Anda di halaman 1dari 8

KASUS

Seorang wanita berusia 39 tahun dibawa suami nya ke poliklinik kejiwaan. Suami pasien
mengatakan istrinya sering kali tidur sambil berjalan. Hal tersebut terjadi dua hingga tiga kali
setiap malam yang berulang sejak masa kanak-kanak. Suami pasien juga menjelaskan
sebagian besar kejadian ditandai dengan pasien berlari keluar dari tempat tidur dan berteriak
''Tolong!'' Atau '' Saya akan mati! '' Pasien kadang-kadang jatuh dari tempat tidur, mengenai
kepala atau anggota tubuhnya. Pasien sering merasa kelelahan sepanjang hari dan
menyangkal penyalahgunaan obat. Intensitas dan frekuensi episode yang berkurang selama
liburan juga dilaporkan.

ANAMNESIS

Keluhan utama : Seorang wanita berusis 39 tahun datang ke poliklinik kejiwaan di antar
suaminya yang mengatakan istrinya sering kali tidur sambil berjalan.

Riwayat penyakit sekarang : Keluhan tidur sambil berjalan ini sudah terjadi 2 hingga 3 kali
setiap malam, dimulai dengan pasien berlari kelar dari kamar dan berteriak “Tolong!” atau
“Saya akan mati!”. Kadang pasien jatuh dari tempat tidur membentur kepala atau anggota
tubuhnya. Pasien juga mengeluh merasakan kelelahan sepanjang hari.

Riwayat penyakit dahulu : Keluhan tidur sambil berjalan ini sudah dialami sejak masa kanak-
kanak.

Riwayat pribadi : Pasien makan dengan normal, lingkungan tempat tinggal pasien juga baik,
dan pasien menyangkal penyalahgunaan obat.

Riwayat keluarga : Keluarga pasien ada yang mengalami hal yang sama.

STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pasien perempuan berusia 39 tahun tampak sesuai dengan usianya, berpakaian rapi
menggunakan kaos dan celana panjang. Perawatan diri baik.
Kesadaran: Compos Mentis
2. Perilaku dan psikomotor
a. Sebelum wawancara : Pasien sedang duduk di ruang tunggu poliklinik
bersama orangtua nya
b. Selama wawancara : Pasien duduk, pasien menjawab dengan berbicara
pembicaraan yang jelas
c. Sesudah wawancara : Pasien tetap duduk
3. Sikap terhadap pemeriksa : Pasien bersikap kooperatif, mau menjawab semua
pertanyaan dari pemeriksa
4. Pembicaraan
 Cara berbicara: intonasi dan volume jelas
 Gangguan berbicara: Tidak terdapat hendaya atau gangguan berbicara.

B. ALAM PERASAAN
1. Mood : Eutim
2. Afek : luas
3. Keserasian : Sesuai

C. GANGGUAN PERSEPSI
a. Halusinasi : Auditorik (-) visual (-) Taltil (-) Penciuman (-)
b. Ilusi : (-) Tidak ada
c. Depersonalisasi : (-) Tidak ada
d. Derealisasi : (-) Tidak ada

D. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
a. Produktifitas : Cukup ide, relevan
b. Kontinuitas : Normal
c. Hendaya bahasa : Tidak ada
2. Isi pikir
a. Waham : (-) TIdak ada
b. Preokupasi : (-) Tidak ada
c. Obsesi : (-) Tidak ada
d. Fobia : (-) Tidak ada

E. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : tidak terganggu
2. Uji daya nilai : tidak terganggu
3. RTA : tidak terganggu
F. SENSORIUM & KOGNITIF
1. Taraf intelegensi : Pengetahuan baik
2. Konsentrasi/perhatian : Konsentrasi baik, fokus
3. Orientasi : Waktu, tempat, orang dalam batas normal
4. Kemampuan menolong diri : Tidak terganggu
G. PENGENDALIAN IMPULS
Baik, pasien dapat mengendalikan impuls
H. TILIKAN
Tilikan derajat I
I. RELIABILITAS
Dapat dipercaya

PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS INTERNUS
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 87 kali/ menit
Suhu : 36.6 C
Pernafasan : 20 kali/ menit

Status Generalis
 Kulit : sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), turgor baik, kelembaban normal
 Kepala : normosefal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah rontok
 Mata : pupil bulat, isokor, simetris, refleks cahaya +/+, konjungtiva anemis
-/-, sklera ikterik -/-
 Hidung : bentuk normal, septum deviasi (-), sekret -/-
 Telinga : normotia, nyeri tekan -/-, radang -/-
 Mulut : bibir pucat (-), sianosis (-), trismus (-), tonsil T1/T1, tonsil/faring
hiperemis (-)
 Leher : tidak teraba pembesaran KGB dan tiroid.
 Paru:
o Inspeksi: bentuk dada simetris, retraksi (-)
o Palpasi: gerakan dada simetris
o Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru
o Auskultasi: suara napas vesicular +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
 Jantung:
o Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
o Palpasi: ictus cordis teraba
o Perkusi: batas jantung DBN
o Auskultasi: BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen:
o Inspeksi: bentuk datar
o Palpasi: supel, NT (-), hepar dan lien tidak teraba membesar
o Perkusi: timpani seluruh lapang abdomen
o Auskultasi: bising usus (+3)
 Ekstremitas: akral hangat, oedem (-), CRT < 2 detik

Status Neurologis
 Saraf kranial : Dalam batas normal
 Tanda rangsang meningeal : Tidak ada
 Refleks fisiologis : Dalam batas normal
 Refleks patologis : Tidak ada
 Motorik : Dalam batas normal
 Sensorik : Dalam batas normal
 Fungsi Luhur : Baik
 Gangguan Khusus : Tidak ada
 Gejala EPS : Akatisia (-), bradikinesia (-), Rigiditas (-),
tonus otot DBN, Resting tremor (-), distonia (-)

Pemeriksaan Penunjang

Pada kelainan gangguan tidur, diagnosis umumnya dapat ditegakkan cukup dengan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Adapun pemeriksaan yang dapat dilakukan dalam
penentuan diagnosis kerja yaitu:

a. Elektroencephalogram (EEG)

Elektroencephalogram (EEG) merupakan alat yang digunakan untuk mendeteksi arus


listrik otak dan menggambarkan aktivitas listrik pada otak. EEG umumnya digunakan
untuk mendeteksi tidur yang dalam atau siklus Non-Rapid Eye Movement Sleep
(NREM) yang dibagi menjadi 4 stadium:
 Stadium I

Stadium I dimana keadaan mengantuk atau transisi dari kondisi bangun


sampai jatuh tertidur. Pada stadium ini gelombang dan aktivitas otak mulai
menurun. Pada EEG menunjukkan amplitude yang rendah, frekuensi
campuran, dan terdapat gerakan bola mata yang lambat

 Stadium II

Stadium II merupakan periode tidur yang lebih tenang dimana tidak terdapat
pergerakan bola mata. Pada pemeriksaan EEG didapatkan bahwa gelombang
otak yang cenderung lambat. Frekuensi detak jantung melambat dan suhu
menurun

 Stadium III & IV

Pada stadium ini gelombang delta bervoltase tinggi akhirnya mendominasi


pada gambaran EEG tetapi gelombang tidurnya lambat.

Diagnosis Kerja

Sleep Walking/Somnambulisme

Somnambulisme adalah gangguan tidur sambil berjalan, berupa gangguan perilaku yang
terjadi dalam tahap mimpi dari tidur. Selama fase ini, tubuh melepaskan zat kimia yang
melumpuhkan tubuh. Namun, mereka yang berjalan sambil tidur tidak memiliki pemicu
kimia tersebut, sehingga dapat berjalan-jalan. Kebanyakan somnambulisme terjadi pada
anak-anak karna sistem saraf belum berkembang sempurna, tetapi dapat juga terjadi pada
orang dewasa akibat gangguan psikologis, atau stress berat. Somnambulisme terdiri atas
rangkaian perilaku kompleks yang diawali pada sepertiga pertama malam selama tidur
NREM tahap 3 dan 4, pasien dapat duduk dan kadang-kadang melakukan tindakan motoric
pervasive serta berakhir dengan terbangun disertai beberapa menit kebingungan.

Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk membuat diagnosis pasti:

a) gejala yang utama adalah satu atau lebih episode bangun dari tempat tidur,
biasanya pada sepertiga awal tidur malam, dan terus berjalan-jalan; (kesadaran
berubah)

b) Selama satu episode, individu menunjukan wajah bengong (blank, staring


face), relative tak memberi respons terhadap upaya orang lain untuk mempengaruhi
keadaan atau untuk berkomunikasi dengan penderita, dan hanya dapat
disadarkan/dibangunkan dari tidurnya dengan susah payah

c) Pada waktu sadar/bangun (setelah satu episode atau besok paginya), individu
tidak ingat apa yang terjadi

d) Dalam kurun waktu beberapa menit setelah bangun dari episode tersebut, tidak
ada gangguan aktivitas mental, walaupun dapat dimulai dengan sedikit bingung dan
disorientasi dalam waktu singkat.

e) Tidak ada bukti adanya gangguan mental organik

Diagnosis Banding

a. Terror Tidur/ Night Terror

Teror tidur merupakan gangguan tidur dimana penderita akan mengalami episode
berteriak disertai dengan rasa takut yang intens dan memukul saat seseorang masih
tertidur. Biasanya hal ini terjadi pada saat 1-2 jam setelah mulai tidur yang disebabkan
oleh stress ataupun kurang tidur sebelumnya. Pada terror tidur biasanya terjadi pada
stadium tidur ke 3-4. Pada terror tidur, terdapat gambaran klinis yang harus dipenuhi,
antara lain:

I. Gejala utama dari penyakit ini adalah satu atau lebih episode bangun dari
tidur, mulai dengan berteriak karena panic, disertai anxietas yang hebat,
sehingga seluruh tubuh bergetar dan hiperaktivitas otonomik seperti jantung
berdebar, napas cepat, pupil membesar, dan berkeringat
II. Episode ini dapat berulang setiap episode basanya berkisar 1-10 menit.
Biasanya terjadi pada sepertiga awal tidur malam
III. Secara relative tidak bereaksi terhadap berbagai upaya orang lain untuk
mempengaruhi keadaan terror tidurnya dan kemudian dalam beberapa menit
setelah bangun biasanya terjadi disorientasi dan gerakan-gerakan berulang
IV. Ingatan terhadap kejadian cenderung minimal atau tidak ada biasanya terbatas
pada satu atau dua bayangan bayangan yang terpilah-pilah
V. Tidak ada buktinya adanya gangguan mental organic

b. Mimpi Buruk/Nightmare

Nightmare adalah sebuah gangguan ansietas mimpi yang terjadi dengan ditandai
mimpi berulang-ulang selama tidur dan mimpi terasa mengancam dan menakutkan
sehingga membuat tidur tidak nyaman dan aman. Mimpi buruk sering terjadi pada
stadium tidur 1-2 yang biasa terjadi pada pertengahan ataupun akhir tidur. Penyebab
dari mimpi buruk bisa diakibatkan oleh pemberhentian konsumsi hipnotik ataupun
alkohol, betablocker, atupun depresi. Biasanya mimpi buruk bisa terjadi pada tidur
siang maupun malam.

Kriteria diagnosis pada mimpi buruk antara lain:

I. Terbangung dari tidur malam atau tidur siang yang berkaitan dengan mimpi
yang menakutkan yang dapat diingat kembali dengan rinci dan jelas, biasanya
perihal ancaman kelangsungan hidup, keamanan, atau harga diri, yang dimana
akan terjadi kapan saja selama periode tidur tetapi yang khas adalah pada paru
kedua masa tidur.
II. Setelah terbangun dari mimpi yang menakutkan, penderita segera sadar penuh
dan mampu mengenali lingkungannya
III. Pengalaman mimpi itu, dan akibat dari tidur yang terganggu menyebabkan
penderitaan yang cukup berat bagi penderita

Terapi

Biasanya tidak diperlukan pengobatan untuk sleepwalking. Jika anda melihat anak
anda atau orang lain tidur sambil berjalan di rumah, tuntun dia kembali ke tempat tidur
dengan lembut. Sebenarnya tidak berbahaya jika dibangunkan, tapi dapat mengganggu. Ia
mungkin bingungcketika terbangun mendapati dirinya tidak di tempat tidur. Pengobatan
untuk orang dewasacdapat menggunakan hipnosis. Meskipun jarang, sleepwalking dapat
diakibatkan obat, sehingga penanganan dengan pengobatan mungkin diperlukan. Jika
sleepwalking mengarah pada kantuk berlebihan di siang hari atau menimbulkan risiko cedera
serius, dokter dapat merekomendasikan pengobatan. Penggunaan benzodiazepin atau
antidepresan tertentu dalam jangka pendek dapat menghentikan episode sleepwalking.

Anda mungkin juga menyukai