Anda di halaman 1dari 26

NEUROLOGI (hal-20)

 ilmu yang mempelajari penyakit pada :


 SSP  Sambungan saraf otot
 SS Perifer  Otot

Susunan Saraf
I. SSP  Brain = encephalon
 Spinal cord = medula spinalis
II. SS Perifer :  N. kranialis
 N. Spinalis

Susunan Saraf (Fungsional)

I. Sistem Saraf Somatik (Somatic Nervous System/SNS)


 mensarafi tubuh (otot, kulit dan membran mukosa)
II. Sistem Saraf Otonom (Autonomic Nervus System/ANS)
 Simpatik : torakolumbal
 Parasimpatik : Kraniosakral
 mensarafi organ dalam (visceral), pembuluh darah, mengembalikan impuls
sensorik ke otak

Susunan Saraf Pusat


 Brain = Ensefalon
 Serebrum : ▫ Telensefalon :- korteks serebri (gray matter)
- sub kortikal (white matter)
- basal ganglia (gray matter)
▫ Diensefalon : - thalamus
- hipothalamus

 Brainstem : ▫ Mid brain = mesensefalon


▫ Pons = metensefalon
▫ Medulla oblongata = mielensefalon

 Serebellum : ▫ Vermis
▫ Dua lobus lateralis
 Spinal Cord = Medula Spinalis
 Substantia Alba : ▫ Traktus Ascendens (menuju ke otak)
Contoh : Tr. Spinotalamicus lateralis&ventralis
Tr. Spinocerebellaris dorsalis&ventralis
Fasiculus grasilis dan cuneatus
▫ Traktus Descendens (dari otak ke bawah)
Contoh :Tr. Kortiko spinalis
Tr. Kortikobulbaris, Tr. solitorius

Susunan Saraf Perifer


I. Saraf Kranialis
1. N. Olfaktorius 7. N. Fascialis
2. N. Optikus 8. N. Akustikus/Vestibulocochlearis
3. N. Okkulomotorius 9. N. Glossopharyngeus
4. N. Trochearis 10. N. Vagus
5. N. Trigeminus 11. N. Accesorius
6. N. Fascialis 12. N. Hypoglossus

II. Saraf Spinalis


 S. Cervicalis (8)
 S. Thoracalis(12)
 S. Lumbalis (5)
 S. Sakralis (5)
 S. Coccygeus (1)

Otak merupakan pusat komputer dari semua alat tubuh  mengatur segala aktivitas
tubuh
 Sistem motorikmengatur pergerakan  Formatio Retikularis  kesadaran
 Sistem sensorik  sensibilitas  SSO  fungsi otonom
 Sistem visual  penglihatan  Fungsi kortikal luhur kualitas
 Sistem auditorik  pendengaran kesadaran
 Sistem vestibular  keseimbangan  Penuaan, degenerasi & regenerasi
 Sistem limbik  fungsi limbik demensia, dll
PEMERIKSAAN NEUROLOGI

Tahapan atau langkah untuk mencapai diagnose

ANAMNESA  PEMERIKSAAN NEUROLOGI  DIAGNOSA SEMENTARA 


PEMERIKSAAN PENUNJANG  DIAGNOSA PASTI

ANAMNESA

Amat membantu menegakkan diagnose : misalnya EPILEPSI  EEE hanya membantu


menegakkan diagnose
Syarat :
 Jelas / benar
 Terarah dan terperinci
 Tarik kesimpulan
Misalnya : lemah pada lengan dan tungkai
 Tiba tiba atau perlahan

Tiba – tiba Perlahan


Trauma Kapitis Infeksi, SOL

 Pada saat aktivitas atau istirahat

Saat Istirahat Saat Aktivitas


Stroke iskemik Stroke Hemorhagik
( thrombus )

RIWAYAT PENYAKIT PENDUKUNG :


1. Merokok
2. DM
3. Hipertensi
4. Jantung
5. Hiperkolesterol
Abses  riwayat demam (infeksi)

STROKE : pernah stroke sebelumnya / tidak ?


apakah pada lengan dan tungkai yang sama ?

Lengan / Tungkai yang sama HEMIPARESE


RECURREN
Lengan / tungkai yang berbeda HEMIPARESE DUPLEKS

DD HEMIPARESE
1. Stroke
2. SOL - perlahan
3. Infeksi ( Meningitis, Encepalitis )  Riwayat demam, (+) tanda infeksi
4. Trauma  ada riwayat trauma

Riwayat Keluarga :
Faktor Herediter : Diturunkan ( bapak, ibu, kakek, nenek ) – genetika
Faktor Familier : dialami oleh saudaranya ( kakak, adik )

PEMERIKSAAN NEUROLOGI
Tdd :
- Sensorium - Kranium
- Perangsangan meningeal - peningkatan TIK
- Saraf cranial - motorik
- Gerak spontan abnormal - system sensibilitas
- Reflex - koordinasi
- Vegetative - vertebra
- Fungsi Luhur - gejala serebellar
- Ekstrapiramidal - Tanda perangsangan radikuler

1. SENSORIUM
Kuantitatif
SKALA KOMA GLASGOW
VISUAL Spontan 4
Atas panggilan 3
Terhadap nyeri 2
Tidak ada respon 1
VERBAL Orientasi baik 5
Bingung 4
Bicara tidak jelas 3
Mengerang 2
Tidak mengucapkan kata 1
MOTORIK Menurut perintah 6
Mengetahui lokasi nyeri/sakit 5
Reaksi menghindar 4
Dekortikasi (ext fleksi ) 3
Deserebrasi (ext extensi ) 2
Tidak ada reaksi 1

DERAJAT KESADARAN
1. Compos mentis :
- Orientasi baik, sikap awas waspada
2. Apatis
- Tidak peduli lingkungan
- Bisa buka mata tidak mau diajak bicara
- Gerak spontan (+)
3. Somnolen
- Ngantuk – tidur  mudah bangun dengan suara
- Gerak dan bicara spontan (+)
- Mampu menangkis nyeri
4. Sopor
- Tidur nyenyak
- Respon verbal (-)
- Respon motorik (+) terhadap nyeri kuat
5. Koma
- Gerak spontan (-) terhadap nyeri (-)
- Gangguan defekasi dan miksi (+)

Kualitatif
Mencakup daya pengolahan dan interpretasi persepsi
Contoh : membaca dan menulis

2. KRANIUM

Bentuk : bulat / lonjong


Fontanella : terbuka / tertutup ( max tertutup sempurna dalam 18
bulan )
Palpasi : pulsasi a. Temporalis, a. Carotis
Perkusi : Cracked Pot Sign  Pada Hidrocephalus (+)
Auskultasi : Desah arteri (a. frontalis, a.temporalis )  pd peny.
Pemb.darah (+)
Transluminasi : dilakukan di ruang gelap . menggunakan senter dengan
ujung karet agar sinar tidak menyebar.--> senter ditempelkan di cranium  bila
(+) cairan / perdarahan  meneruskan sinar

3. PERANGSANGAN MENINGEAL

1. KAKU KUDUK
- Pasien berbaring, pemeriksa sebelah kanan pasien
- Tangan kiri diletakkan dibawah kepala pasien, tangan kanan di dada
- Kepala digerakkan kiri/kanan apakah ada tahanan  meningismus
- Kepala di fleksikan sampai menyentuh dada  tahanan (+)  kaku
kuduk (+)

Membedakan MENINGISMUS dan KAKU KUDUK


 Mengangkat bahu pasien : kepala jatuh ke belakang  kaku kuduk
Kepala ikut tertarik  meningismus

2. KERNIG’S SIGN
- Pasien berbaring
- Tungkai di fleksikan pada sendi panggul maksimal
- Tungkai di ekstensikan pada sendi lutut sampai sudut 135°
- Jika < 135° nyeri (+)  Kernig’s sign (+)

3. BRUDZINSKI I
- Lakukan tes kaku kuduk
- Fleksi bilateral kedua tungkai  Brudzinski I (+)

4. BRUDZINSKI II
- Lakukan pemeriksaan Kernig’s Sign
- Fleksi Tungkai Kontralateral  Brudzinski II (+)

5. BRUDZINSKI III
- Penekanan pada os. Zigomatikum
- Fleksi Kedua tungkai pada sendi panggul & lutut  brudzinski III (+)

6. BRUDZINSKI IV
- Penekanan pada simfisisi pubis
- = respon Brudzinski III

4. PENINGGIAN TIK

1. MUNTAH :
- Muntah proyektil
- Tidak didahului oleh mual dan tidak ada gangguan GIT
2. SAKIT KEPALA
- Sakit kepala hebat dan menyeluruh
- Terus menerus / tidak berkurang dengan pemberian analgetik
- Diperberat jika batuk, bersin, mengedan
- Terutama pada pagi hari
3. KEJANG
- Bersifat umum atau fokal, tonik/klonik
- Tidak dijumpai riwayat kejang
- Penurunan kesadaran (+)

5. PEMERIKSAAN SARAF KRANIAL

1. N.OLFAKTORIUS
Pemeriksaan fungsi penciuman
SYARAT :
- Pasien sadar (CM ), Koperatif, Komunikatif
- Menggunakan bahan yang familier dan tidak merangsang / iritasi
- Tidak ada penyakit hidung

Cara pemeriksaan
Kedua mata ditututup
Didekatkan ke hidung satu per satu hidung bahan spt : kopi, vanili,
jeruk, teh

Kelainan :
Anosmia : daya penciuman hilang
Hyposmia : daya penciuman menurun
Parosmia : Penciuman salah / tidak sesuai dengan rangsangan
Cacosmia : penciuman yang tidak menyenangkan ( bau
busuk/kakus)
Unsinate fit : halusinasi penciuman (tanpa ada rangsangan ) pada
epilepsy lobus
temporalis , dan lesi pada pusat penciuman
pengecapan / girus uncinatus
Sindroma Foster Kennedy : akibat tumor lobus Frontalis tdd :
-anosmia ipsilateral
-papil atropi ipsilateral
-papil edema kontralateral

2. N. OPTIKUS

Pemeriksaan fungsi penglihatan


1. VISUS
Snellen chart : m/6
pada jarak 6 meter
Normal 6/6 : mampu melihat huruf 6/6 di snellen chart pada
jarak 6 meter
Hitung jari : m/60
jarak 60 meter mampu melihat / hitung jari pemeriksa

Lambaian tangan : m/300


pada jarak 300 meter mampu melihat lambaian tangan
Cahaya : m/~
mampu melihat cahaya pada jarak ~
2. PENGLIHATAN WARNA
 Tes dengan kartu Iskhara & Stilling ( pasien disuruh membaca angka yang
berwarna

3. LAPANGAN PANDANG
TES KONFRONTASI DONDLER
Syarat : mata pemeriksa harus normal
Pasien sadar, koperatif dan bisa duduk
Cara :
- Pasien dan pemeriksa duduk berhadapan dengan jarak 60-100 cm
- Mata yang setentang ditutup salah satu  pasien dan pemeriksa saling
menatap
- Pemeriksa menggerakkan benda atau jari diantaranya dari lateral
memasuki lapangan pandang
- Jika pasien melihat benda  pasien menyebut
- Hasil apakah lapangan pandang normal atau menyempit.

PERIMETRI : alat diagnostic berbentuk lengkungan


KAMPIMETRI : papan tulis hitam tergambar bundaran dengan
garis radial, berikut dengan bintik buta
Keduanya untuk melihat scotoma

SCOTOMA
Adalah bintik / bercak hitam ( bintik yang tidak dapat dilihat ) pada
lapangan pandang
 Scotoma (+) : pasien mengeluh ada bintik buta
 Scotoma (-) : pada pemeriksaan pasien baru mengeluh
HEMIANOPSIA
Adalah kehilangan separuh lapangan pandang

4. FUNDUSKOPI : dengan alat Opthalmoskope untuk melihat fundus


okuli
NORMAL PAPIL EDEMA PAPIL ATROPI
Warna Jingga muda Hiperemia Pucat
Batas Tegas Tidak tegas Lebih jelas
Ekscavasio Cekung dangkal
Arteri Agak lurus Mengecil
Vena Berkelok kelok membesar mengecil
Arteri : vena 2:3 3:2

5. REFLEKS ANCAMAN
Dengan gerakan tangan mengarah ke mata ( seperti mengancam ) 
mata berkedip
Aferen : N.II Eferen : N.VII Inti : Pons

3. N.OCULOMOTORIUS
N.TROCHLEARIS
N. ABDUSEN
Pemeriksaan fungsi pergerakan bola mata

A. GERAKAN BOLA MATA


N.III  m. Rectus medialis  gerakan ke medial
m. Rectus superior  garakan ke atas
m. Rectus inferior  gerakan ke bawah
m. Obliqus inferior  gerakan memutar ke atas
N. IV  m. Obliqus Superior  gerakan memutar ke bawah
N.VI  m. Rectus lateralis  gerakan ke lateral

Gerakan bola Mata :


 Saccade : mata secara reflex ditujukan ke suatu objeks
 Persuit : mata mempertahankan melihat suatu objek yang bergerak

Deviasi Konjugae : mata terfiksasi melihat ke satu arah, tidak bisa melihat kearah
lain
Lesi kortikal : - lesi iritatif : mata dilirikkan kearah kontralateral
-Lesi paralitik : mata dilirikkan kearah ipsilateral
Lesi pons
Nistagmus : Gerakan bolak balik mata yang involunter dan ritmik dengan
komponen cepat ke 1 arah dan komponen lambat ke arah lain

Nistagmus Fisiologis : - Volunter 1-2 detik. Misalnya saat melihat


benda bergerak ( di kereta api )  Nistagmus optokinetik
-Tes Kalorimetri : COWS (cold opposite
warmsame )
Nistagmus patologik

DOLLS EYE FENOMEN


- Dilakukan pada pasien dengan penurunan kesadaran
- Pemeriksa dibelakang pasien  kedua tangan di atas kepala pasien
dengan kedua jempol membuka kelopak mata  kapala diputar dengan
cepat ke kanan dan ke kiri
- (+) Jika bola mata bergerak ke kontralateral kepala dirotasikan  fungsi
batang otak normal
- (-) jika bola mata bergerak mengikuti arah rotasi kepala kerusakan
batang otak / mesensepalon

Strabismus : juling / deviasi satu atau kedua bola mata


Divergen : kedua mata menjauh / lateral : lesi m. rectus medial
Konvergen : kedua mata mendekat / medial : lesi m.rectus
lateralis

B. MEMBUKA KELOPAK MATA


N.III  m. Levator Palpebra
Penyakit : PTOSIS : tidak bisa membuka mata

C. PUPIL
N.III  m dilator pupil dan m. spincter pupil
Normal = 2-3 mm, isokor.  diameter kanan=kiri
Anisokor  bila perbedaan diameter pupil >1 mm

REFLEKS CAHAYA : melihat reaksi pupil saat cahaya diarahkan ke pupil


Diberi pembatas antara kedua mata agar mata
sebelah tidak kena cahaya
Diberi stimulus tanpa menimbulkan ancaman
Aferen  N.II Eferent  N. III4q2qq
Langsung : dilihat reaksi pupil pada mata yang disinari
Tidak langsung : mata mata sebelahnya.

D. RIMA PALPEBRA : jarak sisi kelopak mata atas dan bawah


(N=7mm)

6. N. TRIGEMINUS

Pemeriksaan sensibilitas wajah dan motorik pada m.masseter dan


m.temporalis

A. MOTORIK
- Membuka & menutup mulut : melihat rahang bawah apakah terdorong
kea rah yang lemah waktu membuka mulut.
- Meraba m.masseter & temporalis saat pasien menggigit sekuatnya 
kiri=kanan
- Melihat kekuatan otot  pasien menggigit Tounge spatel dari kayu
dengan geraham  dilihat kedalaman gigitan
 Rahang digerakkan ke kanan dan kiri saat menggigit  paresis kanan 
rahang tidak bisa digerakkan ke kiri.

WINKING JAW REFLEKS


Mata berkedip sebelah, mulut dibuka , rang terdorong ke arah yang lemah.

B. SENSORIK
N.V Sensorik tdd
Cabang Opthalmikus (NV1) : pelipis, dahi, palpebra superior, kornea,
konjunctiva, mukosa sinus paranasalis, mukosa septum nasi atas/bawah/lat,
duktus lacrimalis
Cabang Maxilaris (NV2 ) : Pipi, kelopak mata bawah, mukosa septum nasi
post, bibir atas, hidung, mukosa sin maxilla, gigi dan gusi atas, langit2 keras
dan lunak
Cabang mandibula (NV3) :kulit pipi, dagu, bibir bawah,gigi dan gusi bawah,
rahang bawah, dasar mulut, lidah, kel.parotis, proprioseptik otot rahang

Pemeriksaan terdiri dari


raba : dengan kapas, bulu,rambut
Nyeri : dengan jarum tumpul / tajam
Suhu : dengan tabung berisi air dingin ( 5-10°) dan panas ( 40-45°)

C. PEMERIKSAAN REFLEKS

Refleks KORNEA
Aferen : N.V Eferen : N.VII Pusat : Pons
Dengan cara menyentuhkan kapas ke kornea mata
Respon : penutupan kelopak mata
R.Kornea direct  respon dilihat pada mata yang dirangsang
R. Kornea indirek  pada mata sebelahnya

Refleks MASSETER
Aferen : N.V Eferen : N. V Pusat : Pons
Pasien disuruh membuka mulut sedikit ( mengucapkan huruf AAAA )
 letakkan jari telunjuk pemeriksa di dagu pasien  ketuk dengan
reflex hammer
Respon : kontraksi m.maseter dan m.temporalis ( berupa penutupan
sedikit mulut tiba-tiba)= Normal
Penutupan mulut tiba-tiba dan kuat  lesi UMN

Refleks BERSIN
Aferen : N.V Eferen : N.V, VII, IX,X Pusat : Batang Otak
Dengan cara merangsang mukosa hidung
Respon : bersin

7. N.FASIALIS
Pemeriksaan motorik wajah (ekspresi wajah) dan sensori pada
pengecapan , kelenjar ludah dan air mata

A. MOTORIK
Mimik : dilihat adanya parese ( jatuh pada sudut mulut yang sakit )/
tertarik  ada / tidak sulcus
Kerut kening : Ada Kerut Kening Atau Tidak
Menutup mata : Lagopthalmus  tidak bisa menutup mata
Pasien meniup sekuatnya : pasien menggembungkan pipinya 
tangan pemeriksa menekan pipi  udara keluar dari sisi yang lemah
Memperlihatkan gigi : apakah sudut mulut tertarik ke sisi yang sehat
Tertawa : apakah otot wajah bisa kontraksi

Lesi UMN N.Fasialis LMN


Kerut kening (+) (-)
Lagopthalmus (-) (+)

B. SENSORIK
Fungsi: Pengecapan 2/3 depan lidah.
Cara : -pasien diberi tahu kode/ isarat jika dapat merasakan atau tidak
(tidak boleh dengan Menyebut)
-Lidah dijulurkan dan bahan disentuhkan ke lidah. Pasien tidak
boleh mengetahui bahan tsb sebelumnya
-Ditanya untuk dijawab dengan isarat tsb
Bahan : gula, garam, kinine

C. PRODUKSI KELENJAR AIR LIUR


Anamnesa : bagaimana mengunyah makanan
Palpasi : dirasa basah / kering pada dinding rongga mulut

D. REFLEKS STEPEDEAL
Dipasang stetoskop pada kedua telinga  membrane stetoskop di
ketuk  respon melepaskan stetoskop karena suara kuat.

HIPERAKUSIS
Suara yang diterima pasien lebih kuat intensitasnya akibat
kelumpuhan n. Stapedeus
PREBIASKUSIS : Hiperakusis yang terjadi pada orang tua

BELL’S PALSY
Kelumpuhan N. Facialis perifer yang timbul akut, penyebabnya belum
diketahui, sebagian besar sembuh yang alin dengan gejala sisa :
kontraktur, spasma

BELL PHENOMEN
Karena tidak bisa menutup mata  bola mata diputar keatas sehingga
yang tampak hanya putihnya saja

8. N. VESTIBULOKOKHLEARIS/ N.AKUSTIKUS
Pemeriksaan fungsi pendengaran dan keseimbangan

PENDENGARAN / AUDITORIUS
o TES BERBISIK
Mendengar suara detak arloji di ruang kedap suara (6x6 m)
o RINNE TEST
Membandingkan hantaran udara&tulang hantaran udara lebih
baik dari tulang
- Garpu tala dibunyikan dan diletakkan pada tulang mastoid.
- Jika gataran hilang di dekatkan ke telinga  normal masih
terdengar suara
o WEBER TEST
Lateralisasi pendengaran
- Garpu tala dibunyikan dan diletakkan pangkalnya pada
pertngahan kepala
- Di dengar pada telinga mana terdengar bunyi lebih keras

o SCHWABACH TEST
Membandingkan pendengaran pemeriksa dan penderita
- Garpu tala dibunyikan, lalu di dengarkan pemeriksa sampai tidak
terdengar lagi
- Lalu di dengarkan pada penderita
VESTIBULARIS / KESEIMBANGAN
o Nistagmus
Tes KALORI
- Pastikan membrane tympani tidak perforasi
- Duduk dengan posisi kepala tunduk atau tidur dengan kepala
semifleksi 30° dengan bidang datar  CSC tegaklurus horizontal
- Dengan menggunakan spuit disemprotkan air dingin 30°C dan
hangat 44°C (beda suhu ±7°C dari normal sudah memberi respon
maksimal) pada telinga kiri
- Irigasi liang telinga perlahan ± 40 detik sampai level 0.3 m di atas
kepala atau 200-300 cc nistagmus (N= 2-3 menit ) atau sampai
pasien mengeluh mual dan vertigo ( N= 20-30 detik )
- Lakukan irigasi pada telinga kanan juga
- Jika tak ada reaksi sampai 3 menit, hentikan tes.
- Catat waktu mulai timbul gejala, arah nistagmus dan lamanya
nistagmus
- Normal nistagmus kearah telinga yang diirigsi air hangat
Lesi perifer : respon telinga ipsilateral melemah / -
Lesi sentral : respon telinga ipsilateral meningkat
RUMUS HALLPIKE
Lama nistagmus telinga kiri dengan air dingin = I
Telinga kanan = II
Lama nistagmus telinga kiri dengan air hangat= III
Telinga kanan = IV

Jumlah I+III : jumlah II + IV ≥ 40 detik  lesi perifer vertibular pada telinga yang
kurang jumlahnya
Jumlah I +IV : jumlah II + III ≥ 40 detik  Lesi sentral pada yang kurang
jumlahnya

o VERTIGO
Perasaan dirinya berputar terhadap lingkungan atau lingkungan berputar
o TINITUS
Mendengar bunyi bising walau tidak ada stimulus suara
Mis : bunyi ombak, desir, dengung, bunyi peluit dll

9. N.GLOSOFARINGEUS
10.N. VAGUS

Cara : dengan tounge spatel di tekan lidah dan di lihat palatum mole,
uvula dan arkus faring pada waktu istirahat dan berfonasi aaaa….
 Palatum mole : akan terlihat arkus faring yang lemah tidak terangkat saat
berfonasi
 Uvula : gerakan uvula saat berfonasi apakah simetris atau terdorong ke
yang sehat.
 Disfagia : tidak bisa menelan makanan / minuman  keselak waktu
makan
 Disatriza : suara sengau atau bindeng
 Disfonia : suara lemah

REFLEKS MUNTAH :
Aferen : N.IX, X Aferen : V, IX, X Pusat : Medula Oblongata
Cara : meraba dinding belakang pharing dengan kapas lidi  muntah
Bandingkan kiri dan kanan.
Pengecapan 1/3 belakang lidah ~ pemeriksaan 2/3 depan lidah (N.VII )

11. N.ASSESORIUS
Pemeriksaan fungsi motorik murni untuk mengangkat bahu dan menoleh ke
kiri dank e kanan

MENGANGKAT BAHU
menilai kekuatan m. Trapezeus
- Pemeriksa berdiri di belekang pasien, pasien dalam keadaan
duduk
- Tangan pemeriksa menekan kedua bahu pasien dan pasien
berusaha mengangkat bahu

Fungsi M.STERNOKLEIDOMASTOIDEUS melihat/ menoleh / fleksi ke kiri dan


ke kanan
Cara : pasien menoleh ke satu arah dan pemeriksa berusaha menahan gerakan
tersebut
Membandingkan kekuatan otot kanan dan kiri.
Dapat dilakukan pada pasien berbaring / sadar

12.N. HYPOGLOSUS
Pemeriksaan motorik murni untuk otot penggerak lidah.
LESI LMN
o Tremor : lidah keluar masuk secara involunter
o Atropi : garis tengah lidah cekung, belahan lidah tipis dan keriput
o Fasikulasi : pinggir lidah berubah, papil lidah hilang
o Deviasi lidah unilateral / ke sisi lesi
LESI UMN :
o Diviasi lidah ke kontralateral/ spastisitas unilateral
o Lidah keras, tebal
o Seperti kerang rebus
o Tidak bisa digerakkan (bilateral )

Tes menjulurkan lidah  N: medial / diviasi kea rah lesi


Lidah saat istirahat : medial / deviasi
Tes menggerakkan lidah ke lateral
Kekuatan lidah : jari pemeriksa pada pipi dan penderita disuruh
mendorong dengan lidah
bandingkan kiri dan kanan

6. MOTORIK
Penilaian tropi dan tonus otot
Tropi : bentuk dan ukuran otot diukur secara objektif, jika subjektif
dibandingkan dengan sebelahnya.
Normal : eutropi
Mengecil : hipotropi
Membesar : hipertropi

TONUS : diperiksa dengan cara menggerakkan sendi secara pasif, tahanan yang
timbul dinilai apakah normal ( normotoni ), meninggi ( hipertoni ), atau hipotoni
dibandingkan dengan sebelahnya.

Spastisitas : tahanan berkesinambungan  Clasf knife Fenomen


Rigiditas : tahanan timbul berselingan  Cog Wheel Fenomen

KEKUATAN OTOT :
Kekuatan otot dinilai pada :
1. Ektremitas superior Dex/ Sin
a. Sendi bahu : Flexi extensi : m.deltoideus, trapezeus, seratus ant,
suprascapular
Abduksi adduksi : m.deltoideus
b. Sendi Siku : Flexi extensi : m.bisep, trisep, brachialis, brachioradialis
c. Sendi pergelangan : Flexi extensi : m. extensor karpi radialis/ ulnaris, m.
Fleksor carpi tradialis/ulnaris
d. Sendi Carpal : articulation carpi
e. Sendi jari-jari
2. Ekstremitas Inferior Dex / Sin
a. Sendi panggul : Flexsi ekstensi : m.gluteus maksimus, m. iliopsoas
Abduksi adduksi : otot abductor adduktor
b. Sendi lutut : Fleksi : m. bisep femoralis
Ekstensi : m.Kwadrisep femoralis
c. Sendi perdelangan kaki : dorsofleksi : m. tibialis anterior
Plantar pleksi : m.gastroknemius, peroneur, soleus
d. Sendi tarsal : Fleksi :m. flexor hallusis brevis, quadrates plantar
Ekstensi : m. Extensor hallusis brevis
e. Sendi jari kaki : Fleksi : m.flexor digitorum longus
Ekstensi : m. Interossei plantaris

Interpretasi Tonus Otot


0 = tidak ada kontraksi
1 = terlihat kontraksi setempat otot tanpa terlihat adanya gerakan
2 = ada gerakan jika gravitasi di hilangkan ( tidak sanggup melawan
gravitasi
3 = mampu melawan gravitasi tapi tidak tahanan ringan
4 = Mampu melawan tahanan tingan dari pemeriksa
5 = mampu melawan tahanan optimal dari pemeriksa.
Untuk melihat kekuatan motorik otot sangat dipengaruhi oleh :
 Kondisi pasien, sadar dan koperatif
 Di bandingkan dengan ekstremitas sebelahnya
Contoh : pasien yang tua/ sakit berat / kurang gizi memiliki tenaga kurang tetapi
sesungguhnya kekuatan motoriknya normal

Pada pasien yang tidak koperatif / tidak sadar :


Digunakan penilaian subjektif pemeriksa apakah ada lateralisasi ( parese )
1. Test PRONASI TANGAN / STUMPLE:
- Jika lengan diangkat dan dijatuhkan  akan berada pada posisi
pronase  parese
- Normalnya  pada posisi antara pronasi dan supinasi
2. Test Lutut Jatuh / WARTENBERG
o Kedua lutut diangkat dan membiarkannya jatuh
o Akan terlihat yang parese lebih dulu terjatuh dari yang sehat
3. Posisi kaki miring ke samping ( sisi lateral kaki mendatar di tempat tidur =
posisi eksorotasi

Untuk paresis ringan dapat digunakan pemeriksaan :


1. Mengayunkan lengan dengan cepat akan terlihat satu sisi yang tertinggal
2. Berdiri pada satu kaki, akan terlihat sisi yang lemah tidak kuat menahan
beban tubuh
3. Pada posisi terlentang pasien mengangkat setentak kedua kaki dan
menahannya  akan terlihat yang lemah akan lebih dulu jatuh
4. Pasien pada posisi seperti merangkak dan disuruh bertahan  akan
terlihat mana yang lebih dulu jatuh

LENGGANG ( jika mampu berjalan )


ATAXIC GAIT / Tabetic kerusakan kolumna posterior/ proprioseptif
 berjalan dengan langkah lebar, kaki diangkat tinggi &
membantingkan kaki kuat kuat
HEMIPLEGIA GAIT  berjalan dengan kaki membentuk setengah lingkaran,
panggul ikut digerakkan ½ lingkaran untuk membantu pergerakan tungkai yang
lemah, jari cenderung tertarik kebawah, lengan kaku dan semifleksi, badan
condong ke lesi
 Contoh : Pada stroke
SCISSOR GAIT  tungkai menyilang / adduksi pada lutut secara
bergantian  lutut bergesekan  langkah jadi pendek dan lambat
 Contoh : Pada paraplegi spastic
STAGERRING GAIT  jalan terhiyung huyung spt pemabuk
Contoh : Pada tumor otak, alkoholisme
WADDLING GAIT  jalan terombang ambing, langkah tidak teratur, tungkai
yang distropi langkahnya dipercepat spt menghindar nyeri
Contoh : Pada Distropi otot panggul, DMP
STEPPAGE GAIT  foot drop gait
 lutut diangkat tinggi, kaki terkulai  kaki terseret di
lantai
 pada neuritis alcohol, poliomyelitis, paralisis m tibialis
anterior
FESTINATE GAIT  Tubuh condong ke depan, langkah cepat dan pendek 
seperti mengejar gravitasi
Contoh : Pada Parkinson
ATAXIA / Cerebellar gait  jalan orang vertigo, terhuyung huyung ke satu sisi
 langkah lebar, irregular (awalnya langkah lambat
kemudian mendadak kasar
limbung ketika membelok. Contoh : Gang. Serebelum
HISTERIKAL GAIT  gerakan ireguler tidak sesuai dengan
organic,tidak konsisten pada keadaan darurat normal.

7. GERAKAN SPONTAN ABNORMAL


Tremor : gerak involunter bolak balik pada bagian tubuh, ritmik 3-5 detik
akibat kontraksi otot antagonis secara bergantian.
KHOREA : gerak involunter tidak teratur, kasar, menyentak tiba tiba,
asimetris, berlangsung sebentar
Balismus : gerak involunter yang kasar pada bagian proximal dan distal 
seperti membanting bantingkan tubuh
Atetosis : gerak involunter yang lambat berliuk liuk seperti main piano.
Bisa terjadi pada jari tangan dan jari kaki
Mioklonus : Kontraksi involunter yang terbatas tanpa menimbulkan
pergerakan yang berhubunngan pada wajah, ekstremitas, rongga mulut
Spasmus : Kontraksi sekelompok otot yang besar – gerakan terbatas.
Tic : gerakan singkat yang berulang ulang, stereotipik dan kompulsif pada
segmen tubuh yang kecil.

8. SISTEM SENSIBILITAS

EKTEROSEPTIF
Cara : mulailah pada sisi yang abnormal – normal
Bandingkan kiri dan kanan apakah ada perbedaan sensasi
Catat pada peta dermatom
1. NYERI : jarum tajam dan tumpul
2. SUHU : tabung berisi air dingin 5-10°C dan air hangat 40-
45°C
3. RABA : kapas, bulu, rambut
PROPRIOSEPTIF
1. Getar : garpu tala
2. Gerak
3. Tekanan
4. Posisi : kemampuan untuk mengatur posisi tubuh terhadap ruang sekitarnya

FUNGSI KORTIKAL UNTUK SENSIBILITAS


Stereognosis : kemampuan untuk mengenali benda dengan cara meraba
Grafanestesia :Kemampuan untuk mengenali huruf, angka atau pola yang
digambarkan pada kulitnya (pada punggung, telapak tangan)
Barognosis : kemampuan untuk membedakan berat dua benda yang berbeda
Two Point Diskrimination : kemampuan untuk membedakan 2 rangsangan /jarak
yang diberikan bersamaan
Topognosis : kemampuan untuk mengetahui lokasi rangsangan pada tubuh

9. REFLEKS

REFLEKS FISIOLOGIS
1. Biseps : Lengan difleksikan pada sendi siku 90°  penokokan pada tendon
biseps dengan reflex hammer  fleksi lengan bawah pada siku
Aff : n. musculocutaneus Pusat : C5-6 Eff : n. musculocutaneus

2. Triseps : Lengan bawah sedikit fleksi thd lengan atas  penokokan tendon
trisep 1-2 cm dari olekranon  ekstensi sendi siku
Aff : n.radialis Pusat : C6-7 Eff : n.Radialis

3. Radioperiost : Lengan bawah setengah di fleksikan pada sendi siku, tangan


pronasi  penokokan proc. Stiloideus radialis  fleksi lengan bawah pada siku
dan supinasi tangan
Aff : n.radialis Pusat : C6,7,8 Eff : n. radialis

4. KPR : Tungkai bawah fleksi pada lutut, tendon patella diketok ( di tengah
patella dan tuberositas tibia )  ekstensi tungkai bawah pada lutut
Aff : n. Femoralis Pusat : L2-3-4 Eff : n. Femoralis

5. APR : Pergelangan kaki difleksikan ( dorsofleksi )  ketok di tendon achiles 


plantar fleksi kaki
Aff : n. tibialis Pusat : S 1-2 Eff : N. tibialis

6. Strumple : Tapak kaki digores dari bawah ke atas  plantar fleksi jari jari kaki

7. Refleks Dinding Perut : Digores perut dari lateral ke medial pada tiap sisi perut,
atas dan bawah , batas pusat  kontraksi otot perut menjauhi umbilicus

8. Refleks Cremaster : digores dinding paha dalam dari bawah ke atas (dekat
scrotum)  terangkatnya / elevasi testis ipsilateral.

REFLEKS PATOLOGIS
1. Refleks Hoffman – Tromner
Hoffman : Pergelangan tangan dipegang  ujung jari tengah dipetik
Tromner : Pergelangan tangan dipegang  tapak jari tengah digores / dicolek
 Fleksi jari-jari dan adduksi ibu jari (claw hand )

2. Babinsky : dengan ujung hammer telapak kaki lateral digores dari tumit sampai
jempol
 Respon : Dorsofleksi ibu jari dan pemekaran jari yang lain (Fanning)

3. Chaddock : Penggoresan malleolis lateralis menuju jempol kaki

4. Gordon : Dipijit kuat pada betis (gastroknemius)


5. Gonda : Penekukan maksimal / plantar fleksi jari ke 4 kaki

6. Oppenheim : Pengurutan / ditekan kuat pada tibialis anterior dari atas ke bawah

7. Schaefer : Dipijit kuat pada tendon achiles

8. Refleks Bing : penusukan pada metatarsal jari ke 5


 Semua = respon babinski

Refleks ROSSOLIMO : dengan reflex hammer di ketuk telapak kaki dibawah jari 4
Refleks MENDEL BECHTEREW : diketuk dorsum kaki di basis jari kaki ke 4
 Respon plantar fleksi jari kaki

REFLEKS PRIMITIF
1. SUCKING REFLEKS : bibir disentuh  gerak bibir seperti menetek
Aff : N.V &N. IX Eff : N.V,VII, IX, X, XII dan N.Spinal

2. SNOUT REFLEKS : bibir atas di ketok  kontraksi m. orbikularis oculi

10.KOORDINASI
Lenggang
Bicara : berbicara spontan, pemahaman, pengulangan, menamai
Menulis : Mikrografia pada Parkinson
Percobaan Apraksia : ketidakmampuan melakukan tindakan terampil
Mengancing baju, menyisir rambut, mengikat tali sepatu

Tes telunjuk-telunjuk : Kedua tangan direntangkan ke samping, mata ditutup 


lalu telunjuk dipertemukan di depan di tengah
Tes Telunjuk-hidung : Pasien menunjuk telunjuk pemeriksa kemudian menunjuk
hidungnya sendiri
Diadokokinesia : Kemampuan melakukan gerakan secara bergantian dengan
cepat dan teratur. Contohnya : pronasi-supinasi telapak tangan
Tes Tumit Lutut : Pasien dalam posisi berbaring kedua kaki lurus . lalu
menempatkan tumit pada lutut kaki sebelahnya  digerakkan sampai ke ujung
Tes ROMBERG : Pasien berdiri tegak dengan kedua kaki sejajar bersentuhan ,
mata ditutup
Gangguan vestibular  tidak dapat mempertahankan posisinya

11.VEGETATIF
Vasomotorik : pembuluh darah  kulit di gores merah
Sudomotorik : berkeringat
Pilo-erektor : merinding  tangan pemeriksa setelah memegang es lalu
memegang pasien
Miksi dan Defekasi
Potensi dan Libido

12.VERTEBRA
Bentuk : normal / tidak
Scoliosis : deviasi ke lateral kurvatura vertebra
Hiperlordosis : cekungan anterior dari kurvatura lumbal dan cervical tulang
vertebra  dapat dilihat dari samping
Kifosis : kelengkungan dari tulang vertebra torakal terlalu berlebihan

13.TANDA PERANGSANGAN RADIKULER


Perangsanngan radikuler : nyeri yang dirasakan pada suatu radiks saraf dan
menjalar sepanjang dermatom yang dipersarafi oleh radiks tsb yang disebabkan
oleh iritasi radiks
LASEQUE : kaki di fleksikan pada sendi panggul, sendi lutut tetap ekstensi
 Tahanan pada sudut < 60°
CROSS LASEQUE : lakukan tes laseque  nyeri pada kaki yg berlawanan
LHERMITTE : Kompresi kepala pada berbagai posisi
 Pemeriksa berada di belakang pasien, kepala di tekan dengan kedua
tangan ke bawah
 Kepala dimiringkan ke kanan kemudian ditekan dgn tangan kebawah
 Begitu juga dilakukan kepala miring ke kanan,depan dan belakang
 Timbul nyeri radikuler menjalar ke lengan
TRACTION TEST  kebalikan lhermitte  nyeri hilang

NAFZIGER : Membendung vena jugularis sinistra/dextra, lalu pasien siruh


mengedan/ meniup dengan mulut tertutup  tekanan meningkat  nyeri (+)

14.GEJALA SEREBELLAR
Ataxia : gangguan koordinasi gerakan  gangguan gerakan jalan yg tidak teratur
akibat impuls propioseptif tidak dapat diintegrasikan
Disartria : gangguan kata kata
Tremor : Intension tremor : tremor bertambah kasar bila tangan menuju suatu
sasaran / arah, hilang bila istirahat
Nistagmus : tes kalori
Rebound Fenomena : tidak mampu menghentikan pergerakan tepat pada waktunya.
 Tangan penderita di fleksikan dan disuruh menahan tahanan dari
pemeriksa
 Lalu pemeriksa melepaskan tahanan dengan tiba tiba
 Tangan panderita memukul tubuh/ muka sendiri
 Normal : ditahan oleh m. triceps
Vertigo : gangguan orientasi di ruangan dimana perasaan dirinya berputar
terhadap ruangan sekitarnya atau ruangan yang berputar terhadapnya.
 Test Romberg (+)

15.GEJALA EKSTRA PIRAMIDAL


TREMOR : Resting tremor  tremor ktk istirahat, pill rolling tremor
RIGIDITAS : Tahanan pd pergerakan berselingan  fenomena roda gigi
BRADIKINESIA : Gerak melambat

16.FUNGSI LUHUR
Kesadaran kualitatif
Ingatan baru
Ingatan lama
Orientasi : Tempat
Personal / diri
Waktu
Situasi
Intelegensia : normal / terganggu
Reaksi emosi : normal / terganggu
Daya pertimbangan : baik / kurang
Afasia : gangguan berbahasa (gangguan dalam memproduksi dan pemahaman
bahasa)
Ekspresif : motorik : area BROCA
Reseptif : area WERNICKE
Agnosia : tidak mampu mengenali benda yang sudah dikenali sebelumnya
Agnosia visual : tidak mampu mengenali objek secara visual
Agnosia jari : ketidakmampuan mengidentifikasi jari sendiri/orang lain
Cara : pasien menutup mata. Pemeriksa memegang salah satu jari pasien.
Lepaskan. Pasien membuka mata&menunjukkan jari yang diraba
Akalkulia : tidak mampu menghitung
Disorientasi kanan kiri
Anosognosia : menyangkal adanya gangguan fungsi tubuh
Sindroma Gestman : Disorientasi kanan kiri
Agnosia jari jari
Agrafia
Akalkulia

PEMERIKSAAN NEUROLOGI PADA NEONATUS


 Biasa dilakukan pada 36 – 60 jam setelah lahir dan diulangi tiap minggu
 Pemeriksaan dirancang supaya sedikit mungkin merangsang bayi

Observasi Corak MOTORIK


Normal : ekstremitas fleksi, kepala berpaling ke satu sisi. Bayi menjadi lebih aktif
pada pemeriksaan atau menangis
Perdarahan Intrakranial : Ekstremitas ekstensi. Bayi hanya sedikit bereaksi
Kern Ikterus : epistotonus
Kelumpuhaan plex Brachialis : gerak asimetris dan lemah

NERVUS KRANIALIS
 N. II : respon mengedipkan mata terhadap cahaya
Pemeriksaan opthalmoskope
 N. III, IV, VI : pemeriksaan bentuk, ukuran dan equalitas pupil thd cahaya.
Doll eye fenomen
 N.V, VII : Rooting Refleks  jari tangan atau putting diletakkan pada
pertengahan bibir  mulut bayi akan membuka dan menoleh kearah
rangsangan
 N.VIII : Bayi terkejut / berkedip saat diberi rangsang suara keras
REFLEKS LABIRIN Bayi diposisikan tegak vertical  badan
diputar kekanan dan ke kiri  bayi memandang kearah tsb 
putaran dihentikan  menoleh ke kontralateral
 N.IX dan X : kemampuan menelan

Penilaian untuk bayi yang tidak aktif / diam saja


Dapat dilakukan dengan reflex MORO dan Landau Horizontal
 Tonus otot : palpasi otot saat kontraksi dan relaksasi. Penilaian tahanan
saat ekstensi sendi lutut / siku secara pasif
 Gerakan sendi : saat bayi digendong posisi kepala kebawah (vertical ) 
fleksi sendi lutut dan pangkal paha untuk mengurangi beban berat

REFLEKS
Grasp Refleks : merangsang / menyentuh permukaan tangan  respon
mengenggam
Traction respon : tangan ditarik untuk duduk dari posisi tidur  kontraksi otot
bahu dan leher
Stepping respon : bayi diangkat dengan kaki menyentuh dinding / meja 
gerakan seperti menaiki tangga

SENSORIK : tusukan jarum pada telapak kaki  tarikan pada ekstremitas yang
diranngsang atau keduanya

Anda mungkin juga menyukai