Subarachnoid Hemorrhage
Oleh:
Reynold Andika Yohanata, S.Ked
1830912310084
Pembimbing:
dr. Muhammad Welly Dafif, Sp.S
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHUAN........................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Stroke Iskemik
1. Definisi Stroke Iskemik .................................................. 3
2. Patogenesis Stroke Iskemik ............................................ 3
3. Trombogenesis pada Stroke Iskemik ............................... 5
4. Tatalaksana pada Stroke Iskemik .................................... 6
B. Alteplase
1. Definisi Alteplase .......................................................... 6
2. Mekanisme Kerja Alteplase ............................................ 6
C. Peran Alteplase pada Tatalaksana Stroke Iskemik
1. Indikasi Penggunaan Alteplase pada Stroke Iskemik ........ 8
2. Kontraindikasi Penggunaan Alteplase pada Stroke
Iskemik.......................................................................... 8
3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Pasien yang Akan Diberikan
Alteplase ....................................................................... 11
4. Dosis dan Cara Penggunaan Alteplase pada Stroke
Iskemik ......................................................................... 12
5. Rekomendasi Pemberian Alteplase pada Kasus Stroke
Iskemik Menurut American Heart Association (AHA)….. 13
6. Efektivitas Penggunaan Alteplase pada Stroke Iskemik .... 15
BAB III PENUTUP 16
DAFTARoPUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
vaskularisasi sistem saraf pusat dan secara khas menyebabkan kerusakan yang
permanen pada sel saraf, baik akibat adanya infark serebri, intra serebral
terdapat 6,5 juta jiwa yang meninggal akibat stroke. Hal tersebut menempatkan
Tingginya angka kematian akibat stroke tersebut terutama diakibatkan oleh tidak
oleh pasien. Secara umum, stroke diklasifikasikan menjadi dua, yakni stroke
hemoragik (15% total kasus stroke) dan stroke iskemik (85% total kasus
stroke).(3) Salah satu tatalaksana stroke iskemik akut yang diakui oleh US Food
activator (rt-PA) alteplase yang saat ini merupakan merupakan satu-satunya obat
yang diindikasikan untuk stroke iskemik akut dan merupakan obat lini pertama
oleh berbagai asosisasi stroke dunia dan merupakan lini pertama dalam
1
pengetahuan tenaga medis tentang peran alteplase dalam penatalaksanaan stroke
ekslusi, cara penggunaan alteplase, dan efek samping penggunaan alteplase yang
stroke iskemik akut. Oleh karena itu, sangat penting bagi tenanga medis untuk
mengetahui tentang peran alteplase dalam penanganan stroke iskemik akut agar
alteplase dapat menjadi tatalaksana yang efektif pada kasus stroke iskemik akut,
sehingga angka mortalitas dan morbiditas akibat stroke iskemik akut dapat
diturunkan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Subarachnoid Hemorrhage
1. Definisi
merupakan suatu keadaan kegawatdaruratan yang ditandai oleh nyeri kepala yang
sangat hebat, “worst headache ever” (VAS 9-10) yang muncul akut/tiba-tiba
merupakan rongga yang memisahkan lapisan dalam (piamater) dan lapisan tengah
3
2. Etiologi
salah satu arteri di dasar otak dan adanya malformasi arteriovenosa (MAV).
seperti :
arteri serebri media di fisura sylvii (20%), dinding lateral arteri karotis interna
(pada tempat berasalnya arteri oftalmika atau arteri komunikans posterior 30%),
dan basilar tip (10%). Aneurisma dapat menimbulkan deficit neurologis dengan
b. Aneurisma fusiformis
intrakranial arteri karotis interna, trunkus utama arteri serebri media, dan arteri
hipertensi. Aneurisma fusiformis yang besar pada arteri basilaris dapat menekan
4
Aneurisma ini biasanya tidak dapat ditangani secara pebedahan saraf, karena
c. Aneurisma mikotik
terdiri dari terapi infeksi yang mendasarinya dikarenakan hal ini biasa disebabkan
jaringan pleksiform abnormal tempat arteri dan vena terhubungkan oleh satu atau
lebih fistula. Pada MAV arteri berhubungan langsung dengan vena tanpa melalui
kapiler yang menjadi perantaranya. Pada kejadian ini vena tidak dapat
menampung tekanan darah yang datang langsung dari arteri, akibatnya vena akan
merenggang dan melebar karena langsung menerima aliran darah tambahan yang
berasal dari arteri. Pembuluh darah yang lemah nantinya akan mengalami ruptur
dan berdarah sama halnya seperti yang terjadi pada aneurisma.9 MAV
dikelompokkan menjadi dua, yaitu kongenital dan didapat. MAV yang didapat
Penyebab lain dari SAH yaitu trauma (fraktur pada basis cranii yang
5
pembedahan, penyebab hematologik (DIC/ disseminated intravascular
3. Epidemiologi
pertama kali pada usia 40-60 tahun. SAH lebih sering dijumpai pada perempuan
4. Faktor Risiko
5. Patogenesis
utama. Hampir 85% dari aneurisma ditemukan dalam sirkulasi anterior dan 15%
dalam sirkulasi posterior. Secara keseluruhan, tempat yang paling umum adalah
arteri komunikans anterior diikuti oleh arteri komunikans posterior dan arteri
6
bifucartio cerebri. Dalam sirkulasi posterior, situs yang paling lebih besar adalah
7
ruptur tidak dipahami, namun diperkirakan bahwa aneurisma intrakranial
terbentuk selama waktu yang relatif singkat dan baik pecah atau mengalami
perubahan sehingga aneurisma yang utuh tetap stabil. Pemeriksaan patologis dari
vaskular normal dengan hilangnya lamina elastis internal dan kandungan kolagen
berkurang. Sebaliknya, aneurisma yang utuh memiliki hampir dua kali kandungan
bertanggung jawab atas stabilitas relatif yang diamati dan untuk risiko ruptur
menjadi rendah.4
kehidupan. Hanya 20% dari aneurisma yang ruptur terjadi pada pasien berusia
antara 15 dan 45 tahun. Tidak ada faktor predisposisi yang dapat dikaitaan dengan
kejadian ini, mulai dari tidur, kegiatan rutin sehari-hari, dan aktivitas berat.4
Hampir 50% dari pasien yang memiliki SAH, ketika dianamnesis pasti
memiliki riwayat sakit kepala yang sangat berat atau sekitar 2-3 minggu sebelum
perdarahan besar. Hampir setengah dari orang-orang ini meninggal sebelum tiba
pertama, tetapi tetap ada risiko hari-hari berikutnya dapat mengalami perdarahan.
8
pertama setelah kejadian pertama. Kematian terjadi terkait perdarahan kedua
hampir 70%.4
6. Manifestasi Klinis
meliputi :
2. Hilangnya kesadaran,
3. Fotofobia
Tanda-tanda klasik atau tanda peringatan ini dapat muncul beberapa jam,
hari, minggu, atau lebih lama lagi sebelum terjadinya perdarahan yang hebat.5
Tanda-tanda peringatan bisa hanya berupa nyeri kepala yang mendadak dan
kemudian hilang dengan sendirinya (30-60%), nyeri kepala disertai mual, nyeri
pecah) dapat menimbulkan tanda dan gejala sebagai berikut: defek medan
penglihatan, gangguan gerak bola mata, nyeri wajah, nyeri orbital, atau nyeri kepala yang
terlokalisasi.5
defek medan penglihatan, disfungsi endokrin, atau nyeri kepala di daerah frontal.
9
defek medan penglihatan, penurunan visus, dan nyeri wajah di suatu tempat.
Aneurisma pada arteri karotis internus di dalam sinus kavernosus, bila tidak
kavernosus. 5
kelemahan lengan fokal, atau rasa baal. Aneurisma pada bifukarsio basiaris dapat
klinis dapat bervariasi mulai dari meningismus ringan, nyeri kepala, sampai defisit
Gangguan fungsi luhur, yang bervariasi dari letargi sampai koma, biasa
terjadi pada SAH. Gangguan memori biasanya terjadi pada beberapa hari
kemudian. Disfasia tidak muncul pada SAH tanpa komplikasi, bila ada disfasia
maka perlu dicurigai adanya hematom intraserebral. Yang cukup terkenal adalah
bilateral terkena sebagai akibat dari pecahnya aneurisma pada arteri komunikans
anterior. 5
langsung oleh aneurisma; b) kompresi langsung oleh darah yang keluar dari
seringkali terkena akibat SAH. Pada penderita dengan nyeri kepala mendadak dan
terlihat adanya SAH maka hal itu bersifat patognomik untuk SAH. 5 Gangguan
10
fungsi motorik dapat berkaitan dengan SAH yang cukup luas atau besar, atau
Perdarahan dapat meluas ke arah parenkim otak. Sementara itu, hematom dapat
7. Diagnosis
hingga 53%. Karena itu, setiap keluhan nyeri kepala akut harus selalu dievaluasi
Maka dari itu faktor risiko terjadinya PSA perlu diperhatikan seperti pada tabel
2.1.
Pada pemeriksaan fisik dijumpai semua gejala dan tanda seperti yang
11
Jika hasil pemeriksaan CT scan kepala negatif, langkah diagnostic
kecil kurang dari 0,3 mL akan menyebabkan nilai sekitar 10.000 sel/mL.
non-invasif serta sensitivitas dan spesifitasnya lebih tinggi. Evaluasi teliti terhadap
seluruh pembuluh darah harus dilakukan karena sekitar 15% pasien memiliki
aneurisma multiple. Foto radiologik yang negatif harus diulang 7-14 hari setelah
onset pertama. Jika evaluasi kedua tidak memperlihatkan aneurisma, MRI harus
Adapun parameter klinis yang dapat dijadikan acuan untuk intervensi dan
prognosis pada SAH seperti skala Hunt dan Hess yang bisa digunakan.
12
Gambar 2.3 Skala Hunt dan Hess
Selain skala Hunt dan Hess, skor Fisher juga bisa digunakan untuk
scan.
8. Tatalaksana
pembedahan atau tindakan intravaskular lain. Jalan napas harus dijamin aman dan
13
pemantauan invasif terhadap central venous pressure dan/ atau pulmonary artery
pressure, seperti juga terhadap tekanan darah arteri, harus terus dilakukan. Untuk
secara hati-hati dan pelan-pelan, dapat diberikan analgesik dan pasien harus
istirahat total.1
diintubasi. Pemberian ventilasi harus diatur untuk mencapai PCO2 sekitar 30-35
intrakranial seperti6 :
dan neurologis lainnya. Tekanan darah harus dijaga dalam batas normal dan jika
hipertensi pada SAH jika MABP diatas 130 mmHg. Setelah aneurisma dapat
diamankan, sebetulnya hipertensi tidak masalah lagi, tetapi sampai saat ini belum
14
dihubungkan dengan prognosis buruk adalah hiperglikemia dan hipertermia,
karena itu keduanya harus segera dikoreksi. Profilaksis terhadap thrombosis vena
dalam (deep vein thrombosis) harus dilakukan segera dengan peralatan kompresif
9. Komplikasi
perdarahan subaraknoid. Tanda dan gejala vasospasme dapat berupa status mental,
dengan dua pola utama, yaitu infark kortikal tunggal dan lesi multiple luas. 1
15
Perdarahan ulang mempunyai mortalitas 70%. Untuk mengurangi risiko
harus dipertahankan >100 mmHg untuk semua pasien selama ±21 hari. Sebelum
ada perbaikan, tekanan darah sistolik harus dipertahankan dibawah 160 mmHg
dan selama ada gejala vasospasme, tekanan darah sistolik akan meningkat sampai
120-220 mmHg. 1
Selain vasopasme dan perdarahan ulang, komplikasi lain yang dapat terjadi
10. Prognosis
meninggal tanpa sempat membaik sejak awitan. Tingkat mortalitas pada tahun
pertama sekitar 60%, dan jika tidak ada komplikasi dalam 5 tahun pertama sekitar
70%. Apabila tidak ada intervensi bedah maka sekitar 30% penderita meninggal
dalam 2 hari pertama, 50% dalam 2 minggu pertama, dan 60% dalam 2 bulan
pertama.5
Skor Keterangan
1 Nilai Hunt dan Hess > III
1 Skor skala Fisher > 2
1 Ukuran aneurisma > 10 mm
1 Usia pasien > 50 tahun
1 Lesi pada sirkulasi posterior
berukuran besar (≥ 25mm)
16
Besarnya nilai ditentukan oleh jumlah skor Sistem Ogilvy dan Carter,
lebih baik.
tergantung lokasi dan jumlah perdarahan serta ada tidaknya komplikasi yang
menyertai. Disamping itu usia tua dan gejala-gejala yang berat memperburuk
secara agresif seperti resusitasi preoperatif yang agresif, tindakan bedah sedini
mendukung.9
17
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
kemudian hancur.
inklusi dan eksklusi pasien yang akan mendapatkan alteplase, dan komplikasi
18
DAFTAR PUSTAKA
2. Benjamin EJ, Blaha MJ, Chiuve SE, Cushman M, Das SR, Deo R, de
Ferranti SD, Floyd J, Fornage M, Gillespie C, Isasi CR. Heart disease and
stroke statistics—2017 update: a report from the American Heart
Association. Circulation. 2017 Mar 7;135(10):e146-603. 3. Acheampong
P, Ford GA. Pharmacokinetics of alteplase in the treatment of ischaemic
stroke. 2012;271–81.
12. Jauch EC, Saver JL, Adams HP, Bruno A, Demaerschalk BM, Khatri P,
McMullan PW, Qureshi AI, Rosenfield K, Scott PA, Summers DR.
Guidelines for the early management of patients with acute ischemic stroke.
Stroke. 2013 Mar 1;44(3):870-947.
19
13. Whiteley WN, Thompson D, Murray G, Cohen G, Lindley RI, Wardlaw J,
Sandercock P. Effect of alteplase within 6 hours of acute ischemic stroke
on all-cause mortality (third International Stroke Trial). Stroke. 2014 Dec
1;45(12):3612-7.
20