Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas ,sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca Pak Mario untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan masalah...................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian...............................................................................................................2
B. Etiologi...................................................................................................................3
C. Klassifikasi.............................................................................................................5
D. Patofisiologi
E. Gejala dan tanda klinis...........................................................................................5
F. Diagnosis................................................................................................................7
G. Pengobatan..............................................................................................................9
H. Komplikasi..............................................................................................................9
BAB III ASKEP
A. Pengkajian............................................................................................................. 3
B. Analisa data...........................................................................................................2
C. Diagnosa................................................................................................................3
D. Intervensi............................................................................................................... 4
E. Implemntasi........................................................................................................... 5
F. Evaluasi.................................................................................................................6
BAB IV
A. Kesimpulan.............................................................................................................i
B. Saran.......................................................................................................................ii
C. DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................v
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit kuning yang dikenal dalam bahasa ilmiah medis dengannama ikterus atau
jaundize adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh perubahan yang terjadi pada
warna kulit tubuh yang menguning, sclera (bagian putih pada mata) dengan kelenjar
ludah yang disebabkan oleh meningkatnya kadar bilirubin pada tubuh manusia atau
binatang atau hewan yang memiliki sel darah merah.Penyakit kuning tergolong
berbahaya jika tubuh penderita sudah menjadi kuning. Penderita harus segera mendapat
perawatan di rumah sakit dan disarankan agar jangan banyak bergerak atau
mengeluarkan tenaga.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah asuhan keperaWatan pada ikterus obstruktif?
2. Bagaimana definisi dari ikterus obstruktif?
3. Bagaimana etiologi dari ikterus obstruktif?
4. Bagaimana klasifikasi ikterus obtruktif?
5. Bagaimana patofisiologi dari ikterus obstruktif?
6. Bagaimana manifestasi klinis dari ikterus obstruktif?
7. Bagaimana diagnosa dari ikterus obstruktif?
C. TTUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien ikterus obstruktif
2. Untuk mengetahui definisi dari ikterus obstruktif
3. Untuk mengetahui etiologi dari ikterus obstruktif
4. Untuk mengetahui klasifikasi ikterus obstruktif
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari ikterus obstruktif
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari ikterus obstruktif
7. Untuk mengetahui diagnosa dari ikterus obstruktif
8. Untuk mengetahui pengobatan ikterus obstruktif
9. Untuk mengetahui komplikasi ikterus obstruktif
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi ikterus obstruktif
Ikterus adalah perubahan warna jaringan menjadi kuning akibat adanya penimbunan empedu
dalam tubuh,yang biasanya dapat di deteksi pada sklera, kulit, atau urine yang menjadi gelap
bila bilirubin serum mencapai 2-3 mg/dl, bilirubin serum normal adalah 0,3-1,0 mg/dl.
(Price & Wilson, 2006)

Ikterus obstruktif adalah kegagalan aliran bilirubin ke duodenum, dimana kondisi ini akan
menyebabkan perubahan patologi di hepatosit dan ampula vateri (Sherly, 2008).
Ikterus obstruktif, disebabkan oleh obstruksi duktus biliaris (yang sering terjadi bila sebuah
batu empedu atau kanker menutupi duktus koledokus) atau kerusakan sel hati (yang terjadi
pada hepatitis), kecepatan pembentukan bilirubin adalah normal, tapi bilirubin yang
dibentuk tidak dapat lewat dari darah ke dalam usus.

Ikterus adalah warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosakarena adanya bilirubin
pada jaringan tersebut akibat peningkatan kadarbilirubin dalam darah (Brooker, 2001).

Ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva dan selaputakibat


penumpukan bilirubin. Sedangkan hiperbilirubinemia adalah ikterusdengan konsentrasi
bilirubin serum yang menjurus ke arah terjadinyakernikterus atau ensefalopati
bilirubin bila kadar bilirubin yang tidakdikendalikan ( Markum, A.H 1991)

2.2. Etiologi ikterus obstruktif


a. Ikterus obstruktif intrahepatik
Penyebab tersering ikterus obstruktif intrahepatik adalah penyakit hepatoseluler dengan
kerusakan sel parenkim hati akibat hepatitis virus atau berbagai jenis sirosis. Pada penyakit
ini, pembengkakan dan disorganisasi sel hati dapat menekan dan menghambat kanalikuli
atau kolangiola. Penyakit hepatoseluler biasanya mengganggu semua fase metabolisme
bilirubin ambilan, konjugasi, dan ekskresi, tetapi ekskresi biasanya paling terganggu,
sehingga yang paling menonjol adalah hiperbilirubinemia terkonjugasi.
Penyebab ikterus obstruktif intrahepatik yang lebih jarang adalah pemakaian obat-obat
tertentu, dan gangguan herediter Dubin Jhonson serta sindrom Rotor (jarang terjadi). Pada
kedaan ini terjadi gangguan transfer bilirubin melalui membran hepatosit yang
menyebabkan terjadinya retensi bilirubin dalam sel, obat yang sering mencetuskan
gangguan ini adalah halotan (anestetik), kontrasepsi oral, estrogen, steroid anabolik,
isoniazid, dan klorpromazin.

b. Ikterus obstruktif ekstrahepatik


Penyebab tersering ikterus obstruktif ekstrahepatik adalah sumbatan batu empedu,
biasanya pada ujung bawah duktus koledokus; karsinoma kaput pankreas manyebabkan
tekanan pada duktus koledokus dari luar; demikian juga dengan karsinoma ampula vateri.
Penyebab yang lebih jarang adalah ikterus pasca peradangan atau setelah operasi, dan
pembesaran kelenjar limfe pada porta hepatis. Lesi intrahepatik seperti hepatoma kadang-
kadang dapat menyumbat duktus hepatikus kanan atau kiri. (Price & Wilson, 2006).

2.3. Klasifikasi
Menurut Benjamin IS 1988, klasifikasi ikterus obstruksi terbagi atas 4 tipe yaitu :
a. Tipe I : Obstruksi komplit.
Obstruksi ini memberikan gambaran ikterus. Biasanya terjadi karena tumor kaput
pancreas, ligasi duktus biliaris komunis, kolangiokarsinoma, tumor parenkim hati
primer atau sekunder.
b. Tipe II : Obstruksi intermiten.
Obstruksi ini memberikan gejala-gejala dan perubahan biokimia yang khas serta dapat
disertai atau tidak dengan serangan ikterus secara  klinik.Obstruksi dapat disebabkan
oleh karena koledokolitiasis, tumor periampularis, divertikel duodeni, papiloma
duktus biliaris, kista koledokus, penyakit hati polikistik, parasit intra bilier, hemobilia.
c. Tipe III : Obstruksi inkomplit kronis.
Dapat disertai atau tidak dengan gejala-gejala klasik atau perubahan biokimia yang
pada akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan patologi pada duktus bilier atau
2.4. Patofisiologi ikterus obstruktif
a. Ikterus Obstruktif intrahepatik
Pada penderita hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, dan hepatitis D yaitu masuknya
mikroorganisme ke dalam tubuh melalui membran mukosa/merusak kulit untuk
mencapai hati. Di hati replikasi 2–6 minggu/sampai 6 bulan penjamu mengalami gejala.
Beberapa infeksi tidak terlihat untuk yang mengalami gejala : tingkat kerusakan hati dan
hubungannya dengan demam yang diikuti dengan kekuningan, artritis, nyeri perut dan
mual. Pada kasus yang ekstrim dapat terjadi kerusakan pada hati (hepatomegali).
b. Ikterus Obstrukif Ekstrahepatik
Ada dua tipe utama batu empedu yaitu batu yang terutama tersusun dari pigmen dan batu
yang terutama dari kolesterol.
a) Batu Pigmen
Kemungkinan akan terbentuk bila pigmen yang tak terkonjugasi dalam empedu
mengadakan presipitasi (pengendapan) sehingga terjadi batu. Batu ini bertanggung jawab
atas sepertiga dari klien-klien batu empedu di Amerika Serikat. Resiko terbentuknya batu
semacam ini semakin besar pada pasien serosis, hemolisis dan infeksi percabangan bilier.
Batu ini tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi.
b) Batu kolesterol
Kolesterol yang merupakan unsur normal pembentuk empedu yang bersifat tidak larut
dalam air. Kelarutannya bergantung pada asam-asam empedu dan lesitin (fosfolipid) dalam
empedu. Pada klien yang cenderung menderita batu empedu akan terjadi penurunan
síntesis asam empedu dan peningkatan sistesis kolesterol dalam hati, keadaan ini
mengakibatkan supersaturasi getah empedu oleh kolesterol yang kemudian keluar dari
getah empedu, mengendap dan membentuk batu. Getah empedu yang jenuh oleh kolesterol
merupakan predisposisi untuk timbulnya batu empedu dan berperan sebagai iritan yang
menyebabkan peradangan dalam kandung empedu.

Obstruksi yang terjadi menghalangi aliran bilirubin di hati atau dari kandung empedu ke
jejunum. Hal ini mengakibatkan terjadinya regurgitasi bilirubin ke dalam aliran darah,
sehingga kadar bilirubin dalam darah meningkat, dan menyebabkan tanda dan gejala klinis.
2.5. Pathway
Adanya batu atau parasit
Obstruksi dalam lumen saluran
Adanya ganguan aliran empedu
Penimbuhan pigmen
Penimpukan bilirubin
Warna kuning pada jaringan
Ikterus

Pre of konsentrasi asam post op


Empedu intraluminal turun
Nyeri pada
kulit dan selaput lendir
Lokasi abdomen tampak kekunningan
Atas kanan
Cemas hiper tidak mampu mengubah
Bilirubin terkonjugasi
ansietas
penurunan peningkatan luka
resiko infeksi kalsium bilirubbin post operasi

defisiensi kulit gatal adanya post


vitamin pruritas dentre
larut lemak
kerusakan
malnutrisi integritas kulit
peningkatkan
ketidak seimbangan resiko infeksi
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh resiko infeksi
2.6. Manifestasi klinis
Ikterus dapat timbul dan disadari pada bayi baru lahir, tetapi lebih sering didapatkan
menjelang minggu ke 2-3 kelahiran. Urin berwarna kuning, manakala tinjanya berwarna
kuning pucat, abu-abu atau cholic. Hepatomegali juga sering didapatkan, dan pada palpasi
didapatkan konsistensi yang agak keras. Splenomegali pula akan timbul agak lambat.

Menurut Surasmi (2003) gejala Hiperbilirubinemia dikelompokan menjadi 2 fase yaitu akut
dan kronik:
1. Gejala akut
a. Lethargi (lemas)
b. Tidak ingin mengisap
c. Feses berwarna seperti dempul
d. Urin berwarna gelap
2. Gejala kronik
a. Tangisan yang melengking (high pitch cry)
b. Kejang
c. Perut membuncit dan pembesaran hati
d. Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental
e. Tampak matanya seperti berputar-putar

2.7. pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis ikterusobstruktif,


antara lain sebagai berikut:
1. Anamnesis
Adanya ikterus harus membangkitkan kewaspadaan pemeriksa bahwa ada penyakit
parenkim hati atau obstruksi terhadap aliran empedu. Pada setiap pasiendengan ikterus,
pemeriksa harus mencari petunjuk dengan menanyakan pertanyaan berikut:
Sudah berapa lama anda atau anak anda menunjukkan gejala kuning (ikterus)?
Apakah timbulnya cepat dan tiba-tiba?
Apakah ikterus berkaitan dengan nyeri perut? Hilangnya selera
Makan Mual? muntah? Apakah pernah mendapatkan transfusi?
Apakah pernah bepergian ke luar negeri?
Jika ya, ke mana? Pernahkah minumair yang kurang bersih?
Apakah pernah sakit kuning sebelumnya? Apakah warna urin berubah warna sejak sakit
kuning?´ Apakah sakit kuningnya berkaitan dengan sakit perut? mual?
muntah?...menggigil? demam? gatal? Penurunan berat badan?
Bagaimana warna tinjanya? Apakah ada teman atau anggota keluarga lain yang juga
sakit kuning?´
2. Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi
 Auskultasic
 Perkusid
 Palpasi
Tanda-tanda vital · Leher : KGB tidak teraba (-)
 TD: 130/60 mmHg · Dada : Pengembangan dada simetris
 HR: 98x/mnt sinistra dextra, nyeri tekan (-)
 RR: 20x/mnt · Jantung : BJ I, II regular normal, gallop
 Suhu: 38,0ºC (-), murmur (-)
· Kesadaran : Composmentis · Paru : suara napas vesikuler +/+, Rh -/-
· Kepala : Normocephal dan wh -/-
· Mata : CA -/- SI+/+ · Perut : Bising usus 5x/menit, nyeri tekan
· Telinga : Othore -/- (-)
· Hidung : Rhinore -/- · Hepar :Tidak teraba
· Mulut : bibir sianosis (-), selaput putih di · Lien : Tidak teraba
lidah (-) · Kemaluan : tidak terdapat kelainan
· Tenggorok : T1/T1 hiperemis (-),tidak · Ekstremitas : pada ektremitas inferior
ada kelaianan mulai ada tanda-tanda atrofi

3. Pencitraan
Pencitraan merupakan salah satu penunjang diagnosis yang sering digunakan.
Adapun tujuan dilakukan pencitraan adalah:
a. Memastikan adanya obstruksi ekstrahepatik (yaitu membuktikan apakah jaundice
akibat post-hepatik dibandingkan hepatik).
b. Untuk menentukan level obstruksi.
c. Untuk mengidentifikasi penyebab spesifik obstruksi.
d. Memberikan informasi pelengkap sehubungan dengan diagnosa yangmendasarinya
(misal, informasi staging pada kasus malignansi).Adapun pencitraan yang dapat
dilakukan dalam mendiagnosis ikterusobstruktif, antara lain:
4. Foto Polos Abdomen
Pada pemeriksaan ini diharapkan dapat melihat batu opak dikandungempedu atau
di duktus kholedekus. Kadang-kadang pemeriksaan ini dipakaiuntuk skrening, melihat
keadaan secara keseluruhan dalam rongga abdomen.
5. USG
Ultrasonografi sangat berperan dalam mendiagnosa penyakit yangmenyebabkan
kolestasis. Dengan pemeriksaan USG, sangat mudah dilihat pelebaran duktus
biliaris intra/ekstra hepatik sehingga dengan mudah dapatmendiagnosis apakah ada
ikterus onstruksi atau ikterus non-obstruksi. Apabila terjadi sumbatan daerah duktus
biliaris yang paling sering adalah bagian distal,maka akan terlihat duktus biliaris
komunis melebar dengan cepat yangkemudian diikuti pelebaran bagian proximal.

Untuk membedakan obstruksi letak tinggi atau letak rendah dengan mudahdapat
dibedakan karena pada obstruksi letak tinggi atau intrahepatal tidaktampak
pelebaran dari duktus biliaris komunis. Apabila terlihat pelebaranduktus biliaris
intra dan ekstrahepatik, maka ini dapat dikategorikan obstruksiletak rendah (distal).
6. CT Scan
Memberi viasualisasi yang baik untuk hepar, kandung empedu, pankreas,ginjal dan
retroperitoneum; membandingkan antara obstruksi intra- danekstrahepatik dengan
akurasi 95%. CT dengan kontras digunakan untukmenilai malignansi bilier.
7. ERCP dan PTC
Menyediakan visualisasi langsung level obstruksi. Namun prosedur iniinvasif dan
bisa menyebabkan komplikasi seperti kolangitis, kebocoran bilier, pankreatitis dan
perdarahan.
8. Endoscophic Ultrasound (EUS)
Memiliki beragam aplikasi, seperti staging malignansi gastrointestinal,evaluasi tumor
submukosa dan berkembang menjadi modalitas penting dalam evaluasi sistem
pankreatikobilier.EUS juga berguna untuk mendeteksi dan staging tumor ampula,
deteksi mikrolitiasis, koledokolitiasis dan evaluasistriktur duktus biliaris benigna atau
maligna. EUS juga bisa digunakan untuk aspirasi kista dan biopsi lesi padat.

2.8. Pengobatan ikterus obstruktif


Dokter akan melakukan pemeriksaan kadar bilirubin dalam darah pasien, kemudian
melakukan beberapa tes tambahan seperti tes darah, tes urine, tes pemindaian, dan biopsi
hati untuk mencari tahu penyebab penyakit kuning tersebut.

Pengobatan penyakit kuning tergantung kepada penyebab yang mendasarinya. Pengobatan


penyakit kuning dibagi menjadi tiga, yaitu:
 Pengobatan pre-hepatic, untuk mencegah sel darah merah hancur terlalu banyak
atau cepat, sehingga penumpukan bilirubin dapat dihindari.
 Pengobatan intra-hepatic, untuk memperbaiki kerusakan hati, dan mencegah
meluasnya kerusakan pada organ tersebut.
 Pengobatan post hepatic, untuk menghilangkan sumbatan di dalam saluran empedu
dan pankreas.
Penyakit kuning dapat dicegah. Baik dengan mendapatkan vaksinasi hepatitis A dan B,
meminum obat pencegah penyakit malaria, membatasi konsumsi minumam alkohol,
berhenti merokok dan lain sebagainya.

2.9. PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya penatalaksanaan penderita ikterus obstruksi bertujuan untuk
menghilangkan penyebab obstruksi atau mengalihkan aliran empedu. Bila penyebabnya
adalah batu, dilakukan tindakan pengangkatan batu dengan cara operasi laparotomi
atau papilotomi dengan endoskopi / laparoskopi.Bila penyebabnya adalah tumor dan
tindakan bedah tidak dapat menghilangkan penyebab obstruksi karena tumor tersebut
maka dilakukan tindakan drainase untuk mengalihkan aliran empedu tersebut.
Ada 2 macam tindakan drainase yaitu:
1. Drainase ke luartubuh (drainase eksterna) Drainase eksterna dilakukan dengan
mengalihkan aliran empedu ke luar tubuh misalnya dengan pemasangan pipa naso
bilier atau pipa T pada duktus koledokus atau kolesistostomi.
2. Drainase interna (pintasan bilio-digestif).Drainase interna dapat dilakukan dengan
membuat pintasan bilio-digestif antara lain hepatiko-jejunostomi, koledoko-
duodenostomi atau kolesisto-jejunostomi. Drainase interna pertama kali dilaporkan
oleh Pareiras et al dan Burchart pada tahun 1978,dan presentase munculnya kembali
ikterus obstruksi setelah dilakukan pintasan adalah 0 –15 % tergantung dari tehnik
operasi yang digunakan.
3. Fototherapi
Fototerapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan transfuse pengganti untuk
menurunkan bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi
( a bound of fluorescent light bulbs or bulbs in the blue light spectrum) akan
menurunkan bilirubin dalam kulit.
4. Terapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulus hati untuk menghasilkan enzim yang meningkatkan
konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya.
Coloistrin dapat mengurangi bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine sehingga
menurunkan siklus enterohepatika

2.10. Komplikasi
Komplikasi yang dapat dialami oleh pasien dengan ikterus obstruktif antara lain gagal
hati,sirosis hati,diare,pruritas,sindroma mal absorsi,gagal ginjal,hiperkolesterolemia dan
difisiensi vitamin k.
3. Pengkajian
3.1. Identitas Klien
Identitas klien meliputi:
a. Nama
b. Umur
3.2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
biasanya berhubungan dengan sklera dan warna kulit berwarna kuning, warna urin yang
gelap, kulit dapat berwarna kehijauan, untuk klien dengan kernikterus dapat berupa mata
berputar, letargi, kejang tak mau mengisap, malas minum, tonus otot meningkat, leher kaku,
dan optistotonus.
3.3. Riwayat Penyakit
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Anamnesis yang dibuat juga lamanya gejala berlangsung, ada dan sifat nyeri abdomen,
demam atau gejala peradangan lainnya, perubahan selera makan, berat badan, dan kebiasaan
buang air besar. Perhatikan juga adanya riwayat transfusi darah, dan penggunaan obat-obat
intravena. (Hill, 1999:268)
3.4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Penyakit virus juga harus diperhatikan pada pasien yang pernah bepergian ke negara-
negara berkembang endemik hepatitis E yang ditularkan secara enteral atau negara asia
timur yang penyebaran hepatitis B dan C secara parenteralnya luas.
b. Prurius seringkali dikaitkan dengan kolestasis kronik berasal baik dari obstruksi
ekstrahepatik ataupun penyakit kolestatik hati seperti kolangitis sklerosing atau sirosis
kandung empedu primer.
c. Sebaliknya, tinja yang akolik lebih sering terjadi pada pasien obstruksi kandung empedu
ekstrahepatik akibat tumor, koledokolitiasis, atau secara sekunder akibat kelainan kandung
empedu kongenital seperti peradangan kista koledukus. Adanya tinja akolik dan heme-
positif (tinja perak) merujuk ke arah tumor traktus biliaris distal seperti ampula,
periampula, atau kolangiokarsinoma. Gabungan ini juga terdapat pada pasien karsinoma
pankreas yang menyebar ke traktus biliaris atau duodenum.
d. Ikterus, dalam kaitannya dengan operasi kandung empedu di masa lalu, mengarahkan pada
penyakit batu yang kambuh atau masih tersisa, striktur biliaris, atau obstruksi berulang
akibat tumor yang membesar. Akhirnya keadaan yang telah ada sebelumnya atau yang
mendasari terjadinya penyakit hepatobiliar harus dihilangkan. Misalnya, penyakit radang
usus, terutama kolitis ulseratif, berkaitan dengan kolagitis sklerotikans.
e. Kehamilan merupakan faktor predisposisi kolestasis, steatosis, dan gagal hati akut.
f. Gagal jantung kanan dapat mengakibatkan kongesti hepatik dan kolestasis, sepsis dapat
menyebabkan gangguan transport bilirubin tertentu atau kolestasis intrahepatik luas. (Hill,
1999:268)
3.4. Riwayat Penyakit Keluarga
Terdapat riwayat gangguan hemolisis darah (ketidaksesuaian golongan Rh atau golongan
darah ABO), polisitemia, infeksi, hematoma, gangguan metabolisme hepar, obstruksi
saluran pencernaan, ibu menderita DM. (Hill, 1999:268)
3.5. Riwayat Pengobatan
Riwayat pengobatan juga harus dicermati, obat-obat tertentu yang dapat menyebabkan
baik kolestasis, seperti anabolik steroid dan klorpromazin, maupun nekrosis sel hati,
seperti asetaminofen atau isoniazid. riwayat atralgia merujuk pada hepatitis virus akut.
(Hill, 1999:268)
2. Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1. Ds:
pasien mengatakan
sering buang air
besar, pasien malas
makan, mual
Do:
Pasien Terlihat lemas, Diare, intake tidak Kekurangan
turgor kulit kurang adekuat volume cairan
baik, bibir kering
dan terlihat pucat

Kriteria hasil TTV:


BB : 37,3 Kg,
T : 38 oC
TA : 130/60 MmHg
2. Ds: Pasien mengatakan Obstruksi saluran Nyeri akut
nyeri pada perut
empedu
kanan atas,
Do :Pasien tampak mering
is kesakitan
3. DS: Ketidakseimbangan
 Muntah penurunan nafsu makan nutrisi kurang
 Kejang perut
 Rasa penuh tiba-tiba dari kebutuhan
setelah makan tubuh
DO:
 Rontok rambut yang
berlebih
 Kurang nafsu makan
 Bising usus berlebih
 Konjungtiva pucat
 Denyut nadi lemah
4. Ds : Pruritus Kerusakan
 Perubahan status integritas kulit
cairan
 Perubahan pigmentasi
 Perubahan sirkulasi
 Perubahan turgor (elas
tisitas kulit)
Do:
 Gangguan pada
bagian tubuh
 Kerusakan lapisa kulit
(dermis)
 Gangguan permukaan
kulit(epidermis)
5. Ds: kurang informasi Kurang
Keluarga pasien  menga
pengetahuan
takan tidak tahu
penyakit yang dialami
anaknya dan cara
perawatannya
Do:
keluarga pasien terlihat
cemas, bingung

2. Diagnosa Keperawatan
1. Kekuranagn volume cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya intake cairan, diare
2. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi saluran empedu
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan nafsu makan
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritus.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
3.  Perencanaan Asuhan Keperawatan ( NCP )
No Dx Tujuan Intervensi Rasional

Kekuranagn
1. volume Setelah dila  Pantau warna,  Mengetahui indikasi 
cairan kukan tinda jumlah, dan frekuensi perubahan dalam kes
berhubungan kan asuhan  kehilangan cairan eimbangan cairan
dengan tidak keperawatan  Observasi khususnya anak
adekuatnya intake selama 2 x terhadap pemberian  Mengetahui
cairan, diare 24 jam, cairan yang tinggi kebutuhan cairan
cairan tubuh elektolit (diare) sehingga tubuh akan
anak  Identifikasi faktor- terpenuhi untuk
adekuat faktor yang berkontri menjamin
dengan busi terhadap keadekuatan
kriteria buruknya dehidrasi  Pemantauan dapat m
hasil:  Pantau status hidrasi emungkinkan evalua
 Keseimban (kelembabam membr  si
gan air an mukosa, kekuatan keseimbangan cairan
dalam nadi, tekanan darah dan kebutuhan
kompartem osmotik) intervensi lebih
en intrasel  Tentukan jumlah lanjut
dan cairan yang masuk  Mengetahui status pe
ekstrasel selama 24 jam rkembangan pasien
tubuh  Mengetahui
(keseimba kebutuhan cairan
ngan tubuh
cairan)
 Keseimban
gan
elektrolit
dan non
elektrolit
dalam
kompartem
en intrasel
dan
ekstrasel.
 Jumlah air
dalam
kompartem
en intrasel
dan
ekstrasel
yang
adekuat.
2. Nyeri akut Klien dapat   Kaji tingkat nyeri  Untuk mengetahui
berhubungan manejeme  Menciptakan tingkat nyeri
dengan obstruksi n nyeri, lingkungan yang  Untuk memberikan
saluran empedu. nyeri akut nyaman ketenangan kepada
dapat  Ajarkan teknik pasien
berkuang. distraksi dan relaksas  Untuk mengurangi
 Untuk mengurangi rasa nyeri
rasa nyeri  Untuk mengurangi
rasa nyeri
3. ketidakseimbangan Tidak  Kolaborasi dengan  Untuk menentukan
nutrisi kurang dari terjadinya ahli gizi jumlah kalori dan
kebutuhan tubuh penurunan   Berikan informasi nutrisi yang
berhubungan berat bada tentang kebutuhan dibutuhkan
dengan penurunan n nutrisi  Agar pasien dan
nafsu makan yang berle  Berikan makanan keluarga tentang
bihan yang sesuai manfaat makanan
kebutuhan pasien yang diberikan pada
pasien
Gangguan
4. integritas Kerusakan  Anjurkan klien untuk  Pakaian yang kasar
kulit berhubungan integritas menggunakan merangsang gatal.
dengan pruritus kulit pasien pakaian yang lembut  Linen yang kasar
teratasi dan longgar (katun). merangsang gatal.
 Ganti linen dengan  Ruangan yang
linen yang lembut panas merangsang
secara teratur. pengeluaran
 Jaga temperatur keringat dan gatal.
ruangan agar tetap  Mengurangi gatal,
sejuk. dan menjaga
 Mandikan klien kelembutan kulit.
dengan air hangat-
hangat kuku, hindari
sabun alkalin,
gunakan lotion
dengan sering.
Kurang
5. pengetahuan Setelah o Kaji pengetahuan  Mengetahui tingakt
berhubungan dilakukan keluarga beri pengetahuan
dengan kurangnya intervensi pendidikan kesehatan keluarga terhadap
informasi 1x 24jam tentang penyebab kesehatan tentang
keluarga dari ikhterus beserta penyebab dari
mengerti tanda gejalanya ikhterus beserta
tentang tanda-tandany., tanda gejalanya
perjalanan o Beri pengetahuan tanda-tandanya,
penyakit tentang pentingnya  Keluarga mengetahui
dan perawatan dan tentang pentingnya
maksud pengobatan, perawatan dan
dari o Beri pengetahuan pengobatan,
therapi tentang terapi yang  Keluarga mengetahui
ditandai diberikan pada bayi tentang terapi yang
dengan o Berikan penjelasan diberikan pada bayi
pemahama tentang pelayanan  Keluarga mengetahui
n keluarga kesehatan yang harus tentang pelayanan
yang baik dihubungi ketika kesehatan yang harus
dan terjadi pada situasi tertentu. dihubungi ketika
perubahan o Beri pendidikan pada situasi tertentu.
perilaku kesehatan tentang  Keluarga mengetahui
perawatan bayi tentang perawatan
dirumah. bayi dirumah.
o Beri pengetahuan  Keluarga mengetahui
tentang petingnya petingnya menjaga
menjaga kebersihan kebersihan di rumah
di rumah dan dan pemenuhan
pemenuhan nutrisi nutrisi yang optimal
yang optimal bagi bagi bayi
bayi  Keluarga mengetahui
 g. Beri pengetahuan tentang
tentang pentingnya
menstimulasi
pertumbuhan dan
perkembangan bayi

6. Implementasi
No Dx Implementasi
1. Monitor TTV:
Kekuranagn volume cairan Kriteria hasil
BB : 37,3 Kg,
berhubungan dengan tidak
T : 38 oC
adekuatnya intake cairan, diare TA : 130/60 MmHg
o Memantau warna, jumlah, dan frekuensi
kehilangan cairan
o Mengobservasi khususnya terhadap pemberian
cairan yang tinggi elektolit (diare)
o Mengidentifikasi faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap buruknya dehidrasi
o Memantau status hidrasi (kelembabam
membran mukosa, kekuatan nadi, tekanan
darah osmotik)
 Menentukan jumlah cairan yang masuk

2. Nyeri akut berhubungan dengan Mengukur tanda – tanda vital,


TA :130/70 mmHg, suhu tubuh 37,5oC
obstruksi saluran empedu
N: 96x/m
R :22x/m.
 Melakukan pengkajian nyeri, mengajarkan
teknik relaksasi napas dalam,
 Menciptakan lingkungan yang tenang.
 Anjurkan pasien yang posisi nyaman
Kolaborasi dokter
3. Ketidakseimbangan nutrisi  Kaji adanya alergi makanan
kurang dari kebutuhan tubuh  Berikan makanan

berhubungan dengan penurunan  Kolaborasi dok :


nafsu makan  pengobatan
4. Gangguan integritas kulit  Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian
yanglonggar
berhubungan dengan pruritus
 Hindari kerutan pada tempat tidur
 Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
kering
 Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap
dua jamsekali
 Monitor kulit akan adanya kemerahan
 Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah
yangtertekan
 Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
 Monitor status nutrisi pasien
 Memandikan pasien dengan sabun dan air
hangat
 Kaji lingkungan dan peralatan yang
menyebabkan tekanan
5. Kurang pengetahuan o Mengkaji pengetahuan keluarga beri
berhubungan dengan kurang pendidikan kesehatan tentang penyebab dari
informasi ikhterus obstruksi beserta tanda gejalanya
tanda-tandany.,
o Memberi pengetahuan tentang pentingnya
perawatan dan pengobatan,
o Memberi pengetahuan tentang terapi yang
diberikan pada pasien
o Memberikan penjelasan tentang pelayanan
kesehatan yang harus dihubungi ketika pada
situasi tertentu.
o Memberi pendidikan kesehatan tentang
perawatan pasien dirumah.
o Memberi pengetahuan tentang petingnya
menjaga kebersihan di rumah dan pemenuhan
nutrisi yang optimal bagi pasien
 Memberi pengetahuan tentang pentingnya
menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan
pasien

7. Evaluasi
No Dx Evaluasi
1. S : keluarga pasien mengatakan pasien diare
Kekuranagn volume cairan pasien sudah sedikit berkurang, bibir pasien tidak
berhubungan dengan tidak terlihat pucat :
adekuatnya intake cairan, diare Bibir pasien tidak terlihat pucat, turgor kulit
baik
A : Tujuan tercapai sebagian
P : lanjutkan tindakan keperawatan serta
kolaborasi dengan dokter
2. Nyeri akut berhubungan Kriteria evaluasi :
dengan obstruksi saluran Klien mampu mengontrol nyeri
empedu. Skala nyeri berkurang

3. Ketidakseimbangan nutrisi Kriteria Evaluasi :


kurang dari kebutuhan tubuh Nafsu makan meningkat
berhubungan dengan Status nutrisi adekuat
penurunan nafsu makan.

4. Gangguan integritas kulit Kriteria evaluasi:


berhubungan dengan pruritus. klien dapat mengontrol gatal.
penurunan kulit kering.
penurunan jumlah luka garukan pada kulit.
5. Kurang pengetahuan S : keluarga pasien mengatakan sudah memahami
berhubungan dengan kurang
penyakit yang diderita anaknya, dan cara
informasi
penangannanya.
keluarga pasien terlihat tenang, mampu
menguraikan kembali pendidikan kesehatan yang
telah disampaikan perawat
A : tujuan telah tercapai
P : hentikan tindakan keperawatan

Referensi

 Sherly, dkk. (2008). Peran Biopsi Hepar Dalam Menegakkan Diagnosis Ikterus
Obstruktif Ekstrahepatik
 Sylvia A., Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC
 Diagnosa NANDA (NIC & NOC). 2007-2008
 Sutikno RD. Naskah lengkap Imaging pada Ikterus Obstruksi. Unpad/RSUP dr Hasan
Sadikin Bandung. 2007.

Anda mungkin juga menyukai