PERDARAHAN SUBARAKNOID
Oleh :
Fitrahul Afifah
2140312065
Preseptor :
dr. Marsal, Sp.S
2.2. Epidemiologi
Insiden perdarahan subarachnoid di Amerika Serikat adalah antara 10 sampai
14 dari 100.000 orang per tahun.2 Perkiraan angka tahunan PSA karena aneurisma di
Amerika Serikat yaitu 9,7-14,5 per 100.000 penduduk. Angka yang dilaporkan lebih
rendah di Amerika Selatan dan Tengahdan lebih tinggi di Jepang dan Finlandia. Insiden
PSA meningkat dengan usia (usia rata-rata onset > 50 tahun); cenderung lebih tinggi
pada wanita (1,24 kali lebih tinggi dari laki-laki), dan tampaknya lebih tinggi di Afrika
Amerika dan Hispanik (dibandingkan dengan kaukasia).8
Insiden PSA karena trauma bervariasi dari 2,9% hingga 53% pada seri yang
berbeda. González Pérez et al., Mattioli et al., dan Sinha et al., melaporkan kejadian
PSA pada cedera kepala masing-masing sebesar 53,06%, 61%, dan 13,06%.5 PSA
traumatis adalah temuan radiologis yang umum pada CT setelah cedera kepala tumpul.
Insiden PSA traumatis terisolasi dilaporkan hingga 82% pada pasien dengan cedera
kepala ringan.7
2.3. Etiologi
1. Trauma: menjadi penyebab paling umum dari PSA.8
2. PSA spontan
a. Ruptur aneurisma intrakranial: 75–80% PSA spontan.
b. Malformasi arteriovenosa serebral (AVM): 4-5% kasus; AVM lebih
sering menyebabkan PIS & PIV dari PSA.
c. Vaskulitis tertentu yang melibatkan SSP.
d. Jarang karena tumor .
e. Diseksi arteri serebral (mungkin juga pasca trauma)
i. Arteri karotis
ii. Arteri vertebralis: dapat menyebabkan darah intraventrikular
(terutama ventrikel ke-4 dan ketiga)
f. Pecahnya arteri superfisial kecil.
g. Pecahnya infundibulum.
h. Gangguan koagulasi:
i. Diskrasia iatrogenik atau perdarahan
ii. Trombositopenia
i. Trombosis sinus dural.
j. AVM spinal: biasanya servikal atau toraks atas.
k. Perdarahan subarachnoid kortikal.
l. SAH nonaneurisma pratrunkal.
m. Jarang dilaporkan dengan beberapa obat: mis. Kokain.
n. Penyakit sel sabit.
o. Gangguan hipofisis.
p. Tidak ada penyebab yang dapat ditentukan pada 14–22%.8
2.4. Patofisiologi
Mekanisme yang mungkin terjadi pada PSA karena trauma adalah sebagai
berikut: (1) percepatan rotasi menyebabkan gerakan osilasi otak yang berlangsung
singkat; (2) peregangan arteri vertebrobasilar karena hiperekstensi; (3) peningkatan
tekanan intra-arteri secara tiba-tiba dari pukulan ke arteri karotis servikal; (4) robeknya
vena penghubung atau pembuluh pial; dan (5) difusi darah dari kontusio ke dalam
ruang subarachnoid. Terkadang, tidak ada penyebab yang dapat ditemukan.5
2.5. Diagnosis
1. Anamnesis
• Gejala prodomal yaitu :
- Gejala peningkatan tekanan intrakranial dapat berupa : sakit kepala,
muntah-muntah, sampai kesadaran menurun.
- Gejala rangsang meningeal : sakit kepala, kaku leher, silau, sampai
kesadaran menurun
• Gejala khusus untuk perdarahan subarahnoid dapat berupa :
- Manifestasi peningkatan tekanan intrakranial karena edema serebri,
hidrosefalus dan terjadinya perdarahan berulang
- Defisit neurologis fokal
- Manifestasi stroke iskemik karena vasospasme bergantung kepada
komplikasinya.9
2. Pemeriksaan Fisik
• Tanda Rangsang Meningeal / Kaku Kuduk
• Nyeri kepala
• Kelumpuhan saraf kranial
• Kelemahan motorik
• Defisit sensorik
• Gangguan otonom
• Gangguan neurobehavior.9
3. Kriteria Diagnosis
Nyeri kepala yang sangat hebat, muncul akut/tiba-tiba, disertai kaku kuduk,
dengan atau tanpa defisit neurologis lain, dan pada CT Scan Otak didapatkan
gambaran hiperdens di ruang subarachnoid.9
4. Diagnosis Banding
• Stroke Hemoragik (bila belum dilakukan CT Brain)
• Meningitis.9
5. Pemeriksaan Penunjang
• CT Scan + CT Angiografi
• EKG
• Doppler Carotis
• Transcranial Doppler serial
• Lab : Hematologi rutin, gula darah sewaktu, fungsi ginjal (ureum, kreatinin),
Activated Partial Thrombin Time (APTT), waktu prothrombin (PT), INR,
gula darah puasa dan 2 jam PP, HbA1C, profil lipid, C-reactive protein (CRP),
laju endap darah, dan pemeriksaan atas indikasi seperti: enzim jantung
(troponin / CKMB), serum elektrolit, analisis hepatik dan pemeriksaan
elektrolit.
• Thorax foto
• Urinalisa
• Lumbal Pungsi, jika diperlukan
• Pemeriksaan Neurobehavior (Fungsi Luhur)
• DSA (Digital Subtraction Angiography) Serebral.9
2.6. Tatalaksana
Perawatan pasien perdarahan subarachnoid harus dilakukan di unit
perawatan intensif. Pada presentasi awal, Hunt and Hess, serta skor Federasi Ahli
Bedah Saraf Dunia, harus ditentukan.2
Gambar 2.2. Skor Perdarahan Subaraknoid
a. Tatalaksana Umum :
• Stabilisasi jalan nafas dan pernapasan
• Stabilisasi hemodinamik (infus kristaloid)
• Pengendalian tekanan intrakranial (manitol jika diperlukan)
• Pengendalian kejang (terapi anti kejang jika diperlukan)
• Analgetik dan antipiterik
• Gastroprotektor, jika diperlukan
• Manajemen nutrisi
• Pencegahan DVT dan emboli paru : heparin atau LMWH
b. Tatalaksana Spesifik
• Manajemen hipertensi (Nicardipin, ARB, ACE-Inhibitor, Calcium
Antagonist, Beta blocker, Diuretik)
• Manajemen gula darah (insulin, anti diabetic oral)
• Pencegahan perdarahan ulang (Vit. K, antifibrinolitik)
• Pencegahan vasospasme (Nimodipin)
• Neuroproektor
• Perawatan di Unit Stroke
• Neurorestorasi
c. Tindakan Intervensi/Operatif
• Clipping Aneurisma
• Coiling aneurisma
• VP Shunt / external drainage, sesuai indikasi.9
2.7. Komplikasi
- Kejang
- Vasospasme
- Perdarahan ulang
- Hidrosefalus
- Peningkatan tekanan intrakranial
- Herniasi otak
- Infark serebral
- Komplikasi medis
- Edema paru neurogenik
- Kematian2
2.8. Prognosis
Prognosis tergantung pada penyebab dan derajat perdarahan subarachnoid, dan
adanya komplikasi lain.2
BAB 3
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN :
Nama : Ny. YS
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 43 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Nan kodok, Payakumbuh
MR : 06 37 67
Tanggal pemeriksaan : 2 Agustus 2022
Autoanamnesis
Keluhan Utama : Seorang pasien perempuan usia 43 tahun dibawa ke IGD RSUD
Adnaan WD Payakumbuh pada tanggal 24 Juli 2022 post kecelakaan lalu lintas sejak
30 menit SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang :
- Pasien awalnya dibonceng menggunakan sepeda motor dengan menggunakan
baju Panjang, kemudian baju pasien terlilit di jari-jari motor menyebabkan
pasien terjatuh dari motor.
- Pasien sempat pingsan lebih kurang 10 menit setelah kejadian lalu sadar penuh
kembali saat pasien sudah sampai di rumah sakit, pasien tidak ingat detail
kejadiannya.
- Riwayat keluar darah dari telinga sebelah kiri ada
- Riwayat nyeri kepala setelah kejadian ada, nyeri dirasakan di seluruh kepala,
tidak berkurang dengan istirahat, dan dirasakan semakin memberat. Nyeri
kepala disertai dengan muntah tanpa didahului mual, muntah menyemprot.
- Riwayat pusing ada, pusing dirasakan berputar dengan sensasi seperti dunia
berputar terhadap pasien. Pusing berputar dirasakan sebentar, tidak disertai
dengan mual atau muntah.
- Saat ini pasien merasakan telinga serasa penuh, tetapi tidak ada gangguan
pendengaran ataupun telinga berdenging.
- Saat ini pasien merasakan kelemahan pada sisi wajah sebelah kiri dimana
pasien tidak bisa menutup mata kiri dan mulut dirasakan mencong ke sebelah
kanan. Pasien mengeluhkan keluarnya air saat minum dengan sendirinya dari
mulut sebelah kiri.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Tidak ada riwayat penyakit seperti ini sebelumnya
- Tidak ada riwayat penyakit stroke
- Tidak ada riwayat pusing berputar sebelumnya
- Tidak ada riwayat hipertensi, DM, dan penyakit jantung sebelumnya
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Tidak ada keluarga dengan riwayat penyakit stroke, hipertensi, DM, maupun
penyakit jantung
Riwayat Pribadi dan Sosial :
- Pasien seorang Ibu rumah tangga yang mempunyai warung kecil di depan
rumah menjual gorengan. Pasien beraktivitas sedang.
- Pasien sudah menikah dan memiliki 5 orang anak dengan anak paling tua usia
21 tahun dan yang paling kecil usia 6 tahun.
- Pasien aktif bersosialisasi di lingkungan sekitarnya
N. II (Optikus)
Penglihatan Kanan Kiri
Tajam penglihatan 6/6 6/6
Lapaagan pandang Baik Baik
Melihat warna Buta warna (-) Buta warna (-)
Funduskopi Tidak diperiksa Tidak diperiksa
N. III (Okulomotorius)
Kanan Kiri
Bola mata Ortho Ortho
Ptosis - -
Gerakan bulbus Bebas Bebas
Strabismus - -
Nistagmus - -
Ekso / endopthalmus - -
Pupil Bentuk
N. VI (Abdusen)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke lateral Normal Normal
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia - -
N. V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
Membuka mulut Normal Normal
Menggerakkan rahang Normal Normal
Menggigit Normal Normal
Mengunyah Normal Normal
Sensorik
Divisi oftalmika
Refleks kornea + +
Sensibilitas + +
Divisi maksila
Refleks masseter - -
Sensibilitas + +
Divisi mandibula
Sensibilitas + +
N. VII (Fasialis)
Kanan Kiri
N. VIII (Vestibularis)
Kanan Kiri
Suara berisik + +
Detik arloji + +
Rinne test Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Weber test Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Swabach test Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Memanjang Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Memendek Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Nistagmus - -
Pengaruh posisi kepala - -
N. IX (Glossopharingeus)
Sensasi lidah 1/3 belakang Baik
Refleks muntah /gag reflex +
N. X (Vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring Simetris kiri dan kanan
Uvula Di tengah
Menelan Baik
Artikulasi Jelas
Suara Baik
Nadi Regular
N. XI (Asesorius)
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan + +
Menoleh ke kiri + +
Mengangkat bahu + +
N. XII (Hipoglosus)
Kedudukan lidah dalam Simetris
Kedudukan lidah Simetris
dijulurkan
Tremor -
Fasikulasi -
Atrofi -
Jari-jari Normal
Hidung-jari Normal
Pronasi-supinasi Normal
Tes tumit lutut Normal
Rebound phenomenon Normal
G. Pemeriksaan Sensibilitas
Sensibilitas taktil +
Sensibilitas nyeri +
Sensibilitas termis +
Sensibilitas sendi dan posisi +
Sensibilitas getar +
Sensibilitas kortikal +
Stereognosis +
Pengenalan titik +
Pengenalan rabaan +
H. Sistem Refleks
1. Fisiologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Kornea (+) (+) Biseps (++) (++)
Bersin Triseps (++) (++)
Laring APR (++) (++)
Masseter KPR (++) (++)
Dinding perut Bulbokavernosus
Kremaster
• Atas
Sfingter
• Tengah
• Bawah
Patologis
Lengan: Tungkai:
Hoffman - Tromner (-) (-) Babinski (-) (-)
Chaddoks (-) (-)
Oppenheim (-) (-)
Gordon (-) (-)
Schuffner (-) (-)
Klonus paha
Klonus kaki
Kesan : Leukositosis
CT Scan Kepala
Kesan :
SAH di lobus parietal bilateral
Hematosinus sphenoid kanan
Hematoma ekstrakranial di lobus parietal kiri
DIAGNOSIS
- Diagnosis Klinis : SAH traumatik
- Diagnosis Topis : lobus parietal bislateral
- Diagnosis Etiologi : Cedera kepala
- Diagnosis Sekunder : Parese N.VII perifer (s) + Vertigo sentral
- Diagnosis Banding : Vertigo perifer
TERAPI
Terapi IGD (24/07/2022)
Umum :
- IVFD NaCl 0,9% 12 jam/kolf
- O2 4LPM
- Tampon telinga kiri
Khusus
- Inj Ceftriaxon 2x1 IV
- Inj Transamin 3x1 IV
- Inj Vit K 3x1
- Inf PCT 3x1 gr
- Piracetam 3x1 tab
O : KU sakit sedang,
Kesadaran CMC, GCS 15 E4M6V5
TD : 100/60, Nadi : 82x/menit
Pemeriksaan TRM : (-)
Pemeriksaan nervus kranialis : parese nervus VII perifer (s)
Nystagmus (-/-)
Motorik 555/555
555/555
Pemeriksaan koordinasi : finger to nose (+/+), finger to finger (+), pronasi supinasi
(+/+) tes tumit lutut (+/+)
Refleks fisiologis bisep/trisep (++/++) KPR/APR (++/++)
Refleks patologis (-/-)
A : SAH traumatik
Vertigo sentral
Parese N.VII perifer (s)
P:
- IVFD NaCl 0,9% 12 jam/kolf
- MB gizi seimbang 3xsehari
- Citicoline Inj 2x250mg/2ml
- Betahistin 3x6mg
- Na diclofenac 2x50mg
- Ranitidine 2x150mg
- Metilprednisolon 2x8mg
- Mecobalamin 2x500mg
- Nimotop 4x60mg
- Cendo lyters 3-4 kali sehari
- Rencana Pulang
PROGNOSIS
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
BAB 4
DISKUSI
Telah diperiksa seorang pasien perempuan usia 43 tahun yang dirawat di
bangsal dahlia RSUD Adnaan WD Payakumbuh hari rawatan ke-10 dengan diagnosis
perdarahan subaraknoid traumatik, vertigo sentral, dan parese N.VII perifer sinistra.
Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
Berdasarkan anamnesis pada pasien, pasien mengalami kecelakaan lalu lintas
saat dibonceng menggunakan sepeda motor dimana baju pasien terlilit jari-jari motor
dan kemudian pasien terjatuh, pasien sempat pingsan selama lebih kurang 10 menit dan
pasien tidak ingat detail kejadiannya. Saat tiba di IGD, pasien mengeluhkan keluar
darah dari telinga sebelah kiri. Pasien juga mengeluhkan nyeri kepala setelah kejadian,
nyeri dirasakan di seluruh kepala, tidak berkurang dengan istirahat, dan dirasakan
semakin memberat. Nyeri kepala disertai dengan muntah tanpa didahului mual, muntah
menyemprot. Pusing juga dirasakan pasien, pusing dirasakan berputar dengan sensasi
seperti dunia berputar terhadap pasien. Pusing berputar dirasakan sebentar, tidak
disertai dengan mual atau muntah. Pada rawatan hari ke-5, pasien merasakan kelopak
mata kiri sukar menutup dan dirasakan kelemahan pada sisi kiri wajah.
Pasien kemudian dilakukan pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan
neurologi dimana ditemukan kesadaran pasien komposmentis koorperatif, keadaan
umum tampak sakit sedang, dengan tanda vital dalam batas normal. Status internus
ditemukan dalam batas normal, tidak ditemukan adanya tanda rangsangan meningeal,
ditemukan adanya tanda peningkatan tekanan intrakranial pada pasien saat di IGD yaitu
adanya muntah proyektil dan nyeri kepala. Namun saat i Pada pemeriksaan nervus
kranialis ditemukan parese pada nervus VII kiri tipe perifer, tampak adanya kelemahan
pada otot-otot wajah pasien sebelah kiri atas dan bawah. Pasien tidak bisa menutup
mata kiri dan mulut terlihat mencong ke sebelah kanan. Saat diinstruksikan untuk
mengembungkan pipi, terdapat kelemahan di sisi kiri yang menyebabkan udara keluar
dari mulut pasien sebelah kiri saat dilakukan penekanan pada pipi pasien. Saat
diberikan perintan untuk mencibir dan bersiul, tampak bibir pasien deviasi ke sebelah
kanan. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan kesan adanya leukositosis.
Pemeriksaan CT scan ditemukan adanya perdarahan subaraknoid di lobus parietal
bilateral, hematosinus sphenoid kanan, dan hematoma ekstrakranial di lobus parietal
kiri.
Perdarahan subaraknoid (PSA) adalah ekstravasasi darah menuju ruang
subaraknoid di antara membran araknoid dan pial. Perdarahan dapat terdistribusi di
sistem ventrikel, sisterna, dan fissura. PSA dapat disebabkan baik untuk kasus
traumatik maupun nontraumatik. Pada pasien ini perdarahan subaraknoid disebabkan
oleh kasus traumatik, sesuai dengan hasil anamnesis pada pasien yaitu pasien post
kecelakaan lalu lintas sejak 30 menit sebelum masuk rumah sakit. Perdarahan
subaraknoid traumatik merupakan salah satu perdarahan intrakranial yang disebabkan
oleh cedera kepala. Cedera kepala pada pasien berdasarkan skor GCS tergolong cedera
kepala ringan dimana skor GCS pada pasien yaitu 15. Peradarahan subaraknoid karena
cedera kepala biasanya terdistribusi di sulkus-sulkus serebri sekitar verteks dan tidak
mengenai ganglia basalis. Perdarahan subaraknoid seringkali terjadi akibat benturan
pada otak atau leher dan mengakibatkan hilangnya kesadaran secara langsung Pada
pasien ini juga ditemukan adanya pingsan selama kurang lebih 10 menit setelah
kejadian.
Vertigo merupakan gejala umum pada individu yang pernah mengalami trauma
tumpul pada kepala, leher, dan craniocervical junction. Cedera akibat kecelakaan
kendaraan bermotor, jatuh, penyerangan, dan olahraga kontak dapat menyebabkan
vertigo. Hal ini sesuai dengan kondisi pasien yaitu adanya riwayat kecelakaan lalu
lintas yang menybebkan trauma pada daerah kepala. Variasi yang besar dari
mekanisme trauma dan kekuatan benturan menghasilkan beberapa kemungkinan lokasi
anatomi cedera pada sistem vestibular. Cedera pada sistem vestibuler ini dapat
mengakibatkan suatu serangan vertigo. Keluhan pusing berputar ini hanya sekali
dirasakan pasien dengan durasi yang singkat dan tidak diikuti oleh mual ataupun
muntah. Keluhan vertigo ini baru pertama kali dirasakan oleh pasien, hal ini
membuktikan bahwa vertigo pada pasien disebabkan oleh trauma kepala yang terjadi.
Kelumpuhan nervus fasialis yang terjadi pada pasien dapat disebabkan salah satunya
oleh trauma tulang temporal. Sehingga pada pasien ditemukan tanda-tanda
kelumpuhan nervus fasialis tipe perifer pada sisi wajah atas dan bawah sebelah kiri.
Penatalaksanaan pada pasien ini meliputi tatalaksana umum dan tatalaksana
khusus dimana pada tatalaksana awal di IGD pasien diberikan tatalaksana umum
berupa infus NaCl 0,9% 12 jam/kolf sebagai akses intravena untuk memasukkan obat-
obatan intravena. Diberikan juga oksigen 4 liter per menit untuk mencukupi kebutuhan
oksigen di otak agar tidak terjadi hipoksia. Perdarahan pada telinga kiri pasien
ditatalaksana dengan menggunakan tampon pada telinga kirinya. Tatalaksana khusus
yang diberikan kepada pasien yaitu injeksi ceftriaxone 2x1 gram IV sebagai antibiotik
sistemik karena ditemukan adanya leukositosis pada pasien. Injeksi transamin dan
vitamin K sebagai terapi untuk perdarahan intrakranial yang terjadi. Pasien juga
diberikan infus paracetamol 3x1 gram dan piracetam oral 3x1 tablet. Piracetam
diberikan untuk meningkatkan fungsi kognitif meliputi memori, perhatian, dan belajar.
Saat dikonsulkan ke dokter saraf, pasien dianjurkan untuk pindah rawatan ke bangsal
saraf, kemudian pasien diberikan citicholine 250mg/12 jam, infus mannitol 125cc/24
jam untuk menurunkan tekanan intrakranial, betahistin 3x12 mg, flunarizine 2x5mg
sebagai terapi untuk vertigo.
DAFTAR PUSTAKA