DAFTAR ISI
Halaman Judul..........................................................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................................ii
Daftar Isi..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
2.1 Hierarki Diagnosis.........................................................................................................2
2.2 Urutan Hierarki.............................................................................................................2
2.3 Penggunaan Urutan Hierarki dalam PPDGJ III............................................................3
2.4 Urutan Hierarki Diagnosis Blok Gangguan Jiwa..........................................................3
2.4.1 Gangguan mental organik....................................................................................4
2.4.2 Gangguan Mental dan Prilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif......................4
2.4.3 Skizofrenia, Skizotipal, Waham...........................................................................7
2.4.4 Gangguan Suasana Perasaan Mood......................................................................7
2.4.5 Gangguan Neurotik, Somatoform, dan Terkait Stres...........................................8
2.4.6 Sindrom Perilaku yang Berhubungan Dgn Ggn Fisiologis dan faktor Fisik........9
2.4.7 Gangguan Kepribadian dan Prilaku Masa Dewasa............................................10
2.4.8 Retardasi Mental................................................................................................11
2.4.9 Gangguan Perkembangan Psikologis.................................................................11
2.4.10 Gangguan Perilaku dan Emosional dengan Onset Biasanya Pada Masa Kanak
dan Remaja…....................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
perasaan / mood (walaupun kadang-kadang dapat ada gejala psikotik sebagai tambahan)
tanpa disebabkan etiologi organik/medis.
Yang dimaksudkan dengan “etiologi medik” adalah kondisi patologis yang dapat
ditemukan dengan pemeriksaan fisik dan laboratorium yang konvensional. Kita mengetahui
bahwa sebenarnya gangguan jiwa dalam blok F2 dan F3 disebabkan juga oleh gangguan
biologis, tapi dalam hal ini gangguan biologisnya bertaraf neurotransmiter yang sukar
dideteksi dengan prosedur laboratorium standard.
Demikian pula, makin ke atas hierarki, biasanya makin berta tingkat keparahan atau
kedaruratannya khususnya yang bersangkutan dalan F0, F1, F2, dan F3.1
3
sehingga terjadi disfusngsi otak, dan yang kedua penyakit atau kondisi di luar otak yang
secara sekunder atau secara sistemik mempengaruhi fungsi otak secara fisiologis sehingga
terjadi disfungsi otak.
Untuk memastikan diagnosis dalam blok ini diperlukan bukti dari riwayar penyakit,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium yang menyokong hal ini.
Dalam blok ini gangguan mental organik hanya terdapat satu sindrom atau diagnosis
yang mempunyai gejala tambahan berupa panurunan kesadaran, yaitu delerium
Kemungkinan gangguan mental organik selalu harus menjadi bahan pertimbangan
utama dan pertama apabila pasien datang dengan gejala mental, karena apabila diagnosis
kondisi itu luput dari perhatian, maka dampaknya adalah terapi yang diberikan hanyalah
terapi simptomatis, sehingga etiologi organiknya terluput dan akibatnya kondisi dapat
bertambah parah bahkan fatal.1
Ganguan mental organik, yaitu :
F00 Demensia pada penyakit Alzheimer.
F01 Demensia Vaskular.
F03 Demensia YTT.
F04 Sindrom Amnesik Organik, Bukan Akibat Alkohol dan Zat Psikoaktif lainnya.
F05 Delirium, Bukan Akibat Alkohol dan Zat Psikoaktif lainnya.
F06 Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik.
F07 Gangguan kepribadian dan perilaku akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit
fisik.
F09 Gangguan mental Organik atau Simtomatik YTT.2,3
4
diperhatikan bahwa tidak semua kode karakter keempat ini bisa digunakan pada semua zat.
Subdivisi karakter keempat berikut digunakan untuk kategori F10-F19:
Intoksikasi akut
Kondisi setelah mempersembahkan zat psikoaktif yang menyebabkan kekacauan
tingkat kesadaran, kognisi, persepsi, alam perasaan atau tingkah-laku, atau fungsi dan respons
psiko-fisiologis lain. Kekacauan berbanding lurus dengan efek farmakologis dan berkurang
menurut waktu. Kesembuhan sempurna, kecuali kerusakan jaringan atau komplikasi lain
telah terjadi. Komplikasi bisa berupa trauma, inhalasi muntahan, delirium, koma, kejang, dan
lain-lain. Sifat tergantung pada jenis farmakologis dan cara pemberian zat tersebut.
Contohnya adalah mabuk alkohol, "perjalanan buruk" (obat-obatan), mabuk NOS, intoksikasi
patologis, ‘kesurupan 'dan‘ kemasukan ’pada waktu intoksikasi zat psikoaktif.
1. Penggunaan yang berbahaya
Sebuah pola penggunaan zat psikoaktif yang merusak kesehatan. Kerusakan
bisa berupa fisik (seperti hepatitis akibat penyuntikan zat psikoaktif) atau mental
(misalnya episode depresi setelah meminum alkohol dalam jumlah besar).
2. Sindroma ketergantungan
Campuran fenomena tingkah-laku, kognitif, dan fisiologis yang muncul
setelah pemakaian berulang, Sindroma ini khas dengan cara yang berlaku untuk
menggunakan zat tersebut, sulit mengontrol penggunaannya, tetap menggunakan
walau kondisi yang berbahaya, prioritas untuk menggunakan zat yang lebih besar
dibandingkan dengan kegiatan dan kewajiban Lain, naiknya toleransi terhadap zat,
dan kadang-kadang-kadang gejala penyakit fisik. Sindroma ini bisa terjadi pada zat
psikoaktif tertentu (tembakau, alkohol, atau diazepam), satu kelompok obat (opioid),
atau berbagai jenis zat psikoaktif yang secara farmakologis berbeda.
3. Keadaan putus obat
Kelompok gejala yang terjadi akibat akibat penarikan zat psiko setelah
penggunaan yang menetap. Onset dan arah perjalanan gejala ini terbatas dan
tergantung pada zat psikoaktif dan dosis yang digunakan sebelum digunakan atau
dikurangi. Keadaan ini bisa diperberat oleh kejang-kejang.
4. Keadaan putus obat dengan delirium
Keadaan putus obat yang diikuti oleh delirium (F05.-). Kejang juga bisa
timbul. Kalau penyebabnya diduga faktor organik, maka harus diklasifikasikan pada
F05.8. Contohnya delirium tremens (diinduksi alkohol).
5
5. Kelainan psikosis
Sekelompok fenomena psikosis yang terjadi selama atau sesudah penggunaan
zat psikoaktif tapi tidak bisa didasarkan pada intoksikasi akut saja dan tidak
merupakan keadaan keadaan putus obat. Kelainan ini khas dengan halusinasi
(biasanya auditorius, tapi sering lebih dari satu jenis sensoris), distorsi persepsi,
waham (sering bersifat paranoid atau curiga), kekacauan psikomotor (kegembiraan
atau pingsan), dan alam perasaan abnormal yang bisa berkisar dari sangat takut atau
sangat senang. Sensoris biasanya jernih, namun bisa terjadi penurunan kesadaran
walau pun tidak berat.
Contohnya adalah halusinosis, cemburu, paranoia dan psikosis akibat alcohol.
6. Sindroma amnesia
Sebuah gejala dengan kerusakan pada ingatan baru dan lama. Ingatan terbaru
masih utuh, ingatan baru tidak terganggu ingatan lama. Kekacauan sensasi waktu dan
urutan kejadian biasanya ada, di samping kesulitan belajar hal baru. Konfabulasi bisa
sangat menonjol walaupun tidak selalu ada. Fungsi kognitif lain biasanya baik dan
kerusakan amnesia tidak seimbang dengan kekacauan lain. Misalnya kelainan
amnesia akibat alkohol atau obat, dan psikosis / sindroma Korsakov akibat alkohol
atau zat psikoaktif lain, atau tidak.
7. Kelainan psikotik sisa (residual) dan mulainya terlambat (onset terlambat)
Perubahan kognisi, alam perasaan, kepribadian, atau tingkah laku akibat
alkohol atau zat psikoaktif berlangsung lebih lama mestinya. Awal kejadian kelainan
harus sesuai dengan penggunaan zat psikoaktif. Kalau kelainan terjadi setelah episode
penggunaan zat, kelainan tersebut dikode kalau jelas merupakan efek sisa zat tersebut.
8. Kelainan jiwa dan tingkah laku lainnya.
9. Kelainan jiwa dan tingkah laku yang tidak ada.2
Gangguan mental danperilaku akibat penggunaan zat psikoaktif, yaitu:
F10 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alcohol.
F11 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioida.
F12 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabioida.
F13 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan sedativa atau hipnotika.
F14 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kokain.
F15 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan stimulainsia lain termasuk kafein.
F16 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan halusinogenika.
F17 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan tembakau.
6
F18 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan pelarut yang mudah menguap.
F19 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multipel dan penggunaan
zat psikoaktif lainnya.3
7
menahun). Ganggan mood itu selalu ada selama episode itu walaupun dapat berbeda dalam
intensitasnya.
Kadang-kadang ditemukan juga gejala psikotik yang dapat bertaraf berat dalam
intensitasnya, tapi perlu diingat bahwa lama atau jangka waktu gejala psikotik itu selalu lebih
pendek dan lama atau jangka waktu episode gangguan mood yang mendasarinya, sehingga
menjelang episode itu berakhir yang tinggal hanyalah gejala mood.
Pada gangguan psikotik “non organik”(F2), kadang-kadang bisa terdapat gejala mood,
sehingga pada pemeriksaan sesaat, sukar dibedakan dengan F3 yang di sertai dengan gejala
psikotik. Dalam hal ini lama atau jangka waktu gangguan moodnya lebih pendek
dibandingkan dengan gejala waktu gangguan psikotiknya.1
Gangguan Suasana Perasaan (Mood Affective Disorder), yaitu:
F30 Episode manik.
F31 Gangguan afektif bipolar.
F32 Gangguan depresif.
F33 Gangguan depresif secara berulang.
F34 Gangguan suasana perasaan (mood afektif) menetap.
F38 Gangguan suasana perasaan (mood afektif) lainnya.
F39 Gangguan suasana perasaan (mood afektif) YTT.3
8
Kelompok gangguan yang berkaitan dengan steres ada 2 jenis stresor yaitu yang pertama
stresor yang sering timbul dalam kehidupan sehari-hari dan jenis yang kedua stresor yang
bersifat malapetaka dan tidak lazim dialami orang dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak semua orang yang mengalami stresor akan menunjukan ganggan jiwa atau akan
menunjukan gangguan jiwa yang berkaitan dengan stres.
Walaupun ada stresor, diagnosis gangguan jiwa bergantung pada gambaran klinisnya
Kelompok gangguan disosiatif gejala umumnya adalah kehilangan sebagian atau
menyeluruh intergrasi normal antara ingatan masa lalu, kesadaran identitas dan sensasi
langsung dan kendali terhadap gerakan tubuh.
Kelompok gangguan somatoform gejala utamanya adalah keluhan preokupasi dengan
rasa sakit atau menderita penyakit tertentu walau tidak ada dasar gangguan medis atau fisik
yang mendasarinya keluhannya bersifat berulang walau terbukti dan di jamin oleh dokter
bahwa keluhannya itu tidak ada dasar mediknya.1
Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform, Dan Gangguan Yang Berkaitan Dengan Stres,
yaitu:
F40 Gangguan Anxietas Fobik.
F41 Gangguan Anxietas lainnya.
F42 Gangguan Obsesif Kompulsif.
F43 Reaksi terhadap stres berat dan gangguan.
F44 Gangguan Disosiatif.
F45 Gangguan Somatoform.
F48 Gangguan neurotik lainnya.3
2.4.6 Sindrom Perilaku Yang Berhubungan Dengan Gangguan Fisiologis Dan Faktor
Fisik, yaitu :
Ciri khas gejala gangguan jiwa di sini tidak merupakan gejala dari gangguan jiwa
dalam blok F0, F1, F2, F3, dan F4.
Jenisnya adalah ganguan makan, gangguan tidur nonorganik, disfungsi seksual yang bukan
disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik, gangguan jiwa dan prilaku yang
berhubungan dengan masa nifas yang tidak diklasifikasikan di tempat lain, faktor psikologis
dan prilaku yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit yang diklasifikasikan di
tempat lain sampai dahulu di kenal dengan nama gangguan psikosomatik.1
Sindrom Perilaku Yang Berhubungan Dengan Gangguan Fisiologis Dan Faktor Fisik, yaitu :
F50 Gangguan makan.
9
F51 Gangguan tidur nonorganik.
F52 Disfungsi seksual bukan disebabkan oleh gangguan atau penyalit organik.
F53 Disfungsi jiwa dan perilaku yang berhubungan dengan masa nifas YTK.
F54 Faktor psikologis dan perilaku yang berhubungan dengan penyakit YDK.
F55 Penyalahgunaan zat yang tidak menyebabkan ketergantungan.
F59 Sindrom Perilaku YTT yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik.3,5
10
F62 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama yang tidak dapat diakibatkan oleh
kerusakan atau penyakit otak.
F63 Gangguan kebiasaan dan impuls.
F64 Gangguan identitas jenis kelamin.
F65 Gangguan preferensi seksual.
F66 Gangguan psikologis dan perilaku yang berhubungan dengan perkembangan dan
orientasi seksual.
F68 Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa lainnya.
F69 Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa YTT.5
11
Ciri khas : Pada kasus yang nmurni IQ nya normal; dan biasanya hanya satu
aspek dari fungsi individu yang terganggu, awitannya mulai dalam masa bayi
atau kanak.
2.4.10 Gangguan Perilaku Dan Emosional Dengan Onset Biasanya Pada Masa Kanak
Dan Remaja
Jenis Gangguan Perilaku Dan Emosional Dengan Onset Biasanya Pada Masa Kanak
Dan Remaja, yaitu: :
F90 : Gangguan Hiperkinetik.
F91 : Gangguan Tingkah Laku.
F92 : Gangguan Campuran Tingkah Laku dan Emosi.
F93 : Gangguan Emosional dengan Awitan Khas pada Masa Kanak.
Jenis : Gangguan Anxietas Perpisahan Masa Kanak; Gangguan Anxietas Fobik Masa
Kanak; Gangguan Anxietas Sosial Masa Kanak; Gangguan Persaingan Antar Saudara
(Sibling Rivalry Disorder).
F94 : Gangguan Fungsi Sosial dengan Awitan Khas pada Masa Kanak dan Remaja
Jenis: Gangguan Tik Sementara; Gangguan Tik Motorik atau Vokal Kronik;
Gangguan Campuran Tik Vokal dan Multipel (Syndrom de la Tourette) .
12
F98 : Gangguan Perilaku dan Emosional dengan Awitan biasanya pada Masa Kanak dan
Remaja.
Jenis: Enuresis Nonorganik, Enkopresis Nonorganik, Gangguan Masa makan Bayi
dan Kanak, Pika Masa Bayi dan Kanak, Gangguan Gerakan Streotipi, Gagap.1
2.6 Diagnosis multiaksial terdiri dari 5 aksis diagnosis, yaitu sebagai berikut
1. Aksis I: Gangguan klinis. Termasuk Kondisi lainnya yang dapat merupakan fokus
perhatian klinis.
2. Aksis II: Gangguan kepribadian. Termasuk retardasi mental.
3. Aksis III: Kondisi medis umum atau gangguan fifik yang berhubungan dengan
gangguan mental.
4. Aksis IV: Problem psikososial dan lingkungan, biasanya setahun sebelumnya, seperti
tidak punya pekerjaan, perceraian, problem keuangan, korban penelantaran anak, dan
yang lainnya.
5. Aksis V: Penilaian fungsi secara global (GAF, Global Assesment of Functional Scale)
yang merupakan pengukuran fungsi umum (kisaran skala 1 sampai 100), dan
digunakam dalam melaksanakan penatalaksanaan serta meramalkan hasil.7
BAB III
PENUTUP
13
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan secara umum
serta merupakan dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia. penyebab gangguan
jiwa terdiri dari faktor penyebab predisposisi dan presipitasi. Faktor ini ditinjau dari aspek
biologis, psikologis ,dan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
1. 1. Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit
FK UI. Jakarta, 2013
2. Maslim, Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III.
Jakarta: PT Nuh Jaya
3. Nasrun, M.W.S. 2000. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC.
4. WHO. 2010. International Statistical Classification of Disease and Related Health
Problems,Tenth Revision, Volume 1 Tabular List. Geneva: WHO.
5. Ingram, M., 1993. Catatan Kuliah Psikiatri. Terjemahan. Edisi IV. EGC. Jakarta.
6. Kaplan dan Sadock, 2017. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis. Edisi VII. Jilid II. Bina Aksara. Jakarta.
7. Roan, W. M., 1991. Ilmu Kesehatan Jiwa. Edisi I. Airlangga University Press.
Surabaya.
14