PERDARAHAN SUBARACHNOID
Oleh:
Nurul Maulidya Hidayat
0910313212
PRESEPTOR
Prof. Dr. dr. Darwin Amir, Sp. S (K)
Dr. Syarif Indra, Sp.S
BAGIAN NEUROLOGI
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
malformation
(AVM)/malformasi
arteriovenosa (MAV).1
Perdarahana subarachnoid merupakan masalah kesehatan dimana angka kejadian 9
dari 100.000 dan angka kematian mencapai 60% dalam 6 bulan. 2 Insiden tahunan PSA
aneurisma non-traumatik adalah 6-25 kasus per 100.000. Lebih dari 27.000 orang Amerika
menderita ruptur aneurisma intrakranial setiap tahunnya. Insiden tahunan meningkat seiring
dengan usia dan mungkin dianggap remeh karena kematian dihubungkan dengan penyebab
lain yang tidak dapat dipastikan dengan autopsi. Beragam insiden PSA telah dilaporkan pada
daerah lain di dunia (2-49 kasus per 100.000).1
Mortalitas / Morbiditas dapat diperkirakan 10-15% pasien meninggal sebelum
akhirnya sampai di rumah sakit. Angka mortalitas meningkat sebesar 40% dalam minggu
pertama. Sekitar setengahnya meninggal dalam 6 bulan pertama. Angka mortalitas dan
morbiditas meningkat seiring usia dan perburukan keseluruhan kesehatan pasien. Kemajuan
dalam manajemen PSA telah menghasilkan pengurangan relatif pada angka mortalitas yang
melebihi 25%. Bagaimanapun, lebih dari 1/3 yang selamat memiliki defisit neurologis
mayor.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Subarachnoid hemorrhage (SAH) atau perdarahan subarachnoid (PSA) menyiratkan
adanya darah didalam ruang subarachnoid akibat beberapa proses patologis. Penggunaan
istilah medis umum SAH merujuk kepada tipe perdarahan non-traumatik, biasanya berasal
dari ruptur aneurisma
malformation
(AVM)/malformasi
Duramater
Dura kranialis atau pachymeninx adalah suatu struktur fibrosa yang kuat dengan suatu
lapisan dalam (meningeal) dan lapisan luar (periostal). Kedua lapisan dural yang melapisi
otak umumnya bersatu, kecuali di tempat di tempat dimana keduanya berpisah untuk
menyediakan ruang bagi sinus venosus (sebagian besar sinus venosus terletak di antara
lapisan-lapisan dural), dan di tempat dimana lapisan dalam membentuk sekat di antara
bagian-bagian otak.
Arachnoidea
Membrana arachnoidea melekat erat pada permukaan dalam dura dan hanya terpisah
dengannya oleh suatu ruang potensial, yaitu spatium subdural. Ia menutupi spatium
subarachnoideum yang menjadi liquor cerebrospinalis, cavum subarachnoidalis dan
dihubungkan ke piamater oleh trabekulae dan septa-septa yang membentuk suatu anyaman
padat yang menjadi system rongga-rongga yang saling berhubungan.
Cavum subaracnoidea adalah rongga di antara arachnoid dan piamater yang secara
relative sempit dan terletak di atas permukaan hemisfer cerebrum, namun rongga tersebut
menjadi jauh bertambah lebar di daerah-daerah pada dasar otak. Pelebaran rongga ini disebut
cisterna arachnoidea, seringkali diberi nama menurut struktur otak yang berdekatan. Cisterna
ini berhubungan secara bebas dengan cisterna yang berbatasan dengan rongga sub arachnoid
umum.
Piamater
Piamater merupakan selaput jaringan penyambung yang tipis yang menutupi
permukaan otak dan membentang ke dalam sulcus,fissure dan sekitar pembuluh darah di
seluruh otak. Piamater juga membentang ke dalam fissure transversalis di abwah corpus
callosum. Di tempat ini pia membentuk tela choroidea dari ventrikel tertius dan lateralis, dan
bergabung dengan ependim dan pembuluh-pembuluh darah choroideus untuk membentuk
pleksus choroideus dari ventrikel-ventrikel ini. Pia dan ependim berjalan di atas atap dari
ventrikel keempat dan membentuk tela choroidea di tempat itu.
2.3 Epidemiologi2
Insiden PSA bervariasi di seluruh dunia. Perkiraan anka kejadian ialah sekitar 9 kasus
per 100.000 orang per tahun. Insiden keseluruhan SAH seluruh dunia dimana angka tertinggi
di Finlandia terdapat 15-17 per 100.000 orang per tahun dan Jepang 15-17 per 100.000 orang
per tahun. Insiden PSA meningkat secara linear dengan usia pasien. Usia rata-rata onset di
PSA pertama adalah 50-60 tahun. Selanjutnya, kejadian SAH 1,6 kali lebih tinggi pada
wanita dibandingkan pada pria.
2.4 Etiologi
Perdarahan subarachnoid secara spontan sering berkaitan dengan pecahnya aneurisma
(85%), kerusakan dinding arteri pada otak. Selanjunya 10% kasus dikaitkan dengan non
aneurisma perimesencephalic hemoragik, dimana darah dibatasi pada daerah otak tengah.
sedangkan 5% berikutnya berkaitan dengan kerusakan rongga arteri, gangguan lain yang
mempengaruhi vessels, gangguan pembuluh darah pada sum-sum tulang belakang dan
perdarahan berbagai jenis tumor.4
PSA primer dapat muncul dari ruptur tipe kesatuan patologis berikut ini (2 yang
pertama adalah yang tersering): 1
Aneurisma sakular
MAV
Angioma
Neoplasma
Trombosis kortikal
PSA dapat mencerminkan diseksi sekunder darah dari hematom intraparenkim (misal
perdarahan dari hipertensi atau neoplasma)
arterosklerosis.5
2.5 Patofisiologi2
Aneurisma merupakan luka yang yang disebabkan karena tekanan hemodinamic pada
dinding arteri percabangan dan perlekukan. Saccular atau biji aneurisma dispesifikasikan
untuk arteri intracranial karena dindingnya kehilangan suatu selaput tipis bagian luar dan
mengandung faktor adventitia yang membantu pembentukan aneurisma. Suatu bagian
tambahan yang tidak didukung dalam ruang subarachnoid.
Aneurisma kebanyakan dihasilkan dari terminal pembagi dalam arteri karotid bagian
dalam dan dari cabang utama bagian anterior pembagi dari lingkaran wilis. Selama 25 tahun
John Hopkins mempelajari otopsi terhadap 125 pasien bahwa pecah atau tidaknya aneurisma
dihubungkan dengan hipertensi, cerebral atherosclerosis, bentuk saluran pada lingkaran wilis,
sakit kepala, hipertensi pada kehamilan, kebiasaan menggunakan obat pereda nyeri, dan
riwayat stroke dalam keluarga yang semua memiliki hubungan dengan bentuk aneurisma
sakular.
2.6 Diagnosis
Anamnesa 1
o Nyeri kepala
Pasien mengalami onset mendadak nyeri kepala yang hebat.
Nyeri kepala prodromal (peringatan) dari kebocoran darah kecil (ditunjuk sebagai
nyeri kepala sentinel) dilaporkan pada 30-50% aneurisma PSA.
Nyeri kepala sentinel dapat muncul beberapa jam sampai beberapa bulan
sebelum ruptur, dengan nilai tengah yang dilaporkan adalah 2 minggu
sebelum diagnosa PSA.
Kebocoran kecil umumnya tidak memperlihatkan tanda-tanda peningkatan
tekanan intrakranial (TIK) atau rangsang meningeal.
Kebocoran kecil bukanlah gambaran MAV.
Lebih dari 25% pasien mengalami kejang mendekati onset akut; lokasi
pusat kejang tidak ada hubungannya dengan lokasi aneurisma.
Mual dan/atau muntah
Gejala rangsang meningeal (misal kaku kuduk, low back pain, nyeri tungkai
bilateral): ini terlihat pada lebih dari 75% kasus PSA, namun kebanyakan
membutuhkan waktu berjam-jam untuk terbentuk.
Fotofobia dan perubahan visus
Hilangnya kesadaran; sekitar setengah pasien mengalami hal ini ketika onset
perdarahan.
Pemeriksaan Fisik1
Temuan pada pemeriksaan fisik bisa jadi normal, atau dokter mungkin menemukan beberapa
hal berikut:
o Kelainan neurologis global atau fokal pada lebih dari 25% pasien
Studi Laboratorium4
Studi Pencitraan5
Rekomendasi pemeriksaan imaging untuk mendiagnosis PAS ialah:
CT
CTAngiografi
dan
MRI
dengan
beberapa
urutan
sama-sama
baik
Pungsi lumbal harus dilakukan dalam kasus klinis diduga SAH jika CT atau MRI tidak
dapat mengkonfirmasi diagnosis. Namun, dalam 6- 12 jam pertama perbedaan antara PSA
asli dan tauma kepala akan suit ditegakkan.
Sensitivitas CT Scan menurun dengan resorpsi dan redistribusi darah pada subarachnoid:
5 hari setelah pendarahan awal terdeteksi di sekitar 85% kasus dan setelah 2 minggu di
bawah 30%.
Distribusi PSA dapat menyediakan informasi tentang lokasi aneurisma dan prognosis.
Perdarahan intraparenkim dapat muncul dengan aneurisma arteri komunikan
media
dan
arteri
komunikan
posterior.
Perdarahan
intrahemisfer
dan
10
k
Gambar 4. CT Angiografi pada PSA
2.7 Pengobatan1,2,6,7,9,10
Perawatan pra-rumah sakit
Triase dan pindahkan pasien dengan tingkat kesadaran berubah atau pemeriksaan
neurologis abnormal ke pusat medis terdekat yang memiliki CT scan dan bedah saraf.
Pada pasien yang diduga dengan PSA grade I atau II, perawatan departemen emergensi
dibatasi pada diagnosa dan terapi suportif.
Identifikasi awal nyeri kepala sentinel merupakan kunci untuk mengurangi angka
mortalitas dan morbiditas.
Penggunaan sedasi dengan bijaksana.
12
Pada pasien dengan PSA grade III, IV, atau V (misal, pemeriksaan neurologis berubah),
perawatan departemen emergensi lebih luas.
Menilai prosedur ABC
Intubasi endotrakeal pada pasien melindungi dari aspirasi yang disebabkan oleh
refleks proteksi saluran nafas yang tertekan.
Intubasi untuk hiperventilasi pasien dengan tanda-tanda herniasi:
Thiopental dan etomidate adalah agen induksi optimal pada PSA selama intubasi.
Thiopental bekerja singkat dan memiliki efek sitoprotektif barbiturat. Thiopental
harusnya hanya digunakan pada pasien hipertensi karena kecenderungannya
menurunkan tekanan darah sistolik, yang merupakan penyebab cedera otak
sekunder. Pada pasien hipotensi dan normotensi, gunakanlah etomidate.
Gunakan rangkaian intubasi cepat jika memungkinkan. Pada prosesnya, untuk
mengurangi peningkatan TIK, idealnya gunakanlah sedasi, defasikulasi, blok
neuromuskular kerja-singkat, dan agen lain dengan kemampuan mengurangi-TIK
(seperti lidokain intravena).
Hindari hiperventilasi berlebihan atau hiperventilasi yang tidak mencukupi. Target
pCO2 adalah 30-35 mmHg untuk mengurangi peningkatan TIK. Hiperventilasi
berlebihan mungkin membahayakan daerah yang mengalami vasospasme.
Cegah sedasi berlebihan, yang menyebabkan pemeriksaan neurologis serial menjadi
lebih sulit dan telah dilaporkan meningkatkan TIK secara langsung.
Monitoring10
Awasi aktivitas jantung, oksimetri, tekanan darah otomatis, dan CO2 tidal-akhir,
ketika diaplikasikan.
13
Obat antihipertensi
Agen anti hipertensi sebelumnya telah dianjurkan untuk tekanan darah sistolik > 160
mmHg atau tekanan darah diastolik > 90 mmHg.
Jaga tekanan darah sistolik dalam rentang 90-140 mmHg sebelum pengobatan
aneurisma, kemudian biarkan hipertensi untuk mempertahankan tekanan darah
sistolik < 200 mmHg.
Berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan yang akan terlibat dalam
pengobatan pasien, seiring praktek individu yang beragam.
Gunakan pengobatan yang dapat diencerkan dengan cepat.
14
Terapi adjuntif
Sediakan oksigen tambahan untuk semua pasien dengan cacat SSP.
Tinggikan kepala setinggi 30 untuk memudahkan drainase vena-vena intrakranial.
Cairan dan hidrasi
Pertahankan euvolemia (CVP, 5-8 mmHg); jika ada vasosapsme serebral,
pertahankan hipervolemia (CVP 8-12 mmHg, atau PCWP 12-16 mmHg)
Jangan sampai pasien over hidrasi karena dapat meningkatkan resiko hidrosfalus
Pasien dengan PSA juga mengalami hiponatremia dengan terbuangnya garam dari
otak
Serum glukosa: pertahankan pada level 80-120 mg/dL; gunakan bolus atau infus
insulin jika dibutuhkan.
Suhu tubuh pusat: jaga agar tetap 37,2C; berikan asetaminofen (325-650 mg per oral
setiap 4-6 jam) dan gunakan alat pendingin jika dibutuhkan.
Memberikan antiemetik untuk mual atau muntah.
Berikan sedasi dengan hati-hati untuk mencegah penyelubungan pemeriksaan
neurologis, yang dapat membahayakan hasil temuan. Bagaimanapun, cegah
peningkatan TIK sehubungan dengan agitasi luas dari nyeri dan ketidaknyamanan.
Terapi Kejang
Penggunaan anti konvulsan sebagai profilaksis tidak dengan segera mencegah kejang
setelah PSA, tapi gunakanlah anti konvulsan pada pasien yang memang kejang atau
jika praktek lokal menginginkan penggunaan rutin.
Mulailah dengan anti konvulsan yang tidak merubah tingkat kesadaran (misal,
awalnya fenitoin, barbiturat atau benzodiazepin hanya untuk menghentikan kejang
aktif).
Statin
Statin dapat memperbaiki reaktivitas vasomotor serebral melalui mekanisme
kolesterol-dependen dan kolesterol-independen.
Penggunaannya masih kontroversial, namun 2 studi kecil cukup menjanjikan.
Pengobatan akut dengan statin memperbaiki vasospasme serebral dan mengurangi
vasospasme sehubungan dengan defisit iskemik tertunda.
Magnesium
Percobaan baru saat ini sedang mengevaluasi peran magnesium sulfat untuk
mencegah iskemik serebral tertunda. Magnesium adalah agen neuroprotektif yang
bertindak sebagai antagonis reseptor-NMDA dan penghambat kanal kalsium. Studi
dua fase telah menunjukkan efek yang bermanfaat, dan percobaan fase ketiga sedang
berlangsung.
hidrosefalus.
Diskusikan
dengan
ahli
bedah
saraf
tentang
penggunaannya.
Konsultasi
Intervensi radiologi mungkin dibutuhkan ketika intervensi bedah dianggap penting oleh
konsultan bedah saraf (misalnya, bekuan besar yang menyebabkan munculnya efek massa
dan membutuhkan pengangkatan emergensi)
Medikasi
Tujuan medikasi adalah untuk mengurangi nyeri, edema, dan keparahan vasospasme serebral,
membebaskan mual dan muntah dan mencegah konvulsi.
Analgetik
16
pasien.
Kebanyakan
analgetik
memiliki
kemampuan
sedasi
yang
Antiemetik
Obat anti dopaminergik yang efektif dalam mengobati muntah. Menghambat reseptor
dopaminergik mesolimbik post sinaptik di otak dan mengurangi stimulus pada sistem
retikular batang otak.
Antikonvulsi
Obat ini digunakan untuk mencegah kejang paska trauma. Penggunaan pada pasien
dengan PSA yang tidak kejang merupakan kontroversi dan bergantung pada pilihan bedah
saraf masing-masing individu; biasanya digunakan pada pasien yang kejang. Mungkin
diberikan dosis awal konvensional.
Agen Osmotik
Obat ini digunakan dalam usaha menurunkan TIK dan edema otak dengan
menciptakan gradien osmotik melewati sawar darah otak yang tetap utuh; sebagaimana difusi
air dari otak ke kompartemen pembuluh darah, TIK menurun.
Diuretik
Obat ini digunakan untuk menurunkan volume plasma dan edema dengan
menyebabkan diuresis.
trauma saraf akut. Sayangnya studi eksperimental menggunakan penghambat kanal kalsium
konvensional pada model cedera kepala, hasilnya mengecewakan secara keseluruhan;
bagaimanapun, beberapa studi menyarankan penghambat kanal kalsium yang mungkin efektif
dalam mengurangi edema otak dan disfungsi kognitif dibandingkan dengan plasebo.
Agen Hemostatik
Obat ini merupakan penghambat poten fibrinolisis dan dapat membalik keadaan yang
dihubungkan dengan fibrinolisis luas. Penggunaannya masih kontroversial; dihimbau untuk
berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakannya.
Obat ini digunakan dalam usaha mengurangi TIK dengan mengurangi tekanan darah perifer.
Preventif:6,9,10
17
Hidrosefalus dapat terbentuk dalam 24 jam pertama karena obstruksi aliran CSS dalam
sistem ventrikular oleh gumpalan darah.
Perdarahan ulang pada PSA muncul pada 20% pasien dalam 2 minggu pertama. Puncak
insidennya muncul sehari setelah PSA. Ini mungkin berasal dari lisis gumpalan
aneurisma. Perdarahan ulang terjadi lebih sering dalam waktu 6 jam, dengan
tekanan
atau
sistolik
hematoma
tinggi,
rendahnya
intraventrikular,
nilai
aneurisma
Hunt-Hess,
dengan
ukuran
intraserebral
.10
mm,
dan
Vasospasme dari kontraksi otot polos arteri merupakan simtomatis pada 36% pasien.
PSA
tidak
hanya
mempengaruhi
jaringan
otak,
tetapi
juga
merusak
organ ekstraserebral.
Disfungsi sistole ventrikel kiri: disfungsi sistole ventrikel kiri pada orang dengan PSA
dihubungkan dengan perfusi miokard normal dan inervasi/persarafan simpatetik
abnormal. Temuan ini dijelaskan oleh pelepasan berlebihan norepinefrin dari nervus
simpatetik miokard, yang dapat merusak miosit dan ujung saraf.
18
Munculnya defisit kognitif, bahkan pada kebanyakan pasien yang dianggap memiliki
hasil akhir yang baik.
Lebih dari 1/3 yang selamat dari PSA memiliki defisit neurologis mayor.
Faktor yang mempengaruhi angka morbiditas dan mortalitas adalah sebagai berikut:
o Beratnya perdarahan
o Derajat vasospasme serebral
o Muculnya perdarahan ulang
o Lokasi perdarahan
o Usia dan kesehatan keseluruhan pasien
o Kemunculan kondisi komorbid dan sumber dari rumah sakit (misal infeksi, infark
miokard)
o Angka ketahanan hidup dihubungkan dengan tingkatan PSA saat munculnya. Laporan
menggambarkan angka ketahanan hidup 70% untuk grade I, 60% untuk grade II, 50%
untuk grade III, 40% untuk grade IV dan 10% untuk grade V.11
19
BAB III
LAPORAN KASUS
Seorang pasien laki-laki umur 57 tahun datang ke RSUP M. Djamil Padang tanggal 26 Juni
2015 dengan :
Keluhan Utama: Penurunan kesadaran
Riwayat Penyakit Sekarang :
Penurunan kesadaran sejak 5 jam sebelum masuk rumah sakit secara tiba-tiba dimana
pasien tampak lebih banyak tidur.
Pasien masih dapat membuka mata dan menyahut ketika dipanggil oleh keluarga dan
terdapat kelemahan anggota gerak.
20
Riwayat nyeri kepala pada bagian depan kepala sebelumnya dan berulang-ulang,
berdenyut-denyut pada tempat yang sama disangkal oleh keluarga.
Riwayat hipertensi diketahui sejak 8 tahun yang lalu, kontrol teratur dengan dokter
Tidak merokok
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Berat
Kesadaran
Tekanan darah
: 160/100 mmHg
Nadi
: 88 kali/menit
Nafas
: 22 kali/menit
Suhu
: 36,5oC
Keadaan gizi
: Sedang
Tinggi Badan
: 150 cm
Berat Badan
: 45 kg
Status Generalisata
Mata
THT
Leher
Thorak
Paru
: - Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
: sonor
: - Inspeksi
- Palpasi`
- Perkusi
Inspeksi
:Tidak membuncit
Palpasi
Perkusi
: Tymphani
Auskultasi
Korpus vertebrae
-
Inspeksi
: Deformitas (-)
Palpasi
Status Neurologikus :
1. Kesadaran : GCS 13 (E3M6V4)
2. Tanda Rangsang Meningeal
Kaku kuduk (+)
Tanda Lasegue (-)
Kernig (-)
Burdzinski I (-)
Burdzinski II (-)
3. Tanda peningkatan tekanan intracranial (-)
Pupil isokor, bentuk bulat 3mm/3mm
4. Nervus Kranialis
Nervus I
: tidak dapat dinilai
Nervus II
: Reflek cahaya +/+
Nervus III, IV,VI : Ptosis (-), Dolls eyes movement (+), Reflek Cahaya (+), Pupil
isokor 3mm/3mm
Nervus V
: Reflek kornea +/+
Nervus VII
: Plica nasolabialis simetris kiri = kanan
Nervus VIII
: Refleks okuloauditorik (+)
Nervus IX
: Reflek muntah (+)
Nervus XI
: Tidak bisa dinilai
Nervus XII
: Sukar dinilai
22
Hb
Leukosit
Ht
Trombosit
GDS
Ureum
Kreatinin
Na/K/Cl
: 16,2 gr/dl
: 19.900/mm3
: 47,1 %
: 298.000/mm3
: 127 mg/dl
: 32 mg%
: 1,0 mg%
: 132 / 3,0 / 82
DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis
Diagnosis Topik
: Ruang subarachnoid
Diagnosis Etiologi
: Pecahnya aneurisma
TERAPI
Umum
Elevasi kepala 30
O2 4 liter/menit
IVFD Asering 12jam/kolf
Pasang NGT diberikan diet MC RG II
Pasang kateter urine dan hitung balance cairan
Khusus
PROGNOSIS
Quo ad sanam : dubia ad malam
Quo ad vitam : dubia ad malam
FOLLOW UP
27 Juni 2015
Subjektif
: Penurunan kesadaran
Objektif
KU
: Sedang
24
Kesadaran
: somnolen
Tekanan Darah
: 140/90 mmHg
Nadi
: 76x/menit
Nafas
: 20x/menit
Temperatur
: 36,7C
SI
SN
:
-
GCS E3M6V3
TRM (+); Kaku kuduk (+)
Peningkatan TIK (-)
N. Cranialis : pupil isokor, diameter 3mm/3mm, Rf. cahaya +/+
Motorik
: tidak ada lateralisasi
Sensorik
: dengan rangsang nyeri (+)
Otonom
: terpasang kateter
Reflek fisiologis : ++/++ ; Reflek Patologis -/-
Diagnosis Klinis
Diagnosis Topik
: Ruang subarachnoid
Diagnosis Etiologi
: Pecahnya aneurisma
Elevasi kepala 30
O2 4 liter/menit
IVFD Asering 12jam/kolf
Pasang NGT diberikan diet MC RG II
Pasang kateter urine dan hitung balance cairan
25
Khusus
28 Juni 2015
Subjektif
: Penurunan kesadaran
Objektif
KU
: Sedang
Kesadaran
: somnolen
Tekanan Darah
: 140/80 mmHg
Nadi
: 68x/menit
Nafas
: 21x/menit
Temperatur
: 36,7C
SI
SN
:
- GCS E3M6V3
- TRM (+); Kaku kuduk (+)
- Peningkatan TIK (-)
- N. Cranialis : pupil isokor, diameter 3mm/3mm, Rf. cahaya +/+
- Motorik
: tidak ada lateralisasi
- Sensorik
: dengan rangsang nyeri (+)
- Otonom
: terpasang kateter
- Reflek fisiologis : ++/++ ; Reflek Patologis -/Laboratorium:
Na : 132
K : 2,7
Analisa Gas Darah:
26
pH : 7,49
PO2 : 136
PCO2 : 32
HCO3 : 24,4
BE : 1,7
SO2 : 94%
K/ Hipokalemia
Diagnosis Klinis
Diagnosis Topik
: Ruang subarachnoid
Diagnosis Etiologi
: Pecahnya aneurisma
Terapi :
Umum
Elevasi kepala 30
O2 4 liter/menit
IVFD Asering 12jam/kolf
Pasang NGT diberikan diet MC RG II
Pasang kateter urine dan hitung balance cairan
Khusus
29 Juni 2015
Subjektif
: Penurunan kesadaran
Objektif
:
27
KU
: Sedang
Kesadaran
: somnolen
Tekanan Darah
: 140/90 mmHg
Nadi
: 78x/menit
Nafas
: 20x/menit
Temperatur
: 36,7C
SI
SN
:
-
GCS E3M6V3
TRM (+); Kaku kuduk (+)
Peningkatan TIK (-)
N. Cranialis : pupil isokor, diameter 3mm/3mm, Rf. cahaya +/+
Motorik
: tidak ada lateralisasi
Sensorik
: dengan rangsang nyeri (+)
Otonom
: terpasang kateter
Reflek fisiologis : ++/++ ; Reflek Patologis -/-
Diagnosis Topik
: Ruang subarachnoid
Diagnosis Etiologi
: Pecahnya aneurisma
Elevasi kepala 30
O2 4 liter/menit
IVFD Asering 12jam/kolf
Pasang NGT diberikan diet MC RG II
Pasang kateter urine dan hitung balance cairan
28
Khusus
30 Juni 2015
Subjektif
Objektif
: Sadar (+)
Mual (-)
Muntah (-)
KU
: Sedang
Kesadaran
: composmentis cooperatif
Tekanan Darah
: 150/100 mmHg
Nadi
: 89x/menit
Nafas
: 20x/menit
Temperatur
: 37C
SI
SN
:
-
Demam (-)
GCS E4M6V5
TRM (+); Kaku kuduk (+)
Peningkatan TIK (-)
29
N. Cranialis
Motorik
Diagnosis Klinis
Diagnosis Topik
: Ruang subarachnoid
Diagnosis Etiologi
: Pecahnya aneurisma
O2 4 liter/menit, intermitten
IVFD Asering 12jam/kolf
Diet ML RG II
Pasang kateter urine dan hitung balance cairan
Khusus
01 Juli 2015
Subjektif
Objektif
KU
: Sadar (+)
Mual (-)
Muntah (-)
Demam (-)
:
: Sedang
30
Kesadaran
: composmentis cooperatif
Tekanan Darah
: 150/100 mmHg
Nadi
: 89x/menit
Nafas
: 20x/menit
Temperatur
: 37C
SI
SN
:
-
GCS E4M6V5
TRM (+); Kaku kuduk (+)
Peningkatan TIK (-)
N. Cranialis : pupil isokor, diameter 3mm/3mm, Rf. cahaya +/+
Motorik
:
555
555
eutrofi, eutonus
555
555
Sensorik
: eksteroseptif dan propioseptif baik
Otonom
: terpasang kateter
Reflek fisiologis : ++/++ ; Reflek Patologis -/-
Diagnosis Klinis
Diagnosis Topik
: Ruang subarachnoid
Diagnosis Etiologi
: Pecahnya aneurisma
O2 4 liter/menit, intermitten
IVFD Asering 12jam/kolf
Diet ML RG II
Pasang kateter urine dan hitung balance cairan
Khusus
02 Juli 2015
Subjektif
Objektif
: Mual (-)
Demam (-)
Muntah (-)
KU
: Sedang
Kesadaran
: composmentis cooperatif
Tekanan Darah
: 140/80 mmHg
Nadi
: 88x/menit
Nafas
: 20x/menit
Temperatur
: 36,8C
SI
SN
:
-
GCS E4M6V5
TRM (+); Kaku kuduk (+)
Peningkatan TIK (-)
N. Cranialis : pupil isokor, diameter 3mm/3mm, Rf. cahaya +/+
Motorik
:
555
555
eutrofi, eutonus
555
555
Sensorik
: eksteroseptif dan propioseptif baik
Otonom
: terpasang kateter
32
Diagnosis Klinis
Diagnosis Topik
: Ruang subarachnoid
Diagnosis Etiologi
: Pecahnya aneurisma
03 Juli 2015
Subjektif
Objektif
Mual (-)
Muntah (-)
Demam (-)
KU
: Sedang
Kesadaran
: composmentis cooperatif
Tekanan Darah
: 140/90 mmHg
Nadi
: 66x/menit
33
Nafas
: 20x/menit
Temperatur
: 36,8C
SI
SN
:
-
GCS E4M6V5
TRM (+); Kaku kuduk (+)
Peningkatan TIK (-)
N. Cranialis : pupil isokor, diameter 3mm/3mm, Rf. cahaya +/+
Motorik
:
555
555
eutrofi, eutonus
555
555
Sensorik
: eksteroseptif dan propioseptif baik
Otonom
: terpasang kateter
Reflek fisiologis : ++/++ ; Reflek Patologis -/-
Diagnosis Klinis
Diagnosis Topik
: Ruang subarachnoid
Diagnosis Etiologi
: Pecahnya aneurisma
34
04 Juli 2015
Subjektif
Objektif
: Mual (-)
Demam (-)
Muntah (-)
KU
: Sedang
Kesadaran
: composmentis cooperatif
Tekanan Darah
: 140/80 mmHg
Nadi
: 88x/menit
Nafas
: 20x/menit
Temperatur
: 36,8C
SI
SN
:
-
GCS E4M6V5
TRM (+); Kaku kuduk (+)
Peningkatan TIK (-)
N. Cranialis : pupil isokor, diameter 3mm/3mm, Rf. cahaya +/+
Motorik
:
555
555
eutrofi, eutonus
555
555
Sensorik
: eksteroseptif dan propioseptif baik
Otonom
: terpasang kateter
Reflek fisiologis : ++/++ ; Reflek Patologis -/-
Diagnosis Klinis
Diagnosis Topik
: Ruang subarachnoid
Diagnosis Etiologi
: Pecahnya aneurisma
05 Juli 2015
Subjektif
Objektif
Demam (-)
Muntah (-)
KU
: Sedang
Kesadaran
: composmentis cooperatif
Tekanan Darah
: 140/70 mmHg
Nadi
: 80x/menit
Nafas
: 18x/menit
Temperatur
: 37C
SI
SN
:
-
GCS E4M6V5
TRM (+); Kaku kuduk (+)
Peningkatan TIK (-)
36
N. Cranialis
Motorik
Diagnosis Topik
: Ruang subarachnoid
Diagnosis Etiologi
: Pecahnya aneurisma
06 Juli 2015
Subjektif
Objektif
KU
Demam (-)
Muntah (-)
:
: Sedang
37
Kesadaran
: composmentis cooperatif
Tekanan Darah
: 130/70 mmHg
Nadi
: 86x/menit
Nafas
: 20x/menit
Temperatur
: 36,8C
SI
SN
:
-
GCS E4M6V5
TRM (+); Kaku kuduk (+)
Peningkatan TIK (-)
N. Cranialis : pupil isokor, diameter 3mm/3mm, Rf. cahaya +/+
Motorik
:
555
555
eutrofi, eutonus
555
555
Sensorik
: eksteroseptif dan propioseptif baik
Otonom
: terpasang kateter
Reflek fisiologis : ++/++ ; Reflek Patologis -/-
Diagnosis Klinis
Diagnosis Topik
: Ruang subarachnoid
Diagnosis Etiologi
: Pecahnya aneurisma
Khusus
pemberian pertama
KSR 2x60 mg (po)
Drip KCL i flc dalam 300 cc NaCl 0,9% habis dalam 4 jam
07 Juli 2015
Subjektif
Objektif
: Kejang 1x
NGT bersih
Muntah (-)
KU
: Sedang
Kesadaran
: composmentis cooperatif
Tekanan Darah
: 140/80 mmHg
Nadi
: 82x/menit
Nafas
: 22x/menit
Temperatur
: 37,2C
SI
SN
:
-
Demam (-)
GCS E4M6V5
TRM (+); Kaku kuduk (+)
39
Diagnosis Klinis
Diagnosis Topik
: Ruang subarachnoid
Diagnosis Etiologi
: Pecahnya aneurisma
Terapi :
Umum
O2 4L/menit
IVFD NaCl 0,9% 12jam/kolf
NGT Diet MC RG II
Khusus
2x600 mg (po)
Paracetamol 3x500 mg (po)
40
BAB IV
DISKUSI
Seorang pasien laki-laki dirawat di bangsal neurologi RSUP dr. M. Djamil dengan
diagnosis perdarahan subarachnoid grade II.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
anamnesis ditemukan penurunan kesadaran sejak 5 jam sebelum masuk rumah sakit secara
tiba-tiba dimana pasien tampak lebih banyak tidur. Pasien masih dapat membuka mata dan
menyahut ketika dipanggil oleh keluarga dan terdapat kelemahan anggota gerak. Kemudian
pasien muntah 1x berisi makanan yang dimakan. Riwayat nyeri kepala pada bagian depan
kepala sebelumnya dan berulang-ulang, berdenyut-denyut pada tempat yang sama disangkal
oleh keluarga. Riwayat hipertensi diketahui sejak 8 tahun yang lalu, kontrol teratur dengan
dokter jantung sejak 5 tahun yang lalu, kontrol tidak teratur.
Dari pemeriksaan neurologis didapatkan GCS 13 (E3M6V4), kaku kuduk (+), Pada
motorik lateralisasi tidak jelas seddangkan sensorik respon (+) terhadap nyeri. Untuk Skor
Gajah Mada dengan kesan stroke perdarahan. Untuk Skor Siriraj juga didapatkan kesan
stroke perdarahan
Pentalaksanaan pada pasien ini berdasarkan literature meliputi terapi umum dan
khusus. Terapi umum meliputi elevasi kepala 30, O2 4 liter/menit, IVFD Asering 12jam/kolf,
41
pasang NGT diberikan diet MC RG II, pasang kateter urine dan hitung balance cairan.
Penatalaksanaan khusus pasien diberikan Asam Tranexamat (Kalnex) injeksi 6 x 1 gr i.v,
Ranitidine 2x50 mg i.v, Citicoline 2x25 mg i.v, Alinamin F 1x25mg i.v, Nimotop 4 x 60 mg
(po), Koreksi NaCl 3% 12 jam/kolf II.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Alfa AY, Soedomo A, Toyo AR, Aliah A, Limoa A, et al. Gangguan Peredaran Darah
Otak (GPDO) Dalam Harsono ed. Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi 1. Yogyakarta:
Gadjah Madya University Press; 2009. hal. 59-107.
2. SteinerThorsten et al. European Stroke Organization Guidelines for the Management of
Intracranial Aneurysms and Subarachnoid Haemorrhage.
Cerebrovasc Diease.
2013;35:p.93112
3. Lombardo MC. Penyakit Serebrovaskular dan Nyeri Kepala Dalam: Price SA eds.
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 4th ed. Jakarta: EGC; 2008. p. 96179
4. Listiono, Djoko. L. Stroke Hemorhagik. Ilmu Bedah Saraf. Jakarta : Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama ; 2008. pg 180-204.
5. Manoel AldO et al. Aneurysmal subarachnoid haemorrhage from a neuroimaging
perspective. Critical Care 2014, 18:557.
6. Feigin V. Memahami Faktor Resiko Stroke. Stroke Panduan Bergambar Tentang
Pencegahan dan Pemulihan Stroke. Jakarta: Penerbit PT Bhuana Ilmu Populer; 2006. p.
22-43
7. Sacco RL, Toni D, Brainin M, Mohr JP. Classification Of Ischemic Stroke In: Clinical
Manifestation In: Mohr JP, Choi DW, Grotta JC, Weir B, Wolf PA eds. Stroke
Pathophysiology, Diagnosis, and Management.
4th ed.
43