Perdarahan Subarachnoid
Oleh:
Pembimbing:
Daftar Isi..................................................................................................................ii
PENDAHULUAN
merupakan suatu keadaan gawat darurat yang ditandai dengan nyeri kepala sangat
insidensi usia rata-rata yang lebih muda dan tingginya mortalitas. Penyebab
intracranial aneurysm (aSAH) yang menjadi penyebab hingga 85% kasus. SAH ini
dibanding laki-laki (1.24:1.0) serta pada orang Afrika-Amerika dan Hispanik lebih
dengan usia, rerata usianya adalah 50 tahun atau lebih. Dikarenakan tingginya
meskipun terdapat penurunan dari case-fatality rates separuh dari pasien akan
mengalami penurunan kualitas hidup yang kronik dan signifikan.3 Oleh sebab itu
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
neurologis yang ditandai oleh nyeri kepala yang sangat hebat, “worst headache
ever” dengan visual analog scale (VAS) 9-10 yang muncul akut/tiba-tiba akibat
dan lapisan tengah (arakhnoid mater) yang merupakan bagian selaput yang
B. Epidemiologi
terdapat sekitar 10 kasus per 100.000 orang per tahun, menyumbang 3% dari
seluruh kejadian stroke. Pada tahun 2016, Global Burden of Disease, Injury and
Risk Factors Study menunjukkan bahwa stroke menyebabkan 5,5 juta kematian dan
dengan persentase lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria. Menurut Riset
Kesehatan Dasar pada tahun 2018 di Indonesia prevalensi stroke akibat SAH pada
usia ≥15 tahun sebesar 10,85% dan sedikit lebih tinggi pada laki-laki serta daerah
Provinsi Indonesia pada tahun 2018 terdapat 181 kasus perdarahan subaraknoid.
tinggi pada wanita daripada laki-laki serta lebih tinggi pada ras kulit hitam dan
orang hispanik. Prevalensi kejadiannya sekitar 62% timbul pertama kali pada usia
C. Etiologi
yang dapat terjadi setelah terjadi aneurisma arteri intrakranial pada 80% kasus yang
umum yaitu aneurisma saccular dan fusiform. Aneurisma ini dapat terjadi karena
faktor predisposisi seperti kelainan kongenital atau genetik yang dapat memicu
pecahnya pembuluh.8,9
proinflamasi seperti IL-10, IL-1beta, IL-6, tumor necrosis factor (TNF-alpha) serta
dinding pembuluh.8 Dalam kasus aneurisma, terjadi lokalisasi paling umum, yaitu
D. Faktor Risiko
independen untuk SAH adalah merokok, konsumsi alcohol yang berlebih dan
SAH. Setelah diagnosis dari aneurisme yang tidak ruptur, ukuran aneurisme,
independen dari terjadinya ruptur aneurisme di masa yang akan datang. Merokok
lebih tinggi untuk terbentuknya formasi aneurisme daripada laki-laki serta merokok
semakin cepat ruptur. Hipertensi merupakan faktor risiko peting dalam terjadinya
aneurisme yang fatal. Penggunaan alkohol serta konsumsi dalam jumlah yang
banyak dengan waktu cepat merupakai faktor risiko terjadinya ruptur aneurisme
yang harus dihentikan. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi pada SAH adalah
merokok, hipertensi dan konsumsi alkohol berlebih sementara faktor risiko yang
tidak dapat dimodifikasi adalah jenis kelamin, usia, ukuran aneurisme dan riwayat
keluarga. Faktor risiko dari formasi de novo aneurisme adalah jenis kelamin
perempuan, masih merokok, hipertensi, usia saat diagnosis dan riwayat keluarga. 10
dua, yaitu:
atau gerakan menggeserkan kepala secara tiba tiba, regangan, dan tekanan.
vertebrobasilar.11
berikut:12
Skala ini mudah dan paling banyak digunakan dalam praktik klinis. Nilai
tinggi pada skala Hunt dan Hess merupakan indikasi perburukan luaran. Skala ini
0 Unruptured
II Nyeri kepala sedang/berat, kaku kuduk, tidak ada defisit neurologis, kecuali
deserebrasi dini
2. Skala Fisher
penilaian ini hanya berdasarkan gambaran radiologik. Pasien dengan skor Skala
Fisher 3 atau 4 mempunyai risiko luaran klinis yang lebih buruk. Skala ini sangat
ukuran >1 mm
pasien yang mendapatkan intervensi bedah. Besarnya nilai ditentukan oleh jumlah
skor Sistem Ogilvy dan Carter. Penggabungan ini mempunyai rentang nilai lebih
luas sehingga bisa memengaruhi luaran klinis. Nilai 0 dan 1 mempunyai luaran baik
atau sangat baik pada kurang lebih 95% pasien. Sementara itu, jika nilainya lebih
dari 1, secara signifi kan mempunyai luaran buruk; kematian kurang lebih 10% pada
nilai 2, dan 30% pada nilai 3 serta 50% pada nilai 4. Pasien dengan nilai 5 tidak
mempunyai prognosis lebih baik. Berikut merupakan Sistem Ogilvy dan Carter
F. Patofisiologi
Pembentukan aneurisma terjadi pada lesi awal pembuluh darah. Lesi akan
berinteraksi dengan fakto tertentu diantara biologis, fisik, dan faktor eksternal.
Gaya tangensial pada dinding pembuluh darah oleh aliran darah menciptakan
aneurisma, atau pelebaran dinding pembuluh darah. Gaya ini disebut shear stres,
bersama dengan dua faktor lain, impuls dan tekanan, meliputi faktor hemodinamik
pertama yang rusak oleh tekanan dan tegangan gaya dari darah yang bersirkulasi.
intrakranial.13,14,15,16
hipoksia dan kekurangan oksigen akan menganggu fungsi mitokondria Hal tersebut
akan menyebabkan transient global cerebral ischemia dan patologi lainnya yang
(O2−), hydroxyl radical (OH−), hydrogen peroxide (H2O2), NO, dan peroxynitrate
defisit neurologis akibat apoptosis sel, dan jika terus berlanjut akan menyebabkan
edema serebri.13,14,15,16
reversible kapiler pembuluh darah karena konstriksi otot polos arteri setelah SAH.
polos pembuluh darah pial di pembuluh darah otak. Endothelin-1 (ET-1) yang
bekerja pada reseptor endotelium A sel otot polos vakular menyebabkan masuknya
dengan stimulasi pembentukan ROS, peroksidasi lipid dan jalur Mitogen Activated
interhemispheric. Dalam tSAH, PTV terjadi lebih awal dan sembuh lebih awal
daripada di aSAH.13,14,15,16
subdural, menyebar keluar dari laserasi dan sekitar luka tembus, tSAH dapat terjadi
pada permukaan ventral batang otak (basilar SAH), tSAH dapat mengganggu
(PTV) adalah gangguan sekunder yang signifikan pada otak yang cedera. Ini
biasanya terjadi antara 12 jam dan 5 hari setelah cedera dan berlangsung antara 12
jam dan 30 hari. Ini juga dapat terjadi dengan cara yang lebih lambat dan mungkin
melibatkan arteri anterior dan posterior. Pada kepustakaan terdapat tiga tahap
a. Fase I (hipoperfusi)
Tahap ini terjadi pada hari cedera (hari 0) dan didefinisikan oleh: (1) aliran
darah serebral yang rendah (CBF); (2) kecepatan arteri serebral tengah (MCA)
normal; (3) indeks hemisfer normal (rasio kecepatan MCA terhadap kecepatan
(AVDO).13,14,15,16
b. Fase II (hiperemia)
Tahap ini terjadi antara hari 1-3: (1) CBF meningkat; (2) AVDO jatuh; (3)
kecepatan MCA meningkat; dan, (4) indeks hemisfer tetap kurang dari 3.13,14,15,16
Tahap ini terjadi antara hari ke 4-15: (1) terjadi penurunan CBF; (2) ada
peningkatan lebih lanjut dalam kecepatan MCA; (3) terjadi peningkatan indeks
berikut:13,14,15,16
G. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang paling umum pada SAH adalah sakit kepala yang
terasa sangat berat, dengan onset mendadak yang mencapai intensitas tertinggi
selama beberapa detik atau menit. Pasien biasanya dapat mendeskripsikan rasa sakit
ini sebagai “Sakit kepala terburuk dalam hidup” atau dikenal pula sebagai
Thunderclap headache yang dapat terjadi pada 80% pasien SAH. Dalam 10-43%
pasien, dirasakan pula sentinel headache yang dapat terjadi sebelum terjadinya
aktivitas sehari-hari, bahkan tanpa dilakukannya aktivitas fisik yang berat. 9,13
Keluhan sakit kepala buruk ini biasanya diikuti setidaknya satu gejala lain
seperti penurunan kesadaran, mual atau muntah, tanda kelainan neurologis fokal,
kaku leher atau kejang. Namun perlu diingat pula, tidak semua pasien SAH
dikenal sebagai sentinel bleeding atau warning leak sekitar 2-8 minggu sebelum
mengalami SAH. Gejalanya lebih ringan, namun akan mereda dalam hitungan
hari.17
H. Diagnosis
Pada anamnesis umumnya pada pasien didapatkan sakit kepala yang akut
dan berat biasanya disebut dengan worst headache ever yang diikuti oleh mual,
muntah, fotophobia, nyeri leher serta hilangnya kesadaran. Sakit kepala pada SAH
ini dikenal dengan thunderclap headache dengan onset akut yang terjadi selama
beberapa menit dan ada penelitian yang menyebutkan bahwa sakit kepala ini
kemungkinan SAH sebagai penyebab nyeri kepala adalah saat awal beraktifitas,
penurunan kesadaran
b. Gejala rangsang meningeal: sakit kepala, kaku leher, silau dan penurunan
kesadaran
komplikasinya
atau kaku kuduk, nyeri kepala, kelumpuhan saraf kranial, kelemahan motorik,
defisit sensorik, gangguan otonom serta gangguan neurobehaviour.1 Selain itu juga
neurologis fokal.3
Tabel 2.5 Penemuan Defisit Neurologis Fokal pada Pasien dengan SAH 3
sensitivitas yang tinggi bagi pasien dengan pemeriksaan neurologi normal tapi
Untuk kriteria diagnosisnya adalah nyeri kepala yang sangat hebat, akut,
disertai kaku kuduk, dengan atau tanpa defisit neurologis serta pada CT scan
a. CT scan + CT angiografi
b. EKG
c. Doppler carotis
prothrombin (PT), International Normalized Ration (INR), gula darah puasa dan
2 jam setelah makan, HbA1C, profil lipid, C-reactive protein (CRP), laju endap
darah, dan pemeriksaan atas indikasi seperti: enzim jantung (troponin / CKMB),
f. Thorax foto
g. Urinalisis
h. Lumbal pungsi
i. Pemeriksaan neurobehaviour
Gambar 2.3 Algoritme pemeriksaan pasien SAH dengan nyeri kepala berat yang
akut18
pada saat pasien masuk rumah sakit merupakan prediktor komplikasi neurologis
dan prognosis pasien dengan SAH. Pasien ini perlu dilakukan skoring setelah
datang dan stabilisasi. Semakin tinggi skornya maka akan berasosiasi dengan
prognosis klinis yang lebih buruk serta proporsi komplikasi neurologis yang lebih
tinggi.3
Tabel 2.3 Skala penilaian secara klinis dan radiologi pada SAH 3
I. Tata Laksana
a. Tatalaksana Umum
• Pencegahan deep vein thrombosis (DVT) dan emboli paru (pemberian heparin) 1
b. Tatalaksana Spesifik
• Manajemen hipertensi
perbaikan aneurisma dan pemberian terapi primer secara signifi kan mengurangi
darah sistolik harus dipertahankan di atas 100 mmHg untuk semua pasien selama
kurang lebih 21 hari. Sebelum ada perbaikan, tekanan darah sistolik harus
dipertahankan di bawah 160 mmHg, dan selama ada gejala vasospasme, tekanan
(mg/jam) intravena (IV), dapat meningkat 2,5 mg/jam setiap 5–15 menit (menit)
IV × 1 dan maksimal 300 mg/dosis total), dan clevidipine (4–6 mg/jam IV, mulai
1-2 mg/jam IV, kecepatan ganda q90 detik hingga mendekati TD target, lalu
tingkatkan. Dengan peningkatan yang lebih kecil 5–10 menit, maksimal 32 mg/jam)
adalah agen yang efektif, sering digunakan dalam bentuk infus untuk menghindari
kadar glukosa darah tetap aman dalam kisaran 90-126 mg/dL.Terapi insulin intensif
• Pencegahan vasospasme
dalam 12 jam setelah diagnosis ditegakkan, dengan dosis 60 mg setiap 4 jam per
blocker yang harus diberikan secepatnya dalam waktu 4 hari setelah diagnosis
ditegakkan. Pemberian secara intravena dengan dosis awal 5 mL/ jam (ekuivalen
BB/jam. Bila tekanan darah tidak turun dosis dapat dinaikkan menjadi 10 mL/ jam
agar dosis lebih akurat dan sebaiknya dibarengi dengan pemberian cairan penyerta
selang infus harus diganti setiap 24 jam. Pemberian secara infus dapat dilanjutkan
dengan pemberian nimodipin tablet per oral. Penambahan simvastatin sebelum atau
meskipun perlu penelitian prospektif lebih lanjut untuk menlai keselamatan dan
efek samping.11
segera, risiko kembalinya perdarahan lebih rendah, dan cenderung jauh lebih baik
daripada pasien yang dioperasi lebih lambat. Pengamanan aneurisma yang ruptur
1) Clipping Aneurisma
neck-to-body lebar, arteri penting yang timbul dari aneurisma dome, otak tengah
besar.20
2) Coiling aneurisma
Coiling aneurisma dilakukan pada pasien dengan usia lebih tua, derajat
klinis buruk, komorbiditas multipel, aneurisma basilar atas, risiko bedah tinggi,
kelompok pasien tertentu, hasil baik (bebas cacat selama 1 tahun) secara signifi kan
lebih sering pada kelompok endovascular coiling daripada clipping. Selain itu,
risiko terjadinya epilepsi lebih rendah pada pasien yang menjalani endovascular
coiling, akan tetapi risiko kembalinya perdarahan lebih tinggi. Selanjutnya pada
J. Komplikasi
Komplikasi SAH dibagi menjadi tiga, yaitu fase akut, fase sub-akut, dan
fase lanjut. Komplikasi fase akut SAH yang paling serius adalah perdarahan ulang
yang umumnya terjadi pada 3 hari pertama setelah perdarahan awal (perkiraan
risiko 9-17% pada jam-jam awal) yang dikaitkan dengan prognosis buruk dan skala
terhadap EBI disebabkan oleh efek massa atau bekuan darah di dalam ventrikel dan
mekanisme efek vasospasmenya belum diketahui secara pasti, tetapi diduga melalui
Komplikasi lain yang dapat terjadi pada SAH, yaitu hiponatremia (Na<135 mEq/dl)
yang diduga akibat mekanisme cerebral salt wasting (CSW) dan syndrome of
intraventrikular.6
K. Pencegahan
dan mengontrol tekanan darah yang tinggi. Hal ini dikarenakan tekanan darah
dengan sistolik lebih dari 130 mmHg meningkatkan risiko terjadi SAH sebesar dua
kali, dan jika lebih dari 170 mmHg meningkat menjadi tiga kali.9
L. Prognosis
Pada kasus dengan tingkat keparahan yang tinggi dengan skala World
dubia ad malam.1 Hunt and Hess classification yang dibentuk pada tahun 1968
PENUTUP
mengevaluasi pasien yang dicurigai dengan hati-hati. SAH lebih sering terjadi pada
perempuan daripada laki-laki dan lebih sering pada populasi minoritas daripada
orang Amerika. Sangat penting memikirkan limitasi dari modalitas diagnostik dan
implementasi lebih awal dari sistem skoring bahkan pada presentasi atipikal. Area
utama yang perlu ditekankan pada pasien dengan SAG adalah diagnosis dan
evaluasi segera, rujukan segera pada rumah sakit yang sesuai, diagnosis dan
yang baik dan sesuai pada guideline tatalaksana yang ada. Komplikasi neurologis
utama dari SAH adalah hidrosefalus, kejang, edema cerebri, iskemik cerebral yang
keputusan, ansietas, depresi serta fatigue. 2,3,6 Prognosis dari SAH bervariasi secara
signifikan dan berhubungan dengan tingkat keparahan pendarahan awal pasien serta
12. Ballestas EG, Espinosa YAD, Florez RDJM, Moscotesalazar LR, Keni
RR, Deora H, Agrawal A. The puzzle of spontaneous versus traumatic
subarahnoid hemorrhage. Apollo medicine. 2019: 16(3); 141-7
21. Perez RM, Rayo N, Montivero A, Mura JM. The “Brain Stress Timing”
phenomenon and other misinterpretations of randomized clinical trial
on aneurysmal subarachnoid hemorrhage. Neural Regeneration
Research. 2019:14(8);1364-6.