Anda di halaman 1dari 16

HIERARKI DIAGNOSIS PADA GANGGUAN JIWA

DAFTAR ISI
Halaman Judul..........................................................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................................ii
Daftar Isi..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
2.1 Hierarki Diagnosis.........................................................................................................2
2.2 Urutan Hierarki.............................................................................................................2
2.3 Penggunaan Urutan Hierarki dalam PPDGJ III............................................................3
2.4 Urutan Hierarki Diagnosis Blok Gangguan Jiwa..........................................................3
2.4.1 Gangguan mental organik....................................................................................4
2.4.2 Gangguan Mental dan Prilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif......................4
2.4.3 Skizofrenia, Skizotipal, Waham...........................................................................7
2.4.4 Gangguan Suasana Perasaan Mood......................................................................7
2.4.5 Gangguan Neurotik, Somatoform, dan Terkait Stres...........................................8
2.4.6 Sindrom Perilaku yang Berhubungan Dgn Ggn Fisiologis dan faktor Fisik........9
2.4.7 Gangguan Kepribadian dan Prilaku Masa Dewasa............................................10
2.4.8 Retardasi Mental................................................................................................11
2.4.9 Gangguan Perkembangan Psikologis.................................................................11
2.4.10 Gangguan Perilaku dan Emosional dengan Onset Biasanya Pada Masa Kanak

dan Remaja…....................................................................................................12

2.5 Diagnosis Multitaksial.................................................................................................13


2.6 Diagnosis Multiaksial Terdiri Dari 5 Aksis Diagnosis...............................................13
BAB III KESIMPULAN........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Orang dengan pikiran yang sehat harus mampu berpikir dengan jelas, mampu
memecahkan berbagai masalah yang berada di dalam masalah, menikmati hubungan
yang baik dengan teman-teman, rekan kerja, keluarga dan merasa tenteram secara
spiritual serta membawa kebahagiaan bagi orang lain. Aspek kesehatan inilah yang
disebut sebagai kesehatan jiwa.
Gangguan jiwa adalah sindrom pola perilaku seseorang yang secara khas
berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment)
didalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia, yaitu fungsi psikologig,
perilaku, biologig dan gangguan itu tidak hanya terltak didalam hubungan antara
orang itu tetapi juga dengan masyarakat.
Kesehatan jiwa bukanlah sesuatu yang mudah untuk dijaga, dengan tekanan
kehidupan yang semakin berat untuk dihadapi. Seiring dengan berkembangnya zaman
dan kemajuan teknologi semakin banyak pula masalah yang mesti dihadapi, baik
menggunakan fisik ataupun psikologig untuk mencapai kesejahteraan hidup. Dengan
keadaan seperti ini yang akan menuntut para individu untuk menyesuaikan (adaptasi).
Tidak setiap individu mampu beradaptasi dengan kemajuan, setiap individu
mempunyai hambatan-hambatan masing-masing. Dan masalah yang datang tanpa
diiringi dengan pemecahan-pemecahan masalah akan menimbulkan semacam
ancaman bagi perasaan individu yang dapat menimbulkan stres berkepanjangan
bahkan menyebabkan gangguan jiwa. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik
positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
mencerminkan kedewasaan kepribadian.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hierarki diagnosis


Hierarki diagnosis merupakan cara yang sistematik untuk memastikan suatu diagnosis
gangguan jiwa. Bentuknya vertical yaitu dari atas yang bersifat organik kemudian ke bawah
yang bersifat non organik, berdasarkan luasnya tanda dan gejala, dimana urutan hierarki lebih
tinggi memiliki tanda dan gejala yang semakin luas. Dikotomi neurotik – psikotik tidak
digunakan lagi maka dari itu pengelompokan berdasarkan kesamaan tema/kemiripan
gambaran klinik.

2.2 Urutan Hierarki


Manifestasi gangguan jiwa sangat bervarisi, gejalanya dapat berupa gejala dari aspek
perilaku, pikiran dan/atau perasaan seperti kebingungan, sukar konsentrasi, perilaku gelisah,
perasaan kesal, marah, gejala halusinasi, waham, sukar tidur, dsb. Kumpulan gejala itu
(misalnya: sukar tidur, gelisah, halusinasi, atau palpitasi), bisa saja terdapat pada beberapa
diagnosis dengan gejala yang sama atau mirip, sehingga upaya untuk memastikan sebuah
diagnosis sering sukar apabila hal itu hanya didasarkan pada kumpulan gejala.
Untuk itu diperlukan suatu cara yang sistematik untuk memastikan suatu diagnosis
gangguan jiwa.1
WHO mengelompokkan gangguan-gangguan jiwa dalam blok-blok tertentu
berdasarkan adanya persamaan deskriptif baik persamaan dalam etiologi (misalnya etiologi
organik/medis atau zat psikoaktif dalam F0 dan F1), atau persamaan dalam gejala dasar
(misalnya gejala psikotik dalam F2 atau gangguan mood dalam F3), dan menaruh blok-blok
itu berdasarkan suatu urutan hierarkis.4
Pengertian urutan hierarkis adalah : pada umumnya gangguan-gangguan jiwa yang
secara hierarkis terletak dalam urutan di atas mempunyai lebih banyak unsur (gejala) dari
gangguan jiwa yang terletak dalam blok di bawahnya.
Contoh: Walaupun blok F0 dapat ditemukan gejala psikotik, gajala mood, atau gejala cemas,
namun blok itu mempunyai kelebihan berupa etologi organik/medis. Sedangkan blok F1
eiologinya hanya zat psikoaktif, walaupun gejalanya dapat mirip dengan gejala pada blok F0.
Dipihak lain pada blok F2 gangguan / gejala dasarnya hanya gejala psikotik
(walaupun kadang-kadang ada gejala mood sebagai gangguan tambahan) tanpa disebabkan
oleh etiologi organik/medis. Dalamblok F3 gangguan dasarnya adalah gangguan suasana

2
perasaan / mood (walaupun kadang-kadang dapat ada gejala psikotik sebagai tambahan)
tanpa disebabkan etiologi organik/medis.
Yang dimaksudkan dengan “etiologi medik” adalah kondisi patologis yang dapat
ditemukan dengan pemeriksaan fisik dan laboratorium yang konvensional. Kita mengetahui
bahwa sebenarnya gangguan jiwa dalam blok F2 dan F3 disebabkan juga oleh gangguan
biologis, tapi dalam hal ini gangguan biologisnya bertaraf neurotransmiter yang sukar
dideteksi dengan prosedur laboratorium standard.
Demikian pula, makin ke atas hierarki, biasanya makin berta tingkat keparahan atau
kedaruratannya khususnya yang bersangkutan dalan F0, F1, F2, dan F3.1

2.3 Penggunaan Urutan Hierarki dalam PPDGJ III


Urutan hierarkis hanya berlaku untuk urutan F0-F5, sedangkan F6 dipertimbangkan
secara khusus sebab F60 dan F61 dicatat dalam aksis II, dan gangguan jiwa lainnya dalam
blok F6 (yang mencakup berbagai keadaan dan pola perilaku yang secara klinis bermakna
yang cenderung menetap dan merupakan ekspresi dari gaya hidup yang khas dari seseorang
serta cara berhubungan dengan diri sendiri serta orang lain) dicatat dalam Aksis I.
Untuk memastikan diagnosis dari sekumpulan gejala (misalnya kecemasan) sebagai
suatu gangguan jiwa tertentu misalya : Gangguan Cemas Menyeluruh (terletak dalam F4),
pastikan dahulu bahwa gejala-gejala itu tidak merupakan gejala dari gangguan jiwa yang
terletak dalam hierarki diatasnya.
Jadi pertama-tama pastikan dulu bahwa gejala kecemasan itu bukan merupakan gejala
dari gangguan jiwa dalam F0 (misalnya gangguan cemas organik karena hipertiroidisme),
lalu pastikan bahwa gejala cemasnya bukan karena gangguan jiwa dalam F1 (misalnya dalam
keadaan intoksikasi zat psikoaktif, atau dalam keadaan putus zat).
Kemudian pula pastikan juga bahwa gejala cemas itu bukan merupakan gejala cemas karena
orang itu menderita gangguan jiwa dalam F2 (misalnya skizofrenia) atau karena menderita
gangguan jiwa dalam F3 (misalnya depresi)
Selanjutnya pastikan bahwa gejala cemas itu memenuhi kriteria diagnostik Gangguan
Anxietas/Cemas Menyeluruh (f41.1).1

2.4 Urutan Hierarki Diagnosis Blok Gangguan Jiwa


2.4.1 Gangguan mental organic
Ciri khas pada gangguan ini ada 2 yaitu: yang pertama disebabkan oleh penyakit atau
gangguan fisik/kondisi medik yang secara primer mempengaruhi otak secara fisiologis

3
sehingga terjadi disfusngsi otak, dan yang kedua penyakit atau kondisi di luar otak yang
secara sekunder atau secara sistemik mempengaruhi fungsi otak secara fisiologis sehingga
terjadi disfungsi otak.
Untuk memastikan diagnosis dalam blok ini diperlukan bukti dari riwayar penyakit,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium yang menyokong hal ini.
Dalam blok ini gangguan mental organik hanya terdapat satu sindrom atau diagnosis
yang mempunyai gejala tambahan berupa panurunan kesadaran, yaitu delerium
Kemungkinan gangguan mental organik selalu harus menjadi bahan pertimbangan
utama dan pertama apabila pasien datang dengan gejala mental, karena apabila diagnosis
kondisi itu luput dari perhatian, maka dampaknya adalah terapi yang diberikan hanyalah
terapi simptomatis, sehingga etiologi organiknya terluput dan akibatnya kondisi dapat
bertambah parah bahkan fatal.1
Ganguan mental organik, yaitu :
F00 Demensia pada penyakit Alzheimer.
F01 Demensia Vaskular.
F03 Demensia YTT.
F04 Sindrom Amnesik Organik, Bukan Akibat Alkohol dan Zat Psikoaktif lainnya.
F05 Delirium, Bukan Akibat Alkohol dan Zat Psikoaktif lainnya.
F06 Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik.
F07 Gangguan kepribadian dan perilaku akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit
fisik.
F09 Gangguan mental Organik atau Simtomatik YTT.2,3

2.4.2 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif


Ciri khas gangguan jiwa dalam blok ini tidak di sebabkan oleh F0.
Gangguan jiwa dalam kelompok ini disebabkan oleh akibat langsung dari penggunaan
zat psikoaktif yang secara fisiologis mempengaruhi otak dan menimbulkan gangguan mental
dan prilaku.
Tidak semua orang yang menggunakan zat psikoaktif akan menujukan gejala
gangguan jiwa. Gangguan jiwa akibat zat psikoaktif baru di kategorikan sebagai gangguan
jiwa apabila secara klinis ada gejala yang memenuhi kriteria gangguan jiwa.1
Blok ini berisi kelainan akibat penggunaan zat psikoaktif, baik melalui resep dokter
atau tidak. Karakter ketiga pada kode menunjukkan jenis zat, dan karakter keempat
menunjukkan keadaan klinis. Kode ini digunakan untuk setiap zat yang diduga, namun harus

4
diperhatikan bahwa tidak semua kode karakter keempat ini bisa digunakan pada semua zat.
Subdivisi karakter keempat berikut digunakan untuk kategori F10-F19:
Intoksikasi akut
Kondisi setelah mempersembahkan zat psikoaktif yang menyebabkan kekacauan
tingkat kesadaran, kognisi, persepsi, alam perasaan atau tingkah-laku, atau fungsi dan respons
psiko-fisiologis lain. Kekacauan berbanding lurus dengan efek farmakologis dan berkurang
menurut waktu. Kesembuhan sempurna, kecuali kerusakan jaringan atau komplikasi lain
telah terjadi. Komplikasi bisa berupa trauma, inhalasi muntahan, delirium, koma, kejang, dan
lain-lain. Sifat tergantung pada jenis farmakologis dan cara pemberian zat tersebut.
Contohnya adalah mabuk alkohol, "perjalanan buruk" (obat-obatan), mabuk NOS, intoksikasi
patologis, ‘kesurupan 'dan‘ kemasukan ’pada waktu intoksikasi zat psikoaktif.
1. Penggunaan yang berbahaya
Sebuah pola penggunaan zat psikoaktif yang merusak kesehatan. Kerusakan
bisa berupa fisik (seperti hepatitis akibat penyuntikan zat psikoaktif) atau mental
(misalnya episode depresi setelah meminum alkohol dalam jumlah besar).
2. Sindroma ketergantungan
Campuran fenomena tingkah-laku, kognitif, dan fisiologis yang muncul
setelah pemakaian berulang, Sindroma ini khas dengan cara yang berlaku untuk
menggunakan zat tersebut, sulit mengontrol penggunaannya, tetap menggunakan
walau kondisi yang berbahaya, prioritas untuk menggunakan zat yang lebih besar
dibandingkan dengan kegiatan dan kewajiban Lain, naiknya toleransi terhadap zat,
dan kadang-kadang-kadang gejala penyakit fisik. Sindroma ini bisa terjadi pada zat
psikoaktif tertentu (tembakau, alkohol, atau diazepam), satu kelompok obat (opioid),
atau berbagai jenis zat psikoaktif yang secara farmakologis berbeda.
3. Keadaan putus obat
Kelompok gejala yang terjadi akibat akibat penarikan zat psiko setelah
penggunaan yang menetap. Onset dan arah perjalanan gejala ini terbatas dan
tergantung pada zat psikoaktif dan dosis yang digunakan sebelum digunakan atau
dikurangi. Keadaan ini bisa diperberat oleh kejang-kejang.
4. Keadaan putus obat dengan delirium
Keadaan putus obat yang diikuti oleh delirium (F05.-). Kejang juga bisa
timbul. Kalau penyebabnya diduga faktor organik, maka harus diklasifikasikan pada
F05.8. Contohnya delirium tremens (diinduksi alkohol).

5
5. Kelainan psikosis
Sekelompok fenomena psikosis yang terjadi selama atau sesudah penggunaan
zat psikoaktif tapi tidak bisa didasarkan pada intoksikasi akut saja dan tidak
merupakan keadaan keadaan putus obat. Kelainan ini khas dengan halusinasi
(biasanya auditorius, tapi sering lebih dari satu jenis sensoris), distorsi persepsi,
waham (sering bersifat paranoid atau curiga), kekacauan psikomotor (kegembiraan
atau pingsan), dan alam perasaan abnormal yang bisa berkisar dari sangat takut atau
sangat senang. Sensoris biasanya jernih, namun bisa terjadi penurunan kesadaran
walau pun tidak berat.
Contohnya adalah halusinosis, cemburu, paranoia dan psikosis akibat alcohol.
6. Sindroma amnesia
Sebuah gejala dengan kerusakan pada ingatan baru dan lama. Ingatan terbaru
masih utuh, ingatan baru tidak terganggu ingatan lama. Kekacauan sensasi waktu dan
urutan kejadian biasanya ada, di samping kesulitan belajar hal baru. Konfabulasi bisa
sangat menonjol walaupun tidak selalu ada. Fungsi kognitif lain biasanya baik dan
kerusakan amnesia tidak seimbang dengan kekacauan lain. Misalnya kelainan
amnesia akibat alkohol atau obat, dan psikosis / sindroma Korsakov akibat alkohol
atau zat psikoaktif lain, atau tidak.
7. Kelainan psikotik sisa (residual) dan mulainya terlambat (onset terlambat)
Perubahan kognisi, alam perasaan, kepribadian, atau tingkah laku akibat
alkohol atau zat psikoaktif berlangsung lebih lama mestinya. Awal kejadian kelainan
harus sesuai dengan penggunaan zat psikoaktif. Kalau kelainan terjadi setelah episode
penggunaan zat, kelainan tersebut dikode kalau jelas merupakan efek sisa zat tersebut.
8. Kelainan jiwa dan tingkah laku lainnya.
9. Kelainan jiwa dan tingkah laku yang tidak ada.2
Gangguan mental danperilaku akibat penggunaan zat psikoaktif, yaitu:
F10 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alcohol.
F11 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioida.
F12 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabioida.
F13 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan sedativa atau hipnotika.
F14 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kokain.
F15 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan stimulainsia lain termasuk kafein.
F16 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan halusinogenika.
F17 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan tembakau.

6
F18 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan pelarut yang mudah menguap.
F19 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multipel dan penggunaan
zat psikoaktif lainnya.3

2.4.3 Skizofrenia, Gangguan Skizotipal Dan Gangguan Waham (Serta Gangguan


Psikotik Lain)
Ciri khas gangguan jiwa dalam blok ini tidak disebabkan oleh F0 dan F1.
Gangguan dasarnya adalah gejala psikotik yaitu halusinasi, waham, prilaku kataton,
prilaku kacau, pembicaraan kacau yang pada umumnya atau tidak selalu disertai tilikan yang
bukuk. Gejala psikotik ini mendominasi gambaran klinisnya baik dalam intensitas dan lama
perjalanan penyakit ( walaupun dalam keadaan remisi parsial atau residual gejala psikotik
dapat tetap ada tepi mundur ke latar belakang).
Perlu di perhatikan bahwa satu-satunya gangguan mental dalam blok ini yang tidak
pernah ada gejala psikotik baik dalam riwayat penyakitnya sehingga masa sekarang, adalah
gangguan skozotipal, gangguan ini dimasukan ke dalam blok ini karena sudah terbukti bahwa
gangguan ini secara genetik termasuk dalam “keluarga skizofrenia”.1
Dalam blok ini termasuk juga gangguan psikotik akut dan sementara dan gagguan
skizoafektif.
Skizofrenia, Gangguan Skizotipal Dan Gangguan Waham, yaitu:
F20 Skizofrenia.
F21 Gangguan Skizotipal.
F22 Gangguan Waham Menetap.
F23 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara.
F24 Gangguan Waham Terinduksi.
F25 Gangguan skizoafektif.
F28 Gangguan psikotik nonorganik lainnya.
F29 Psikosis nonorganic.3

2.4.4 Gangguan Suasana Perasaan (Mood Affective Disorder)


Ciri khas gejala dari gangguan jiwa dalam kelompok ini tidak disebabkan oleh F0,
F1, dan F2.
Gejala dasarnya adalah gangguan suasana perasaan mood (depresi atau manik) yang
pada umumnya bersifat episodik (kecuali misalnya pada distimia yang bersifat kronis

7
menahun). Ganggan mood itu selalu ada selama episode itu walaupun dapat berbeda dalam
intensitasnya.
Kadang-kadang ditemukan juga gejala psikotik yang dapat bertaraf berat dalam
intensitasnya, tapi perlu diingat bahwa lama atau jangka waktu gejala psikotik itu selalu lebih
pendek dan lama atau jangka waktu episode gangguan mood yang mendasarinya, sehingga
menjelang episode itu berakhir yang tinggal hanyalah gejala mood.
Pada gangguan psikotik “non organik”(F2), kadang-kadang bisa terdapat gejala mood,
sehingga pada pemeriksaan sesaat, sukar dibedakan dengan F3 yang di sertai dengan gejala
psikotik. Dalam hal ini lama atau jangka waktu gangguan moodnya lebih pendek
dibandingkan dengan gejala waktu gangguan psikotiknya.1
Gangguan Suasana Perasaan (Mood Affective Disorder), yaitu:
F30 Episode manik.
F31 Gangguan afektif bipolar.
F32 Gangguan depresif.
F33 Gangguan depresif secara berulang.
F34 Gangguan suasana perasaan (mood afektif) menetap.
F38 Gangguan suasana perasaan (mood afektif) lainnya.
F39 Gangguan suasana perasaan (mood afektif) YTT.3

2.4.5 Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform, Dan Gangguan Yang Berkaitan


Dengan Stres
Ciri khas kelompok gangguan jiwa dalam blok ini tidak disebabkan oleh F0, F1, F2,
dan F3.
Berbeda dengan konsep dahulu dimana pengertian neurotik selalu berarti etiologinya
adalah faktor atau konflik patologis, di sini istilah “neurotik” masih di pertahankan karena
alasan historis, karena walaupun sebagian besar gangguan jiwa dalam blok ini berlatar
belakang atau ada kaitan dengan faktor psikologis, kini terbukti juga bahwa ada beberapa
jenis gangguan dalam kelompok ini yang faktor biologisnya berperan besar misalnya
gangguan obsesif-kompulsif (F42).
Gejala dasarnya bergantung pada kelompok dalam blok F4 itu. Kelompok ganguan
cemas dan fobik gejala utamanya adalah kecemasan yang dapat bersifat kronis misalnya
gangguan cemas menyeluruh atau episodik misalnya gangguan panikatau cemas timbul bila
dihadapkan pada situasi atau objek fobik atau bila melawan pikiran obsesif.

8
Kelompok gangguan yang berkaitan dengan steres ada 2 jenis stresor yaitu yang pertama
stresor yang sering timbul dalam kehidupan sehari-hari dan jenis yang kedua stresor yang
bersifat malapetaka dan tidak lazim dialami orang dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak semua orang yang mengalami stresor akan menunjukan ganggan jiwa atau akan
menunjukan gangguan jiwa yang berkaitan dengan stres.
Walaupun ada stresor, diagnosis gangguan jiwa bergantung pada gambaran klinisnya
Kelompok gangguan disosiatif gejala umumnya adalah kehilangan sebagian atau
menyeluruh intergrasi normal antara ingatan masa lalu, kesadaran identitas dan sensasi
langsung dan kendali terhadap gerakan tubuh.
Kelompok gangguan somatoform gejala utamanya adalah keluhan preokupasi dengan
rasa sakit atau menderita penyakit tertentu walau tidak ada dasar gangguan medis atau fisik
yang mendasarinya keluhannya bersifat berulang walau terbukti dan di jamin oleh dokter
bahwa keluhannya itu tidak ada dasar mediknya.1
Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform, Dan Gangguan Yang Berkaitan Dengan Stres,
yaitu:
F40 Gangguan Anxietas Fobik.
F41 Gangguan Anxietas lainnya.
F42 Gangguan Obsesif Kompulsif.
F43 Reaksi terhadap stres berat dan gangguan.
F44 Gangguan Disosiatif.
F45 Gangguan Somatoform.
F48 Gangguan neurotik lainnya.3

2.4.6 Sindrom Perilaku Yang Berhubungan Dengan Gangguan Fisiologis Dan Faktor
Fisik, yaitu :
Ciri khas gejala gangguan jiwa di sini tidak merupakan gejala dari gangguan jiwa
dalam blok F0, F1, F2, F3, dan F4.
Jenisnya adalah ganguan makan, gangguan tidur nonorganik, disfungsi seksual yang bukan
disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik, gangguan jiwa dan prilaku yang
berhubungan dengan masa nifas yang tidak diklasifikasikan di tempat lain, faktor psikologis
dan prilaku yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit yang diklasifikasikan di
tempat lain sampai dahulu di kenal dengan nama gangguan psikosomatik.1
Sindrom Perilaku Yang Berhubungan Dengan Gangguan Fisiologis Dan Faktor Fisik, yaitu :
F50 Gangguan makan.

9
F51 Gangguan tidur nonorganik.
F52 Disfungsi seksual bukan disebabkan oleh gangguan atau penyalit organik.
F53 Disfungsi jiwa dan perilaku yang berhubungan dengan masa nifas YTK.
F54 Faktor psikologis dan perilaku yang berhubungan dengan penyakit YDK.
F55 Penyalahgunaan zat yang tidak menyebabkan ketergantungan.
F59 Sindrom Perilaku YTT yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik.3,5

2.4.7 Gangguan Kepribadian Dan Perilaku Masa Dewasa


Ciri khas dari blok ini mencakup berbagai keadaan dan pola perilaku yang secara
klinis bermakna yang cederung menetap dan merupakan ekspresi dari gaya hidup yang khas
dari seseorang serta cara berhubungan dengan diri sendiri serta orang lain.
Beberapa dari keadaan dan pola perilaku individu ini timbul secara dini dalam masa
pertumbuhan atau perkembangan individu sebagai hasil dari faktor genetik, konstitusional,
maupun pengalaman sosial, sementara lainnya didapat pada masa kehidupan selanjutnya.
Ada beberapa jenisnya yaitu: gangguan kepribadian khas, gangguan kepribadian
campuran lainnya, gangguan kepribadian yang berlangsung lama yang tidak diakibatkan oleh
kerusakan atau penyakit otak, gangguan kebiasaan dan impuls, gangguan identitas jenis
kelamin, gangguan preferensi seksual, gangguan psikologis dan perilaku yang berhubungan
dengan perkembangan dan orientasi seksual, gangguan kepribadian dan perilaku masa
dewasa lainnya.
Orientasi seksual (heteroseksual, biseksual, atau homoseksual) tidak dikategorikan
sebagai suat gangguan jiwa, orientasi seksual kini dicantumkan sebagai bagian identitas diri
seseorang (identitas diri misalnya nama, usia, gender, orientasi seksual, suku bangsa, agama,
budaya, pendidikan, warna kulit, dsb. adalah ciri khas seseorang, bersifat netral dan harus
diterima sebagaimana adanya sesuai dengan defenisi kesehatan jiwa)
Blok F7, F8, dan F9, tidak disusun berdasarkan urutan hierarkis, melainkan
merupakan kelompok gangguan jiwa yang sering terdapat – berawitan dalam masa kanak dan
remaja.
Perlu diperhatikan, bahwa untuk keadaan tertentu beberapa kondisi dari F0, F1, F2,
F3, F4, F5, F6 dapat saja terjadi dalam masa kanak dan remaja.1
Gangguan Kepribadian Dan Perilaku Masa Dewasa, yaitu:
F60 Gangguan kepribadian khas.
F61 Gangguan kepribadian campuran dan lainnya.

10
F62 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama yang tidak dapat diakibatkan oleh
kerusakan atau penyakit otak.
F63 Gangguan kebiasaan dan impuls.
F64 Gangguan identitas jenis kelamin.
F65 Gangguan preferensi seksual.
F66 Gangguan psikologis dan perilaku yang berhubungan dengan perkembangan dan
orientasi seksual.
F68 Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa lainnya.
F69 Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa YTT.5

2.4.8 Retardasi Mental


Ciri khas yang paling terlihat pada retardasi mental ini biasanya IQ dibawah 70, dan
semua aspek perkembangannya terlambat atau terhenti sehingga menimbulkan disfungsi dan
berawitan dibawah usia 18 tahun.
Catatan: apabila seseorang dengan IQ dibawah 70 awitannya baru timbul diatas usia
18 tahun (misalnya karena suatu kondisi medis), maka hal itu dinamakan demensia.
Jenis:
 Retardasi Mental Ringan : IQ 50 – 69.
 Retardasi Mental Sedang : IQ 35 – 49.
 Retardasi Mental Berat : IQ 20 – 34.
 Retardasi Mental Sangat Berat : IQ dibawah 20.1
Retardasi Mental, yaitu:
F70 Retardasi mental ringan.
F71 Retardasi mental sedang.
F72 Retardasi mental berat.
F73 Retardasi mental sangat berat.
F78 Retardasi mental lainnya.
F79 Retardasi mental YTT.5

2.4.9 Gangguan Perkembangan Psikologis


Jenis :
 Gangguan Perkembangan Khas (F80-F83)

11
Ciri khas : Pada kasus yang nmurni IQ nya normal; dan biasanya hanya satu
aspek dari fungsi individu yang terganggu, awitannya mulai dalam masa bayi
atau kanak.

 Gangguan Perkembangan Pervasif (F84)


 Ciri khas : Gangguan dasarnya dalah abnormalitas kualitatif dalam interaksi timbal
balik dengan orang lain, sehingga akibatnya, pada kasus yang berat terjadi retardasi
mental, awitannya dalam masa bayi atau dibawah usia 5 tahun.1
Gangguan Perkembangan Psikologis, yaitu:
F80 Gangguan perkembangan khas Berbicara dan berbahasa.
F81 Gangguan perkembangan belajar khas.
F82 Gangguan perkembangan motorik khas.
F83 Gangguan perkembangan khas campuran.
F84 Gangguan perkembangan pervasive.
F85 Gangguan perkembangan psikologis lainnya.
F89 Gangguan perkembangan psikologis YTT.5

2.4.10 Gangguan Perilaku Dan Emosional Dengan Onset Biasanya Pada Masa Kanak
Dan Remaja
Jenis Gangguan Perilaku Dan Emosional Dengan Onset Biasanya Pada Masa Kanak
Dan Remaja, yaitu: :
F90 : Gangguan Hiperkinetik.
F91 : Gangguan Tingkah Laku.
F92 : Gangguan Campuran Tingkah Laku dan Emosi.
F93 : Gangguan Emosional dengan Awitan Khas pada Masa Kanak.
Jenis : Gangguan Anxietas Perpisahan Masa Kanak; Gangguan Anxietas Fobik Masa
Kanak; Gangguan Anxietas Sosial Masa Kanak; Gangguan Persaingan Antar Saudara
(Sibling Rivalry Disorder).
F94 : Gangguan Fungsi Sosial dengan Awitan Khas pada Masa Kanak dan Remaja
Jenis: Gangguan Tik Sementara; Gangguan Tik Motorik atau Vokal Kronik;
Gangguan Campuran Tik Vokal dan Multipel (Syndrom de la Tourette) .

12
F98 : Gangguan Perilaku dan Emosional dengan Awitan biasanya pada Masa Kanak dan
Remaja.
Jenis: Enuresis Nonorganik, Enkopresis Nonorganik, Gangguan Masa makan Bayi
dan Kanak, Pika Masa Bayi dan Kanak, Gangguan Gerakan Streotipi, Gagap.1

2.5 Diagnosis multiaksial


Tujuan dari diagnosis Multiaksial adalah sebagai berikut, yaitu :
1. Mencakup informasi yang melaporkan gangguan jiwa, kondisi fisik umum, masalah
psikososial dan lingkungan, secara global, sehingga dapat membantu dalam Sebuah
perencanaan terapi dan meramalkan “outcome” atau prognosis.
2. Format yang “mudah” dan “sistematik”, sehingga dapat membantu dalam Sebuah
menata dan mengkomunikasikan informasi klinis, menangkap kompleksitas situasi
secara klinis, dan menggambarkan heterogenitas individu dengan diagnosis klinis
yang sama.
3. Memacu penggunaan “Model bio-psiko-sosial” dalam klinis, pendidikan, dan
penelitian.6

2.6 Diagnosis multiaksial terdiri dari 5 aksis diagnosis, yaitu sebagai berikut
1. Aksis I: Gangguan klinis. Termasuk Kondisi lainnya yang dapat merupakan fokus
perhatian klinis.
2. Aksis II: Gangguan kepribadian. Termasuk retardasi mental.
3. Aksis III: Kondisi medis umum atau gangguan fifik yang berhubungan dengan
gangguan mental.
4. Aksis IV: Problem psikososial dan lingkungan, biasanya setahun sebelumnya, seperti
tidak punya pekerjaan, perceraian, problem keuangan, korban penelantaran anak, dan
yang lainnya.
5. Aksis V: Penilaian fungsi secara global (GAF, Global Assesment of Functional Scale)
yang merupakan pengukuran fungsi umum (kisaran skala 1 sampai 100), dan
digunakam dalam melaksanakan penatalaksanaan serta meramalkan hasil.7

BAB III
PENUTUP

13
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan secara umum
serta merupakan dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia. penyebab gangguan
jiwa terdiri dari faktor penyebab predisposisi dan presipitasi. Faktor ini ditinjau dari aspek
biologis, psikologis ,dan sosial.

DAFTAR PUSTAKA

1. 1. Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit
FK UI. Jakarta, 2013
2. Maslim, Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III.
Jakarta: PT Nuh Jaya
3. Nasrun, M.W.S. 2000. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC.
4. WHO. 2010. International Statistical Classification of Disease and Related Health
Problems,Tenth Revision, Volume 1 Tabular List. Geneva: WHO.
5. Ingram, M., 1993. Catatan Kuliah Psikiatri. Terjemahan. Edisi IV. EGC. Jakarta.
6. Kaplan dan Sadock, 2017. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis. Edisi VII. Jilid II. Bina Aksara. Jakarta.
7. Roan, W. M., 1991. Ilmu Kesehatan Jiwa. Edisi I. Airlangga University Press.
Surabaya.

14

Anda mungkin juga menyukai