Angina Pektoris Tidak Stabil dan Hipertensi Grade 2
Eirene Megahwati Paembonan 102012082 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6 Kebun Jeruk, Jakarta Barat Email: eirenepaembonan@ymail.com Pendahuluan Penyakit jantung sering dianggap sebagai penyakit monopoli orang tua. Dulu memang penyakit tersebut diderita oleh orang tua terutama yang berusia 60 tahun ke atas, karena usia juga merupakan salah satu faktor risiko terkena penyakit jantung dan stroke. Namun sekarang ini ada kecenderungan juga diderita oleh pasien di bawah usia 40 tahun. Hal ini terjadi karena adanya perubahan gaya hidup, terutama pada orang muda perkotaan modern. Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah diperoleh, negara berkembang dapat segera meniru kebiasaan negara barat yang dianggap cermin pola hidup modern. Sejumlah perilaku seperti mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) yang mengandung kadar lemak jenuh tinggi, kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolahraga, dan stress, telah menjadi gaya hidup manusia terutama di perkotaan. Padahal kesemua perilaku tersebut dapat merupakan faktor-faktor penyebab penyakit jantung dan stroke. Dalam makalah ini akan dibahas tentang nyeri dada yang biasa menjadi gejala dari penyakit jantung dan stroke. Akan dibahas cara mengetahuinya, proses terjadinya dan bagaimana menghadapinya. Akan dibahas pula tentang hipertensi yang merupakan salah satu faktor pemberat dari nyeri dada pada penyakit jantung dan stroke. Kasus Seorang laki-laki usia 60 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan nyeri dada kiri yang dirasakan terus menerus sejak 40 menit yang lalu. Nyeri terasa seperti tertimpa beban berat di bagian tengah dan disertai keringat dingin. Pasien juga mengeluh perutnya terasa mual sejak nyeri timbul. Pada riwayat penyakit sebelumnya diketahui pasien memiliki riwayat darah tinggi dan seorang perokok sejak 20 tahun terakhir.
2
Anamnesis 1
Dalam anamnesis ada beberapa hal yang dapat ditanyakan yaitu sebagai berikut: 1. Identitas pasien : nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pendidikan pekerjaan, suku bangsa dan agama. 2. Keluhan utama dan riwayat penyakit sekarang: tanyakan secara terinci mengenai nyeri dada dan gejala lain. Sifat : rasa seperti diikat, ditindih, diremas atau rasa menusuk dan terbakar. Lokasi: bermula dibagian tengah dada daerah sternum, substernal atau dada sebelah kiri dan menjalar ke lengan, epigastrium, rahang atau punggung. Pemicu : aktifitas atau emosi. Lama nyeri (onset): berlangsung lebih lama pada aktivitas minimal atau tanpa aktivitas yaitu istirahat (lebih dari 15 menit). Keluhan penyerta: biasanya disertai sesak napas, pembengkakan, mual, muntah, berkeringat dan cemas. 3. Riwayat penyakit dahulu: Adakah riwayat angina, miokard infark, atau gangguan jantung lainnya? Adakah riwayat diabetes mellitus? 4. Riwayat penggunaan obat: Apakah nyeri berkurang setelah makan obat? Apakah pasien memiliki alergi terhadap aspirin atau obat lainnya? 5. Riwayat keluarga: Adakah riwayat penyakit jantung atau kematian mendadak dalam keluarga? Adakah riwayat nyeri dada dengan sebab lain dalam keluarga? Adakah yang menderita hipertensi dalam keluarga? 6. Riwayat pribadi dan sosial: Bagaimana pola makan, diet, minum alkohol, merokok, aktivitas olahraga pada pasien? Apa pekerjaan pasien dan apakah nyeri menganggu kehidupan/ pekerjaannya?
Diagnosa angina pectoris terutama didapatkan dari anamnesa mengenai riwayat penyakit, karena diagnosa pada angina sering kali berdasarkan adanya keluhan sakit dada yang mempunyai ciri khas sebagai berikut: 2 3
Lokasinya biasanya di dada, substernal, atau sedikit di kirinya, dengan penjalaran ke leher, rahang, bahu kiri sampai dengan lengan dan jari-jari bagian ulnar, punggung/pundak kiri. Kualitas nyeri biasanya merupakan nyeri yang tumpul seperti rasa tertindih/berat di dada, rasa desakan yang kuat dari dalam atau dari bawah diafragma, seperti diremas-remas atau dada mau pecah dan biasanya pada keadaan yang berat disertai keringat dingin dan sesak napas serta perasaan takut mati. Biasanya bukanlah nyeri yang tajam, seperti rasa ditusuk- tusuk/diiris sembilu, dan bukan pula mulas. Tidak jarang pasien mengatakan bahwa ia hanya merasa tidak enak di dadanya. Nyeri berhubungan dengan aktivitas, hilang dengan istirahat, tapi tak berhubungan dengan gerakan pernapasan atau gerakan dada ke kiri dan kanan. Nyeri juga dapat dipresipitasi oleh stress fisik ataupun emosional. Kuantitas: nyeri yang pertama sekali timbul biasanya agak nyata, dari beberapa menit sampai kurang dari 20 menit. Bila lebih dari 20 menit dan berat maka harus dipertimbangkan sebagai angina tidak stabil (Unstable Angina Pectoris=UAP) sehingga dimasukkan ke dalam sindrom coroner akut (Acute Coronary Syndrome=ACS) yang memerlukan perawatan khusus. Nyeri tidak terus menerus tapi hilang timbul dengan intensitas yang makin bertambah atau makin berkurang sampai terkontrol.
Pemeriksaan fisik 1 Pada pasien penyakit jantung, dilakukan pengamatan keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan denyut arteri, pemeriksaan tekanan vena jugularis dan pemeriksaan jantung lengkap (inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi). o Pengamatan keadaan umum Lihat keadaan umum pasien, apakah sehat/sakit, apakah terlihat sesak atau nyaman saat istirahat. o Pengamatan tanda-tanda vital Pemeriksaan yang dilakukan antara lain mengukur suhu tubuh pasien, menghitung frekuensi nadi dan pernapasan, dan mengukur tekanan darah pasien pada kedua lengan. o Lakukan inspeksi: Bentuk thorax, simetris kanan dan kiri, ictus cordis. o Palpasi ictus cordis teraba, kuat angkat atau tidak. o Pemeriksaan Jugular Venous Pressure (JVP). 4
Gambar 1. JVP Diunduh dari http://www.epomedicine.com
Gambar 2. Pengukuran JVP Diunduh dari http://www.clinicalexams.co.uk
Gambar 3. Pengukuran arteri karotis Diunduh dari http://www.kalbemed.com
Dalam menilai tekanan vena jugularis, vena-vena servikalis membentuk manometer berisi darah yang berhubungan dengan atrium kanan dan oleh karena itu, dapat digunakan untuk mengukur tekanan rata-rata atrium kanan. Vena jugularis interna kanan harus di inspeksi dengan pasien berbaring pada bantal dengan sudut 45 o . Cari pulsasinya dan kenali pulsasi tertingginya. Dari titik pulsasi tertinggi ini, bentangkan sebuah benda atau kartu yang berbentuk persegi secara horizontal kemudian letakkan sebuah penggaris secara vertical pada angulus sterni sehingga terbentuk sudut 90 o
yang tepat. Ukur jarak vertical dalam satuan sentimeter di atas angulus sterni tempat benda yang dipegang horizontal itu menyilang penggaris. Jarak yang diukur ini adalah tekanan vena jugularis. Peningkatan tekanan mencurigai gagal jantung kanan, stenosis tricuspid.
Pemeriksaan denyut arteri carotis Ini dilakukan untuk menggambarkan fungsi jantung dan mendeteksi adanya stenosis atau insufisiensi katup aorta. Baringkan pasien dengan menaikkan bagian kepala 30 o , letakan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan, atau ibu jari tangan kiri pada arteri carotis pada 1/3 bawah dari leher dan rasakan adanya denyutan.
o Perkusi : batas paru jantung kanan, kiri, pinggang jantung, atas jantung. 5
Gambar 4. EKG Diunduh dari http://www.imgarcade.com
Gambar 5. Echocardiography Diunduh:http://www.healthcare.philips.co m o Auskultasi : katup pulmonal, aorta, apex cordis (katup mitral), katup trikuspidalis, heart rate, irama, suara jantung 1 dan 2, ada bising atau gallop.
Pemeriksaan Penunjang 1 1. Elektrokardiografi Pemeriksaan EKG sangat penting baik untuk diagnosis maupun stratifikasi resiko pasien angina tak stabil. Adanya depresi segmen ST yang baru menunjukkan kemungkinan adanya iskemia akut. Gelombang T negatif juga menunjukkan salah satu tanda iskemia atau NSTEMI. Perubahan gelombang ST kurang dari 0,5 mm dan gelombang T negatif kurang dari 2mm, tidak spesifik untuk iskemia dan dapat disebabkan karena hal lain. Pada angina tak stabil 4% mempunyai EKG normal, dan pada NSTEMI 1-6% EKG juga normal. 2. Uji latih Pasien yang telah stabil dengan terapi medika mentosa dan menunjukkan tanda resiko tinggi perlu pemerikasaan exercise test dengan alat treadmill. Bila hasilnya negatif maka prognosis baik. Sedangkan bila hasilnya positif, lebih-lebih bila didapatkan depresi segmen ST yang dalam, dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan angiografi koroner, untuk menilai keadaan pembuluh koronernya apakah perlu tindakan revaskularisasi (PCI atau CABG) karena resiko terjadinya komplikasi kardiovaskular dalam waktu mendatang cukup besar. 3. Ekokardiografi Pemeriksaan ekokardiografi tidak memberikan data untuk diagnosis angina tak stabil secara langsung. Tetapi bila tampak adanya gangguan faal ventrikel kiri, adanya insufesiensi mitral dan abnormalitas gerakan dinding regional jantung, menandakan prognosis kurang baik. Stres juga dapat membantu menegakkan adanya iskemia miokardium. 6
4. Pemeriksaan Laboratorium Pemerikasaan troponin T dan CKMB telah diterima sebagai petanda paling penting dalam diagnosis ACS. Menurut European Society of Cardiology (ESC) dan ACC dianggap mionekrosis bila troponin T atau I positif dalam 24 jam. Troponin tetap positif sampai 2 minggu. Resiko kematian bertambah dengan tingkat kenaikan troponin. CKMB kurang spesifik untuk diagnosis karena juga ditemukan di otot skeletal, tapi berguna untuk diagnosis infark akut dan akan meningkat dalam beberapa jam dan kembali normal dalam 48 jam. Enzim-enzim jantung yang bermanfaat dalam diagnosis dan pemantauan MCI : SGOT/ AST: naik sekitar 6-8 jam setelah mulainya MCI dan mencapai kadar normal pada hari ke-5. SGOT juga meninggi. SGOT juga meninggi pada penyakit hati, nekrosis otot, ginjal, otak, dan lain-lain. LDH: Kadarnya akan naik dalam waktu 24 jam setelah terjadinya MCI, mencapai kadar tertinggi pada hari ke-4 dan menjadi normal kembali dalam waktu 8-14 hari. Isoenzim terpenting adalah HBDH (LDH 1). LDH juga dapat meninggi pada penyakit parenkim hati, anemia megaloblastik, leukemia, hemolisis darah) dan lainnya. CK/CPK: Kadar CK naik sekitar 6 jam setelah berjangkitnya MCI dan pada kasus-kasus tanpa penyulit mencapai kadar tertinggi dalam waktu 24 jam untuk menjadi normal kembali dalam waktu 72-96 jam. Tes CKMB: CKMB adalah isoenzim CK yang spesifik untuk sel otot jantung karena itu kenaikan aktivitas CKMB lebih mencerminkan kerusakan otot jantung. Kadar CKMB seperti CK (total) mulai naik 6 jam setelah mulainya MCI, mencapai kadar tertinggi lebih kurang 12 jam kemudian dan biasanya lebih cepat mencapai kadar normal daripada CPK yaitu dalam waktu 12-48 jam. Sensitivitas tes CKMB sangat baik (hampir 100%) dengan spesifitas agak rendah. Untuk meningkatkan ketelitian penentuan diagnosis MCI dapat digunakan rasio antara CKMB terhadap CK total, dantes-tes tersebut diperiksa selama 36 jam pertama setalah onset penyakit maka diagnosis MCI dapat dianggap pasti. Troponin: dibedakan menjadi 3 tipe yaitu C, I, dan T dimana I dan T lebih spesifik untuk otot jantung. Troponin adalah protein spesifik berasal dari miokard (otot jantung), kadarnya dalam darah naik bila terjadi kerusakan pada otot jantung. Kadar troponin dalam darah mulai naik dalam waktu 4 jam setelah permulaan MCI, selanjutnya meningkat terus dan dapat diukur satu minggu. Tes troponin tidak diperiksa tersendiri, sebaiknya disertai dengan pemeriksaan laboratorium lain seperti CKMB, CK, CRP, hsCRP, dan AST. 7
Tabel 1. Nilai normal pemeriksaan enzim jantung
Diagnosis kerja 1. Angina Pectoris tidak stabil (UAP) 1,3
Berdasarkan skenario yang didapat pasien tersebut menderita angina pektoris tidak nstabil/APTS (UAP/Unstable Angina Pectoris). Angina pektoris adalah suatu sindrom klinis berupa serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan, di remes atau terasa berat di dada yang sering kali menjalar ke lengan kiri. Disebut angina pektoris tak stabil apabila nyeri dada berlangsung lebih lama pada saat istirahat maupun aktifitas minimal. Termasuk dalam angina pektoris tak stabil apabila : 1. Angina yang baru terjadi (dalam 1 bulan). 2. Crescendo Angina (meningkatnya frekuensi atau keparahan dalam beberapa hari atau minggu). 3. Insufisiensi koroner akut (nyeri angina yang menetap pada saat istirahat tanpa adanya infark miokardium).
Angina diklasifikasikan berdasarkan beratnya serangan angina dan keadaan klinik: Beratnya angina - Kelas I. Angina yang berat untuk pertama kali, atau makin bertambah beratnya nyeri dada. No. Jenis pemeriksaan Satuan Bayi Anak Dewasa Pria Wanita 1. CPK/CK Ug/ml IU/L
- Kelas II. Angina pada waktu istirahat dan terjadinya subakut dalam 1 bulan, tapi tak ada serangan angina dalam waktu 48 jam terakhir. - Kelas III. Adanya serangan angina waktu istirahat dan terjadinya secara akut baik sekali atau lebih, dalam waktu 48 jam terakhir. Keadaan klinik - Kelas A. Angina tak stabil sekunder, karena adanya anemia, infeksi lain atau febris. - Kelas B. Angina tak stabil yang primer, tak ada faktor ekstra kardiak. - Kelas C. Angina yang timbul setelah serangan infark jantung. Intensitas pengobatan - Tak ada pengobatan atau hanya mendapat pengobatan minimal. - Timbul keluhan walaupun telah dapat terapi yang standar. - Masih timbul serangan angina walaupun telah diberikan pengobatan yang maksimum, dengan penyekat beta, nitrat, dan antagonis kalsium. 2. Hipertensi 4,5
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee VII tahun 2003 (18 tahun) Tekanan darah Sistolik Diastolik Normal < 120 < 80 Pra hipertensi 120 139 80 89 Hipertensi grade 1 140 159 90 99 Hipertensi grade 2 160 100 Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi hipertensi esensial dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial atau hipertensi primer atau idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan dasar patologi yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi esensial. 9
Penyebabnya multifaktoral meliputi faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetic mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokonstriktor, resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stress emosi, obesitas, dll. Pada jantung dapat terjadi hipertrofi ventrikel kiri sampai gagal jantung, pada otak dapat terjadi stroke karena pecahnya pembuluh darah serebral dan pada ginjal dapat menyebabkan penyakit ginjal kronik sampai gagal ginjal. Hipertensi yang sangat berat juga dapat menimbulkan aneurisma aorta dan robeknya lapisan intima aorta (dissecting aneurisma). Pengendalian berbagai faktor risiko pada hipertensi sangat penting untuk mencegah komplikasi kardiovaskular. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi antara lain tekanan darah, kelainan metabolic (diabetes mellitus, lipid darah, asam urat, dan obesitas), merokok, alkohol dan inaktivitas, sedangkan terjadi aterosklerosis dengan akibat penyakit jantung coroner (angina pektorin sampai infark miokard) dan stroke iskemik. Jantung, otak dan ginjal sanggup menahan tekanan darah tinggi untuk waktu yang cukup lama. Itulah sebabnya mengapa pengidap tekanan darah tinggi umumnya merasa sehat. Tetapi ini tidak berarti tidak membahayakan mereka. Tekanan darah semakin tinggi, semakin berat pula kerja jantung. Tekanan darah tinggi juga mempercepat penyumbatan pada arteri yang mengarah pada serangan jantung atau stroke, jika arteri yang mengalirkan darah ke jantung atau ke otak tersumbat. Stroke juga dapat terjadi karena melemahnya dinding pembuluh darah di otak karena tekanan darah tinggi. Diagnosis banding Angina Pektoris Stabil 2,3
Pada AP stabil, nyeri dada yang terjadinya agak berat, sekalipun tidak termasuk UAP, berangsur-angsur turun kuantitas dan intensitasnya dengan atau tanpa pengobatan, kemudian menetap (misalnya beberapa hari sekali, atau baru timbul pada beban/ stres tertentu atau lebih berat dari sehari-harinya.). Pada sebagian pasien lagi, nyeri dada bahkan berkurang terus sampai akhirnya menghilang, yaitu menjadi asimtomatik, walaupun sebetulnya ada iskemi tetap dapat terlihat misalnya pada EKG istirahatnya, keadaan yang disebut sebagai silent iskemia, sedangkan pasien-pasien lainnya lagi yang telah asimtomatik, EKG istirhatnya normal pula, dan iskemi baru telihat pada stres tes. 10
Infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) 2,6
Merupakan bagian dari spectrum sindrom koroner akut (SKA) yang terdiri dari angina pektoris tak stabil. Infark miokard akut tanpa elevasi ST (NSTEMI) dan infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI). Penyebab: aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah oklusi trombus pada plak aterosklerosis yang sudah ada sebelumnya. Diagnosis IMA dengan elevasi ST ditegakkan berdasarkan anamnesis nyeri dada yang khas dan gambaran EKG adanya elevasi ST lebih atau sama dengan 2mm, minimal pada 2 sadapan prekordial yang berdampingan atau lebih atau sama dengan 1mm pada sadapan ekstremitas. Manakala pada pemeriksaan enzim jantung terutama troponin T yang meningkat memperkuat diagnosis. Infark miokard akut tanpa elevasi ST 2,6
Juga merupakan dari spectrum sindrom koroner akut (SKA) yang terdiri dari angina pektoris tak stabil. Infark miokard akut tanpa elevasi ST (NSTEMI) dan infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI). Penyebab penurunan suplai oksigen dan atau karena trombosis akut. Ini disebabkan karena rupturnya plak yang tidak stabil. Diagnosis NSTEMI ditegakkan jika pasien dengan manifestasi klinis angina pektoris tak stabil menunjukkan bukti adanya nekrosis miokard berupa peningkatan biomarker jantung. Hipertensi Sekunder Hipertensi sekunder meliputi 5-10% kasus hipertensi. Termasuk dalam kelompok ini antara lain hipertensi akibat penyakit ginjal, endokrin, obat-obatan, kelainan saraf pusat. Hipertensi yang lama dan atau berat dapat menimbulkan komplikasi berupa kerusakan organ pada jantung, otak, ginjal, mata, dan pembuluh darah perifer. Etiologi 2,7
Angina pectoris sebagian besar akibat proses ateroskelrosis (penyempitan pembuluh darah sekitar jantung/koroner). Aterosklerosis adalah timbunan lemak di dalam lubang pembuluh darah, kalau semakin banyak disebut plak. Faktor risiko Yang dapat dimodifikasi Yang tidak dapat dirubah Diet 1. Usia Rokok 2. Jenis kelamin 11
Hypertensi 3. Ras Stress 4. Genetik Obesitas Kurang aktifitas Diabetes Mellitus Factor pencetus yang dapat menimbulkan serangan : Emosi Stress Kerja Fisik terlalu berat Banyak merokok Epidemiologi 2,7 Di Amerika Serikat, kejadian angina tidak stabil meningkat, dan hampir 1 juta pasien dirawat inap setiap tahunnya dan didiagnosisa angina tidak stabil. Sejumlah serupa episode angina tidak stabil mungkin terjadi di luar rumah sakit dan tidak dilaporkan atau hanya dilakukan pengobatan rawat jalan. Perbedaan dalam hasil dan prevalensi faktor risiko antara kelompok-kelompok etnis yang berbeda telah banyak dilaporkan. Misalnya, orang kulit hitam menunjukkan prevalensi faktor risiko aterosklerosis yang lebih tinggi (misalnya, hipertensi, diabetes mellitus, merokok), beban ventrikel kiri lebih besar, dan penurunan respon vasodilatasi perifer. Dibandingkan dengan orang kulit putih, infark miokard lebih sering menyebabkan kematian pada orang kulit hitam di usia muda. Wanita yang lebih tua dengan angina tidak stabil memiliki prevalensi yang lebih tinggi hipertensi, diabetes mellitus, gagal jantung kongestif, dan riwayat keluarga penyakit arteri koroner daripada pria. Pria sebelumnya cenderung memiliki insiden yang lebih tinggi pada infark miokard dan revaskularisasi, proporsi enzim jantung positif yang lebih tinggi dan kadar kateterisasi dan revaskularisasi yang tinggi. Usia rata-rata presentasi dengan angina tidak stabil adalah 62 tahun. Rata-rata persentasi wanita dengan angina tidak stabil adalah 5 tahun lebih tua daripada laki-laki dengan anggaran sekitar setengah dari wanita yang lebih tua dari 65 tahun dibanding sepertiga dari laki-laki. Orang kulit hitam cenderung untuk mengidap angina pada usia yang sedikit lebih muda daripada dari ras lain.
12
Faktor risiko penyakit kardiovaskular pada pasien hipertensi antara lain adalah: 1. Merokok 2. Obesitas 3. Kurangnya aktivitas fisik 4. Dislipidemia 5. Diabetes mellitus 6. Mikroalbuminuria atau perhitungan LFG <60 ml/menit 7. Usia (laki-laki >55 tahun, perempuan >65 tahun) 8. Riwayat penyakit keluarga dengan penyakit jantung kardiovaskular prematur (laki-laki <55 tahun, perempuan <65 tahun) Pada orang yang berumur lebih dari 50 tahun dengan tekanan darah sistolik >140 mmHg merupakan faktor risiko yang lebih penting untuk terjadinya penyakit kardiovaskular daripada tekanan darah diastolik. 2
Faktor risiko untuk aterosklerosis dibagi menjadi 2, yaitu 1. Irreversible: usia, jenis kelamin, faktor genetik 2. Reversible: kebiasaan merokok, obesitas, DM, hiperlipidemia, hipertensi, stress. Faktor reversible dapat dikurangi atau dihilangkan dengan tindakan atau pengobatan tertentu. Patofisiologi 2,8 Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suplai oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekakuan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner (arteriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab arteriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktoer tunggal yang bertanggung jawab atas perkembangan arteriosklerosis. Pada saat beban kerja suatu jaringan meningkat, kebutuhan oksigennya juga meningkat. Apabila kebutuhan oksigen meningkat pada jantung yang sehat, arteri-arteri koroner akan berdilatasi dan akan mengalirkan banyak darah dan oksigen ke otot jantung. Akan tetapi apabila arteri koroner mengalami kekakuan atau menyempit akibat aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dan kemudian akan terjadi iskemia (kekurangan suplai darah) miokardium. 13
Gambar 8. Atherosclerosis Diunduh:http://www.steadystrength.com Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi NO (nitrat oksid) yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya fungsi ini dapat menyebabkan otot polos berkontraksi dan timbul spasme koroner yang memperberat penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang. Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum mencapai 75%. Bila penyempitan lebih dari 75% serta dipicu dengan aktifitas berlebihan maka suplai darah ke koroner akan berkurang. Oleh karena itu, sel-sel miokardium mulai menggunakan glikolisis anaerob untuk memenuhi kebutuhan energinya. Proses pembentukan energi ini sangat tidak efisien dan menyebabkan terbentuknya asam laktat. Asam laktat menurunkan pH miokardium dan menyebabkan nyeri yang berkaitan dengan angina pektoris. Apabila kebutuhan energi sel-sel jantung berkurang, suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali ke proses fosforilasi oksidatif untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan menghilangnya penimbunan asam laktat, nyeri angina pektoris mereda. Dengan demikian, angina pektoris adalah suatu keadaan yang berlangsung singkat. Patofisiologi lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya angina pektoris tidak stabil : 1. Ruptur Plak Ruptur plak aterosklerotik dianggap penyebab terpenting penyebab angina pektoris tidak stabil, sehingga tiba-tiba terjadi oklusi subtotal atau total dari pembuluh koroner yang sebelumnya mempunyai penyempitan yang minimal. Plak aterosklerotik terdiri dari inti yang mengandung banyak lemak dan pelindung jaringan fibrotik (fibrotic cap). Plak yang tidak stabil terdiri dari inti banyak mengandung lemak dan adanya infiltrasi sel makrofag. Biasanya ruptur terjadi pada tepi plak yang berdekatan dengan intima yang normal atau pada bahu dari timbunan lemak. Terjadinya ruptur menyebabkan aktivasi, adhesi dan agregasi platelet dan menyebabkan aktivasi terbentuknya trombus. Bila trombus menutup pembuluh darah 100% akan terjadi infark dengan elevasi segmen ST, sedangkan bila trombus tidak menyumbat 100% dan hanya menimbulkan stenosis yang berat akan terjadi angin tak stabil. 14
2. Trombosis dan agregasi trombosit Agregasi platelet dan pembentukan trombus merupakan salah satu dasar terjadinya angina tak stabil. Terjadinya trombosis setelah plak terganggu disebabkan karena interaksi yang terjadi antara lemak, sel otot polos, makrofag dan kolagen. Inti lemak merupakan bahan terpenting dalam pembentukan trombus yang kaya trombosit, sedangkan sel otot polos dan sel busa (foam cell) yang ada dalam plak berhubungan dengan ekspresi faktor jaringan dalam plak tak stabil. Setelah berhubungan dengan darah, faktor jaringan berinteraksi dengan faktor VIIa untuk memulai kaskade reaksi enzimatik yang menghasilkan pembentukan trombin dan fibrin. Sebagai reaksi terhadap gangguan faal endotel, terjadi agregasi platelet dan platelet melepaskan isi granulasi sehingga memicu agregasi yang lebih luas, vasokonstriksi dan pembentukkan trombus. Faktor sistemik dan inflamasi ikut berperan dalam perubahan terjadinya hemostase dan koagulasi dan berperan dalam memulai trombosis yang intermiten, pada angina tak stabil. 3. Vasospasme Terjadinya vasokonstriksi juga mempunyai peran penting pada angina tak stabil. Diperkirakan adanya disfungsi endotel dan bahan vasoaktif yang diproduksi oleh platelet berperan pada perubahan dalam tonus pembuluh darah dan menyebabkan spasme. Spasme yang terlokalisir seperti pada angina prinzmetal juga dapat menyebabkan angina tak stabil, dan mempunyai peran dalam pembentukan trombus. 4. Erosi pada plak ruptur Terjadinya penyempitan juga dapat disebabkan karena terjadinya poliferasi dan migrasi dari otot polos sebagai reaksi terhadap kerusakan endotel, adanya perubahan bentuk dan lesi karena bertambahnya sel otot polos dapat menimbulkan penyempitan pembuluh dengan cepat dan keluhan iskemia. Kadang bisa karena: emboli, kelainan kongenital, penyakit inflamasi sistemik. Terapi medika mentosa 3,4 Obat anti iskhemia 15
Nitrat organik: secara invivo merupakan prodrug yang menjadi aktif setelah dimetabolisme dan mengeluarkan nitrogen monoksida. Efek kerja: memvasodilatasi pembuluh vena dan arteriol perifer, mengurangi preload dan afterload sehingga mengurangi tekanan pada dinding jantung dan mengurangi kebutuhan oksigen, vasodilatasi pembuluh darah koroner, memperbaiki aliran darah kolateral. Pada dosis rendah nitrat organic menimbulkan venodilatasi sehingga terjadi pengumpulan darah pada vena perifer dan dalam splanknikus. Venous pooling ini menyebabkan berkurangnya aliran balik darah ke dalam jantung, sehingga tekanan ventrikel kiri dan kanan menurun. Nitrat organic diabsorbsi dengan baik lewat kulit, mukosa sublingual dan oral. Pada keadaan akut diberikan nitrogliserin sublingual 0.5 mg dengan interval 5 menit, diberikan maksimum 3 dosis atau sampai gejala mereda, atau jika tidak membaik diberikan isosorbid dinitrat infus intravena dengan dosis 10 mcg/menit dan dinaikkan setiap 3-5 menit sampai iskhemia teratasi dan terjadi penurunan tekanan darah. Sediaan lain nitrat organik adalah preparat transdermal seperti salep atau plester. Plester nitrogliserin dirancang untuk penggunaan 24 jam dan melepaskan 0.2- 0.8 mg obat tiap jam. Mula kerja lama dengan puncak efek tercapai dalam 1-2 jam. Salep nitrogliserin 2% diletakkan pada kulit 2.5-5 cm 2 , dosisnya disesuaikan untuk tiap pasien. Efek terapinya muncul dalam 30-60 menit dan bertahan selama 4-6 jam . Bentuk salep biasanya digunakan untuk mencegah angina yang timbul di malam hari. Efek samping: flushing, sakit kepala, hipotensi postural, penghentiaan mendadak akan menimbulkan rebound angina. Penyekat beta: menurunkan denyut jantung dan kontraksi miokardium sehingga menurunkan kebutuhan oksigen. Data menunjukkan bahwa penggunaan penyekat beta dapat memperbaiki morbiditas dan mortalitas pasien dengan infark miokard, dan menurunkan risiko infark sebesar 13% pada pasien dengan angina tidak stabil. Semua pasien dengan angina tidak stabil harus diberi penyekat beta kecuali bila ada kontraindikasi. Berbagai macam penyekat beta seperti propanolol, metoprolol, atenolol, menunjukkan aktivitas yang serupa. Kontra indikasi obat ini adalah pasien dengan asma bronchial, PPOK, atau pasien dengan bradiaritmia.
16
Tabel 2. Sifat farmakologik beberapa blocker Obat Kelarutan dalam lemak Eliminasi Dosis antiangina Asebutolol Rendah Hati 200-600 mg 2x sehari Atenolol Rendah Ginjal 50-100 mg Bisoprolol 10-20 mg 1x sehari Labetalol Rendah Hati 100-600 mg/hari Metoprolol Sedang Hati 50-100 mg 3x sehari Nadolol Rendah Ginjal 40-80 mg/hari Penbutolol Tinggi Hati 20 mg/hari Pindolol Sedang Ginjal dan hati 5-20 mg 3xsehari Propanolol Tinggi Hati 60 mg 4x sehari Efek samping : dapat menyebabkan bradikardi, blok AV, hambatan nodus SA dan menurunkan kekuatan kontraksi miokard. Antagonis kalsium: diberikan pada angina refrakter terhadap terapi penyekat beta. Verapamil dan diltiazem memperbaiki survival dan mengurangi infark pada pasien dengan sindrom koroner akut dan fraksi ejeksi normal. Berdasarkan struktur kimianya antagonis kalsium membran dibagi menjadi empat kelompok, yaitu turunan alkilarilamin, turunan fenildihidropiridin, turunan piperazin dan turunan verapamil. a. Turunan Alkilarilamin Contoh: diltiazem HCl dan bensiklan hydrogen fumarat. 1) Diltiazem HCl (Dilticor, Farmabes, Herbesser), digunakan sebagai anti- hipertensi, kadang-kadang dikombinasi dengan obat diuretic. Diltiazem diabsorbsi dengan cepat di lambung. Setelah pemberian secara oral, kadar plasma secara tertinggi obat dapat dicapai dalam 3-5 jam, dengan waktu paruh eliminasi 5 jam. Dosis: 60 mg 3x sehari. 2) Bensiklan hydrogen fumarat (Fludilat), digunakan terutama untuk memperbaiki gejala-gejala pada daerah otak, tungki kaki dan tangan, yang disebabkabkan oleh gangguan peredaran arteri. Bensiklan diabsorbsi dengan sempurna dalam lambung. Pada pemberian secara oral, efek obat akan berakhir setelah 6-8 jam. Dosis: 100-200 mg 3x sehari. 17
b. Turunan Fenildihidropiridin Contoh: felodipin, nikardipin, nifedipin, nimodipin, nilvadipin, lasidipin dan amlodipin besilat. 1) Felodipin (Plendin, Munobal), adalah anatagonis kalsium dengan masa kerja panjang. Felodipin digunakan untuk pengobatan semua tingkat hiertensi, dapat menghambat atau meyebabkan relaksasi otot polos arteriola dengan derajat keselektifan tinggi. Pada dosis terapi felodipin tidak menunjukan efek langsung terhadap kontraksi jantug. Felodipin diabsorbsi dengan cepat dalam lambung. Pada pemberian secara oral, penurunan tekanan darah diamati setelah 2 jam dan efeknya berakhir setelah 24 jam. Dosis oral: 5-10 mg 1x sehari. 2) Nikardipin HCl (Loxen, SAF Card), adalah antagonis kalsium, digunakan untuk pencegahan dan pengobatan angina pectoris kronik dan pengobatan hipertensi yang ringan dan moderat. Nikardipin dapat meimbulkan relaksasi otot polos arteri perifer dan koroner. Nikardipin diabsorbsi dengan cepat dan sempurna dalam lambung. Dosis oral: 20-40 mg 1x sehari. 3) Nifedipin (Adalat, Coronipin, Ficor, Nifecard, Vasdalat) adalah antagonis kalsium yang digunakan untuk pencegahan dan pengobatan angina pectoris dan pengobatan hipertensi. Obat ini menimbulkan relaksasi otot polos arteri perifer dan koroner. Nifedipin diabsorbsi dngan cepat dan hamper sempurna (90%) dalam lambung, 95% terikat oleh protein plasma. Pada pemberian secara oral kadar darah tertinggi obat dicapai dalam 20-45 menit, waktu paronya 2-5 jam, dengan masa kerja 8-12 jam. Dosis oral: 10 mg 3x sehari. 4) Nimodipin (Nimotop), adalah antagonis kalsium yang digunakan untuk pencegahan dan pengobatan kekurangan iskemik neurologis yang disebabkan oleh vasospasma serebral karena perdarahan subaraknoid. Nimodipin diabsorbsi dengan cepat dan hamper sempurna dalam saluran cerna, 97-99% terikat oleh protein plasma. Pada pemberian secara oral kadar darah tertinggi obat dicapai dalam 0,6-1,6 jam, waktu paronya 1,1- 1,7 jam dan berakhir setelah 5-10 jam. Dosis oral: 60 mg 3x sehari. Dosis 18
I.V: infus 10 mg dalam 50 ml, dosis awal: 0,5-1 mg/jam, sesudah 2 jam dapat ditingkatkan sampai 2 mg/jam. 5) Amlodipin besilat (Norvask), adalah antagonis kalsium yang digunakan untuk pencegahan dan pengobatan hipertensi. Amlodipin menimbulkan ralaksasi otot polos vascular, serta dilatasi arteri perifer dan koroner. Amlodipin diabsorbsi denan baik dalam saluran cerna, 97,5% terikat oleh protein plasma. Pada pemberian oral kadar darah tertinggi obat dicapai dalam 6-12 jam, dengan waktu paro eliminasi 35-50 jam. Dosis oral: 5 mg 1x sehari. 6) Nivaldipin (Escor), adalah antagonis kalsium yang poten dengan masa kerja panjang, dosis: 8 mg 1x sehari. 7) Lapidipin (Lapicil), adalah antagoni kalsium yang sangat poten dengan masa kerja panjang, dosis: 4 mg 1x sehari. c. Turunan piperazin Contoh: sinarizin dan flunarizin. d. Turunan diarilaminopropilamin Efek samping: takikardi, sakit kepala, edema perifer, bradiaritmia, konstipasi, retensi urin. Obat antiagregasi trombosit Aspirin: diberikan seumur hidup dengan dosis awal 160 mg/hari dan dosis selanjutnya 80-325 mg/hari karena banyak studi telah membuktikan bahwa aspirin dapat mengurangi kematian jantung dan mengurangi infark fatal maupun non fatal dari 51% sampai 72 % pada pasien dengan angina tidak stabil. Efek samping: iritasi perut, reaksi alergi, kontraindikasi pada kehamilan, asma, penyakit gout, reye sindrom pada anak, tinitus. Tiklopidin: merupakan obat lini kedua dalam pengobatan angina tidak stabil bila pasien tidak tahan aspirin. Studi dengan tiklodipin dibandingkan placebo pada angina tidak stabil ternyata menunjukkan bahwa kematian dan infark non fatal berkurang 46.3%. dalam pemberian tiklodipin harus diperhatikan efek samping granulositopenia, dimana insidennya 2.4%. dengan adanya klopidogrel yang lebih aman pemakaian tiklodipin mulai ditinggalkan. 19
Klopidogrel: dianjurkan untuk diberikan bersama aspirin paling sedikit 1 bulan sampai 9 bulan. Dosis klopidogrel dimulai 300 mg per hari dan selanjutnya 75 mg/hari.Efek samping: reaksi alergi, sinkop.palpitasi,astenia,iskemik nekrosis,gagal jantung,kram kaki, konstipasi, vertigo,muntah. Inhibitor glikoprotein IIb/IIa: 3 macam golongan obat yang disetujui dipakai di klinik adalah absiksimab, epitifabatid, dan tirofiban. Obat-obat ini telah dipakai untuk pengobatan angina tidak stabil maupun untuk obat tambahan dalam tindakan PCI terutama pada kasus-kasus angina tak stabil. Tirofiban dan eptifibatid harus diberikan bersama aspirin dan heparin pada pasien dengan iskhemia terus menerus atau pasien risiko tinggi dan pasien yang direncanakan untuk tindakan PCI. Absiksimab disetujui untuk pasien dengan angina tidak stabil dan NSTEMI yang direncanakan untuk tindakan invasif dini di mana PCI direncanakan dalam 12 jam. Obat antitrombin Unfractionated heparin: antipembekuan, pemberian heparin bersama aspirin dapat mengurangi risiko sebesar 33% dibandingkan dengan aspirin saja. Karena adanya ikatan protein yang lain dan perubahan bioavailabilitas yang berubah-ubah maka pada pemberian selalu diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan dosis pemberian cukup efektif. Activated Partial Thromboplastin Time (APTT) harus 1.5- 2.5 kali kontrol dan dilakukan pemantauan tiap 6 jam setelah pemberian. Pemeriksaan trombosit juga perlu untuk mendeteksi adanya kemungkinan heparin-induced thrombocytopenia (HIT). Low Molecular Weight Heparin: yang ada di Indonesia ialah dalteparin, nadroparin, enoksaparin, dan fondaparinux. Dalteparin sama efektifnya dengan heparin, sedangkan enoksaparin menunjukkan berkurangnya mortalitas atau infark sebesar 20% dibandingkan pasien yang mendapat heparin. Keuntungan pemberian LMWH karena cara pemberian mudah yaitu dapat disuntikkan secara subkutan dan tidak membutuhkan pemeriksaan laboratorium, dan kejadian trombositopenia lebih sedikit. Direct Thrombin Inhibitors: hirudin dapat menurunkan angka kematian dan infark miokard, tetapi komplikasi perdarahan bertambah. Bivalirudin juga menunjukkan efektivitas yang sama dengan efek samping perdarahan kurang dari heparin. 20
Bivalirudin telah disetujui untuk menggantikan heparin pada pasien dengan angina tidak stabil yang menjalani PCI. Hirudin maupun bivalirudin dapat menggantikan heparin bila ada efek samping trombositopenia akibat heparin (HIT). Terapi Non Medikamentosa 3,4 Revaskularisasi pembuluh koroner perlu dipertimbangkan pada pasien dengan iskhemia berat dan refrakter dengan terapi medikamentosa. Pada pasien dengan penyempitan di left main, atau penyempitan pada 3 pembuluh darah, bila disertai dengan faal ventrikel kiri yang yang kurang, tindakan operasi bypass (CABG; Coronary Artery Bypass Graft) dapat memperbaiki harapan hidup, kualitas hidup, dan mengurangi masuknya kembali ke rumah sakit. Pada pasien dengan faal jantung yang masih baik dengan penyempitan pada satu pembuluh darah atau 2 pembuluh darah atau bila ada kontraindikasi pembedahan, PCI (Percutaneus Coronary Intervention) menjadi pilihan utama. Pada angina tidak stabil, perlunya tindakan invasif atau konvensional tergantung dari stratifikasi risiko pasien; pada risiko tinggi perlu tindakan invasif dini. PCI (Percutaneus Coronary Intervention)/ PTCA (Percutaneus Trans Coronary Angiopalsty). Merupakan tindakan non-bedah yang digunakan untuk mengembalikan aliran darah ke arteri yang terblokir, yang biasanya merupakan arteri koroner. PCI jauh lebih tidak invasif dari bedah jantung terbuka, waktu sembuh lebih cepat dan risiko lebih kecil. Tapi untuk individu dengan penyakit jantung yang parah, banyak arteri yang tersumbat, atau masalah kesehatan lainnya (seperti diabetes atau gagal jantung), operasi bypass masih merupakan pilihan terbaik. Sekarang ini, operasi bypass jauh lebih efektif dan lebih aman dari beberapa generasi yang lalu. Tindakan PCI dilakukan dengan memasukkan balon kecil pada kateter melalui pembuluh darah arteri femoralis ke arteri yang tersumbat dan kemudian menggembungkan balonnya untuk membuka arteri. Jika diperlukan, sebuah stent dapat digunakan untuk menjaga agar arteri tetap terbuka. Stent adalah kawat berbentuk tabung yang Gambar 9. Teknik PCI Diunduh: http://www.heartbt.co.za/coronary_ad.htm 21
berlubang-lubang atau penjaga yang ditinggalkan di dalan arteri untuk menyangga arteri menutup kembali. CABG (Coronary Artery Bypass Grafting) Coronary artery bypass grafting adalah prosedur bedah yang dilakukan pada individu dengan penyakit arteri koroner yang tidak disetujui untuk menjalani PCI/PTCA. Operasi ini dilakukan dengan mengambil arteri atau vena dari bagian tubuh lain di cangkokkan dari aorta ke arteri koroner, melintasi penyempitan karena aterosklerosis dan menambah pasokan oksigen ke otot jantung sehingga mengurangi angina. Lihat gambar 10. Biasanya arteri mamaria interna kiri atau kanan digunakan dalam operasi. Jika bypass tambahan dibutuhkan, vena saphena magna dari kaki juga sering digunakan. Vena yang digunakan biasanya katupnya telah dibuang atau dibalik sehingga katupnya tidak menutupi aliran darah. Arteri mamaria interna kanan ataukiri biasanya dicangkokkan pada left anterior descending coronary artery (LAD) karena patensi jangka panjangnya jika dibandingkan dengan cangkok vena saphena magna. Untuk alternative, arteri radialis dari tangan, atau arteri gasrtoepiploica dari lambung dapat digunakan untuk menggantikan vena. Operasi ini direkomendasikan untuk individu dengan riwayat penyakit sebagai berikut: Penyempitan di beberapa cabang arteri koroner (biasanya pada individu dengan diabetes) Penyempitan parah di left main artery coronary Blockade pada arteri koroner atau kondisi lain yang kemungkinan tidak respon atau tidak respon terhadap terapi lain seperti PCI.
Gambar 10. CABG Diunduh dari http://www.heartbt.co.za/cabg.htm
22
Komplikasi 2,9 1. Infark miokardium (IM) adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat kekurangan oksigen yang berkepanjanga. Hal ini adalah respon letal terakhir terhadap iskemia miokardium yang tidak teratasi. Sel-sel miokardium mulai mati setelah sekitar 20 menit mengalami kekurangan oksigen. Setelah periode ini, kemampuan sel untuk menghasilkan ATP secara aerobs lenyap dan sel tidak memenuhi kebutuhan energinya. 2. Aritmia Karena insidens PJK dan hipertensi tinggi, aritmia lebih sering didapat dan dapat berpengaruh terhadap hemodinamik. Bila curah jantung dan tekanan darah turun banyak, berpengaruh terhadap aliran darah ke otak, dapat juga menyebabkan angina, gagal jantung. 3. Gagal Jantung Gagal jantung terjadi sewaktu jantung tidak mampu memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrien tubuh. Gagal jantung disebabkan disfungsi diastolik atau sistolik. Gagal jantung diastolik dapat terjadi dengan atau tanpa gagal jantung sistolik. Gagal jantung dapat terjadi akibat hipertensi yang lama (kronis). Disfungsi sistolik sebagai penyebab gagal jantung akibat cedera pada ventrikel, biasanya berasal dari infark miokard. Pencegahan Pencegahan yang dapat dilakukan untuk melindungi jantung dan mencegah penyakit arteri koroner antara lain: Tidak merokok. Merokok baik aktif maupun pasif merupakan faktor risiko mayor untuk penyakit arteri koroner. Nikotin membuat pembuluh darah konstriksi sehingga jantung harus bekerja lebih keras. Karbon monoksida mengurangi oksigen yang terikat pada sel darah dan merusak endotel pembuluh darah. Mengontrol tekanan darah. Risiko penyakit arteri koroner meningkat 2 kali setiap kenaikan 20/10 mmHg. 23
Mempertahankan kadar kolesterol. Jika kadar LDL di atas 160 atau HDL di bawah 40 memiliki risiko penyakit jantung lebih tinggi. Olahraga teratur. Olahraga membantu mencegah penyakit arteri koroner dengan membantu meraih dan mempertahankan berat ideal dan mengontrol diabetes, peningkatan kolersterol, dan tekanan darah tinggi. Pertahankan berat badan yang sehat. Obesitas meningkatkan risiko penyakit arteri koroner, tapi dengan mengurangi berat badan dapat mengurangi risiko tersebut. Makan makanan yang sehat untuk jantung. Terlalu banyak lemak jenuh dan kolesterol dapat menyebabkan peneyampitan arteri yang berefek ke jantung. Diet tinggi garam dapat meningkatkan tekanan darah. Ikan merupakan bagian dari makanan yang sehat untuk jantung karena mengandung asam lemak omega 3 yang akan mencegah terjadinya bekuan darah. Makan banyak buah dan sayur sangat dianjurkan karena banyak mengandung antioksidan, vitamin, dan mineral yang membantu mencegah kerusakan pada arteri koroner. Lakukan pemeriksaan rutin berkala. Faktor risiko utama unttuk penyakit kardiovaskular (kolesterol darah tinggi, tekanan darah tinggi, dan diabetes ) tidak mempunyai gejala pada stadium awal. Kurangi stress untuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskular. Prognosis Pada angina tidak stabil bila dapat didiagnosis dengan tepat dan cepat serta memberikan pengobatan yang tepat dan agresif maka dapat menghasilkan prognosis yang baik. Namun bila tidak dapat menimbulkan kematian. Kesimpulan Laki-laki usia 60 tahun tersebut menderita Unstable Angina Pectoris yang membuatnya merasa nyeri pada dada kiri terus menerus seperti tertimpa beban berat di bagian tengah dada. Angina Pectoris tidak stabil ini diperberat oleh riwayat hipertensi grade 2 yang dideritanya demikian juga pola hidup yang tidak sehat yaitu merokok.
24
Daftar Pustaka 1. Karpman LV. Cardiovaskular system and physical exercise. Florida:CRC Press Incorporation;2004. p.38-45. 2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam.Ed.5.Jilid 3. Interna Publishing: Jakarta ;2009.h.1721-65. 3. Cleophas TJM. Beta blocker in hypertension and angina pectoris.Netherland :Kluwer Academic Publishing;2004.p.11-30. 4. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Indonesia. Farmako dan terapi. Ed.5. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;2007.h. 341-72. 5. Bakris G, Ragavendra RB.Hypertension.United States of America:Oxford University Press;2014.p.307-18. 6. Siaghenthaler W. Diffential diagnosis in internal medicine from symptom to diagnosis. Germany: Georg Thieme Verlag;2007.p.223-30. 7. Ahmad Saheed. Angina pectoris and its cure in homeopathy.New Delhi: B Jain Publisher;2004.p.1-9 8. Kaski JC. Angina Pectoris with normal coronary arteries.New York:Springer Science;2006.p.128-40. 9. Cooley DA,GuoWH. Arterial grafting for coronary artery bypass surgery.Germany:Springer Verlag Berlin Heidelberg.2006.p.74-85.