Anda di halaman 1dari 30

BY TIM THT

Seorang pasien datang dengan keluhan telinga kanan yg sakit

A. ANAMNESA

No Pertanyaan Keterangan jawaban


.
1. Identitas Nama
Usia : 30 th
Pekerjaan : perenang
Tinggal : Pedurungan
2. RPS( Sacred 7)
a. b. Keluhan Utama -Rasa sakit pada telinga
“Ada Keluhan apa pak?” (otalgia) yang hebat,
terutama saat daun telinga
disentuh dan mengunyah

Keluhan lain? sakit spontan saat buka


mulut dan mengunyah

Rasa penuh pada telinga


Dan Pendengaran agak
berkurang

Ada benjolan ndak pak Kurang tau dok tp waktu


ditelinganya? saya korek kuping tu kayak
ada njendol gitu dok
c. d. Lokasi

Benjolan dmn? Kanan (liang telinga kanan)

(Keluhan biasanya dialami


pada satu telinga dan sangat
jarang mengenai kedua
telinga dalam waktu
bersamaan)

e. f. Onset Sejak 1 Minggu lalu


“Sejak kapan pak merasa
sakit?
g. h. Kronologi Pokoknya itu dok, 1
“Kira-kira kenapa bisa kayak Minggu sebelum saya sakit
gitu awalnya pak? Bisa saya full melatih renang
diceritakan” anak.

Biasanya bapak sering


membersihkan telinga dengan Iya dok, Gak sering
cotton bud tidak pak? Ada bangetsih dok, tp kalau
rasa gatal gitu pada bagian gatel saya bersihin pake
dalam telinganya? cotton bud

i. j. Kualitas & Kuantitas


i. Kualitas Iya dok
“sakit sekali gak kalo
dipegang”

“Pak, apakah ada rasa


kurang pendengaran Iya dok
yang dirasakan?

Kalau buka mulut Sekali dok


sama makan sakit?

“ apakah keluar cairan Sepertinya tidak dok, tapi


dr dalam telinga pak? saya tidak mmeperhatikan
banget
“Apakah Ganggu
aktivitas bapak sebagai Iya dok soalnya sakit dan
perenang jadi malas ngomong dan
makan

ii. iii. Kuantitas


Sehari rasa sakitnya timbul Enggak tentu dok yang
terus atau hilang muncul? pasti kalo dipergang sakit
Sehari rasa sakitnya bisa berpa bgt
kali?

k. l. Faktor Perberat Peringan

“ untuk rasa sakitnya kalo Kalau dipegang sama


sakit sekali kalau dibuat apa berbaring satu sisi dok
pak?

“ lebih enak kalau diapaain? Istirahat

Gaak merhatikan saya dok,


“Untuk kurang soalnya rasanya terus
pendengarannya itu biasanya menerus gitu
berkurang saat apa pak?”
Gaada dok, soalnya sudah
“Untuk kurang dua hari ini nyeri sekali dan
pendengarannya itu biasanya tidak hilang hilang
tambah parah saat apa pak?”

Cuma obat warung buat


“Apakah sudah ada yang pilek sama parasetamol buat
diobati dari semua keluhan panas dok
bapak tadi?”
m. n. Keluhan Lain

“Bapak dirumah ada Enggak ada dok, tapi saya


thermometer? Apakah bapak emang merasa agak demam
demam? Suhu berapa kira kira
pak?”

“Apakah ada batuk pak?” Enggak dok

“Apakah terasa ada lendir Tidak


yang jatuh ke tenggorokan ke
belakang hidung?”

“Ada keluhan lainnya pak telinga terasa basah dok


yang belum tersampaikan?”

3. RPD
“Dulu pernah sakit seperti ini? Tidak
4. RPK
“Keluarga di rumah ada yang sakit Tidak dok
seperti ini?”
5. Sosek
“Tinggalnya di lingk. Bersih?” Iya

B. PEMERIKSAAN FISIK

1. PEMERIKSAAN TLINGA LUAR, didapatkan


 Nyeri tekan pada tragus
 Nyeri tarik daun telinga
 Otoskopi:
o OE akut sirkumskripta: furunkel pada liang dan tidak ditemukan abses

 Nilai membrane timpani karena membrane masih kelihatan apakah intak ( tidak ada
radang. Ada reflex cahaya, tidak ada bulging atau retraksi), atau ada perforasi
-

2. TES GARPUTALA
 sebenarnya tidak usah dilaukan pada kasus OE namun jika pasien mengeluhkan
kurang pendengaran yang berat  dilakukan
Pemeriksaan Telinga Kanan Telinga Kiri
Rhine Negative positif
Weber Laterasi ke kanan
Swabach memanjang memanjang

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak perlu dolakukan px penunjang

D. DIAGNOSIS DAN DD
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik: OE
SIRKUMSKRIPTA ATAU FURUNKELOSIS

Diagnosis Banding :Perikondritis yang berulang, Kondritis, Otomikosis, oe difusa

E. TERAPI
1. Non-medikamentosa:
a. Membersihkan liang telinga secara hati-hati dengan pengisap atau kapas yang dibasahi
dengan H2O2 3%.
b. Bila terdapat abses, dilakukan insisi dan drainase.  TIDAK USAH DILAKUKAN

2. Medikamentosa:
a. Topikal
• Larutan antiseptik povidon iodine
• OE akut sirkumskripta pada stadium infiltrat:
 Salep ikhtiol, atau
 Salep antibiotik: Polymixin-B, Basitrasin.
b. Sistemik
• Antibiotik sistemik diberikan bila infeksi cukup berat.
• Analgetik, seperti Paracetamol atau Ibuprofen dapat diberikan.

RESEP:

R/ ichtyol auris ointment 15 g tube no I


S u.e. 2dd applic part dol m.et.v

R/ Bacitracin auris ointment tube no I


S.ue 2dd a applic part

R/ amoxicillin tab 500 mg no XXI


S 3.d.d tab 1

F. KONSELING DAN EDUKASI


Pasien dan keluarga perlu diberi penjelasan, di antaranya:
1. Tidak mengorek telinga baik dengan cotton bud atau alat lainnya
2. Selama pengobatan pasien tidak boleh berenang
3. Penyakit dapat berulang sehingga harus menjaga liang telinga agar dalam kondisi kering dan
tidak lembab

G. PERALATAN YG DIBUTUHKAN
Peralatan
1. Lampu kepala
2. Corong telinga
3. Aplikator kapas
4. Otoskop
SKENARIO OTITIS MEDIA AKUT STADIUM HIPEREMIS (PRE-SUPURASI )

Seorang anak perempuan usia 6 tahun dibawa ke klinik anda oleh ibunya dengan keluhan nyeri
telinga kanan.
Anamnesis

No Pertanyaan Jawaban
1. Identitas Nama: Lina
Umur: 6 tahun
Alamat: Genuk Indah
2. RPS (Sacred seven)
Keluhan utama
“Dek lina ada keluhan apa, nyeri telinga
Bu?”
Lokasi
“ Nyeri di telinga sebelah Telinga kanan
mana, Bu?”
Onset
“ Sejak kapan telinganya terasa 3 hari yang lalu
nyeri?”
Kronologi
“ bisa diceritakan awalnya Seminggu yang lalu sakit batuk pilek, terus 3
kenapa bisa seperti ini?” hari yang lalu telinga kanannya nyeri dan
demam
Kuantitas dan kualitas
Kualitas
“Apakah ada kurang Iya dok
pendengaran?”

“Apakah ada cairan yang Tidak dok


keluar dari telinga?”

Kuantitas
“Sehari nyeri terus atau hilang Nyeri terus dok
timbul?”

Faktor memperberat
memperingan
“lebih enak kalau diapain?” istirahat
“Apakah sudah diberi obat?” Sudah diberi obat penurun panas
Keluhan lain
“ Apakah ada keluhan lain Demam: iya
seperti demam dan muntah? Muntah: tidak
“Anaknya jadi rewel nggak bu? Rewel: iya
“nafsu makan hilang?” Nafsu makan hilang: iya
3. RPD
“Dulu pernah sakit seperti Tidak dok, tapi dulu sering batuk pilek
ini?”
4. RPK
“Keluarga ada yang sakit Tidak
seperti ini?”
5. Sosek
“apakah lingkungannya Bersih
bersih?”

Pemeriksaan Fisik
1. Otoskopi
Membran timpani hiperemis dan edema

2. Tes garputala
Tuli konduktif: Tes rinne (-), tes schwabach: memendek pada telinga kanan, tes weber:
lateralisasi pada telinga kanan

Diagnosis dan Diagnosis Banding


Diagnosis klinis
Ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
 Otitis media akut stadium hiperemis (pre-supurasi)
Diagnosis banding
Otitis media serosa akut, otitis eksterna
Terapi
Oral sistemik: antibiotik, analgetik
Nama Sediaan Dosis
Parasetamol Tablet 500 mg Dewasa: 300 mg-1 g/kali dengan
Sirup mengandung 120 mg/5 ml maksimum 4 g/hari
Anak
6-12 tahun: 150-300 mg/kali
<1 tahun: 60 mg/kali
Maksimum 6 kali/hari
Amoxicillin Kapsul atau tablet 125, 250, 500 mg
Sirup 125 mg/5 ml Baca tabel

Resep:
R/amoxicillin syr 125 mg/5cc fl No.II
S 3.d.d c.orig 1 p.c.
R/paracetamol syr 120 mg/5 cc fl. No. I
S.3.d.d. c.orig p.c. p.r.n. demam

Notes:
1. c. orig: sendok bawaan (5 cc)
Edukasi
1. Untuk bayi / anak, orang tua dianjurkan untuk memberikan ASI minimal 6 bulan sampai
2 tahun.
2. Menghindarkan bayi / anak dari paparan asap rokok.  (skenario: anak umur 5 tahun)
Peralatan
1. Lampu kepala
2. Corong telinga
3. Otoskop
4. Aplikator kapas
5. Garputala
6. Suction
SKENARIO BENDA ASING
Seorang Laki-laki berusia 23 tahun datang ke praktek dokter umum dengan keluhan telinga terasa
gembrebeg.

ANAMNESIS
1. Identitas
Nama : …
Usia : 23 tahun
Pekerjaan : Buruh pabrik
Tinggal : Demak

2. RPS (Sacred 7)
a. Keluhan utama : merasa telinganya gembrebeg
b. Lokasi : telinga sebelah kanan
c. Onset : Sejak kemarin
d. Kronologi : tidak habis ngapa-ngapain tapi bangun tidur langsung kerasa ada sesuatu
di telinga jadi kerasa gembrebeg
e. Kualitas
 Kerasanya hilang timbul apa terus-terusan? Terus-terusan ada suara gitu
 Ada kerasa sakit gak pak di telinga? Tidak dok
 Apakah ada rasa kurang bisa mendengar? Lumayan dok
 Apakah mengganggu aktivitas bapak? Iya dok, karena mengganggu
 Apakah ada cairan yang keluar dari telinga bapak? Tidak ada dok
f. Kuantitas
Seberapa sering kerasa gembrebegnya pak? Ya sering banget dok
g. Faktor memperberat dan memperingan
o Pernah tidak kerasa gembrebegnya pak? Gak pernah dok, selalu ada
rasa gembrebegnya
h. Keluhan lain
Ada keluhan lain pak selain itu? Gak ada dok

3. RPD
Dulu pernah kayak gini pak? Gak pernah dok
4. RPK
Keluarga ada yang ngerasa kayak gini juga? Tidak dok
5. Sosek
Kondisi lingkungan disekitar bapak bagaimana? Bersih atau tidak? Bersih dok
PF
1. PF Telinga Luar
 Tidak didapatkan nyeri tragus ataupun nyeri tarik aurikula
 Otoskopi: tidak ada sekret di liang telinga, ditemukan ada semut di liang telinga,
membrane timpani dbn
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak diperlukan

DIAGNOSIS DAN DD
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan PF: Corpus Allienum di telinga
Diagnosis banding: Otitis eksterna, perforasi membrane timpani, serumen impaction

TERAPI
1. Non-Medikamentosa:
a. Ekstraksi benda asing di telinga. Karena di dalam telinga adalah benda hidup, maka
benda hidup dimatikan terlebih dahulu dengan meneteskan olium cocos/ minyak
kelapa, bila tidak ada bisa menggunakan minyak goring. Bila benda hidup sudah mati,
baru bisa dilakukan ekstraksi dengan pinset alligator.
2. Medikamentosa
Tidak perlu

KONSELING DAN EDUKASI


1. Saat sebelum tidur bisa dibersihkan dulu kasurnya
2. Menjaga kebersihan lingkungan
3. Jika terjadi seperti ini lagi, jangan langsung dikorek dengan cottonbud. Tetapi di beri
minyak terlebih dahulu baru diambil benda nya. Jangan diberi air untuk mengambil benda
hidup.

PERALATAN YANG DIBUTUHKAN


1. Lampu kepala
2. Pinset alligator
3. Otoskop
4. Minyak kelapa
5. Kapas
6. Bengkok
RHINITIS ALERGI

SKENARIO

Seorang perempuan berusia 20 tahun sejak 2 hari yang lalu mengeluh keluar ingus encer dari

kedua hidung, bersin-bersin, kedua hidung tersumbat dan terasa gatal. Bersin lebih dari 5 kali

terutama di pagi hari. Gejala lain yang dirasakan berupa mata gatal dan banyak air mata. Gejala

tersebut sering muncul ketika bersih-bersih rumah dan udara dingin. Sejak kecil penderita

memang sudah sering mengalami hal ini. Dalam keluarga, ibu penderita memiliki keluhan yang

sama jika terpapar oleh suhu yang dingin.

SKENARIO RHINITIS ALERGIKA

ANAMNESIS
No Pertanyaan Keterangan jawaban
.
1. Membuka Wawancara
 Salam Assalamualaikum wr. wb.
Menyapa pasien Selamat pagi/siang/sore
pak/bu/mba/mas
 Memperkenalkan diri
Perkenalkan saya dr. X
“Ada yang bisa saya bantu?”

2. Menanyakan Identitas
 Namanya siapa bapak/ibu ? Nama : X
 Usia berapa bapak/ibu? Usia : 20 th
 Alamat dimana bapak/ibu? Tinggal : Genuk
 Pekerjaannya apa bapak/ibu? Pekerjaan : Mahasiswa
3. RPS( Sacred 7)
a. Keluhan Utama
“Ada Keluhan apa mbak sehingga  Keluar ingus encer dari hidung
datang kemari?”  Bersin-bersin terutama pagi hari
atau saat kontak dengan iritan
(debu, bunga/ inhalan, suhu
dingin).
 Hidung tersumbat
 Hidung terasa gatal

b. Lokasi
“Keluar ingus, hidung tersumbat dan Kedua hidung
gatal dibagian mana mbak?”

c. Onset
“Sejak kapan gejala muncul?” Sejak 2 hari yang lalu

d. Kronologi
“Bisa diceritakan bagaimana bisa Gejala yang saya rasakan muncul jika
muncul gejala seperti ini?” saya terpapar debu ketika bersih bersih
rumah, ditempat yang banyak debunya
serta di musim hujan karena suhu
udara dingin
e. Kualitas & Kuantitas
“Apakah gejalanya mengganggu Iya dokter
aktivitas?”

“cairan yang keluar berwarna apa? Cairan biasanya jernih dan encer
Kental atau encer?
f. Faktor Perberat Peringan

“ Kapan keluhan dirasakan sangat Jika terkena debu, diruangan berAC


mengganggu?” yang dingin, musim hujan dll

“ Lebih enak kalau diapaain? Istirahat


Menghindari faktor pencetus (debu) 
pake masker
Pake selimut minum / jaket dan makan
atau minum yang hangat

“Apakah sudah ada yang diobati Belum dokter


dari semua keluhan yang dialami
tadi?”
g. Keluhan Lain
“Ada keluhan lain mbak seperti Iya dok, saya merasa matanya gatal
mata gatal dan berair? dan banyak air
“Apakah mbak merasa ada cairan
selain air liur yang tertelan ?” Iya dok
“Apakah mbak punya riwayat Tidak dok
asthma?”
“Apakah mbak punya riwayat Tidak dok
sinusitis jika tidak paham bias
diganti dengan keluhan sinusitis) ?”
4. RPD
“Dulu pernah sakit seperti ini? Iya
5. RPK
“Keluarga di rumah ada yang sakit Tidak dok
seperti ini?”
6. SOSEK (Bisa dianalisa dari tempat
tinggal, pekerjaan, pendapatan dll)
“Tinggalnya di lingk. Bersih?” Iya dok
7. Rangkum Anamnesis Jika memungkinkan waktunya cross
Tanyakan Apakah Ada Yang check ulang namun secara singkat saja
Terlewat Atau Ada Yang Ingin
Ditambahkan pada intinya

PEMERIKSAAN FISIK

1. Perhatikan adanya allergic salute, yaitu gerakan pasien menggososk hidung dengan
tangan karena gatal.
2. Wajah :
a. Allergic shiners yaitu dark circles di sekitar mata dan berhubungan dengan
vasodilatasi atau obstruksi hidung.

b. Nasal crease yaitu lipatan horizontal (horizontal crease) yang melalui setengah
bagian bawah hidung akibat kebiasaan menggososk hidung keatas dengan tangan.
c. Mulut sering terbuka dengan lengkung langit-langit yang tinggi, sehingga akan
menyebabkan gangguan pertumbuhan gigi-geligi (facies adenoid).

3. Faring : dinding posterior faring tampak granuler dan edema (cobblestone appearance),
serta dinding lateral faring menebal. Lidah tampak seperti gambaran peta (geographic
tongue).

Cobblestone appearance

geographic tongue
4. Rinoskopi anterior :
a. Mukosa edema, basah, berwarna pucat atau kebiruan (livide), disertai adanya sekret
encer, tipis dan banyak. Jika kental dan purulen biasanya berhubungan dengan
sinusitis.
b. Pada rhinitis alergi kronis atau penyakit granulomatous, dapat terlihat adanya deviasi
atau perforasi septum.
c. Pada rongga hidung dapat ditemukan massa seperti polip dan tumor, atau dapat juga
ditemukan pembesaran konka inferior yang dapat berupa edema atau hipertropik.
Dengan dekongestan topikal, polip dan hipertrofi konka tidak akan menyusut,
sedangkan edema konka akan menyusust
5. Pada kulit kemungkinan terdapat tanda dermatitis atopi.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Hitung eosinofil dalam darah tepi dan sekret hidung (meningkat)


2. Pemeriksaan Ig E total serum (meningkat)

DIAGNOSIS

Diagnosis Klinis : Rhinitis Alergi

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang bila
diperlukan.

Klasifikasi rhinitis alergi berdasarkan WHO ARIA 2001

 Berdasarkan sifat berlangsungnya :


1. Intermiten : gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4 minggu.
2. Persisten : gejala lebih dari 4 hari/minggu atau lebih dari 4 minggu.
 Berdasarkan tingkat berat ringannya penyakit :
1. Ringan : bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktivitas harian, bersantai,
berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu.
2. Sedang atau berat : bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut di atas.

Diagnosis Banding

 Rhinitis Vasomotor
 Rhinitis Akut
PENATALAKSANAAN

Non Farmakologi

1. Menghindari alergen spesifik


2. Pemeliharaan dan peningkatan kebugaran jasmani untuk menurunkan gejala alergis
3. Menggunakan Masker

Farmakologi

1. Terapi topikal
Terapi topikal dapat dengan dekongestan hidung topikal melalui semprot hidung.
Digunakan untuk hidung yang sangat tersumbat dan digunakan beberapa hari (<
2minggu) untuk menghindari rhinitis medikamentosa.
Obat : Oxymerazolin atau Xylometazolin
2. Kortikosteroid
Kortikosteroid digunakan apabila gejala sumbatan hidung akiba respons fase lambat tidak
dapat diatasi dengan obat lain.
Obat : kortikosteroid topikal (beklometason, budesonid, flutikason, mometason furoat dan
triamsinolon).
3. Antikolinergik Topikal
Antikolinergik topikal bermanfaat untuk mengatasi rinorea karena aktivitas inhibisi
reseptor kolinergik pada permukaan sel efektor.
Obat : Ipratropium bromida
4. Terapi Oral Sistemik
a. Antihistamin
 Antihistamin generasi 1 : difenhidramin, klorfeniramin, siproheptadin.
 Antihistamin generasi 2 : loratadin, cetirizine.
b. Simpatomimetik golongan agonis alfa : digunakan sebagai dekongestan hidung oral
dengan atau tanpa kombinasi antihistamin.
Obat dekongestan oral : pseudoefedrin, fenilpropanolamin, fenilefrin.

CONTOH PENULISAN RESEP:


R/ loratadine tab 10 mg no. V
S 1.d.d tab 1 pc
R/ pseudoefedrin tab 30 mg no. XII
S 3.d.d tab 1 pc
Terapi lain
Operasi jika terdapat kelainan anatomi
Imunoterapi
EDUKASI
1. Menyingkirkan faktor penyebab yang dicurigai (alergen)
2. Menghindari suhu ekstrim panas maupun ekstrim dingin
3. Selalu menjaga kesehatan dan kebugaran jasmani

PERALATAN YG DIBUTUHKAN
1. Lampu kepala / senter
2. Spekulum hidung
3. Spatula lidah
SKENARIO EPITAKSIS ANTERIOR
Seorang laki-laki usia 20 tahun dating ke IGD karena mengeluh keluar darah dari hidung!

ANAMNESIS
No Pertanyaan Keterangan jawaban
.
1. Identitas Nama
Usia : 20 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Tinggal : Bandungan
2. RPS (Sacred 7)
h. Keluhan Utama Keluar darah dari hidung
“Ada Keluhan apa pak?”
i. Lokasi Dari hidung saja
“Pak, keluar darahnya berasal dari
hidung atau dari mulut juga?”

“ Keluar darah dari lubang hidung Lubang hidung kanan


sebelah mana ?”

j. Onset Sejak setengah jam yang lalu


“Sejak kapan pak keluar darah dari
hidung?”
k. Kronologi Jadi akhir akhir ini cuaca di lingkungan
“Kira-kira kenapa bisa kayak gitu tempat tinggal saya lagi dingin banget
awalnya pak? Bisa diceritakan” ngga kaya biasanya. Terus tadi sebelum
keluar darah saya juga sempat mengorek
hidung saya

“ Oh jadi keluar darahnya, langsung


setelah bapak mengorek ngorek hidung
ya ? Iya dok
“ Cuaca dingin di lingkungan tempat
tinggal bapak kira kira menyebabkan
bapak ngrasa kalau hidungnya kering Iya jadi kering dok
ngga ?

l. Kualitas & Kuantitas


i. Kualitas

“Darah yang keluar dari hidung Tidak terlalu banyak dok


banyak ngga pak ?”

“ Warna darah yang keluar Warnanya merah segar


seperti apa pak ?”

ii. Kuantitas
“Keluar darah nya terus terus an atau Belum berhenti dari setengah jam yang
sudah sempat berhenti?” lalu

m. Faktor Perberat Peringan


“ Biasanya keluar darah dari hidung Biasanya kalau emang cuacanya lagi
pada saat kondisi yang seperti apa pak ? dingin banget jadi lebih sering keluar
darah dok

“ Akhir-akhir ini bapak sedang pilek


ngga? Yang membuat hidung terasa
tersumbat dan gatal ? “ Tidak dok

“ Biasanya darahnya berhenti kalau


diberi apa pak? “
Biasanya saya sumbat aja dok pake kapas
atau kassa. Tapi ini belum berhenti
berhenti darahnya
n. Keluhan Lain
“ Selain ada keluar darah dari hidung, Cuma keluar darah aja dok
ada keluhan lain ngga pak ? “

“ Akhir akhir ini sedang pilek ngga? Tidak dok, Cuma hidung saya kaya kering
Yang membuat hidung terasa tersumbat aja
dan gatal ? “

3. RPD
“Dulu pernah keluar darah dari hidung juga Pernah
pak ?”
4. RPK
“Keluarga di rumah ada yang sakit seperti Tidak dok
ini?”
5. Sosek
“Tinggalnya di lingk. Bersih?” Iya, dan dingin

PF

1. Rhinoskopi anterior : untuk mencari sumber perdarahan


Terdapat perdarahan di plexus kiesselbach
2. Rhinoskopi posterior : dilakukan pada perdarahan berulang untuk menyingkirkan
neoplasma
3. Pengukuran tekanan darah
Tekanan darah perlu diukur untuk menyingkirkan diagnosis hipertensi, karena hipertensi
dapat menyebabkan epistaksis posterior yang hebat dan sering berulang

PENUNJANG
1. Darah perifer lengkap

2. Skrining terhadap koagulopati (bleeding time, clotting time)


DX & DD

DX :
 Epistaksis anterior
DD :
 Hemoptisis,
 Varises oesofagus yang berdarah,
 Perdarahan di basis cranii,
 Karsinoma nasofaring,
 Angiofibroma hidung.
TX
Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis, yaitu :
1. Menghentikan perdarahan
2. Mencegah komplikasi
3. Mencegah berulangnya epistaksis

1. Perbaiki keadaan umum penderita,penderita diperiksa dalam posisi duduk kecuali bila
penderita sangat lemah atau keadaaan syok, pasien bisa berbaring dengan kepala dimiringkan.
3. Bila perdarahan berhenti, dengan spekulum hidung dibuka dan dengan alat pengisap (suction)
dibersihkan semua kotoran dalam hidung baik cairan, sekret maupun darah yang sudah
membeku.
4. Bila perdarahan tidak berhenti, masukkan kapas yang dibasahi ke dalam hidung dengan larutan
anestesi lokal yaitu 2 cc larutan Pantokain 2% atau 2 cc larutan Lidokain 2% yang ditetesi 0,2 cc
larutan Adrenalin 1/1000.
Tujuannya  untuk menghilangkan rasa sakit dan membuat vasokontriksi pembuluh darah
sehingga perdarahan dapat berhenti sementara untuk mencari sumber perdarahan. Sesudah 10
sampai 15 menit kapas dalam hidung dikeluarkan dan dilakukan evaluasi.
5. Pada epistaksis anterior, jika sumber perdarahan dapat dilihat dengan jelas, dilakukan kaustik
dengan lidi kapas yang dibasahi larutan Nitras Argenti 15 – 25% atau asam Trikloroasetat 10%.
Sesudahnya area tersebut diberi salep antibiotik.
6. Bila dengan kaustik perdarahan anterior masih terus berlangsung, diperlukan pemasangan
tampon anterior dengan kapas atau kain kasa yang diberi Vaselin yang dicampur betadin atau zat
antibiotika. Dapat juga dipakai tampon rol yang dibuat dari kasa sehingga menyerupai pita
dengan lebar kurang ½ cm, diletakkan berlapis-lapis mulai dari dasar sampai ke puncak rongga
hidung. Tampon yang dipasang harus menekan tempat asal perdarahan dan dapat dipertahankan
selama 2 x 24 jam. Selama 2 hari dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari faktor
penyebab epistaksis. Selama pemakaian tampon, diberikan antibiotik sistemik dan analgetik.
EDUKASI
Konseling dan Edukasi
Memberitahu pasien dan keluarga untuk:
1. Mengidentifikasi penyebab epistaksis, karena hal ini merupakan gejala suatu penyakit,
sehingga dapat mencegah timbulnya kembali epistaksis.
2. Mengontrol tekanan darah pada penderita dengan hipertensi.
3. Menghindari membuang lendir melalui hidung terlalu keras.
4. Menghindari memasukkan benda keras ke dalam hidung, termasuk jari sehingga dibutuhkan
pengawasan yang lebih ketat pada pasien anak.
5. Membatasi penggunaan obat-obatan yang dapat meningkatkan perdarahan seperti aspirin atau
ibuprofen.

SKENARIO TONSILITIS AKUT

SKENARIO TONSILITIS AKUT


A. ANAMNESA

No Pertanyaan Keterangan jawaban


.
1. Identitas Nama
Usia : 9 th (anak-anak)
Pekerjaan :
Tinggal : Pedurungan
2. RPS( Sacred 7)
a. b. Keluhan Utama Nyeri pada tenggorokan
“Ada Keluhan apa pak?” terutama saat menelan,
sehingga tidak mau makan

Ada benjolan ndak pak Kurang tau dok


tenggorokannya ?
c. d. Lokasi

Benjolan dmn? Di dalam mulut (kanan –


kiri)

e. f. Onset Sejak 1 Minggu lalu


“Sejak kapan anaknya merasa
sakit?

g. h. Kronologi Pokoknya itu dok,


“Kira-kira kenapa bisa kayak sebelumnya anak saya
gitu awalnya pak? Bisa bilang tenggorokannnya
diceritakan” kering, terus lama lama
nyeri dan sulit buat
menelan.
i. j. Kualitas & Kuantitas
i. Kualitas Iya dok
“sakit sekali gak kalo
dipegang”

Kalau buka mulut Iya dok


sama makan sakit?

“Apakah Ganggu Iya dok soalnya sakit dan


aktivitas anak? jadi malas ngomong dan
makan
ii. iii. Kuantitas
Sehari rasa sakitnya timbul Enggak tentu dok yang
terus atau hilang muncul? pasti kalo ngomong atau
Sehari rasa sakitnya bisa berpa mengunyah sakit
kali?

k. l. Faktor Perberat Peringan

“ untuk rasa sakitnya kalo Kalau mengunyah/ngomong


sakit sekali kalau dibuat apa
pak?
Istirahat
“ lebih enak kalau diapaain?

Sudah sih dok, palingan


“Apakah sudah ada yang Cuma demamnya saya
diobati dari semua keluhan kasih paracetamol
bapak tadi?”
m. n. Keluhan Lain

“Bapak dirumah ada Iya dok, demam


thermometer? Apakah
anaknya demam? Suhu berapa
kira kira pak?”
Enggak dok
“Apakah ada batuk pak?”

“Ada keluhan lainnya pak


yang belum tersampaikan?”
Mulutnya penuh liur, dok
3. RPD
“Dulu pernah sakit seperti ini? Tidak
4. RPK
“Keluarga di rumah ada yang sakit Tidak dok
seperti ini?”
5. Sosek
“Tinggalnya di lingk. Bersih?” Iya

“sering jaga kesehatan mulut?” Jarang memperhatikan dok

B. PEMERIKSAAN FISIK

1. PEMERIKSAAN Mulut, didapatkan


 Tonsil hipertrofik dengan ukuran ≥ T2.
 Hiperemis dan terdapat detritus di dalam kripti yang memenuhi permukaan tonsil

 Palatum mole, arkus anterior dan arkus posterior juga tampak udem dan hiperemis.
 Kelenjar limfe leher dapat membesar dan disertai nyeri tekan.

gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi:


1. T0: tonsil sudah diangkat.
2. T1: <25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring atau batas medial tonsil
melewati pilar anterior sampai ¼ jarak pilar anterior uvula.
3. T2: 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaringatau batas medial tonsil
melewati ¼ jarak pilar anterior-uvula sampai ½ jarak pilar anterior-uvula.
4. T3: 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring atau batas medial tonsil
melewati ½ jarak pilar anterior-uvula sampai ¾ jarak pilar anterior-uvula.
5. T4: > 75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring atau batas medial tonsil
melewati ¾ jarak pilar anterior-uvula sampai uvula atau lebih.

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah lengkap
Swap tonsil untuk mikroskop dengan pewarnaan gram

D. DIAGNOSIS DAN DD
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik: Tonsilitis Akut
Diagnosis Banding : Infiltrat tonsil, limfoma, tumor tonsil
E. TERAPI
1. Non-medikamentosa:

 Istirahat cukup
 Makan makanan lunak dan menghindari makan makanan yang mengiritasi
 Menjaga kebersihan mulut

2. Medikamentosa:
a. Topikal
•obat kumur antiseptik

b. Sistemik
• Analgetik, seperti Paracetamol atau Ibuprofen dapat diberikan.

Jika disebabkan oleh virus dapat diberikan anti virus yaitu Metisoprinol 60-100mg/kgBB dibagi
dalam 4-6 pemberian/hari

Jika disebabkan oleh bakteri diberikan Penisilin G Benzatin 50.000 U/kgBB/IM dosis tunggal
atau Amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3 x 500
mg selama 6-10 hari atau Eritromisin 4 x 500 mg/hari. Steroid yang dapat diberikan berupa
Deksametason 3 x 0,5 mg pada dewasa selama 3 hari dan pada anak-anak 0,01 mg/kgBB/hari
dibagi 3 kali pemberian selama 3 hari

Jika disebabkan oleh difteri (ada Pseudomembran), diberikan Anti Difteri Serum diberikan segera
tanpa menunggu hasil kultur, dengan dosis 20.000-100.000 unit

C. Operatif
Tonsilektomi
Metisoprino 60 mg tab 1 no 10
s. 6 d d tab 1

penisilin g benzatin 50000u/khgbb inj no 10


s. 1 d. d inj 1
amoksisilin 50 tab 50 mg no vii
s.2 d.d tab 1
paracetamol syrp ed fl no 1
s. 2. d.d u.e
anti difteri serum
RESEP:

R/ amoxicillin tab 250 mg no XXX


S 3.d.d tab 1

F. KONSELING DAN EDUKASI


Memberitahu individu dan keluarga untuk:
1. Menghindari pencetus, termasuk makanan dan minuman yang mengiritasi
2. Melakukan pengobatan yang adekuat karena risiko kekambuhan cukup tinggi.
3. Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi dan olahraga teratur.
4. Berhenti merokok.
5. Selalu menjaga kebersihan mulut.
6. Mencuci tangan secara teratur.

G. PERALATAN YG DIBUTUHKAN
Peralatan

1. Lampu kepala
2. Spatula lidah
3. Lidi kapas
4. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah lengkap
5. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan mikrobiologi dengan pewarnaan Gram

Anda mungkin juga menyukai