BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Perdarahan intraserebral (ICH) adalah perdarahan yang terjadi di otak
yang disebabkan oleh pecahnya (ruptur) pada pembuluh darah otak. Perdarahan
dalam dapat terjadi di bagian manapun di otak. Darah dapat terkumpul di jaringan
otak, ataupun di ruang antara otak dan selaput membran yang melindungi otak.
Perdarahan dapat terjadi hanya pada satu hemisfer (lobar intracerebral
hemorrhage), atau dapat pula terjadi pada struktur dari otak, seperti thalamus,
basal ganglia, pons, ataupun cerebellum (deep intracerebral hemorrhage).(1)
2.2 ANATOMI
Gambar 1 : Otak terdiri dari tiga bagian : batang otak, cerebrum, cerebellum (5)
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak dan terdiri dari belahan kanan
dan kiri. Ini melakukan fungsi yang lebih tinggi seperti menafsirkan sentuhan,
penglihatan dan pendengaran, serta pidato, penalaran, emosi, belajar, dan kontrol
baik dari gerakan. Cerebellum terletak di bawah otak besar. Fungsinya adalah
Gambar 2 : common carotid arteries sampai leher dan membagi kepada arteri karotid
internal dan eksternal. Sirkulasi anterior otak diberikan oleh arteri karotis interna (ICA)
dan sirkulasi posterior diberi makan oleh arteri vertebralis (VA). Kedua sistem terhubung di
Lingkaran Willis (lingkaran hijau) (5)
2.3. EPIDEMIOLOGI
Analisis pada 3 tahun dari data mortalitas nasional untuk pasien stroke
intraserebral oleh ayala dan teman-temannya mengungkapkan eksiden terbesar
dari ICH pada Africa Amerika, Alaska Natives, Asian Pacific Islander (API) dan
kumpulan hispanic ethnic. Juga mengunkap bahwa porporsi yang tinggi dari
kematian akibat stroke terjadi pada orang dewasa. Berdasarkan jenis kelamin,
angka kasus kematian untuk stroke hemoragik adalah sama untuk perempuan dan
laki-laki. Walaupun begitu, sercara keseluruhan mortalitas stroke lebih tinggi dari
lelaki.(4)
dan
menimbulkan
aneurisma.
Selanjutnya
dapat
menyebabkan
3. Arteriovenous Malformation
4. Neoplasma Intracranial.
Akibat nekrosis dan perdarahan oleh jaringan neoplasma yang hipervaskular.
5. Trauma
Koleksi darah fokal yang biasanya diakibatkan cedera regangan atau robekan
rasional terhadap pembuluh-pembuluh darah intraparenkimal otak atau kadangkadang cedera penetrans. Intracerebral hematom mengacu pada hemorragi atau
perdarahan lebih dari 5 ml dalam substansi otak.(2)
Perdarahan di putamen, thalamus, dan pons biasanya akibat ruptur arteri
lentikulostriata, arteri thalamoperforating dan kelompok basilar-paramedian.
Sedangkan perdarahan di serebelum biasanya terdapat di daerah nukleus dentatus
yang mendapat pendarahan dari cabang a. serebelaris superior dan a. serecelaris
inferior anterior.(2)
Gambar3:Lokasiterseringsumberperdarahanintraserebral
2.5PATOFISIOLOGI
Kasus ICH umumnya terjadi di kapsula interna (70 %), di fossa posterior
(batang otak dan serebelum) 20 % dan 10 % di hemisfer (di luar kapsula interna).
Gambaran patologik menunjukkan ekstravasasi darah karena robeknya pembuluh
darah otak dan diikuti adanya edema dalam jaringan otak di sekitar hematom.
Akibatnya terjadi diskontinuitas jaringan dan kompresi oleh hematom dan edema
pada struktur sekitar, termasuk pembuluh darah otak dan penyempitan atau
penyumbatannya sehingga terjadi iskemia pada jaringan yang dilayaninya, maka
gejala klinis yang timbul bersumber dari destruksi jaringan otak, kompresi
pembuluh darah otak atau iskemia dan akibat kompresi pada jaringan otak
lainnya.(3)
2.6 GEJALA KLINIS
Secara umum gejala klinis ICH merupakan gambaran klinis akibat
akumulasi darah di dalam parenkim otak. ICH khas terjadi sewaktu aktivitas,
onset pada saat tidur sangat jarang. Perjalanan penyakitnya, sebagian besar (37,570%) per akut. Biasanya disertai dengan penurunan kesadaran. Penurunan
kesadaran ini bervariasi frekuensi dan derajatnya tergantung dari lokasi dan
besarnya perdarahan tetapi secara keseluruhan minimal terdapat pada 60% kasus.
dua pertiganya mengalami koma, yang dihubungkan dengan adanya perluasan
perdarahan ke arah ventrikel, ukuran hematomnya besar dan prognosis yang jelek.
Sakit kepala hebat dan muntah yang merupakan tanda peningkatan tekanan
intrakranial dijumpai pada ICH, tetapi frekuensinya bervariasi. Tetapi hanya 36%
kasus yang disertai dengan sakit kepal sedang muntah didapati pada 44% kasus.
Jadi tidak adanya sakit kepala dan muntah tidak menyingkirkan ICH, sebaliknya
bila dijumpai akan sangat mendukung diagnosis ICH atau perdarahn subarakhnoid
sebab hanya 10% kasus stroke oklusif disertai gejala tersebut. Kejang jarang
dijumpai pada saat onset ICH.(6)
2.7 PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fundus okuli pada kasus yang diduga ICH mempunyai tujuan
tampil saat onset gejala hanya pada 14% kasus dan pada setiap waktu hanya 28%;
semua pasien menunjukkan berbagai bentuk defisit motorik dan sekitar 65%
mengalami perubahan reaksi terhadap pin-prick. Perdarahan putaminal kecil
menyebabkan defisit sedang motorik dan sensori kontralateral. Perdarahan
berukuran sedang mula-mula mungkin tampil dengan hemiplegia flaksid, defisit
hemisensori, deviasi konjugasi mata pada sisi perdarahan, hemianopia homonim,
dan disfasia bila yang terkena hemisfer dominan. Progresi menjadi perdarahan
masif berakibat stupor dan lalukoma, variasi respirasi, pupil tak bereaksi yang
berdilatasi, hilangnya gerak ekstra-okuler, postur motor abnormal, dan respons
babinski bilateral. Gejala muntah terjadi hampir setengah dari pada penderita.
Sakit kepala adalah gejala tersering tetapi tidak seharusnya ada. Dengan jumlah
perdarahan yang banyak, penderita dapat segera masuk kepada kondisi stupor
dengan hemiplegi dan kondisi penderita akan tampak memburuk dengan
berjalannya masa.(3)
Walau bagaimanapun, penderita akan lebih sering mengeluh dengan sakit
kepala atau gangguan kepala yang dirasakan pusing. Dalam waktu beberapa menit
wajah penderita akan terlihat mencong ke satu sisi, bicara cadel atau aphasia,
lemas tangan dan tungkai dan bola mataakan cenderung berdeviasi menjauhi
daripada ekstremitas yang lemah. Hal ini terjadi bertahap mengikuti waktu dari
menit ke jam di mana sangat kuat mengarah kepada perdarahan intraserebral.
Paralisis dapat terjadi semakin memburuk dengan munculnya refleks babinski
yang mana pada awalnya dapat muncul unilateral dan kemudian bisa bilateral
dengan ekstremitas menjadi flaksid, stimulasi nyeri menghilang, tidak dapat
bicara dan memperlihatkan tingkat kesadaran stupor. Karekteristik tingkat
keparahan paling parah adalah dengan tanda kompresi batang otak atas (koma);
tanda babinski bilateral; respirasi dalam, irregular atau intermitten; pupil dilatasi
dengan posisi tetap pada bagian bekuan dan biasanya adanya kekakuan yang
deserebrasi.(3)
2. Thalamic Hemorrhage
Sindroma klinis akibat perdarahan talamus sudah dikenal. Umumnya
10
11
ipsilateral dan hemianopsia yang jelas. Perdarahan temporal kiri khas dengan
nyeri ringan pada atau dekat bagian anterior telinga, disfasia fluent dengan
pengertian pendengaranyang buruk namun repetisi relatif baik. Perdarahan frontal
menyebabkan kelemahan lengan kontralateral berat, kelemahan muka dantungkai
ringan, dan nyeri kepala frontal. Perdarahan parietal mulai dengan nyeri kepala
temporal anterior serta defisit hemisensori, terkadang mengenai tubuh ke garis
tengah. Evolusi gejala yang lebih cepat, dalam beberapa menit, namun tidak
seketika bersama dengan satu dari sindroma tersebut membantu membedakan
perdarahan lober dari stroke jenis lain. Kebanyakan AVM dan tumor memiliki
lokasi lober.(3)
6. Perdarahan intraserebral akibat trauma
Adalah perdarahan yang terjadi di dalam jaringan otak. Hematom
intraserebral pasca traumatik merupakan koleksi darah fokal yang biasanya
diakibatkan cedera regangan atau robekan rasional terhadap pembuluh-pembuluh
darah intraparenkimal otak atau kadang-kadang cedera penetrans. Ukuran
hematom ini bervariasi dari beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter dan
dapat terjadi pada 2%-16% kasus cedera. Intracerebral hematom mengacu pada
hemorragi / perdarahan lebih dari 5 ml dalam substansi otak (hemoragi yang lebih
kecil dinamakan punctate atau petechial/bercak). (3)
2.9DIAGNOSIS
Semua percaya Pasien dengan ICH mempunyai gejala yang berat mirip
acute ischemic stroke (AIS) dan perdarahan subarachnoid (SAH), beberapa
penelitian menunjukkan kebanyakan dari pasien memiliki gejala yang progresif
dari mula. Penyelidikan konsisten dari tahun 1990, dimana menunjukkan
perdarahan bertambah kira kira 40% dari pasien dalam masa 3 jam dari onset.
Permulaan gejala ICH termasuk bekurangnya kesadaran (medekati 50%), sakit
kepala (40%), muntah (40-50%) dan hipertensi (80-90%). Pasien ICH di
rekomendasi pemeriksaan neuroimaging untuk membedakan iskemik atau stroke
perdarahan.(7)
12
Gejala Klinis
a) Onset perdarahan bersifat mendadak, terutama sewaktu melakukan
aktivitas dan dapat didahului oleh gejala prodromal berupa peningkatan
tekanan darah
sampai
koma
disertai
sakit kepala dan muntah juga diamati lebih sering pada stroke iskemik
dibandingkan dengan ICH. Gejala ICH biasanya karena peningkatan ICP. Hal ini
sering dibuktikan melalui kehadiran triad Cushing hipertensi, bradikardia dan
respirasi tidak teratur - dipicu oleh Cushing refleks. Dysautonomia juga sering
terjadi di ICH, termasuk juga hiperventilasi, takipnea, bradikardia, demam,
hipertensi dan hiperglikemia.(7)
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dicari ada tidaknya tanda-tandanya trauma, yang
bisa menyebabkan terjadinya ICH dan tanda-tanda cedera. Spesifik neurologi
defisit berkolerasi dengan lokasi ICH dan defisit mirip pada AIS berhubung juga
dengan distribusi vaskular.(7)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan termasuk pemeriksaan darah
lengkap, parameter koagulasi (fibrinogen, PT, PTT,INR), serum elektrolit,
13
pemeriksaan fungsi hepar. Pemeriksaan lab tambahan dan diagnostic (foto rontgen
thorax dan EKG).(7)
Pemeriksaan CT-scan adalah gold standard untuk permulaan neuroimaging
pada suspek ICH dan akankekal beberapa decade kedepan. CT imaging bukan
sahaja memeriksa saiz dan lokasi pada perdarahan tetapi boleh memberitahu
penyebab lain perdarahan dan komplikasi kedua. Angiography/ CT angiography
dilakukan secepatnya jika didapatkan gejala klinis yang memerlukan operasi
secepatnya. Untuk mengidentifikasi penyebab sekunder seperti AVM dan
aneurisma atau vaskulitis. Pemeriksaan imaging lain seperti MRI atau cerebral
angiography diperlukan untuk mengetahui lebih lanjut perdarahan pada kasus
tidak khas.(7)
Metode yang mudah untuk mengetahui volume hematom yang pertama
kali di publisi oleh Kothari dan kawan-kawan adalah, mereka meringkaskan
rumus volume ellipsoid menjadi ABC/2, dimana A B dan C merupakan diameter
diameter terbesar di setiap aksis ortoganal, dengan C sebagai dasar penomoran
CT slide hematom yang dilihat berdasarkan tingkat ketebalan potongannnya.
Pengukuran sangat berguna dalam perkembangan hemoragik dan penentuan
prognosis awal.(7)
SKOR ICH
Komponen
Skor GCS
3-4
5-12
13-15
Volume ICH,cm3
30
<30
IVH
Ya
Tidak
ICH yang berasal dari
infratentorial
Ya
Tidak
Umur
80
< 80
Total Skor ICH
Skor ICH
2
1
0
1
0
1
0
1
2
1
0
0-5
14
Skor ICH adalah dikembangkan dari model regresi logistik untuk semua
pasien ICH. Karakteristik prediktor mortalitas 30 hari (dan karena itu termasuk
dalam model regresi logistik) yang masing-masing diberi titik pada dasar
kekuatan hubungan dengan hasilnya. Jumlah Skor ICH adalah jumlah poin dari
berbagai karakteristik. Tabel menunjukkan point tertentu yang digunakan dalam
menghitung Skor ICH.(8)
Skor GCS paling sangat terkait dengan hasil, itu diberikan paling berat
dalam skala. GCS dibagi menjadi 3 subkelompok (GCS skor dari 3 sampai 4, 5
sampai 12, dan 13 sampai 15) lebih akurat mencerminkan pengaruh yang sangat
kuat dari skor GCS pada hasil. Dari catatan, di UCSF (University of California,
SanFrancisco) ICH kohort, hanya 1 dari 35 pasien dengan skor
GCS
menunjukkan 3- 4 selamat sampai 30 hari, dan hanya 5 dari 60 pasien dengan skor
GCS menunjukkan dari 13-15 meninggal, sedangkan 29 dari 57 pasien dengan
skor GCS dari 5-12 meninggal dalam waktu 30 hari. (8)
Umur
mortalitas 30 hari. Karena usia di model prediksi yang pendikotomian sekitar titik
potong dari 80 tahun dan tidak terkait dengan hasil di kelompok infratentorial
pasien, hanya 1 poin ditugaskan untuk pasien berusia lebih sama dengan 80 tahun.
(8)
IVH, infratentorial asal ICH, dan Volume ICH semua memiliki kekuatan
yang relatif sama hasil asosiasi dan karena itu ditimbang sama di skor ICH. IVH
dan infratentorial asal ICH yang dikotomis variabel dengan poin yang ada.
Volume ICH adalah pendikotomian untuk, < 30 dan 30 cm 3. Tiga puluh
sentimeter kubik dipilih karena merupakan titik potong untuk meningkat kematian
di kohort UCSF ICH, mudah diingat, dan mirip dengan volume ICH titik potong
yang digunakan dalam sebelum model. Selanjutnya, tidak ada pasien dengan ICH
infratentorial di UCSF ICH kohort memiliki volume hematoma 30 cm 3. Poin
tambahan tidak ditugaskan untuk hematoma lebih besar (misalnya, >60 cm 3)
karena, ketika diuji, ini tidak meningkatkan akurasi Skor ICH dan akan diwakili
sama dengan skor GCS, yang tidak dibenarkan pada dasar kekuatan asosiasi hasil
dalam logistik model regresi. (8)
15
Skor ICH adalah dari 0-5 dari kohort yang dari berbagai kategori. Semakin
bertambah Skor ICH semakin bertambah kematian dalam masa 30 hari. Pasien
dengan Skor ICH 0 biasanya tidak ada yang mati, dan Skor ICH 5 kebanyakan
semua pasien meninggal. Tingkat kematian tiga puluh hari untuk pasien dengan
Skor ICH dari 1, 2, 3, dan 4 adalah 13%, 26%, 72%, dan 97%, masing-masing.
Tidak pasien di UCSF ICH kohort memiliki Skor ICH dari 6 karena tidak ada
pasien dengan ICH infratentorial memiliki hematoma Volume 30 cm3. Namun,
mengingat bahwa tidak ada pasien dengan ICH Skor dari 5 selamat, Skor ICH
dari 6 akan diharapkan untuk dikaitkan dengan risiko mortalitas yang sangat
tinggi. (8)
16
2.10. KOMPLIKASI
a. Stroke hemorrhagic
b. Kehilangan fungsi otak permanen
c. Efek samping obat-obatan dalam terapi medikasi
17
18
sekunder akibat iskemia. Pengamatan ketat dan pengaturan tekanan darah penting
baik pada pasien hipertensif maupun nonhipertensif. Jalur arterial dipasang untuk
pemantauan yang sinambung atas tekanan darah. Setelah ICH, kebanyakan pasien
adalah hipertensif. Penting untuk tidak menurunkan tekanan darah secara
berlebihan pada pasien dengan lesi massa intrakranial dan peninggian TIK, karena
secara bersamaan akan menurunkan tekanan perfusi serebral. Awalnya, usaha
dilakukan untuk mempertahankan tekanan darah sistolik sekitar 160 mmHg pada
pasien yang sadar dan sekitar 180 mmHg pada pasien koma, walau nilai ini tidak
mutlak dan akan bervariasi tergantung masing-masing pasien. Pasien dengan
hipertensi
berat
dan
tak
terkontrol
mungkin
diperkenankan
untuk
19
intensif, kamar operasi atau ke bangsal, tergantung status klinis pasien, perluasan
dan lokasi perdarahan, serta etiologi perdarahan. Sasaran awal pengelolaan adalah
pencegahan perdarahan ulang dan mengurangi efek massa, sedang tindakan
berikutnya diarahkan pada perawatan medikal umum serta pencegahan
komplikasi.(8)
2.13 PENANGANAN ATAS PERDARAHAN ULANG
Perdarahan ulang jarang pada perdarahan hipertensif. Saat pasien sampai
di dokter, perdarahan aktif biasanya sudah berhenti. Risiko perdarahan ulang dari
AVM dan tumor juga jarang. Tindakan utama yang dilakukan adalah mengontrol
tekanan darah seperti dijelaskan di atas. Pada perdarahan karena aneurisma yang
ruptur, risiko perdarahan ulang lebih tinggi. Pertahankan tekanan darah 10-20 %
di atas tingkat normotensif untuk mencegah vasospasme, namun cukup rendah
untuk menekan risiko perdarahan. Beberapa menganjurkan asam aminokaproat,
suatu agen antifibrinolitik. Namun manfaat serta indikasinya tetap belum jelas.
Kasus dengan koagulasi abnormal, risiko perdarahan ulang atau perdarahan yang
berlanjut sangat nyata kecuali bila koagulopati dikoreksi. Pasien dengan kelainan
perdarahan lain dikoreksi sesuai dengan penyakitnya. (7,8)
Mengurangi Efek Massa
Pengurangan efek massa dapat dilakukan secara medikal maupun bedah.
Pasien dengan peninggian TIK dan atau dengan area yang lebih fokal dari efek
massa, usaha non bedah untuk mengurangi efek massa penting untuk mencegah
iskemia serebral sekunder dan kompresi batang otak yang mengancam jiwa.
Tindakan untuk mengurangi peninggian TIK antara lain :
a. Elevasi kepala hingga 300 untuk mengurangi volume vena intrakranial
serta memperbaiki drainase vena.
b. Manitol intravena (mula-mula 1,5 g/kg bolus, lalu 0,5 g/kg tiap 4-6 jam
untuk mempertahankan osmolalitas serum 295-310 mOsm/L).
c. Restriksi cairan ringan (67-75% dari pemeliharaan) dengan penambahan
20
secara
rutin.
Disukai
ventrikulostomi
karena
memungkinkan
jalur
keluar
CSS.
Lebih
disukai
pengaliran
CSS
dengan
21
22
23
eksternal
cairan
serebrospinalis
dengan
pungsi
ventrikel
Penggunaan manitol
Pada gangguan neurologis, diuretic osmotik (manitol) merupakan jenis
diuretik yang paling banyak digunakan. Manitol adalah suatu hiperosmotik agent
yang digunakan dengan segera meningkat. Volume plasma untuk meningkatkan
24
aliran darah otak dan menghantarkan oksigen. Ini merupakan salah satu alasan
manitol sampai saat ini masih digunakan untuk mengobati klien menurunkan
peningkatan tekanan intrakranial. Manitol selalu dipakai untuk terapi edema otak,
khususnya pada kasus dengan Hernisiasi. Manitol masih merupakan obat yang
sering digunakan untuk menurunkan tekanan intrakranial, tetapi jika hanya
digunakan sebagai mana mestinya. Bila tidak semestinya akan menimbulkan
toksisitas dari pemberian manitol, dan hal ini harus dicegah dan dimonitor. (1)
Indikasi dan dosis pada terapi menurunkan tekanan intrakranial.Terapi
penatalaksanaan untuk menurunkan peningkatan tekanan intrakranial dimulai
bilamana tekanan intrakranial 20-25 mmHg. Manajemen penatalaksanaan
peningkatan tekanan intrakranial salah satunya adalah pemberian obat diuretik
osmotik (manitol), khususnya pada keadaan patologis edema otak. Tidak
direkomendasikan untuk penatalaksanaan tumor otak. Seperti yang telah
dijelaskan di atas, diuretik osmotik (manitol) menurunkan cairan total tubuh lebih
dari kation total tubuh sehingga menurunkan volume cairan intraseluler.(1)
Dosis : Untuk menurunkan tekanan intrakranial, dosis manitol 0,25 1
gram/kgbb diberikan bolus intravena, atau dosis tersebut diberikan intravena
selama lebih dari 10 15 menit. Manitol dapat juga diberikan atau dicampur
dalam larutan Infus 1,5 2 gram/kgbb sebagai larutan 15-20% yang diberikan
selama 30-60 menit. Manitol diberikan untuk menghasilkan nilai serum
osmolalitas 310 320 mOsm/L. Osmolalitas serum sering kali dipertahankan
antara 290 310 mOsm. Tekanan intrakranial harus dimonitor, harus turun dalam
waktu 60 - 90 menit, karena efek manitol dimulai setelah 0,5 - 1 jam pemberian.
Fungsi ginjal, elektrolit, osmolalitas serum juga dimonitor selama pasien
mendapatkan manitol. Perawat perlu memperhatikan secara serius, pemberian
manitol bila osmolalitas lebih dari 320 mOsm/L. Karena diuresis, hipotensi dan
dehidrasi dapat terjadi dengan pemberian manitol dalam jumlah dosis yang
banyak. Foley catheter harus dipasang selama pasien mendapat terapi manitol.
Dehidrasi adalah manisfestasi dari peningkatan sodium serum dan nilai
osmolalitas. (1)
25
2.16 PROGNOSIS
Perdarahan yang besar jelas mempunyai morbiditas dan mortalitas yang
tinggi. Diperkirakan mortalitas seluruhnya berkisar 26-50%. Mortalitas secara
dramatis meningkat pada perdarahan talamus dan serebelar yang diameternya
lebih dari 3 cm, dan pada perdarahan pons yang lebih dari 1 cm. Untuk
perdarahan lobar mortalitas berkisar dari 6-30 %. Bila volume darah
sesungguhnya yang dihitung (bukan diameter hematomnya), maka mortalitas
kurang dari 10% bila volume darahnya kurang dari 20 mm3 dan 90% bila volume
darahnya lebih dari 60 mm3. (4)
Kondisi neurologik awal setelah terserang perdarahan juga penting untuk
prognosis pasien. Pasien yang kesadarannya menurun mortalitas meningkat
menjadi 63%. Mortalitas juga meningkat pada perdarahan yang besar dan letaknya
dalam, pada fossa posterior atau yang meluas masuk ke dalam ventrikel. Felmann
E mengatakan bahwa 45% pasien meninggal bila disertai perdarahan
intraventrikular. Suatu penilaian dilakukan untuk memperkirakan mortalitas dalam
waktu 30 hari pertama dengan menggunakan 3 variabel pada saat masuk rumah
sakit yaitu Glasgow Coma Scale (GCS), ukuran perdarahan dan tekanan nadi.
Perdarahan kecil bila ukurannya kurang dari satu lobus, sedangkan perdarahan
besar bila ukurannya lebih dari satu lobus. Bila GCS lebih dari 9, perdarahannya
kecil, tekanan nadi kurang dari 40 mmHg, maka probabilitas hidupnya dalam
waktu 30 hari adalah 98%. Tetapi bila pasien koma, perdarahannya besar dan
tekanan nadinya lebih dari 65 mmHg, maka probabilitas hidupnya dalam waktu
30 hari hanya 8%. Pada ICH hipertensif jarang terjadi perdarahan ulang. (4)