Anda di halaman 1dari 15

Referat

SKIZOAFEKTIF TIPE CAMPURAN

Oleh:
M. Halis Hermawan, S.Ked
Ayu Dewi Pertiwi, S.Ked
Reynold Andika Yohanata, S.Ked
Siti Raihanati, S.Ked

Pembimbing:
dr. Yanti Fitria, Sp.KJ

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM
RSUD ULIN BANJARMASIN
April, 2019
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 3

A. Definisi ............................................................................ 3

B. Epidemiologi ................................................................... 3

C. Etiologi ............................................................................ 4

D. Faktor Risiko ................................................................... 4

E. Patofisiologi .................................................................... 5

F. Manifestasi Klinis ........................................................... 6

G. Diagnosis ......................................................................... 8

H. Tata Laksana ................................................................... 8

I. Komplikasi ...................................................................... 9

J. Prognosis ......................................................................... 10

BAB III PENUTUP ............................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan skizoafektif adalah kelainan mental yang rancu ditandai dengan

adanya gejala skizofrenia (gangguan berpikir, delusi, dan halusinasi) dan gejala

afektif (gejala depresif atau manik) atau disebut juga gejala mood yang muncul

bersamaan secara menonjol atau dalam beberapa hari sesudah yang lain dalam

episode yang sama. Menurut standar terbaru yaitu DSM-5, skizoafektif

dikelompokkan ke dalam skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya. Skizofrenia

dan gangguan skizoafektif merupakan salah satu gangguan kejiwaan berat yang

menunjukkan adanya kemunduran fungsi kepribadian sehingga mengakibatkan

disability (ketidakmampuan). Ketidakmampuan inilah yang menyebabkan

penderita menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat.1,2,3

Prevalensi terjadinya gangguan skizoafektif ini sekitar 0,2% dari populasi

umum dan sekitar 9% orang dirawat di rumah sakit karena gangguan ini. Di

Indonesia, gangguan skizoafektif ini masih belum dapat diprediksikan dan belum

banyak dilakukan penelitian mengenai gangguan ini. Skizoafektif diperkirakan

lebih sering terjadi dibandingkan gangguan bipolar. Prevalensi seumur hidup dari

gangguan skizoafektif adalah kurang dari 1%, kemungkinan dalam rentan

0,5‐0,8%. Namun, angka tersebut adalah angka perkiraan, pada pria lebih rendah

dari pada wanita. Onset umur pada wanita lebih besar daripada pria. Laki‐laki

dengan gangguan skizoafektif kemungkinan menunjukkan perilaku antisosial.4,5

1
Menurut ICD-10, gangguan skizoafektif ini dibagi menjadi beberapa tipe,

yaitu tipe manik, tipe depresif, dan tipe campuran. Sebagian diantara pasien ini

mengalami episode skizoafektif berulang. Apabila gejala skizofrenik dan

manikmenonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan

skizoafektif tipe manik. Pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala depresif

yang menonjol. Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham,

halusinasi, perubahan dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan

gejala gangguan suasana perasaan baik itu manik maupun depresif. Onset

biasanya akut, perilaku sangat terganggu, namun penyembuhan secara sempurna

dalam beberapa minggu. Gangguan skizoafektif tipe campuran menunjukkan

gejala skizofrenia dan gangguan campuran afektif bipolar.2,3

Pasien dengan gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang lebih buruk

daripada pasien dengan gangguan depresif ataupun gangguan bipolar. Namun

memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien skizofrenia.1

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Gangguan skizoafektif adalah gejala psikotik yang persisten dan terjadi

bersama-sama dengan masalah suasana (mooddisorder) seperti depresi, manik,

atau episode campuran. Gejala yang khas pada pasien skizoafektif tipe campuran

berupa gangguan presepsi atau proses pikir yangpaling khas dan mencolok harus

sudah ada sedikitnya lebih dari samadengan 1 bulan lamanya yaitu halusinasi,

perubahan dalam berpikir, perubahandalam persepsi disertai dengan gejala

gangguan suasana perasaan yang muncul bersamaan dengan gejala mood seperti

depresi dan mania.2

B. Epidemiologi

Statistik umum gangguan skizoafektif yaitu kira‐kira 0,2% di Amerika

Serikat dari populasi umum dan sampai sebanyak 9% orang dirawat di rumah

sakit karena gangguan ini.6

Menurut survey 20 – 30% dari semua yang disebut psikosis endogen (yang

berarti skizofrenia dan gangguan mood) adalah penderita skizoafektif. Sebuah

studi internasional yang mempertimbangkan beberapa negara di beberapa benua

menemukan gangguan skizoafektif pada lebih dari 31% dari semua pasien

psikotik. Menurut investigasi Marneros, sepertiga pasien gangguan skizoafektif

memiliki setidaknya satu episode campuran dalam perjalan penyakitnya.7

3
C. Etiologi

Skizoafektif dapat disebabkan oleh beberapa aspek misalkan berkaitan

dengan masalah kehidupan,keluarga,pekerjaan,pernikahan dan banyak lagi hal

yang lainnya, namun dalam beberapa penelitian skizoafektif juga bisa berkaitan

dengan sebagai berikut:3

1. Faktor biologis

Semakin banyak penelitian telah melibatkan peranan patofiologisuntuk daerah

tertentu di otak termasuk sistem limbik, korteks frontalis dan ganglia

basalis.Ketiga daerah tersebut salingberhubungan sehingga disfungsi pada

salah satu daerah tersebut mungkin melibatkan patologi primer di daerah

lainnya sehingga menjadi suatu tempat potensial untuk patologi primer pasien

skizofrenik.

2. Endokrin

Skizofrenia mungkin disebabkan oleh suatu gangguan endokrin. Teori ini

dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya skizofrenia pada waktu

pubertas, waktu kehamilan.

3. Susunan saraf pusat

Ada yang berpendapat bahwa penyebab skizofrenia ke arah kelainan susunan

saraf pusat, yaitu pada diensefalon atau kortex otak.

D. Faktor Risiko

Terdapat beberapa data yang menunjukkan bahwagangguan skizofrenia dan

gangguan afektif mungkin berhubungan secara genetik. Ada peningkatan risiko

terjadinya gangguan skizofreniadiantara keluarga dengangangguan skizoafektif.6

4
E. Patofisiologi

Pada prinsipnya patofisiologi dari skizoafektif sama dengan skizofrenia

yaitu dimana mungkin melibatkan ketidakseimbangan neurotransmiter di otak,

terutama norepinefrin, serotonin, dan dopamine. Namun, proses patofisiologi

gangguan skizoafektif masih belum diketahui secara pasti. Penelitian yang

mempelajari fungsi neurotransmitter pada penderita gangguan skizoafektif

sangatlah sedikit, dan kebanyakan menggunakan sampel dari cairan serebrospinal

atau plasma. Telah dilaporkan pola abnormalitas neurotransmiter yang serupa

antara penderita gangguan skizoafektif, skizofrenia, dan gangguan bipolar. Tidak

ada perbedaan yang signifikan antara kadar norepinefrin, prostaglandin E1 dan

platelet 5HT pada pasien skizofrenia dan skizoafektif.1

Secara umum, penelitian-penelitian telah menemukan bahwa gangguan

skizoafektif dikaitkan dengan penurunan volume otak, terutama bagian temporal

(termasuk mediotemporal), bagian frontal, termasuk substansia alba dan grisea.

Dari sejumlah penelitian ini, daerah otak yang secara konsisten menunjukkan

kelainan adalah daerah hippocampus dan parahipocampus. Pada penelitian

neuroimaging pasien dengan gangguan skizoafektif, ditemukan penurunan volume

thalamus dan deformitas thalamus yang serupa dengan pasien skizofrenia, tetapi

abnormalitas pada nucleus ventrolateral penderita gangguan skizoafektif tidak

separah penderita skizofrenia. Penderita skizoafektif juga menunjukkan

deformitas pada area thalamus medius, yang berhubungan dengan sirkuit mood.1

5
F. Manifestasi Klinis

Gejala gangguan skizoafektif bisa bervariasi pada tiap orang, dan bisa dalam

level ringan maupun parah. Gejala yang paling sering terlihat adalah:2,3

1. Tipe Depresif

 Hilang nafsu makan

 Berat badan turun atau naik tanpa disengaja

 Perubahan kebiasaan tidur (menjadi jarang tidur atau malah tidur lama

sekali)

 Gelisah

 Hilang energi

 Hilang minat pada hal-hal yang biasanya dilakukan setiap hari

 Merasa diri tak berarti dan tak punya harapan

 Perasaan bersalah atau menyalahkan diri sendiri

 Kesulitan berpikir dan konsentrasi

 Memikirkan kematian atau bunuh diri

2. Tipe Mania

 Terlihat lebih aktif dari biasanya, termasuk di kantor, di pergaulan, dan

secara seksual

 Lebih cerewet dan bicara lebih cepat

 Banyak pikiran berseliweran di kepala

 Tidak merasa perlu tidur

 Gelisah, tidak sabaran

 Berbangga diri

6
 Konsentrasi muah pecah

 Perilaku membahayakan/merugikan diri sendiri (menghambur-hamburkan

uang, kebut-kebutan di jalan, melakukan seks bebas tanpa pengaman, dll)

3. Tipe Campuran

Gejala klinis skizoafektif tipe campuran yaitu gejala-gejala skizofrenia

(F20.-) yang berada secara bersama-sama dengan gejala-gejala afektif bipolar.

Gejala psikotik ditandai oleh abnormalitas dalam bentuk dan isi pikiran, persepsi

dan emosi serta perilaku seperti halusinasi, waham, stupor atau gaduh gelisah.

Gejala skizofrenia, adalah sebagai berikut:

 Delusion (percaya pada hal yang jelas-jelas tidak benar, dan tetap

bersikukuh bahwa hal tersebut adalah nyata meski sudah diperlihatkan

bukti dan fakta)

 Halusinasi (melihat/mendengar/merasakan hal yang tidak nyata, misalnya

mendengar suara yang berbicara padanya)

 Pola pikir tidak teratur

 Perilaku aneh atau tidak biasa

 Gerak tubuh lambat

 Ekspresi wajah dan cara berbicara datar, tidak menunjukkan emosi apa-

apa

 Tidak termotivasi dalam hidup

 Masalah dalam berbicara/berkomunikasi

7
G. Diagnosis

Pedoman penegakkan diagnosis skizoafektif tipe campuran dapat dilihat

pada PPDGJ-III, yaitu sebagai berikut:2

1. Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif

adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang

bersamaan, atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu

episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini,

episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode

manik atau depresif.

2. Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan

gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda.

3. Bila seorang pasien skizofrenia menunjukkan gejala depresif setelah

mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (depresi pasca-

skizofrenia).Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif berulang,

baik berjenis manik (F25.0) maupun depresif (F 25.1) atau campuran dari

keduanya (F 25.5). Pasien lain mengalami satu atau dua episode skizoafektif

terselip diantara episode manik atau depresif (F30-33).

H. Tata Laksana

Skizoafektif tipe campuran dapat diberikan terapi dengan psikofarmaka dan

psikoterapi. Terapi psikofarmaka yang diberikan adalah antipsikotik atipikal atau

tipikal untuk mengatasi gejala skizofrenia, salah satu contoh obat atipikal adalah

clozapine 1x25 mg dan contoh obat tipikal adalah clorpromazine 1x25 mg. Untuk

8
mengatasi gejala bipolar meliputi gejala depresi maupun mania dapat diberikan

obat anti depresi yaitu fluoxetine tablet 1x20 mg dan obat anti mania yaitu lithium

carbonate 1x200 mg. Apabila dalam pemantauan ditemukan gejala

ekstrapiramidal (distonia, parkinsonisme, atau akitisia) maka diberikan

antikolinergik seperti trihexyphenidyl 1x2 mg.8,9

Psikoterapi yang diberikan yaitu dengan memberikan suport untuk

mendukung hal-hal positif yang dimiliki pasien yang dapat dikembangkan saat

ini, memberikan dukungan agar pasien patuh minum obat dan kontrol jika obat

sudah habis. Dapat juga dilakukan terapi keluarga untuk memberikan informasi

tentang gangguan jiwa yang dialami pasien dan bagaimana peran keluarga

diperlukan untuk menunjang kesembuhan pasien agar terjadi peningkatan kualitas

hidup dan hubungan yang baik antara keluarga dan pasien.10

I. Komplikasi

Kualitas hidup secara signifikan berkurang pada gangguan bipolar dan

skizoafektif dibandingkan dengan populasi umum. Penurunan kualitas hidup lebih

banyak ditemukan pada fase depresi, diikuti oleh fase campuran dan fase manik.6

Penderita gangguan skizoafektif memiliki kecenderungan untuk melakukan

bunuh diri. Terdapat lebih dari 2 dari 3 penderita skizoafektif mengembangkan

gejala bunuh diri setidaknya sekali dalam perjalanan jangka panjang. Hal ini

disebabkan oleh kombinasi dari keputusasaan melankolis dan penindasan psikotik

yang mengkarakterisasi episode skizodepresif.7

9
J. Prognosis

Prognosis pada skizoafektif tipe campuran adalah sebagai berikut:

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Quo ad sanactionam : dubia ad bonam

10
BAB III

PENUTUP

Gangguan skizoafektif tipe campuran merupakan gangguan jiwa dengan

gejala psikotik persisten dan terjadi bersama-sama dengan masalah suasana yang

berupa gangguan afektif bipolar. Pasien dengan gangguan ini perlu diawasi,

karena memiliki kecenderungan bunuh diri pada fase depresif.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan
Perilaku Psikiatri Klinis. Edisi ke‐7. Jakarta: Binarupa Aksara; 2010.

2. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ‐III. Cetakan


2. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya; 2013.

3. Maramis WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya: Airlangga


University Press; 2009.

4. Putra AG. Schizoaffective disorder with manic type: a case report. Denpasar:
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana; 2013.

5. Surbakti RB. A 30 years old man with depressed type of schizoaffective


disorder. J Medula Unila. 2014;3(2):89‐95.

6. Rades M, Wulan AJ. Skizoafektif tipe campuran schizoaffective disorder


mixed type. J Medula Unila. 2016;5(2):58–62.

7. Marneros A. Schizoaffective disorder what is schizoaffective disorder ?.


Korean J Schizophr Res. 2012;15:5–12.

8. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi ke‐4.


Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya; 2014.

9. Citraningtyas T. Gangguan skizoafektif: penerapan DSM-5 pada entitas


diagnostik yang hampir dihilangkan. J. Kedokt Meditek. 2017;23(64):47-55.

10. HawariD.Pendekatan Holistikpada Gangguan


Jiwa.Jakarta:FakultasKedokteranUniversitasIndonesia;2001.

12
13

Anda mungkin juga menyukai