Anda di halaman 1dari 12

STASE THT

ANAMNESIS
No. Poin-poin Detail Keterangan
1. Salam & Assalamualaikum saya dr. jennifer sebagai dokter jaga ingin
perkenalan menanyakan beberapa hal.
Apakah berkenan?
2. Identitas Dengan bpk/ibu siapa?
pasien Tinggalnya dimana?
Usianya berapa?
Sehari-hari pekerjaannya apa?
Pendidikan terakhirnya apa
3. Keluhan Ada yang bisa saya bantu? Keluhan yang dirasakan akhir-
utama akhir ini apa pak/bu?
4. Onset Keluhan muncul sejak kapan?
Bisa diceritakan ibu, awalnya gimana? Timbulnya mendadak
apa sudah lama?
5. Lokasi Lokasi keluhan di sebelah mana?
6. Kuantitas Seberapa sering? Apakah hilang timbul apa terus menerus?
Kalau nyeri berapa kali dalam sehari/s eminggu/sebulan?
Kalau otore → sekret yang keluar sedikit/banyak?
konsistensi? warna? bau? // kalau discharge hidung
ditambahi sekretnya keluar pada waktu tertentu misal pagi
hari, pas hujan/udara dingin aja, atau keluar terus-terusan?
Kalau tinnitus → sifat dengingnya gimana? berdenging
seperti nada tinggi, gemuruh atau terdengar seperti
air/ombak?
7. Kualitas Jika nyerinya nilai 1-10, seberapa tingkat nyerinya?

Apakah keluhan tsb mengganggu aktifitas?

Kalau tinnitus → berapa lama serangan dengingnya? 1


menit? 5 menit?

8. Faktor Apakah memberat ketika beraktifitas?


memperberat Apakah memberat ketika lelah/malam hari?
Kalau tuli : apakah pendengaran terpengaruh saat suasana
ramai? (presbikusis)
9. Faktor Sakitnya reda ketika sedang apa?
memperinga Apakah berkurang ketika beristirahat?
n
10. Keluhan Apa ada keluhan lain? Digali juga
penyerta
11. RPD Apa pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya?
Apakah ada riwayat trauma kepala/kecelakaan/terpajan
bising/trauma telinga (ex : mengorek telinga)?
Apa ada riwayat operasi?
Apakah ada alergi obat?
Ada riwayat minum obat ototoksik?
Ada riwayat penggunaan obat tetes hidung dekongestan
jangka lama? → rhinitis medikamentosa
Apa ada riwayat infeksi hidung/telinga?

12. RPK Di keluarga apa ada yang sakit seperti ini?


Adakah riwayat sakit dalam keluarga?
Apa ada riwayat sakit gangguan perdarahan di keluarga?
atau keluarga ada yang konsumsi obat antikoagulan ex
aspirin? (kalau epistaksis)
13. R.Sos Apakah merokok?
Apakah konsumsi alkohol?
Apakah rutin berolahraga?
Apakah suka makanan asin, goreng-gorengan, berlemak?
Pola tidur bagaimana? Apakah teratur dan tidur cukup?
Apakkah ada insomnia/sulit tidur?
14. R. Alergi Apa memiliki riwayat alergi tertentu? Apa?

PEMERIKSAAN FISIK
Poin-poin Detail Keterangan
Keadaan - Keadaan umumnya bagaimana? Saat roleplay, keadaan umum apa perlu
umum - Kondisi sakit ditanyakan?
- Status gizi
GCS / - Inspeksi → spontan tidak Nilai GCS (15-14) : Composmentis.
Kesadaran - Perintah/gerakan/pertanyaan 🡪 pak Nilai GCS (13-12) : Apatis.
angkat tangannya Nilai GCS (11-10) : Delirium.
- Nyeri 🡪 (menekan kuku jari, supraorbital, Nilai GCS (9-7) : Somnolen.
sternum, tempomandibular) Nilai GCS (6-5) : Sopor.
Nilai GCS (4) : Semi-coma.
Nilai GCS (3) : Coma.

Vital sign Denyut nadi : di a. radialis, a. brachialis, a. Normal : 60-100x/menit


dorsalis pedis
RR : Tangan pemeriksa di dada / punggung. 1x Normal : 8-20 x/menit
napas dihitung 1 selama 1 menit
Tekanan darah Cek 2x untuk menegakkan hipertensi
Temperature Normal : 36-37,5 celcius
Ekstremitas CRT Normal : <2 detik
Dehidrasi : >2 detik

Pmx Telinga
Detail Keterangan
Syarat :
- Ruangan tidak terlalu terang (agak gelap)
- Cara periksanya kaki pasien bersilangan sama kaki dokter
Alat-alat standar untuk pemeriksaan telinga :
- Lampu kepala (lampu van hasselt)
- Garpu tala
- Spekulum telinga beberapa ukuran (kecil, sedang, besar)
- Pinset telinga → pinset angular
- Aplikator (pelintir/pemilin kapas) → Waten dragen
- Forcep Alligator : untuk mengambil benda asing & untuk
mengangkat polip liang telinga
- Cerumen hook tumpul & tajam dan cerumen spoon (ujung
seperti sendok) :
- Obat anestesi lokal : larutan Lidokain 2%
- Otoskop
- Tampon Steril
Inspeksi (pakai otoskop & head lamp) → dewasa tarik daun telinga
superoposterior, pada anak tarik ke posterior
A. Telinga luar → pakai headlamp aja
- Daun telinga : Normal/abnormal
- Lubang telinga : Ada atau tidak
- Adakah kelainan seperti hematoma pada daun telinga
(cauliflower ear).
- Apakah ada fistula pre auricula
- Apakah ada massa, eritema, tanda radang
B. Telinga tengah → pake otoskop/spekulum
telinga+headlamp
- Liang telinga : apakah lapang/sempit? tanda-tanda radang?
keluar cairan/tidak? massa, eritema, edem, sekret, serumen

- Membran timpani : warnanya, besar kecilnya, ada tidaknya


reflek cahaya (cone of light), perforasi, sikatrik, retraksi,
penonjolan prosesus brevis, intak, eritema,
bulging/bombans (menonjol ada air fluid level (OMA
stadium supurasi)
Telinga Kiri → Reflek cahaya di jam 7
Telinga kanan → Reflek cahaya di jam 5

Palpasi :
A. Telinga luar
- Apakah terasa nyeri tekan? (retroauricular/tragus
pain)
- Nyeri tarik auricular
- Nyeri tekan tragus
- Nyeri tekan lobulus
- Nyeri tekan mastoid
- Pembesaran KGB : raba dengan 2 jari dari bawah
telinga sampai leher. Preauricular, post auricular,
submandibula, submental, supraclavicula

Auskultasi : (pakai ngga ya?) → gak pake kayaknya


Menilai apa ada bising disekitar telinga?
Tes pendengaran :
1. Whisper test
- Pendengaran diperiksa secara bergantian pasien diminta untuk
menutup lubang telinganya dengan ujung jari telunjuknya
secara bergantian.
- Pasien diminta juga untuk memejamkan mata.
- Pemeriksa mengeja kata dan angka secara berselingan.
Intensitas suara harus sekeras bisikan sejauh 30 cm dari
telinga.
- Bisa juga dilakukan dengan cara pasien kita suruh untuk Test swabach :
mendengarkan gesekan jari-Jari pemeriksa yang didekatkan - garpu tala digetarkan di
pada telinga pasien. mastoid pasien
- Tanyakan, apakah suara terdengar? apakah terdengar sama - Pasien sudah tidak dengar,
antara kanan dan kiri atau ada yg lebih keras? dipindahkan garpu talanya
2. Rinne (membedakan rambatan melalui udara dan tulang) ke mastoid pemeriksa
- Garpu tala dibunyikan dan diletakkan di atas tulang mastoid - Kalau pemeriksa masih
pasien. mendengar berarti swabach
memendek → tuli persepsi.
- Pasien diminta untuk memberitahu jika sudah tidak - Kalau pemeriksa tidak
mendengar suara lagi dengar, kemungkinannya
normal atau tuli konduksi →
- Selanjutnya pemeriksa menempatkan ujung garpu tala di dekat
lakukan cross
lubang telinga ipsilateral.
- lakukan cross → getarkan di
- Interpretasi : Bila masih terdengar dikatakan rinne test positif pemeriksa dulu, kalau sudah
(pasien normal atau tuli persepsi) → DR BAH KONDUKS tp di tidak dengar, pindahkan ke
pasien.
buku dr bah bener tuli persepsiI, Bila pasien tidak mendengar
- Jika pasien masih dengar
dikatakan rinne test negatif (pasien tuli konduksi).
maka swabach memanjang
3. Weber → tuli konduksi
Kesimpulan :
- Garpu tala dibunyikan oleh pemeriksa, kaki garpu tala - Swabach memanjang :
diletakkan di verteks. pasien masih mendengar
dengungan setelah di cross
- Pendengaran normal → suara garpu tala akan terdengar sama
→ tuli konduksi
di kedua telinga. - Swabach normal : pemeriksa
- Interpretasi : Lateralisasi ke arah telinga yang sakit berarti → dan pasien sama-sama tdk
dengar (sebelum dan
tuli konduksi, Lateralisasi ke arah telinga yang sehat → tuli
sesudah di cross) → normal
persepsi
- Swabach memendek :
4. Swabach pemeriksa masih
mendengar suara
- Garpu tala dibunyikan dengungan (tanpa cross) →
- Pemeriksa menempatkan garpu tala di dekat telinga pasien tuli persepsi

- Apakah pasien dapat mendengar bunyi garpu tala tersebut.

- Jika bunyi garpu tala sudah berhenti, maka dialihkan ke telinga


pemeriksa

- Interpretasi : Bila pemeriksa masih dapat mendengar bunyi


garpu tala, maka pasien mengalami tuli persepsi. Bila
pemeriksa tidak mendengar suara getaran maka pasien normal
atau tuli konduksi.
Pmx Hidung
Detail Keterangan
Alat-alat standar untuk pemeriksaan telinga :
- Lampu kepala
- Spekulum hidung
- Pinset bayonet
- Hook untuk mengambil benda asing di hidung
- Cairan : anestesi (Lidokain 2%), vasokonstriktor (Ephedrine)
- Kapas untuk tampon
- Kaca laring beberapa ukuran (kecil, sedang, besar)
- Penekan lidah (tongue depressor, tongue spatula)
- Lampu spiritus 1
- Bengkok (nearbeken)
- Tampon Steril

Inspeksi luar :
- Bentuk hidung
- Adakah bekas riwayat trauma seperti edema, skar atau
deformitas? Apakah septum terdapat deviasi?
- Nares dan columella (septum) simetris/tidak? Apakah
terdapat sekret?
- Allergic crease: timbul garis melintang pada bagian 1/3
bawah punggung hidung (rhinitis alergi)

Rhinoskopi anterior (menggunakan spekulum hidung+headlamp) :


Note : Lubang hidung kanan, spekulum dipegang dengan tangan kiri,
sedangkan untuk lubang hidung kiri, spekulum dipegang dengan
tangan kanan. Spekulum dimasukkan dalam keadaan tertutup dan
posisi lurus, setelah ujung spekulum masuk, baru dibuka. Letakkan
ujung jari telunjuk pada cuping hidung.
- Lakukan tamponade ± selama 5 menit dengan kapas yang
dibasahi larutan lidokain 2% & efedrin. Angkat tampon
hidung (biar pandangan lebih luas)
- Inspeksi :
- Cuping hidung (vestibulum nasi), Meatus nasi inferior,
Konka inferior, Meatus nasi medius, Konka : normal/tidak?
ada edema?
- Septum nasi : normal/tidak, adakah deviasi septum?
- Rongga hidung : normal/ tidak; sempit/ lebar?
- Ada pertumbuhan abnormal: polip, tumor? apakah ada
hipertrofi pada konka nasal media dan konka nasal inferior
- Ada benda asing/ tidak : berbau/ tidak
- Adakah discharge dalam rongga hidung, kalau ada
bagaimana deskripsi discharge (banyak/ sedikit, jernih,
mucous, purulen, warna discharge, apakah berbau)?
Saat periksa RA bisa sekalian lihat fenomena palatum molle :
- Arahkan cahaya lampu kepala ke dalam dinding belakang
nasopharynx secara tegak lurus.
- Kemudian pasien diminta mengucapkan “iiiii”. Normalnya,
dinding belakang akan nampak lebih gelap akibat bayangan
dari palatum molle yang bergerak.
- Setelah pasien berhenti mengucap “iii”, bayangan gelap
akan menghilang, dan dinding belakang nasopharynx akan
menjadi terang kembali.
- Bila ditemukan fenomena bayangan gelap saat pasien
mengucap “iii”, dikatakan hasil pemeriksaan fenomena
palatum molle positif (+).
- Fenomena palatum molle dikatakan negatif (-) bila saat
pasien mengucap ‘iii’, tidak ada gerakan dari palatum molle
sehingga dinding belakang nasopharynx tetap terlihat
terang benderang. (bisa karna ada masa, parese, spasme,
hipertrofi)

Rhinoskopi posterior
- Posisikan pasien di kursi periksa
- Minta pasien untuk menempel dan bersandar di sandaran
kursi menghadap kedepan dengan membuka mulut dan
mengeluarkan lidah
- Posisikan pemeriksa didepan pasien dengan lampu kepala
diarahkan pada mulut pasien
- Jika pasien sekiranya akan terselak/muntah, berikan
anastesi topical (Xillocaine spray)
- Gunakan satu tangan, tekan lidah dengan spatel lidah.
Minta pasien untuk tenang dan bernafas menggunakan
hidung agar palatum relaksasi. Dengan tangan lainnya
masukkan cermin indirek ke dalam mulut menelusuri diatas
spatel lidah.
- Posisikan cermin di antara dinding faring dan palatum
molle. Cermin menghadap keatas
- Hindari cermin menyentuh faring atau palatum karena akan
merangsang reflek muntah.
- Putar dan arahkan cermin ke berbagai sisi untuk melihat
palatum molle, tonsil, dan nasofaring
- Amati apakah ada tanda abnormal seperti :
● Adenoid :asimetris, hipertrofi, lesi nasofaring,
obstruksi, purulent, bekas operasi
● Koana : atresia, lesi atau massa, stenosis
● Tuba eustachius : edema, lesi atau massa, obstruksi
● Mukosa : atrofi, perdarahan, krusta, edema, eritem,
corpal, lesi atau massa, purulent, ulkus.

Pemeriksaan sinus :
- Inspeksi dilakukan dengan melihat ada tidaknya
pembengkakan pada wajah. Pembengkakan dan kemerahan
pada pipi, kelopak mata bawah menunjukkan kemungkinan
adanya sinusitis maksilaris akut. Pembengkakan pada
kelopak mata atas kemungkinan sinusitis frontalis akut.
- Nyeri tekan pada pipi dan nyeri ketuk pada gigi bagian atas
menunjukkan adanya Sinusitis maksilaris. Nyeri tekan pada
medial atap orbita menunjukkan adanya Sinusitis frontalis.
Nyeri tekan di daerah kantus medius menunjukkan adanya
kemungkinan sinusitis etmoidalis.

Pmx Tenggorok
Detail Keterangan
Alat-alat standar untuk pemeriksaan tenggorok:
- Lampu kepala
- Tongue spatula)
- Anestesi lokal (Lidokain 2%)
- Cunam untuk mengambil benda asing di tenggorok
- Kaca laring beberapa ukuran (kecil, sedang, besar)
- Lampu spiritus
Pmx bibir dan mulut :
- Bibir ; ada / tidak labioskisis, radang, tumor? trismus?
drooling? ulkus?
- Gigi dan Ginggiva ; caries dentis?
- Lidah ; gerakan lidah, radang, tumor? ada ulserasi? warna
lidah?
- Palatum ; palatoskisis, tumor?
- Uvula ; gerakan uvula, uvula bifida, radang?
Pmx faring (menggunakan spatel) :
- Tonsil ; besarnya, kanan kiri sama? kripte, radang, tumor?
- Dinding posterior ; warna mukosanya, atrofi / hipertrofi,
granulasi.
- Palpasi tonsil (pakai handscoon) : permukaan halus/benjol?
ada kelainan-kelainan lain?
Pmx leher :
Inspeksi : simetris/ asimetris; tumor; limfadenopati?
Palpasi leher : ada tumor atau limfadenopati : single/ multiple,
ukuran, konsistensi (lunak,kistik, padat, keras), permukaan (licin,
berbenjol-benjol); fiksasi (mudah digerakkan/ tidak); nyeri tekan;
tanda radang; sakit pada saat digerakkan/ tidak
Palpasi tiroid : membesar/ tidak; bila ada pembesaran tiroid, apakah
single/ multiple, berapa ukurannya, konsistensi (lunak, kistik, padat,
keras), permukaan (licin, berbenjol-benjol); fiksasi (mudah
digerakkan/ tidak); nyeri tekan; tanda radang; sakit pada saat
digerakkan/ tidak.disertai pembesaran limfonodi/ tidak; ikut
bergerak pada saat menelan/tidak; disertai suara serak/tidak,
adanya tanda gangguan hormon tiroid (hipertiroid/ hipotiroid).

Pmx indirect laringoskopi :


- Pasien duduk berhadapan dengan dokter, posisi pasien
sedikit lebih tinggi dibandingkan dokter.
- Tubuh pasien sedikit condong ke depan, dengan mulut
terbuka lebar dan lidah dijulurkan keluar. Supaya kaca laring
tidak berkabut oleh nafas pasien, hangatkan kaca laring
sampai sedikit di atas suhu tubuh.
- Pegang ujung lidah pasien dengan kassa steril supaya tetap
berada di luar mulut.
- Minta pasien untuk tenang dan mengambil nafas secara
lambat dan dalam melalui mulut.
- Fokuskan sinar dari lampu kepala ke orofaring pasien.
- Untuk mencegah timbulnya refleks muntah, arahkan kaca
laring ke dalam orofaring tanpa menyentuh mukosa kavum
oris, palatum molle atau dinding posterior orofaring.
- Putar kaca laring ke arah bawah sampai dapat melihat
permukaan mukosa laring dan hipofaring. Ingat bahwa pada
laringoskopi indirek, bayangan laring dan faring terbalik:
plika vokalis kanan terlihat di sisi kiri kaca laring dan plika
vokalis kanan terlihat di sisi kiri kaca laring.
- Minta pasien untuk berkata “aaahh”, amati pergerakan
plika vokalis (true vocal cords) dan kartilago arytenoid. Plika
vokalis akan memanjang sepanjang linea mediana.
- Amati gerakan pita suara (adakah paresis, asimetri gerakan,
vibrasi dan atenuasi pita suara, granulasi, nodul atau tumor
pada pita suara).
- Untuk memperluas visualisasi, mintalah pasien untuk
berdiri sementara pemeriksa duduk, kemudian sebaliknya,
pasien duduk sementara pemeriksa berdiri.
- Amati pula daerah glotis, supraglottis dan subglotis.
hal 67
1.Pilek (rhinnorhea)
2.Buntu
3.Bersin2
4.Mimisan (epistaksis)
5.Anosmia -> tdk bisa mencium bau
6.Hiposmia -> sensitivitas mengenali bau berkurang
7.Gatal
hal 103

1.Odinofagi (nyeri telan)


2.Disfagia (susah menelan)
3.Batuk
4.Parau
5.Sesak
6.Gatal
7.Panas

Anda mungkin juga menyukai