FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
DISUSUN OLEH:
NPM 09401711022
PEMBIMBING UTAMA:
dr. Yazzit Mahri, Sp. KJ, M. Kes
PEMBIMBING PENDAMPING
dr. Dewi Rahmayanti
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Jaras Dopamin......................................................................................................................3
1. Jalur Mesolimbik...............................................................................................................4
2. Jalur Mesokortikal.............................................................................................................4
3. Jalur Nigostriatal...............................................................................................................4
4. Jalur Tuberoinfundibular...................................................................................................5
5. Jalur Thalamik...................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................19
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pada tahun 1990, ditemukan Klozapin yang dikenal sebagai generasi pertama antipsikotik
golongan atipikal. Disebut atipikal karena golongan obat ini sedikit menyebabkan reaksi
ekstrapiramidal (EPS = extrapyramidal symptom) yang umum terjadi pada obat antipsikotik
tipikal yang ditemukan lebih dahulu. Sejak ditemukan Klozapin, pengembangan obat baru
golongan atipikal ini terus dilakukan. Hal ini terlihat dengan ditemukannya obat baru yaitu
Risperidon, Olanzapine, Zotepin, Ziprasidon dan lainnya.1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Jaras Dopamin
Dopamin merupakan salah satu neurotransmiter pada manusia yang sangat berperan pada
mekanisme terjadinya gangguan psikotik. Dopamin sendiri diproduksi pada beberapa area di
otak, termasuk subtantia nigra dan area ventral tegmental. Dopamin juga merupakan
neurohormon yang dihasilkan oleh hipotalamus. Dopamin disintesis dari tyrosine di bagian
terminal presinaps untuk kemudian dilepaskan ke celah sinap. Langkah pertama sintesis dopamin
adalah proses uptake asam amino L-tyrosine dari aliran darah. Tyrosine akan dikonversi menjadi
3-4-dihidroxyphenylalanine (L-DOPA) oleh enzim tyrosine hydroxylase, dan kemudian L-
DOPA dikonversi menjadi dopamin oleh enzim dopa decarboxylase. Dopamin disimpan dalam
granula-granula di ujung presinaptik saraf, dan akan di lepaskan apabila ada ransangan. Fungsi
utama hormon ini adalah menghambat pembentukan prolaktin dan lobus anterior kelenjar
pituitary. Dopamin memiliki banyak fungsi di otak, termasuk peran pentingnya pada perilaku
dan kognisi, pergerakan volunter, motivasi, penghambat produksi prolaktin (berperan dalam
masa menyusui), tidur mood, perhatian, dan proses belajar. Dopaminergik neuron (neuron yang
menggunakan dopamin sebagai neurotransmitter utamanya terdapat pada area ventral tegmental
(AVT) pada midbrain, substantia nigra pars compacta dan nucleus arcuata pada hipotalamu, jalur
dopaminergik merupakan jalur neural pada otak yang mengirimkan dopamin dari satu regio di
otak ke regio lainnya.2
Penghambatan reseptor dopamin adalah efek utama yang berhubungan dengan
keuntungan terapi obat-obatan antipsikotik lama. Terdapat beberapa jalur utama dopamin diotak,
antara lain:5,6
3
1. Jalur Mesolimbik
Jalur mesolimbik dikenal sebagai jalur yang mengatur tentang rasa senang dan kepuasan,
tidak hanya kepuasan normal yang didapat saat mendengarkan musik atau mengonsumsi
makanan yang enak, namun juga perasaan senang yang artifisial akibat dari penyalahgunaan
obat-obatan. Jika reseptor D2 pada jalur ini distimulasi, maka perasaan senang atau puas akan
dapat dirasakan oleh orang tersebut. Pada skizofrenia, ditemukan adanya overstimulasi dari
neuron-neuron dopamin yang hiperaktif di jalur mesolimbik, dimana hal inilah yang
melatarbelakangi munculnya gejala positif seperti halusinasi dan delusi. Apabila kemudian
terdapat blokade pada reseptor D2 oleh karena pemberian antipsikotik, tidak hanya gejala positif
saja yang hilang, namun perasaan senang dan kepuasan juga otomatis akan hilang. Hal ini
menyebabkan munculnya anhedonia (berkurangnya kemampuan seseorang untuk merasakan
kepuasan atau kebahagiaan), avolisi kehilangan gairah atau semangat untuk melakukan suatu
pekerjaan bahkan kegiatan sehari-hari), juga kehilangan rasa senang dan bahagia sat melakukan
interaksi sosial di lingkungannya. Hal-hal tersebut dikatakan mirip dengan adanya gejala negatif
pada skizofrenia. 5,6
2. Jalur Mesokortikal
Jalur mesokortikal dikenal memiliki hubungan dengan pengaturan fungsi kognitif, fungsi
4
eksekutif, juga emosi dan afek seseorang. Pada Skizofrenia, meskipun terdapat peningkatan
kadar dopamin di jalur mesolimbik, namun diketahui bahwa pada jalur mesokortikal justru terjdi
hal yang sebaliknya, yaitu penurunan kadar dopamin yang menyebabkan penurunan fungsi
kognitif dan munculnya gejala negatif. Jika terdapat blokade reseptor D2 oleh obat antipsikotik
terutama golongan tipikal (generasi pertama) yang memblokade seluruh reseptor D2 di semua
jalur, maka kadar dopamin pada jalur ini akan semakin menurun dan berdampak pada penurunan
fungsi kognitif yang lebih berat juga bertambah parahnya gejala negatif yang muncul. 5,6
3. Jalur Nigostriatal
Jalur nigostriatal merupakan bagian dari sistem syaraf ekstrapiramidal yang mengatur
gerakan motorik volunter, dimana dopamin berfungsi untuk menstimulasi adanya gerakan
tersebut, jaras nigostriatal diproyeksikan dari badan sel dopaminergik di batang otak substantia
nigra melalui akson yang berakhir di ganglia basal atau striatum. Adanya blokade terhadap
reseptor D2 karena pengaruh obat antipsikotik khususnya antipsikotik generasi pertama, dapat
menimbulkan gangguan pada gerakan tubuh yang muncul seperti penyakit Parkinson. Efek
samping motorik akibat blokade reseptor D2 di jalur ini biasanya disebut sebagai extrapyramidal
symptoms (EPS). Apabila blokade reseptor D2 terjadi secara terus menerus akibat penggunan
antipsikotik tipikal dalam jangka panjang, maka hal tersebut dapat menyebabkan gangguan
gerakan hiperkinetik yang biasa disebut sebagai tardive dyskinesia. Gangguan ini ditandai
dengan munculnya gerakan-gerakan involunter wajah dan lidah seperti mengunyah,
mengernyitkan wajah, hingga gerakan abnormal ekstremitas bawah yang cepat dan tampak
seperti sedang menari. Jika blokade reseptor D2 setelah munculnya tardive dyskinesia segera
dihentikan, maka besar kemungkinan keadaan ini dapat reversibel. Namun apabila antipsikotik
tipikal terus digunakan, hal ini dapat berakibat pada keadaan yang ireversibel, bahkan ketika obat
antipsikotik kemudian dihentikan. Blokade reseptor D2 pada jalur tuberoinfundibular akibat
penggunaan antipsikotik tipikal dapat menyebabkan kenaikan konsentrasi prolactin plasma
hingga terjadi hiperprolaktinemia. Keadaan ini berkaitan dengan munculnya galaktorea dan
amenorea. Selain itu, hiperprolaktinemia juga mempengaruhi fertilitas wanita. 5,6
5
4. Jalur Tuberoinfundibular
Jalur dopamin tuberoinfundibular neuron dopamin yang diproyeksikan dari hipotalamus
ke hipofisis anterior adalah bagian dari jalur dopamin tuberoinfundibular. Biasanya, neuron ini
aktif dan menghambat pelepasan prolaktin. Namun, pada status setelah melahirkan, aktivitas
neuron dopamin ini menurun. Kadar prolaktin dapat meningkat selama menyusui sehingga
laktasi akan terjadi. Jika fungsi neuron dopamin tuberoinfundibular terganggu oleh lesi atau
obat-obatan, kadar prolaktin juga dapat meningkat. Peningkatan kadar prolaktin berhubungan
dengan galaktorea (sekresi payudara), amenorea (kehilangan ovulasi dan periode menstruasi),
dan kemungkinan masalah lain seperti disfungsi seksual. Masalah seperti itu dapat terjadi setelah
perawatan dengan banyak obat antipsikotik yang menghalangi reseptor D2. Pada skizofrenia
yang tidak diobati, fungsi jalur tuberoinfundibular mungkin relatif dipertahankan. 5,6
5. Jalur Thalamik
Jalur dopamin thalamik. jalur dopamin yang menginervasi thalamus pada primata telah
dijelaskan.Ini muncul dari beberapa situs, termasuk materi abu-abu periaqueductal,
mesencephalon ventral, berbagai nukleus hipotalamus, dan nukleus parabrachial
lateral.Fungsinya masih dalam penyelidikan, tetapi mungkin terlibat dalam mekanisme tidur dan
gairah dengan cara membuka informasi yang melewati thalamus ke korteks dan area otak
lainnya. 5,6
Obat antipsikotik adalah obat-obatan yang menghambat reseptor dopamine tipe 2(D2).
Indikasi utama untuk pemakaian obat adalah terapi skizofrenia dan gangguan psikotik
lainnya. Obat yang digunakan untuk psikosis memiliki banyak sebutan yaitu anti psikotik,
neuroleptik dan mayor transquilizer. Anti psikotik digunakan untuk mengatasi gejala akibat
gangguan mental yang berat seperti skizofrenia, gangguan delusional, gangguan afektif berat,
dan gangguan psikosis organik. Neuroleptika konvensional umumnya dapat mengurangi
gejala positif, seperti : halusinasi, waham, tidak kooperatif, dan gangguan alam berpikir
seperti loncat pikir/ flight of ideas maupun inkoherensi.7
Gejala positif skizofrenia tersebut bereaksi secara lebih responsif terhadap obat
6
antipsikotik, sedang gejala negatifnya, seperti : pendataran afek, apatis, anhedonia dan
blokade diri ternyata lebih sulit diatasi. Namun sekarang sudah ditemukan derivat baru untuk
mengatasi gejala negatif tersebut. Obat-obatan jenis ini dikelompokkan dalam “Neuroleptika-
aspesifik”.
Secara umum, terdapat beberapa hipotesis tentang cara kerja antipsikotik, yang dapat
digolongkan berdasarkan jalur reseptor dopamin atau reseptor non-dopamine. Hipotesis
dopamin untuk penyakit psikotik mengatakan bahwa kelainan tersebut disebabkan oleh
peningkatan berlebihan yang relatif dalam aktifitas fungsional neurotransmiter dopamin
dalam traktus tertentu dalam otak. Hipotesis ini berlandaskan observasi berikut:5
Sebagian besar obat antipsikotik memblok reseptor postsinaps pada SSP, terutama pada
sistem mesolimbik-frontal.
Penggunaan obat yang meningkatkan aktivitas dopamin, seperti levodopa (prekursor
dopamin), amfetamin (merangsang sekresi dopamin)
apomorfin (agonis langsung reseptor dopamin) dapat memperburuk skizofrenia ataupun
menyebabkan psikosis de novo pada pasien.
Pemeriksaan dengan positron emission tomography (PET) menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan reseptor dopamin pada pasien skizofrenia (baik yang menjalani terapi
ataupun tidak) bila dibandingkan dengan orang yang tidak menderita skizofrenia.
Pada pasien skizofrenia yang terapinya berhasil, telah ditemukan perubahan jumlah
homovallinic acid (HVA) yang merupakan metabolit dopamin, pada cairan serebrospinal,
plasma, dan urin.
Telah ditemukan peningkatan densitas reseptor dopamin dalam region tertentu di otak
penderita skizofren yang tidak diobati. Pada pasien sindroma Tourette, tic klinis lebih
jelas jika jumlah reseptor D2 kaudatus meningkat.
7
sering disebut dengan antipsikotik tipikal, dan obat-obat SDA disebut juga dengan
antipsikotik atipikal.Golongan fenotiazine disebut juga obat berpotensi rendah (low
potency), sedangkan golongan non fenotiazine disebut obat-obat potensi tinggi (high
potency) karena hanya memerlukan dosis kecil untuk memperoleh efek yang setara dengan
Chlorpromazine 100 mg. Obat-obat SDA makin berkembang dan makin menjadi pilihan
karena efek klinis yang diperoleh setara dengan obat-obat konvensional disertai dengan efek
samping yang jauh lebih ringan. Obat-obat jenis ini antara lain Risperidon, Clozapine,
Olanzapin, Quetiapin, Ziprazidon, dan aripripazol.
Obat-obat anti psikotik ini terbagi atas dua golongan besar, yaitu :5
CHLORPROMAZINE
Phenothiazine Rantai Aliphatic
(Largactil)
PERPHENAZINE
Rantai Piperazine
(Trilafon)
TRIFLUOPERAZINE
(Stelazine)
FLUPHENAZINE
(Anatensol)
THIORIDAZINE
Rantai Piperidine (Melleril)
HALOPERIDOL
Butyrophenone (Haldol, Serenace,dll)
8
ZOTEPINE (Lodopin)
ARIPIPRAZOLE (Abilify)
9
RIZODAL(Guardian Pharmatama) mg
ZOFREDAL (Kalbe Farma) Tab 1-2-3 mg
Tab 1-2-3 mg
Tab 1-2-3 mg
10 Clozapine CLOZARIL (Novartis) Tab 25-100 mg 25 – 100 mg/h
SIZORIL (Meprofarm) Tab 25-100 mg
11 Quetiapine SEROQUEL (Astra Zeneca) Tab 25-100 mg 50 – 400 mg/h
200 mg
12 Olanzapine SEROQUEL (Astra Zeneca) Tab 25-100 mg 50 – 400 mg/h
200 mg
13 Zotepine LODOPIN (Kalbe Farma) Tab. 25-50 mg 75-100 mg/h
10
mesolimbik dopamine pathways, oleh karena itu sering disebut juga dengan antagonis
reseptor dopamin (ARD) atau antipsikotik konvensional. Kerja dari antipsikotik ini
menurunkan hiperaktivitas dopamine dijalur mesolimbik sehingga menyebabkan gejala
positif menurun tetapi ternyata tidak hanya memblok reseptor D2 di mesolimbik tetapi juga
di tempat lain seperti dijalur mesokortikal, nigrostriatal, dan tuberoinfundibular.6
APG II sering disebut juga sebagai Serotonin Dopamin Antagosis (SDA) atau
antipsikotik atipikal. APG II mempunyai mekanisme kerja melalui interaksi antara serotonin
dan dopamin pada ke 4 jalur dopamin di otak. Hal ini yang menyebabkan efek samping EPS
lebih rendah dan sanagat efektif untuk mengatasi gejala negatif. Perbedaan antara APG I dan
APG II adalah APG I hanya dapat memblok reseptor D2 sedangkan APG II memblok secara
bersamaan reseptor serotonin (5HT2A) dan reseptor dopamin (D2). APG yang dikenal saat
11
ini adalah clozapine, risperidone, olanzapine, quetiapine, zotepine, ziprasidone, aripiprazole.
Saat ini antipsikotik ziprasidone belum tersedia di Indonesia.1
Kerja obat antipsikotik generasi kedua pada dopamine pathways:1,6
1. Mesocortical Pathways
APG II dapat memperbaiki gejala negatif jauh lebih baik dibandingkan APG I karena di
jalur mesokortikal reseptor 5HT2A jumlahnya lebih banyak dari reseptor D2, dan APG II
lebih banyak berkaitan dan memblok reseptor 5HT2A dan sedikti memblok reseptor D2
akibatnya dopamin yang di lepas jumlahnya lebih banyak, karena itu defisit dopamin di
jalur mesokrtikal berkurang sehingga menyebabkan perbaikan gejala negatif skizofrenia.1,6,8
2. Mesolimbic Pathways
3. Tuberoinfundibular Pathways
12
menyebabkan pelepasan dopamin menigkat. Ini mengakibatkan pelepasan prolaktin menurun
sehingga tidak terjadi hiperprolaktinemia.1,6
4. Nigrostriatal Pathways
Jalur ini berproyeksi dari substansia nigra menuju ganglia basalis. Fungsi jalur
nigrostriatal adalah untuk mengontrol pergerakan. Bila jalur ini diblok, akan terjadi kelainan
pergerakan seperti pada Parkinson yang disebut extrapyramidal reaction (EPR). Gejala yang
terjadi antara lain akhatisia, dystonia (terutama pada wajah dan leher), rigiditas, dan akinesia
atau bradikinesia.
2. APG II dapat mengurangi gejala negatif dari skzofrenia dan tidak memperburuk gejala
negatif seperti yang terjadi pada pemberian APG II.
3. APG II menurunkan gejalan afektif dari skizofrenia dan sering digunakan untuk
pengobatan depresi dan gangguan bipolar yang resisten.
4. APG II menurunkan gejala kognitif pada pasien skizofrenia dan penyakit Alzheimer.
RISPERIDONE
13
Risperidone merupakan obat APG II yang kedua diterima oleh FDA (Food and Drug
Administration) sebagai antipsikotik setelah clozapine. Absorpsi risperidone di usus tidak di
pengaruhi oleh makanan dan efek terapeutik nya terjadi dalam dosis rendah, pada dosis tinggi
dapat terjadi EPS. Pemakaian risperidone yang teratur dapat mencegah terjadinya
kekambuhan dan menurunkan jumlah dan lama perawatan sehingga baik digunakan dalam
dosis pemeliharaan.1 Risperidone dapat memperbaiki skizofrenia yang gagal di terapi dengan
APG I tetapi hasil pengobatannya tidak sebaik clozapine. Obat ini juga dapat memperbaiki
fungsi kognitif tidak hanya pada skizofrenia tetapi juga pada penderita demensia misalnya
demensia Alzheimer.
Metabolisme risperidone sebagian besar terjadi di hati oleh enzim CYP 2D6 menjadi
9-hydroxyrisperidone dan sebagian kecil oleh enzim CYP 3A4. Hydroxyrisperiodne
mempunyai potensi afinitas terhadap reseptor dopamin yang setara dengan
risperidone.Eksresi terutama melalui urin.Metabolisme risperidone dihambat oleh
antidepresan fluoxetine dan paroxetine, karena antidepresan ini menghambat kerja dari enzim
CYP 2D6 dan CYP 3A4 sehingga pada pemberian bersama antidepresan ini, maka dosis
risperidone harus dikurangi untuk meminimalkan timbulnya efek samping dan toksik.
Metabolisme obat ini dipercepat bila diberikan bersamaan carbamazepin, karena menginduksi
CYP 3A4 sehingga perlu peningkatan dosis risperidone pada pemberiaan bersama
carbamazepin disebabkan konsentrasi risperidone di dalam plasma rendah.1
Indikasi :
Dosis :
14
- Umunya perbaikan mulai terlihat dalam 8 minggu dari pengobatan awal, jika belum
terlihat respon perlu penilaian ulang.
- Kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 1-2 jam setelah pemberian oral.
CLOZAPINE
EPS.1
Dosis :
15
terbagi.
OLANZAPINE
Indikasi :
Dosis :
16
- Untuk skizofrenia mulai dengan dosis 10 mg 1 x sehari.
QUETIAPINE
Quetiapine dapat memperbaiki gejala positif, negatif, kognitif dan mood. Dapat juga
memperbaiki pasien yang resisten dengan antipsikotik generasi pertama tetapi hasilnya tidak
sebaik apabila di terapi dengan clozapine. Pemberian pada pasien pertama kali mendapat
quetiapine perlu dilakukan titrasi dosis untuk mencegah terjadinya sinkope dan hipotensi
postural.Waktu untuk konsentrasi penuh setelah pemberian oral adalah 2 jam dengan waktu
paruh berkisar 3-5 jam, setelah 8-12 jam reseptor masih diduduki. 1
Dosis anjuran 50-400mg/hari dan sediaannya 25-100mg dan 200mg dan 300mg tablet
XR (50mg, 300mg dan 400mg). Efek samping obat ini yang sering adalah somnolen,
hipotensi postural, pusing, peningkatan berat badan, takikardi, dan hipertensi.1,5
ARIPIPRAZOLE
Merupakan antipsikotik generasi baru, yang bersifat partial agonis pada reseptor D2 dan
reseptor serptonin 5HT1A serta antagonis pada reseptor serotonin 5HT2A. Aripiprazole
bekerja sebagai dopamin sistem stabilizer artinya menghasilkan signal transmisi dopamin
yang sama pada keadaan hiper atau hipo-dopaminergik karena pada keadaan
hiperdopaminergik aripiprazole afinitasnya lebih kuat dari dopamin akan mengeser secara
kompetitif neurotransmiter dopamin dan berikatan dengan reseptor dopamin. Pada keadaan
17
hipodopaminergik maka aripiprazole dapat menggantikan peran neurotransmiter dopamin dan
akan berikatan dengan reseptro dopamin.
Aripiprazole di metabolisme di hati melaui isoenzim P450 pada CYP 2D6 dan CYP
3A4, menjadi dehydro-aripiprazole.Afinitas dari hasil metabolisme ini mirip dengan
aripiprazole pada reseptor D2 dan berada di plasma sebesar 40% dari keseluruhan
aripiprazole. Waktu paruh berkisar antara 75-94 jam sehingga pemberian cukup 1 kali sehari.
Absorpsi aripiprazole mencapai konsentrasi plasma ouncak dalam waktu 3-5 jam setelah
pemberian oral. Aripiprazole sebaiknya diberikan sesudah makan, terutama pada pasien yang
mempunyai keluhan dispepsia, mual dan muntah.
Indikasi : Skizofrenia.
Dosis : dosis anjuran 10—15mg/hari dan sedian tablet (5mg, 10mg dan 15mg).
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Amir N. Buku Ajar Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. kedua. Jakarta;
2013.
2. Pradipo R. 5 Jaras Dopamin Neurotransmitter. UNDIP. 2019;
3. Wahyuni S. Karya tulis bunuh diri pada skizofrenia. J Chem Inf Model. 2019;53(9):1689–
99.
4. M M. obat antipsikotik dan efek sampingnya. Trisakti. 2017;148:148–62.
5. Muslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, edisi ke-3. Jakarta
Penerbit Bagian Ilmu Kedokt Jiwa, FK Unika Atma Jaya hal. 2007;36–41.
6. Stahl S. Psychopharmacology of Antipsychotic.United Kingdom: Martin Dunitz Ltd.
1999.
7. Saddock BJ SV. Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry : Behavioral sciences/clinical
psychiatry. Philadelphia : Lippincott Williams and WOLTERS Kluwer business. 10 th
edit. 2007.
8. Saanin HB, Sona A, Hasni D, Anissa M, Heppy F. Identifikasi Keluhan Peningkatan Berat
Badan Subjektif pada Pasien Skizofrenia yang Mendapat Terapi Antipsikotik. 2020;
19
20