Anda di halaman 1dari 20

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam Praktik di Perusahaan

Eirene Megahwati Paembonan


102012082
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Kebun Jeruk, Jakarta Barat
Email: eirenepaembonan@ymail.com
Pendahuluan
Selalu ada resiko kegagalan (risk of failures) pada setiap aktifitas pekerjaan. Ketika
kecelakaan kerja (work accident) terjadi, seberapa pun kecilnya, akan mengakibatkan efek
kerugian (loss). Karena itu sebisa mungkin dan sedini mungkin, potensi kecelakaan kerja harus
dicegah atau setidak-tidaknya dikurangi dampaknya. Penanganan masalah keselamatan kerja di
dalam sebuah perusahaan harus dilakukan secara serius oleh seluruh komponen pelaku usaha, tidak
bisa secara parsial dan diperlakukan sebagai bahasan-bahasan marginal dalam perusahaan.
Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan
tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi.
Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan
kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Meskipun ketentuan mengenai kesehatan
dan keselamatan kerja telah diatur sedemikian rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang
diharapkan. Begitu banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan
erja seperti faktor manusia, lingkungan dan psikologis. Masih banyak perusahaan yang tidak
memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja. Begitu banyak berita kecelakaan kerja yang
dapat kita saksikan.
RumusanMasalah
Kaki pekerja tertusuk paku ditempat kerja.
Pembahasan
Definisi Kecelakaan Kerja menurut para Ahli1
Kecelakaan Kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja(Permenaker) 03/Men/1998
adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan
korban jiwa dan harta benda.

Menurut Foressman, kecelakaan kerja adalah terjadinya suatu kejadian akibat kontak
antara ernegi yang berlebihan (agent) secara akut dengan tubuh yang menyebabkan kerusakan
jaringan/organ atau fungsi faal.
Menurut Frank E. Bird Jr., kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki,
dapat mengakibatkan kerugian jiwa serta kerusakan harta benda dan biasanya terjadi sebagai
akibat dari adanya kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang batas atau struktur.
Menurut Sugandi mendefinisikan kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa
yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusakan harta benda atau kerugian
proses.
Word Health Organization (WHO) mendefinisikan kecelakaan sebagai suatu kejadian
yang tidak dapat dipersiapkan penanggulangan sebelumnya, sehingga menghasilkan cidera yang
real. Kecelakaan kerja dibagi menjadi 2 golongan secara umum:

Industrial Accident yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja karena adanya sumber
bahaya atau bahaya kerja.

Community Accidentyaitu kecelakaan yang terjadi di luar tempat kerja yang berkaitan
dengan adanya hubungan kerja.

Teori penyebab kecelakaan kerja1,2


Beberapa teori yang banyak berkembang adalah :
a. Teori Kebetulan Murni (Pure Chance Theory) mengatakan bahwa kecelakaan terjadi atas
kehendak Tuhan, secara alami dan kebetulan saja kejadiannya, sehingga tak adapola yang
jelas dalam rangkaian peristiwanya.
b. Teori Kecenderungan (Accident Prone Theory), teori ini mengatakan pekerja tertentu
lebih sering tertimpa kecelakaan, karena sifat-sifat pribadinya yang memang cenderung
untuk mengalami kecelakaan.
c. Teori Tiga Faktor Utama (There Main Factor Theory), mengatakan bahwa penyebab
kecelakaan adalah peralatan, lingkungan kerja, dan pekerja itu sendiri.
d. Teori Dua Factor (Two Factor Theory), mengatakan bahwa kecelakaan kerja disebabkan
oleh kondisi berbahaya (unsafe condition) dan perbuatan berbahaya (unsafe action).
e. Teori Faktor manusia (Human Factor Theory), menekankan bahwa pada akhirnya semua
kecelakaan kerja, langsung dan tidak langsung disebabkan kesalahan manusia.

Teori Domino Heinrich, menurut penelitian yang dilakukan oleh Heinrich, 98%
kecelakaan disebabkan oleh tindakan tidak aman. Maka dari itu, Heinrich menyatakan, kunci
untuk mencegah kecelakaan adalah dengan menghilangkan tindakan tidak aman sebagai
penyebab kecelakaan.
Teori Domino Heinrich oleh H.W. Heinrich, salah satu teori ternama yang menjelaskan
terjadinya kecelakaan kerja. Dalam Teori Domino Heinrich terdapat lima penyebab
kecelakaan, di antaranya:
a. Hereditas
Hereditas mencakup latar belakang seseorang, seperti pengetahuan yang kurang atau
mencakup sifat seseorang, seperti keras kepala.
b. Kesalahan manusia
Kelalaian manusia meliputi, motivasi rendah, stres, konflik, masalah yang berkaitan
dengan fisik pekerja, keahlian yang tidak sesuai, dan lain-lain.
c. Sikap dan kondisi tidak aman
Sikap/tindakan tidak aman: seperti kecerobohan, tidak mematuhi prosedur kerja, tidak
menggunakan alat pelindung diri (APD), tidak mematuhi rambu-rambu di tempat
kerja, tidak mengurus izin kerja berbahaya sebelum memulai pekerjaan dengan risiko
tinggi, dan sebagainya. Sedangkan, kondisi tidak aman: meliputi pencahayaan yang
kurang, alat kerja kurang layak pakai, tidak ada rambu-rambu keselamatan kerja, atau
tidak tersedianya APD yang lengkap.
d. Kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja, seperti terpeleset, luka bakar, tertimpa benda di tempat kerja terjadi
karena adanya kontak dengan sumber bahaya.
e. Dampak kerugian
Dampak kerugian bisa berupa:
Pekerja: cedera, cacat, atau meninggal dunia.
Pengusaha: biaya langsung dan tidak langsung.
Konsumen: ketersediaan produk.
Kelima faktor penyebab kecelakaan ini tersusun layaknya kartu domino yang di berdirikan. Hal
ini berarti, jika satu kartu jatuh, maka akan menimpa kartu lainnya.

Gambar 1.Teori domino Heinrich


Sumber:https://www.google.com; diunduh 10 Oktober 2015
Penjelasan
1. Ancestry and social environment, yakni pada orang yang keras kepala mempunyai sifat
tidak baik yang diperoleh karena faktor keturunan, pengaruh lingkungan dan pendidikan,
mengakibatkan seseorang bekerja kurang hati-hati dan banyak membuat kesalahan.
2. Fault of person, merupakan rangkaian dari faktor keturunan dan lingkungannya, yang
menjurus pada tindakan yang salah dalam melakukan pekerjaan.
3. Unsafe Act, tindakan berbahaya disertai bahaya mekanik dan fisik lain, memudahkan
terjadinya rangkaian berikutnya.
4. Accident, peristiwa kecelakaan yang menimpa pekerja dan umumnya disertai oleh
berbagai kerugian.
5. Injury, kecelakaan mengakibatkan cedera/luka ringan maupun berat menuju kecacatan
dan bahkan kematian.
Menurut Heinrich, kunci untuk mencegah kecelakaan kerja adalah menghilangkan sikap
dan kondisi tidak aman (kartu ketiga). Sesuai dengan analogi efek domino, jika kartu ketiga tidak
ada lagi, seandainya kartu kesatu dan kedua jatuh, ini tidak akan menyebabkan jatuhnya semua
kartu.

Tercatat kontribusi terbesar penyebab kecelakaan kerja adalah berasal dari sikap dan
kondisi tidak aman. Maka dari itu, untuk mengurangi kecelakaan kerja dan risikonya bisa
dilakukan pencegahan dengan meminimalisasi tindakan dan kondisi tidak aman di tempat kerja,
dengan cara:
1. Mengatur kondisi kerja sesuai peraturan perundangan.
2. Standarisasi, terkait syarat-syarat keselamatan, seperti pemasangan rambu-rambu
keselamatan.
3. Pengawasan agar peraturan dipatuhi.
4. Pelatihan terkait keselamatan untuk karyawan.
5. Laporan mengenai kecelakaan kerja, meliputi jenis kecelakaan kerja, jumlah kecelakaan
kerja, kerugian akibat kecelakaan kerja, dan sebagainya.
6. Program penghargaan atas prestasi karyawan dalam meminimalisasi kecelakaan kerja.
7. Asuransi.
8. Membuat program K3 di tingkat perusahaan.
Untuk menguatkan Teori Domino Heinrich, konsep Piramida Kecelakaan juga menjelaskan
hal yang sama.Studi yang dilakukan Frank E. Bird, Jr. pada tahun 1969 terhadap 1.753.498
kecelakaan kerja menunjukkan bahwa setiap kecelakaan serius atau cidera yang melumpuhkan
dilaporkan, maka 9,8 cidera ringan, 30,2 kecelakaan yang menyebabkan kerusakan properti, dan
600 kecelakaan yang tanpa menimbulkan kerugiaan. Hasil studi tersebut tergambar dalam
piramida kecelakaan tersebut.

Gambar 2.PiramidaKecelakaan
Sumber:https://www.google.com; diunduh 10 Oktober 2015
Studi yang dilakukan oleh Heinrich menunjukkan biaya kerusakan properti yang tidak
diasuransikan 5-50 kali lebih besar dibandingkan dengan biaya kompensasi dan pengobatan
cidera akibat kerja. Hasil studi tergambar dalam gunung es biaya kecelakaan kerja berikut:

Gambar3.GunungEsBiayaKecelakaanKerja
Sumber:https://www.google.com; diunduh 10 Oktober 2015
Teori Analisa Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja2
Teori Domino (Domino Seguence Theory). Thompkin (1982) memberikan gambaran di
dalam teori domino Henirich.

Gambar 4.GambaranTeoriThompkin
Sumber:https://www.google.com; diunduh 10 Oktober 2015
Teori Faktor Manusia (Human Factor Theory), teori ini menganggap bahwa semua
kejadian kecelakaan di sebabkan oleh manusia (Humam error). Kesalahan yang dilakukan
berupa:
a. Work over loaded.
Work over loaded di sini adalah penjumlahan tugas yang harus dilaksanakan,
lingkungan kerja, faktor internal (stress, emosi, perilaku) dan faktor eksternal
(instruksi tidak jelaskompensasi).
b. Reaksi yang tidak tepat (Inappropriate Respons),
- sikap mengabaikan standar keselamatan
- tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
- mengabaikan petunjuk kerja
c. Aktifitas yg tidak tepat (Inappropriate Activities)
- salah dlm menilaibesarnya resiko
- tidak ada pelatihan untuk pekerja
Teori Accident/incident (Peterson)
Teori ini merupakan pengembangan dari Theory Human Factor :
- Dengan menambahkan faktor ergonomi
- Salah dalam mengambil keputusan
- Kegagalan sistem (termasuk kebijakan, pelatihan, inspeksi, koreksi dan standar).
Teori Epidemiologi
Terjadinya kecelakaan karena ketidak serasian antara: peran tenaga kerja (host), Alat kerja
(agent), lingkungan kerja (enviroment).
Teori Sistem
Teori ini melihat ouput/produk yang di hasilkan oleh berbagai komponen yang dirangkai
dalam suatu sistem. Komponen yg menghasilkan kecelakaan adalah: tenaga kerja, alat
kerja, lingkungan kerja, fasilitas kerja dan manajemen.
7

Teori Kombinasi
Teori kombinasi merupakan dua atau lebih dari teori 2 di atas. Teori ini di perlukan jika
suatu teori tidak cukup untuk menjelaskan suatu kejadian kecelakaan, di harapkan dengan
melakukan gabungan beberapa teori mejawab mengapa terjadi kecelakaan.

Di dalam tempat kerja akan banyak dijumpai faktor-faktor pajanan yang apabila diabaikan
akan sangat membahayakan keselamatan ketika bekerja.
A. Fisika3,4
Banyak pajanan yang berupa fisik yang dapat dijumpai di tempat kerja manapun. Pajanan
bahaya potensial faktor fisik antara lain: kebisingan, suhu panas dan dingin, getaran,
pencahayaan dan radiasi elektromagnetik.

Kebisingan
Bising adalah suara atau bunyi yang tidak dikehendaki. Kualitas bising ditentukan oleh:
frekuensi bunyi (Hz) dan intensitas bunyi (db). Dengan NAB (Nilai Ambang Batas): 85 dB
per 8 jam/hari.
Dampak kesehatan yang terlihat: kerusakan auditorik dan non-auditorik.
Kerusakan auditorik: trauma akustik, ketulian sementara (Temporary Threshold Shift), dan
ketulian menetap (Permanen Temporary Shift) dan akan menjadi NIHL (Noise Induced
Hearing Loss) apabila dibiarkan dan tidak ada upaya pencegahan/preventif.
Kerusakan non-auditorik: gangguan komunikasi, gangguan fisiologis dan juga gangguan
perilaku. Untuk gangguan perilaku akan timbul paranoid dan depresi.
Upaya pencegahan: program konservasi pendengaran (Hearing Conservation Program)
dan penggunaan sumbat telinga (earplug), penutup telinga (earmuff) dan helm pelindung
telinga (ear protective helmet).

Suhu panas dan dingin


Terdapat mekanisme control yang terlihat yakni: evaporasi, konveksi, radiasi dan juga
vasodilatasi. Lalu dapat menciptakan tekanan panas yakni kombinasi dari suhu udara,
radiasi, kelembaban dan pergerakan udara.

Satuan: Indeks suhu basah dan bola (ISBB).


Apabila tekanan panas secara terus-menerus terpajan maka akan mempengaruhi kesehatan
pekerjanya, antara lain: heat fatique, heat rash, heat syncope, heat cramps, heat exhaustion
dan heat stroke.
Sedangkan untuk tekanan dingin yang terpajan terus-menerus juga dapat mempengaruhi
kesehatan pekerjanya antara lain: Hipoterm, Frosbite, Trenchfoot dan Chillblain.

Getaran/vibrasi
Suatu fenomena dimana terjadi peningkatan dan penurunan dimensi terhadap suatu nilai
dasar secara berulang-ulang sesuai waktu. Dimana dimensinya adalah jarak, kecepatan dan
akselerasi.
Unit akselerasi: m/s2. Dengan nilai ambang batas: 4 m/s2.
Sumber vibrasi: segmental dan juga seluruh tubuh (kendaraan forklift).
Efek getaran terhadap tubuh: motion sickness, penglihatan kabur, kelelahan dan
ketidaknyamanan dan Hand-Arm Vibration (HAV) yang dimana memiliki beberapa
gangguan. Gangguan pada sirkulasi darah berupa Vibration induced White Finger (VWF)
yang dimana gejalanya seperti Raynauds syndrome: blanching, numbness, tingling dan
sianosis.

Pencahayaan
Faktor penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang baik dimana nantinya akan
menimbulkan suasana nyaman dan tentunya meningkatkan produktivitas pekerja.
Ada 2 jenis faktor yang mempengaruhi pencahayaan, yakni: intensitas cahaya (luks) dan
juga tingkat kesilauan (brightness).
Dan juga terdapat 2 kategori cahaya yang menyilaukan, yakni: discomfort glare (sudah
menimbulkan rasa tidak nyaman) menimbulkan rasa yang tidak nyaman tapi belum
menimbulkan keluhan organ dan juga disability glare (selain menimbulkan rasa yang tidak
nyaman dan juga menimbulkankeluhan organ).

Radiasi elektromagnetik

Radiasi sinar ultraviolet, sumber: sinar UV, las. Dapat menimbulkan penyakit kulit yakni
iritasi kulit dan mata. Terdapat upaya pencegahan yakni dengan menggunakan kacamata
kobal saat las.
Radiasi sinar infra merah bersumber: peleburan baja, peleburan gelas, dan bara logam.
Tentunya dapat meningkatkan beban panas tubuh. Selain itu mempunyai efek terhadap
mata yaitu katarak.
Radiasi gelombang mikro, dapat mengakibatkan penyakit: konjungtivitis, gangguan sistem
saraf, dan gangguan reproduksi.
Radiasi pengion dan partikel berenergi tinggi, efek radiasi berupa: efek stokastik dan nonstokastik. Memiliki efek akut: eritema, depresi sumsum tulang, penurunan fertilitas
sementara/permanen. Efek kronis: kemandulan, kanker, cacat kongenital dan juga katarak.
B. Biologik3,4
Pajanan biologi adalah bahan biologi yang ada di sekitar manusia, dalam bentuk
mikroorganisme(virus, bakteri, jamur, parasit), tumbuhan(debu organik), dan binatang.
Pajanan biologi di tempat kerja sering tidak dapat dihindari. Harus dapat dibedakan
penyakit akibat pajanan biologi di tempat kerja atau yang biasa terjadi di masyarakat luas.
Penggolongan pajanan biologi :
Pajanan biologi akibat kerja
Pajanan yang dialami akibat bekerja langsung dengan bahan biologi atau
merupakan hasil langsung dari proses kerja yang dilakukan pekerja.
Pajanan biologi lingkungan kerja
Pajanan yang dialami akibat tercemarnya lingkungan kerja, dan merupakan akibat
tidak langsung akibat proses kerja, seperti hygiene dan pemeliharaan tempat kerja
yang kurang baik.
Pajanan biologis alamiah/bukan akibat kerja
Pajanan biologi yang secara alamiah berada di wilayah lingkungan tempat kerja,
yang banyak menyebabkan gangguan kesehatan pada masyarakat di tempat tersebut
(daerah endemis) contoh: malaria.
Penyakit akibat pajanan biologi :
- Penyakit Legionaire
Terjangkit melalui pernapasan dalam (menghirup) udara beraerosol yang tercemar.
Tidak menular dari orang ke orang.

10

Kuman ini dapat ditemukan di danau sungai tapi juga dapat pada alat-alat maupun
tempat-tempat tertentu, seperti: sistem buatan manusia sepertiAC, humidifier,
sistem sirkulasi air hangat, kamar mandi sistem semprot, kran air, alat pembangkit
uap, air mancur hias, peralatan pengobatan saluran pernafasan.
Gejala: demam pontiak (gejala seperti flu), infeksi yang lebih serius termasuk
pneumonia.
-

Penyakit di sektor pertanian: Antraks


PAK (Penyakit Akibat Kerja) pertama menurut ILO.
Transmisi: udara, makanan dan kontak.
Penyebab: Bacillus anthracis.

Avian flu
Menyebabkan pneumonia berat dan progresif.
Transmisinya melalui udara dari unggas ke manusia.

C. Kimia3,4
Yang terpenting untuk mencegah PAK (Penyakit Akibat Kerja)

karena bahan kimia

diperlukan suatu kriteria yang dikatakan wajib ada pada bahan kimia tersebut. Hal yang
terpenting tersebut adalah MSDS (Material Safety Data Sheet).
Dari MSDS tersebut maka akan langsung diketahui semua informasi mengenai bahan
kimia tersebut.
MSDS adalah suatu Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) memberikan informasi
yang penting yang dapat digunakan perusahaan untuk mengoptimalkan penggunaan bahan
kimia dan meningkatkan standar kesehatan dan keselamatan tempat kerja.
MSDS meliputi: nama bahan kimia, informasi tentang komposisi bahan, sifat-sifat fisik
dan kimiawi, kestabilan dan daya reaktif, identifikasi bahaya, tindakan P3K, tindakan
pemadam kebakaran, tindakan penyelamatan kecelakaan, metode penanganan dan
penyimpanan yang tepat, pengawasan dan perlindungan diri yang diperlukan, informasi
tentang toksikologi (keracunan), informasi tentang ekologi (lingkungan), pertimbangan

11

pembuangan, informasi tentang angkutan, informasi tentang peraturan, informasi


tambahan.
D. Ergonomik3,4
Ilmu yang mempelajari kemampuan dan karakteristik manusia yang mempengaruhi
rancangan peralatan, siystem kerja dan pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi, keselamatan dan kesejahteraan tenaga kerja. Definisi lain: ilmu seni dan
penerapan teknologi untuk meyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang
digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan
manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi
lebih baik.
Unsur-unsur ergonomik yakni :

Anatomi
Antropometri (dimensi tubuh manusia) dan biomekanik (aplikasi tenaga).
Fisiologis
Fisiologis kerja: pengeluaran energi.
Fisiologis lingkungan: efek lingkungan fisik.
Psikologis
Psikologi ketrampilan proses informasi dan pembuatan keputusan
Psikologi kerja: training, usaha dan perbedaan individu.

Manfaat data antropometrik: merupakan data statistik mengenai ukuran manusia, massa
dan bentuknya, yang dapat digunakan di tempat kerja, membuat tempat duduk serta untuk
keperluan desain peralatan. Kriteria antropometrik :
Jarak ruangan
Ruang untuk kepala, ruang kaki, ruang siku termasuk kemudahan melalui rintangan.
Jangkauan
Termasuk lokasi control atau penyimpanan material, serta pelabgai situasi menjangkau
melalui rintangan.
Postur/sikap tubuh
Termasuk lokasi displaidan kontrol ditempat ketinggian.

E. Faktor Psikologi3,4
Faktor psikologi erat hubungan dengan stress akibat kerjadan stress di lingkungan kerja.
Stress akibat kerja adalah gangguan perilaku dan jiwa yang terjadi karena berbagai faktor

12

seperti: kepribadian, stress di lingkungan kerja yang dialami, coping mechanism dan
mekanisme pertahanan.
Stress di lingkungan kerja berkaitan dengan lingkungan fisik tempat kerja, bekerja dalam
shift, beban kerja yang berlebihan, bekerja monoton, mutasi dalam pekerjaan, tidak
jelasnya peran kerja, konflik dengan teman kerja dan lain-lain. Yang dapat lebih mudah
mengalami stress dan akibat lainnya yaitu penyakit jantung adalah orang yang memiliki
kepribadian tipe A. Kepribadian tipe A adalah tipe kepribadian dengan ciri seperti
dorongan kompetisi yang tinggi, ketaatan yang tinggi akan waktu, ambisius, agresif,
bekerja untuk pencapaian kinerja, selalu tergesa-gesa, dan relatif tidak sabar. Jenis
kepribadian tipe A selalu dalam keadaan stress dan tegang. Sehingga orang yang memiliki
kepribadian seperti ini sangat rentan sekali.
Stress akibat kerja disebabkan oleh kondisi-kondisi di tempat pekerjaan yang berdampak
negatif pada kinerja seseorang dan atau kesehatan fisik dan jiwanya. Stress merupakan
problem kesehatan kerja yang penting karena secara signifikan menyebabkan kerugian
ekonomis. Stress kerja mempunyai aspek fisik, aspek perilaku dan emosi.
Terdapat faktor-faktor yang menyebabkan stress kerja, 2 hal diantaranya adalah: gaya
managemen (diri) yang buruk dan juga adanya faktor psikososial. Gaya managemen (diri)
yang buruk, diantaranya :
Kurangnya partisipasi pekerja untuk pengambilan keputusan.
Komunikasi yang buruk di tempat kerja.
Tidak ada/kurangnya kebijakan yang peduli keluarga.
Hubungan interpersonal/ lingkungan sosial yang buruk.
Jenjang karir yang tidak jelas.
Kondisi lingkungan: sesak, bising, polusi udara, masalah ergonomik.
Kurangnya dukungan dari rekan kerja maupun atasan.
Adanya faktor psikososial juga dapat mengakibatkan stress kerja, antara lain:

Gaji/upah yang lebih kecil dari Upah Minimum Regional (UPR)/ Upah Minimum

Provinsi (UMP).
Beban kerja yang tidak teratur.
Beban kerja yang berat/banyak secara mendadak.
Tidak prospek dalam jenjang karir.
Kemampuan pekerja yang tidak digunakan secara optimal.
Kurang penghargaan.

Kecenderungan untuk Celaka

13

Kecenderungan untuk celaka adalah kenyataan bahwa pekerja tertentu cenderung untuk
mengalami kecelakaan. Kecelakaan bertubi-tubi terjadi pada yang bersangkutan. Frekuensi
kecelakaan pada pekerja tersebut jauh melebihi pekerja pada umumnya. Di sini jelas betapa
pentingnya faktor manusia selaku individu pada terjadinya peristiwa kecelakaan termasuk
kecelakaan di tempat kerja.
Memang ada orang yang mempunyai sifat sembrono, berperilaku asal-asalan, berbuat
semaunya, terlalu lamban mengambil sikap, berlaku masa bodoh, suka melamun, terlalu berani,
selalu bergegas, gemar bermain-main terhadap risiko bahaya, dan sifat lainnya, sehingga orang
itu berulang kali ditimpa kecelakaan dan oleh karenanya ia dinyatakan sebagai mempunyai
kecenderungan untuk celaka. Pekerja yang terlalu lamban tentu tidak sesuai untuk melakukan
pekerjaan yang memerlukan kegesitan. Jika pekerja dipaksakan untuk mengerjakan pekerjaan
yang memerlukan kecekatan, dan hal itu tidak sesuai dengan sifat yang dimilikinya, cepat atau
lambat pada akhirnya kecelakaan akan terjadi kepadanya. Demikian pula dengan pekerja yang
kebiasaannya selalu tergesa-gesa, terburu-buru mengejar waktu, pekerja demikian cenderung
pula untuk mengalami kecelakaan; mungkin ia akan terjatuh atau terpeleset atau tergelincir atau
mungkin pula akan terlindas kendaraan bermotor di perjalanan. Kecenderungan untuk
mengalami kecelakaan dapat pula bersumber kepada keadaan kesehatan pekerja. Kelambanan
yang menjadi ciri pekerja mungkin dasarnya kurang gizi atau anemia, sedangkan ketergesaan
seseorang dapat saja dikarenakan kelainan jiwa yang impulsif.
Penelitian menunjukkan, bahwa 85% penyebab kecelakaan bersumber kepada faktor
manusia. Apabila berbicara tentang faktor manusia, sebagai konsekuensinya persoalannya cukup
rumit. Kita ambil contoh kecelakaan yang dikarenakan oleh keadaan emosi para pekerja, seperti
rasa ketidakadilan, persengketaan dengan sesama pekerja atau keributan di rumah tangga dengan
keluarga, atau peristiwa percintaan segitiga. Tanpa diduga dan benar-benar di luar perkiraan
seseorang dapat saja dengan sengaja mencelakakan diri sendiri atau merekayasa terjadinya suatu
kecelakaan, sehingga kata kecelakaan menjadi tidak tepat lagi. Mudah dipahami, bahwa dalam
hal ini faktor kejiwaan memainkan peranan besar. Memang benar bahwa ada orang yang
mempunyai dorongan kejiwaan untuk membuat nekad dan melakukan apa saja menurut gejolak
batinnya. Sering pula bahwa kecelakaan disengaja guna memperoleh kompensasi terhadap cacat
yang diakibatkan kecelakaan yang disengajanya. Juga terdapat berbagai hal unik lainnya yang
berkaitan dengan faktor manusia sebagai penyebab kecelakaan.

14

Gaya hidup untuk selamat dan tidak mengalami kecelakaan adalah satu aspek penting
dalam budaya kerja dari kehidupan modern. Pada masyarakat industri keselamatan kerja dan
pencegahan kecelakaan diwujudkan melalui ketentuan perundang-undangan di samping segala
upaya lainnya ditingkatkan pelaksanaannya. Keselamatan kerja dan bebas dari kecelakaan kerja
merupakan hak asasi manusia (HAM). Sehubungan dengan itu, tidak ada lagi tempat bagi siapa
pun dengan dalih apa pun untuk mempunyai kecenderungan untuk mengalami kecelakaan.
Unsafe Action dan Unsafe Condition5,6
Unsafe action adalah faktor perilaku manusia yang dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan kerja. Suatu bentuk pelanggaran terhadap prosedur keselamatan yang telah
ditetapkan dimana memberikan peluang untuk terjadinya kecelakaan kerja.
Contoh: bekerja dengan tidak memperhatikan SOP (Standart Operational Procedure),
mengangkut beban yang berlebihan, bekerja berlebihan atau melebihi jam kerja, tidak memakai
APD, menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai keahliannya.Tindakan yang diambil dapat berupa
komunikasi, training, sanksi.
Unsafe condition adalah suatu kondisi fisik ditempat kerja yang berbahaya memungkinkan
secara langsung timbulnya kecelakaan. Contoh: terdapat pecahan kaca, paparan bising, lantai
licin, pencahayaan yang kurang, peralatan yang sudah tidak layak pakai, paparan radiasi, kondisi
suhu yang yang membahayakan.
Analisa Kasus dengan metode fish bone

Sistem Managemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja(SMK3)7


Sistem Managemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja harus diperhatikan terlebih bagi
pmrakarsa supaya proses produksi, peningkatan kualitas dan kendali biaya dapat terus

15

dioptimalkan. Fungsi managemen mengarah di aspek kualitas, produksi, kecelakaan/kerugian


dan biaya.
Terdapat 4 program K3 di tempat kerja yaitu:
1) Komitmen manajemen dan keterlibatan pekerja
2) Analisis risiko di tempat kerja
3) Pencegahan dan pengendalian bahaya
Menetapkan prosedur kerja berdasarkan

analisis,

pekerja

memahami

dan

melaksanakannya
Aturan dan prosedur kerja dipatuhi
Pemeliharaan sebagai usaha preventif
Perencanaan untuk keadaan darurat
Pencatatan dan pelaporan kecelakaan
Pemeriksaan kondisi lingkungan kerja
Pemeriksaan tempat kerja secara berkala.
4) Pelatihan buat pekerja, penyelia dan manager.
SMK3 memiliki peran yang cukup penting dalam proses kerja dalam suatu perusahaan
(pemrakarsa). Apabila SMK3 yang diberlakukan tidak cukup baik maka akibatnya dapat dilihat
dari banyaknya pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dan juga proses produksi mengalami
kemunduran.
Tujuan umumdari SMK3 menurut Undang-Undang Kesehatan Kerja 1970 antara lain:
melindungi tenaga kerja di tempat kerja; melindungi setiap orang lain yang berada di tempat
kerja agar selamat dan sehat, melindungi bahan dan peralatan produksi.
Tujuan khusus dari SMK3 adalah mencegah atau mengurangi kecelakaan kerja,
kebakaran, peledakaan dan PAK; mengamankan mesin instalasi, pesawat, alat, bahan dan hasil
produksi; menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman, sehat dan penyesuian antara
pekerjaan dengan manusia atau antara manusia dengan pekerjaan.
Dalam SMK3 memiliki tahapan-tahapan yang penting untuk diperhatikan yaitu:
penerapan, pengukuran dan evaluasi dan tinjauan ulang dan peningkatan. Tahapan-tahapan
tersebut akan membawa ke dalam suatu sistem yang benar-benar dibutuhkan untuk mencapai
optimalisasi kerja. Tahap-tahap tersebut :
Penerapan
Jaminan kemampuan
SDM, sumber daya, dana
Integrasi SMK3 perusahaan
16

Tanggung jawab dan tanggung gugat


Konsultasi, motivasi dan kesadaran
Pelatihan dan kompetensi
Kegiatan pendukung
Komunikasi, pelaporan, pendokumentasian
Pengendalian dokumen
Pencatatan dan manajemen informasi
Identifikasi bahaya/penilaian dan pengendalian risiko
Perancangan dan rekayasa administratif
Kontrak pembelian
Prosedur keadaan darurat insiden
Pemulihan keadaan darurat
Pengukuran dan evaluasi
Inspeksi dan pengujian
Personil keahlian dan pengalaman
Catatan dipelihara dan tersedia
Peralatan metode untuk menjamin standar K3
Perbaikan segera ketidaksesuaian
Penyelidikan permasalahan insiden
Temuan di analisis dan ditinjau ulang
Audit SMK3
- Alat untuk mengukur besarnya keberhasilan pelaksanaan dan penerapan SMK3 di
tempat kerja
- Pemeriksaan secara sistematik
- Dilakukan secara independen
- Dilakukan oleh Badan Audit independen minimal 1 kali/3 tahun
Perbaikan dan pencegahan
Tinjauan ulang dan peningkatan
Evaluasi terhadap penerapan K3
Tujuan, sasaran, kinerja K3
Temuan audit
Efektivitas penerapan
Perubahan peraturan
Tuntutan pihak terkait pasar
Perubahan produk kegiatan
Perubahan struktur organisasi
Perkembangan iptek
Pengalaman insiden
Pelaporan
Umpan balik dari tenaga kerja
Peraturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)6

17

K3 berlandaskan terhadap Undang-Undang yang berlaku. Pemerintah menerapkan


undang-undang K3 karena memang penting dalam proses produksi dalam suatu perusahaan.
Landasan undang-undang mengenai tenaga kerja, yaitu :
i.
ii.
iii.
iv.
v.

UU No 14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Tenaga Kerja.


UU No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
UU Kesehatan No 23 tahun 1992 pasal 23 tentang Kesehatan.
UU No 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Permenaker No 05/Men 1996, setiap perusahaan yang mempekerjakan >100orang dan
atau yang mengandung potensi bahaya wajib menerapkan sistem manajamen K3 (BabIII
fasal 3)
PP No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
UU No 13 tahun 2003 tentang perundang-undangan Tenaga Kerja.

vi.
vii.

Semua peraturan dan sistem mengenai tenaga kerja dengan upaya meningkatkan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja sudah di tetapkan secara resmi oleh peraturan perundangundangan, sehingga dapat dikatakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja sangat wajib
diberlakukan bagi semua orang yang terkait di dalamnnya.
Investigasi Kecelakaan Kerja6
Tujuan dari investigasi kecelakaan kerja:
1. Memperbaiki kualitas keselamatan kerja
2. Mengurangi kesempatan terjadinya kecelakaan serupa di masa datang
3. Menyediakan atau membangun tempat lingkungan kerja yang aman
Maksud dari investigasi kecelakaan kerja:
1. Untuk mendapatkan kronologi kecelakaan besar dan menetapkan kritikal faktor
2. Untuk menetapkan akar penyebab kecelakaan kerja (bukan menetapkan siapa yang salah)
3. Menetapkan rekomendasi tindakan perbaikan
Upaya Pencegahan7
Beberapa upaya pencegahan
1. Pemeriksaan kesehatan calon pekerja baik fisik maupun mental terkait dengan pekerjaan
baru.
2. Pemeriksaan berkala, evaluasi apakah factor penyebab telah menimbulkan gangguan
pada pekerja.
3. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja secara kontinyu.
4. Pemberian informasi tentang peraturan-peraturan yang berlaku di tempat kerja.

18

5. Penggunaan APD.
6. Isolasi terhadap operasi atau proses yang membahayakan.
7. Substitusi bahan yang berbahaya dengan yang kurang berbahaya.
Rekomendasi7

- Sangat perlu diadakannya identifikasi hazard dan risiko yang adequate


di tempat yang akan dijadikan area proyek pembangunan, guna
mengetahui ancaman bahaya apa saja yang berpotensi terjadi
sebelum, ketika, atau pun setelah pengerjaan pembangunan tersebut,
lalu
-

menetapkan

serta

melakukan

solusi

pencegahan

dan

pengendalian terbaik sebelum memulai proyek tersebut;


Penting untuk menyelenggarakan training untuk calon pekerja pada
proyek tersebut sebelum mereka diterjunkan ke lapangan agar mereka
benar-benar memahami kondisi tempat kerja dan metode kerja yang

baik dan aman;


Penempatan material dan peralatan (mesin) kerja yang aman baik bagi

pekerja maupun lingkungan sekitar;


Menyertakan tindakan pengawasan di setiap tahap selama pengerjaan
proyek berlangsung.

Hipotesis
Banyaknya kecelakaan kerja tertusuk paku pada pekerja konstruksi diakibatkan oleh
factor perilaku individu terutama unsafe action berkaitan dengan pemakaian APD.
Kesimpulan
Kecelakaan kerja dalam kasus banyaknya pekerja konstruksi diakibatkan oleh factor
perilaku individu terutama unsafe action yang berkaitan dengan pemakaian APD tetapi perlu
diinvestigasi lebih lanjut karena tidak menutup kemungkinan bahwa pelaksanaan SMK3 (Sistem
Managemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja) yang diberlakukan tidak cukup baik sehingga
membuat banyaknya pekerja yang mengalami kecelakaan.

19

DaftarPustaka
1. Gyekye, S., Salminen, S. (2012). Organizational Safety Climate and Work Experience.
International Journal of Occupational Safety and Ergonomics, 16 (4), 431-443.
2. Aksorn, T., & Hadikusumo, B. (2011). Gap Analysis Approach for Construction
SafetyProgram Improvement. Journal of Construction in Developing Countries, 12 (1), 7797.
3. Wirahadikusumah, R. D. (2012). Tantangan Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pada Proyek Konstruksi di Indonesia. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut
TeknologiBandung (www.ftsl.itb.ac.id/konstruksi/reini-d-wirahadikusumah. pdf,diakses 10
Oktober 2015.
4. Abduh, M., dkk.

2010.

Pengelolaan

FaktorNon-Personil

untuk

Pencegahan

KecelakaanKerja
Konstruksi.http://www.ftsl.itb.ac.id/kk/manajemen_dan_rekayasa_konstruksi/wpcontent/up
loads/2011/10/konteks-4-ma2.pdf(10 Oktober 2015).
5. Kurniawidjaja, L.M. Teori dan AplikasiKesehatan
IndonesiaPress;2011.h.309-15.
6. Lestari
MI,

Kerja.

Jakarta:

Yusuf

HimpunanperaturanperundangankeselamatandankesehatankerjaRepublik

Universitas
E.
Indonesia.

Jakarta: Penerbit AlK3.Com;2008.h.2-15.


7. Suardi R. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Manajemen Risiko.
Jakarta: Penerbit PPM; 2007.h.188-98.

20

Anda mungkin juga menyukai