faktor-faktor yang menyebabkan pecahnya plak adalah adanya
aliran turbulensi atau mekanisme stress peregangan, perdarahan
intraplak karena rupturnya vasa vasorum, peningkatan stress pada
dinding sirkumferensial dinding arteri pada penutup fibrotik karena
adanya penimbunan lipid, dan adanya pengeluaran enzim-enzim
yang dikeluarkan oleh makrofag untuk memecah matriks.
Sejalan dengan pecahnya plak maka proses lainnya seperti
thrombosis, adhesi platelet, agregasi platelet dan koagulasi akan
terjadi. Koagulasi akan dimulai oleh karena bercampurnya darah
dengan kolagen di dalam plak dan faktor jaringan tromboplastin
yang diproduksi oleh sel endothelial dan makrofag di dalam lesi
fibrotik. Faktor jaringan akan membuat faktor VII mengaktifkan
faktor X, yang akan mengkatalisasi konversi dari protrombin
48
trombolisis
karena
dengan
adanya
lipoprotein
menghambat
konversi
yang
dari
49
50
d. Diagnosis
Pengumpulan
keterangan
dilakukan
melalui
anamnesa
untuk
mengetahui kelainan jantung lain yang mungkin ada. Hal ini dilakukan
terutama dengan menggunakan stetoskop. Terdapat banyak jenis
penyakit jantung dan pembuluh darah. Diantara yang sering dijumpai
adalah penyakit arteri koroner, gagal jantung, penyakit jantung bawaan,
penyakit jantung rematik, hipertensi dan lain-lain. Untuk mengetahui
penyakit tersebut maka dilakukan pemeriksaan di antaranya sebagai
51
52
3.
Umur.
Gender.
Keturunan (termasuk ras).
Faktor risiko mayor yang dapat diubah (modifiable) :
Merokok.
Tinggi kolesterol dalam darah.
Hipertensi.
Kurang aktifitas fisik.
Obesitas dan berat badan lebih.
Diabetes.
Faktor lainnya yang dapat menyebabkan PJK :
Stress
Alkohol
Diet dan nutrisi.
Pemeriksaan fisik jantung
a. Inspeksi
Dilakukan inspeksi pada prekordial penderita yang berbaring
terlentang atau dalam posisi sedikit dekubitus lateral kiri karena apek
kadang sulit ditemukan misalnya pada stenosis mitral. dan pemeriksa
berdiri disebelah kanan penderita.
Memperhatikan bentuk prekordial apakah normal, mengalami
depresi atau ada penonjolan asimetris yang disebabkan pembesaran
jantung sejak kecil. Hipertropi dan dilatasi ventrikel kiri dan kanan
dapat terjadi akibat kelainan kongenital.
Garis anatomis pada permukaan badan yang penting dalam
melakukan pemeriksaan dada adalah :
Garis tengah sternal (mid sternal line/MSL)
Garis tengah klavikula (mid clavicular line/MCL)
Garis anterior aksilar (anterior axillary line/AAL)
Garis parasternal kiri dan kanan (para sternal line/PSL)
Mencari pungtum maksimum, Inspirasi dalam
dapat
53
kembar
terdapat
pada
aneurisme
apikal
atau
pada
54
Area dibawah iga ke III/IV medial dari impuls apikal dekat garis
sternal kiri, normal tidak ada pulsasi. Bila ada pulsasi pada area ini,
kemungkinan disebabkan oleh kelebihan beban sistolik ventrikel
kanan, misalnya pada stenosis pulmonal atau hipertensi pulmonal.
Pulsasi yang kuat di daerah epigastrium dibawah prosesus sifoideus
menunjukkan kemungkinan adanya hipertropi dan dilatasi ventrikel
kanan. Pulsasi abnormal diatas iga ke III kanan menunjukkan
kemungkinan adanya aneurisma aorta asendens. Pulsasi sistolik pada
interkostal II sebelah kiri pada batas sternum menunjukkan adanya
dilatasi arteri pulmonal.
Getar jantung ( Cardiac Trill)
Getar jantung ialah terabanya getaran yang diakibatkan oleh desir
aliran darah. Bising jantung adalah desiaran yang terdengar karena
aliran darah. Getar jantung di daerah prekordial adalah getaran atau
vibrasi yang teraba di daerah prekordial. Getar sistolik (systolic
thrill) timbul pada fase sistolik dan teraba bertepatan dengan
terabanya impuls apikal. Getar diastolic (diastolic thrill) timbul pada
fase diastolik dan teraba sesudah impuls apikal.
Getar sistolik yang panjang pada area mitral yang melebar ke
lateral menunjukkan insufisiensi katup mitral. Getar sistolik yang
pendek dengan lokasi di daerh mitral dan bersambung kearah aorta
menunjukkan adanya stenosis katup aorta. Getar diastolik yang
pendek di daerah apeks menunjukkan adanya stenosis mitral. Getar
sistolik yang panjang pada area trikuspid menunjukkan adanya
insufisiensi tricuspid. Getar sistolik pada area aorta pada lokasi
didaerah cekungan suprasternal dan daerah karotis menunjukkan
adanya stenosis katup aorta, sedangkan getar diastolik di daerah
tersebut menunjukkan adanya insufisiensi aorta yang berat, biasanya
getar tersebut lebih keras teraba pada waktu ekspirasi. Getar sistolik
pada area pulmonal menunjukkan adanya stenosis katup pulmonal.
Pada gagal jantung kanan getar sistolik pada spatium interkostal ke 3
atau ke 4 linea para sternalis kiri.
55
c. Perkusi jantung
Batas atau tepi kiri pekak jantung yang normal terletak pada ruang
interkostal III/IV pada garis parasternal kiri pekak jantung relatif dan
pekak jantung absolut perlu dicari untuk menentukan gambaran
besarnya jantung.
Pada kardiomegali, batas pekak jantung melebar kekiri dan ke
kanan. Dilatasi ventrikel kiri menyebabkan apeks kordis bergeser ke
lateral-bawah. Pinggang jantung merupakan batas pekak jantung pada
RSI III pada garis parasternal kiri.
Kardiomegali dapat dijumpai pada atlit, gagal jantung, hipertensi,
penyakit
jantung
koroner,
infark
miokard
akut,
perikarditis,
56
BJ
II,
BJ
III,
BJ
IV
57
aorta
yang
baru
tertutup
rapat.
58
59
endokarditis
infektif,
angina
pectoris,
stenosis
60
61
62
VI.
Kerangka Konsep
Tn. A Nyeri Dada
Merokok
Olahraga
Laki-laki
2 bungkus/hari
kurang
40 tahun
DM
Angina Pectoris
VII.
Kesimpulan
Tn. A 40 tahun mengalami nyeri dada et causa Angina Pectoris.
Riwayat
keluarga PJK
63
Daftar Pustaka
ACSM. 2011. ACSM Issues New Recommendations on Quantitiy and
Quality
of
Exercise.
http://www.acsm.org/about-acsm/media-
Disease:
The
Current
State
http://www.medscape.org/viewarticle/562790_2.
of
Diakses
Knowledge.
pada
12
Oktober 2015.
Libby, P., R.O Bonow, D.L Mann, and Z.P Zipes. 2007. Braunwald's Heart
Disease: A Textbook of Cardiovascular Medicine, 8th ed. Saunders
Elsevier, Philadelphia, USA.
Moehadsjah, O. K. dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Jilid I.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Perki. 2015. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Perhimpunan
Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia.
64
Pektoris
(Nyeri
Dada).
(online)