Susunan Saraf
I. SSP Brain = encephalon
Spinal cord = medula spinalis
II. SS Perifer : N. kranialis
N. Spinalis
Serebellum : ▫ Vermis
▫ Dua lobus lateralis
Spinal Cord = Medula Spinalis
Substantia Alba : ▫ Traktus Ascendens (menuju ke otak)
Contoh : Tr. Spinotalamicus lateralis&ventralis
Tr. Spinocerebellaris dorsalis&ventralis
Fasiculus grasilis dan cuneatus
▫ Traktus Descendens (dari otak ke bawah)
Contoh :Tr. Kortiko spinalis
Tr. Kortikobulbaris, Tr. solitorius
Otak merupakan pusat komputer dari semua alat tubuh mengatur segala aktivitas
tubuh
Sistem motorikmengatur pergerakan Formatio Retikularis kesadaran
Sistem sensorik sensibilitas SSO fungsi otonom
Sistem visual penglihatan Fungsi kortikal luhur kualitas
Sistem auditorik pendengaran kesadaran
Sistem vestibular keseimbangan Penuaan, degenerasi & regenerasi
Sistem limbik fungsi limbik demensia, dll
PEMERIKSAAN NEUROLOGI
ANAMNESA
DD HEMIPARESE
1. Stroke
2. SOL - perlahan
3. Infeksi ( Meningitis, Encepalitis ) Riwayat demam, (+) tanda infeksi
4. Trauma ada riwayat trauma
Riwayat Keluarga :
Faktor Herediter : Diturunkan ( bapak, ibu, kakek, nenek ) – genetika
Faktor Familier : dialami oleh saudaranya ( kakak, adik )
PEMERIKSAAN NEUROLOGI
Tdd :
- Sensorium - Kranium
- Perangsangan meningeal - peningkatan TIK
- Saraf cranial - motorik
- Gerak spontan abnormal - system sensibilitas
- Reflex - koordinasi
- Vegetative - vertebra
- Fungsi Luhur - gejala serebellar
- Ekstrapiramidal - Tanda perangsangan radikuler
1. SENSORIUM
Kuantitatif
SKALA KOMA GLASGOW
VISUAL Spontan 4
Atas panggilan 3
Terhadap nyeri 2
Tidak ada respon 1
VERBAL Orientasi baik 5
Bingung 4
Bicara tidak jelas 3
Mengerang 2
Tidak mengucapkan kata 1
MOTORIK Menurut perintah 6
Mengetahui lokasi nyeri/sakit 5
Reaksi menghindar 4
Dekortikasi (ext fleksi ) 3
Deserebrasi (ext extensi ) 2
Tidak ada reaksi 1
DERAJAT KESADARAN
1. Compos mentis :
- Orientasi baik, sikap awas waspada
2. Apatis
- Tidak peduli lingkungan
- Bisa buka mata tidak mau diajak bicara
- Gerak spontan (+)
3. Somnolen
- Ngantuk – tidur mudah bangun dengan suara
- Gerak dan bicara spontan (+)
- Mampu menangkis nyeri
4. Sopor
- Tidur nyenyak
- Respon verbal (-)
- Respon motorik (+) terhadap nyeri kuat
5. Koma
- Gerak spontan (-) terhadap nyeri (-)
- Gangguan defekasi dan miksi (+)
Kualitatif
Mencakup daya pengolahan dan interpretasi persepsi
Contoh : membaca dan menulis
2. KRANIUM
3. PERANGSANGAN MENINGEAL
1. KAKU KUDUK
- Pasien berbaring, pemeriksa sebelah kanan pasien
- Tangan kiri diletakkan dibawah kepala pasien, tangan kanan di dada
- Kepala digerakkan kiri/kanan apakah ada tahanan meningismus
- Kepala di fleksikan sampai menyentuh dada tahanan (+) kaku
kuduk (+)
2. KERNIG’S SIGN
- Pasien berbaring
- Tungkai di fleksikan pada sendi panggul maksimal
- Tungkai di ekstensikan pada sendi lutut sampai sudut 135°
- Jika < 135° nyeri (+) Kernig’s sign (+)
3. BRUDZINSKI I
- Lakukan tes kaku kuduk
- Fleksi bilateral kedua tungkai Brudzinski I (+)
4. BRUDZINSKI II
- Lakukan pemeriksaan Kernig’s Sign
- Fleksi Tungkai Kontralateral Brudzinski II (+)
5. BRUDZINSKI III
- Penekanan pada os. Zigomatikum
- Fleksi Kedua tungkai pada sendi panggul & lutut brudzinski III (+)
6. BRUDZINSKI IV
- Penekanan pada simfisisi pubis
- = respon Brudzinski III
4. PENINGGIAN TIK
1. MUNTAH :
- Muntah proyektil
- Tidak didahului oleh mual dan tidak ada gangguan GIT
2. SAKIT KEPALA
- Sakit kepala hebat dan menyeluruh
- Terus menerus / tidak berkurang dengan pemberian analgetik
- Diperberat jika batuk, bersin, mengedan
- Terutama pada pagi hari
3. KEJANG
- Bersifat umum atau fokal, tonik/klonik
- Tidak dijumpai riwayat kejang
- Penurunan kesadaran (+)
1. N.OLFAKTORIUS
Pemeriksaan fungsi penciuman
SYARAT :
- Pasien sadar (CM ), Koperatif, Komunikatif
- Menggunakan bahan yang familier dan tidak merangsang / iritasi
- Tidak ada penyakit hidung
Cara pemeriksaan
Kedua mata ditututup
Didekatkan ke hidung satu per satu hidung bahan spt : kopi, vanili,
jeruk, teh
Kelainan :
Anosmia : daya penciuman hilang
Hyposmia : daya penciuman menurun
Parosmia : Penciuman salah / tidak sesuai dengan rangsangan
Cacosmia : penciuman yang tidak menyenangkan ( bau
busuk/kakus)
Unsinate fit : halusinasi penciuman (tanpa ada rangsangan ) pada
epilepsy lobus
temporalis , dan lesi pada pusat penciuman
pengecapan / girus uncinatus
Sindroma Foster Kennedy : akibat tumor lobus Frontalis tdd :
-anosmia ipsilateral
-papil atropi ipsilateral
-papil edema kontralateral
2. N. OPTIKUS
3. LAPANGAN PANDANG
TES KONFRONTASI DONDLER
Syarat : mata pemeriksa harus normal
Pasien sadar, koperatif dan bisa duduk
Cara :
- Pasien dan pemeriksa duduk berhadapan dengan jarak 60-100 cm
- Mata yang setentang ditutup salah satu pasien dan pemeriksa saling
menatap
- Pemeriksa menggerakkan benda atau jari diantaranya dari lateral
memasuki lapangan pandang
- Jika pasien melihat benda pasien menyebut
- Hasil apakah lapangan pandang normal atau menyempit.
SCOTOMA
Adalah bintik / bercak hitam ( bintik yang tidak dapat dilihat ) pada
lapangan pandang
Scotoma (+) : pasien mengeluh ada bintik buta
Scotoma (-) : pada pemeriksaan pasien baru mengeluh
HEMIANOPSIA
Adalah kehilangan separuh lapangan pandang
5. REFLEKS ANCAMAN
Dengan gerakan tangan mengarah ke mata ( seperti mengancam )
mata berkedip
Aferen : N.II Eferen : N.VII Inti : Pons
3. N.OCULOMOTORIUS
N.TROCHLEARIS
N. ABDUSEN
Pemeriksaan fungsi pergerakan bola mata
Deviasi Konjugae : mata terfiksasi melihat ke satu arah, tidak bisa melihat kearah
lain
Lesi kortikal : - lesi iritatif : mata dilirikkan kearah kontralateral
-Lesi paralitik : mata dilirikkan kearah ipsilateral
Lesi pons
Nistagmus : Gerakan bolak balik mata yang involunter dan ritmik dengan
komponen cepat ke 1 arah dan komponen lambat ke arah lain
C. PUPIL
N.III m dilator pupil dan m. spincter pupil
Normal = 2-3 mm, isokor. diameter kanan=kiri
Anisokor bila perbedaan diameter pupil >1 mm
6. N. TRIGEMINUS
A. MOTORIK
- Membuka & menutup mulut : melihat rahang bawah apakah terdorong
kea rah yang lemah waktu membuka mulut.
- Meraba m.masseter & temporalis saat pasien menggigit sekuatnya
kiri=kanan
- Melihat kekuatan otot pasien menggigit Tounge spatel dari kayu
dengan geraham dilihat kedalaman gigitan
Rahang digerakkan ke kanan dan kiri saat menggigit paresis kanan
rahang tidak bisa digerakkan ke kiri.
B. SENSORIK
N.V Sensorik tdd
Cabang Opthalmikus (NV1) : pelipis, dahi, palpebra superior, kornea,
konjunctiva, mukosa sinus paranasalis, mukosa septum nasi atas/bawah/lat,
duktus lacrimalis
Cabang Maxilaris (NV2 ) : Pipi, kelopak mata bawah, mukosa septum nasi
post, bibir atas, hidung, mukosa sin maxilla, gigi dan gusi atas, langit2 keras
dan lunak
Cabang mandibula (NV3) :kulit pipi, dagu, bibir bawah,gigi dan gusi bawah,
rahang bawah, dasar mulut, lidah, kel.parotis, proprioseptik otot rahang
C. PEMERIKSAAN REFLEKS
Refleks KORNEA
Aferen : N.V Eferen : N.VII Pusat : Pons
Dengan cara menyentuhkan kapas ke kornea mata
Respon : penutupan kelopak mata
R.Kornea direct respon dilihat pada mata yang dirangsang
R. Kornea indirek pada mata sebelahnya
Refleks MASSETER
Aferen : N.V Eferen : N. V Pusat : Pons
Pasien disuruh membuka mulut sedikit ( mengucapkan huruf AAAA )
letakkan jari telunjuk pemeriksa di dagu pasien ketuk dengan
reflex hammer
Respon : kontraksi m.maseter dan m.temporalis ( berupa penutupan
sedikit mulut tiba-tiba)= Normal
Penutupan mulut tiba-tiba dan kuat lesi UMN
Refleks BERSIN
Aferen : N.V Eferen : N.V, VII, IX,X Pusat : Batang Otak
Dengan cara merangsang mukosa hidung
Respon : bersin
7. N.FASIALIS
Pemeriksaan motorik wajah (ekspresi wajah) dan sensori pada
pengecapan , kelenjar ludah dan air mata
A. MOTORIK
Mimik : dilihat adanya parese ( jatuh pada sudut mulut yang sakit )/
tertarik ada / tidak sulcus
Kerut kening : Ada Kerut Kening Atau Tidak
Menutup mata : Lagopthalmus tidak bisa menutup mata
Pasien meniup sekuatnya : pasien menggembungkan pipinya
tangan pemeriksa menekan pipi udara keluar dari sisi yang lemah
Memperlihatkan gigi : apakah sudut mulut tertarik ke sisi yang sehat
Tertawa : apakah otot wajah bisa kontraksi
B. SENSORIK
Fungsi: Pengecapan 2/3 depan lidah.
Cara : -pasien diberi tahu kode/ isarat jika dapat merasakan atau tidak
(tidak boleh dengan Menyebut)
-Lidah dijulurkan dan bahan disentuhkan ke lidah. Pasien tidak
boleh mengetahui bahan tsb sebelumnya
-Ditanya untuk dijawab dengan isarat tsb
Bahan : gula, garam, kinine
D. REFLEKS STEPEDEAL
Dipasang stetoskop pada kedua telinga membrane stetoskop di
ketuk respon melepaskan stetoskop karena suara kuat.
HIPERAKUSIS
Suara yang diterima pasien lebih kuat intensitasnya akibat
kelumpuhan n. Stapedeus
PREBIASKUSIS : Hiperakusis yang terjadi pada orang tua
BELL’S PALSY
Kelumpuhan N. Facialis perifer yang timbul akut, penyebabnya belum
diketahui, sebagian besar sembuh yang alin dengan gejala sisa :
kontraktur, spasma
BELL PHENOMEN
Karena tidak bisa menutup mata bola mata diputar keatas sehingga
yang tampak hanya putihnya saja
8. N. VESTIBULOKOKHLEARIS/ N.AKUSTIKUS
Pemeriksaan fungsi pendengaran dan keseimbangan
PENDENGARAN / AUDITORIUS
o TES BERBISIK
Mendengar suara detak arloji di ruang kedap suara (6x6 m)
o RINNE TEST
Membandingkan hantaran udara&tulang hantaran udara lebih
baik dari tulang
- Garpu tala dibunyikan dan diletakkan pada tulang mastoid.
- Jika gataran hilang di dekatkan ke telinga normal masih
terdengar suara
o WEBER TEST
Lateralisasi pendengaran
- Garpu tala dibunyikan dan diletakkan pangkalnya pada
pertngahan kepala
- Di dengar pada telinga mana terdengar bunyi lebih keras
o SCHWABACH TEST
Membandingkan pendengaran pemeriksa dan penderita
- Garpu tala dibunyikan, lalu di dengarkan pemeriksa sampai tidak
terdengar lagi
- Lalu di dengarkan pada penderita
VESTIBULARIS / KESEIMBANGAN
o Nistagmus
Tes KALORI
- Pastikan membrane tympani tidak perforasi
- Duduk dengan posisi kepala tunduk atau tidur dengan kepala
semifleksi 30° dengan bidang datar CSC tegaklurus horizontal
- Dengan menggunakan spuit disemprotkan air dingin 30°C dan
hangat 44°C (beda suhu ±7°C dari normal sudah memberi respon
maksimal) pada telinga kiri
- Irigasi liang telinga perlahan ± 40 detik sampai level 0.3 m di atas
kepala atau 200-300 cc nistagmus (N= 2-3 menit ) atau sampai
pasien mengeluh mual dan vertigo ( N= 20-30 detik )
- Lakukan irigasi pada telinga kanan juga
- Jika tak ada reaksi sampai 3 menit, hentikan tes.
- Catat waktu mulai timbul gejala, arah nistagmus dan lamanya
nistagmus
- Normal nistagmus kearah telinga yang diirigsi air hangat
Lesi perifer : respon telinga ipsilateral melemah / -
Lesi sentral : respon telinga ipsilateral meningkat
RUMUS HALLPIKE
Lama nistagmus telinga kiri dengan air dingin = I
Telinga kanan = II
Lama nistagmus telinga kiri dengan air hangat= III
Telinga kanan = IV
Jumlah I+III : jumlah II + IV ≥ 40 detik lesi perifer vertibular pada telinga yang
kurang jumlahnya
Jumlah I +IV : jumlah II + III ≥ 40 detik Lesi sentral pada yang kurang
jumlahnya
o VERTIGO
Perasaan dirinya berputar terhadap lingkungan atau lingkungan berputar
o TINITUS
Mendengar bunyi bising walau tidak ada stimulus suara
Mis : bunyi ombak, desir, dengung, bunyi peluit dll
9. N.GLOSOFARINGEUS
10.N. VAGUS
Cara : dengan tounge spatel di tekan lidah dan di lihat palatum mole,
uvula dan arkus faring pada waktu istirahat dan berfonasi aaaa….
Palatum mole : akan terlihat arkus faring yang lemah tidak terangkat saat
berfonasi
Uvula : gerakan uvula saat berfonasi apakah simetris atau terdorong ke
yang sehat.
Disfagia : tidak bisa menelan makanan / minuman keselak waktu
makan
Disatriza : suara sengau atau bindeng
Disfonia : suara lemah
REFLEKS MUNTAH :
Aferen : N.IX, X Aferen : V, IX, X Pusat : Medula Oblongata
Cara : meraba dinding belakang pharing dengan kapas lidi muntah
Bandingkan kiri dan kanan.
Pengecapan 1/3 belakang lidah ~ pemeriksaan 2/3 depan lidah (N.VII )
11. N.ASSESORIUS
Pemeriksaan fungsi motorik murni untuk mengangkat bahu dan menoleh ke
kiri dank e kanan
MENGANGKAT BAHU
menilai kekuatan m. Trapezeus
- Pemeriksa berdiri di belekang pasien, pasien dalam keadaan
duduk
- Tangan pemeriksa menekan kedua bahu pasien dan pasien
berusaha mengangkat bahu
12.N. HYPOGLOSUS
Pemeriksaan motorik murni untuk otot penggerak lidah.
LESI LMN
o Tremor : lidah keluar masuk secara involunter
o Atropi : garis tengah lidah cekung, belahan lidah tipis dan keriput
o Fasikulasi : pinggir lidah berubah, papil lidah hilang
o Deviasi lidah unilateral / ke sisi lesi
LESI UMN :
o Diviasi lidah ke kontralateral/ spastisitas unilateral
o Lidah keras, tebal
o Seperti kerang rebus
o Tidak bisa digerakkan (bilateral )
6. MOTORIK
Penilaian tropi dan tonus otot
Tropi : bentuk dan ukuran otot diukur secara objektif, jika subjektif
dibandingkan dengan sebelahnya.
Normal : eutropi
Mengecil : hipotropi
Membesar : hipertropi
TONUS : diperiksa dengan cara menggerakkan sendi secara pasif, tahanan yang
timbul dinilai apakah normal ( normotoni ), meninggi ( hipertoni ), atau hipotoni
dibandingkan dengan sebelahnya.
KEKUATAN OTOT :
Kekuatan otot dinilai pada :
1. Ektremitas superior Dex/ Sin
a. Sendi bahu : Flexi extensi : m.deltoideus, trapezeus, seratus ant,
suprascapular
Abduksi adduksi : m.deltoideus
b. Sendi Siku : Flexi extensi : m.bisep, trisep, brachialis, brachioradialis
c. Sendi pergelangan : Flexi extensi : m. extensor karpi radialis/ ulnaris, m.
Fleksor carpi tradialis/ulnaris
d. Sendi Carpal : articulation carpi
e. Sendi jari-jari
2. Ekstremitas Inferior Dex / Sin
a. Sendi panggul : Flexsi ekstensi : m.gluteus maksimus, m. iliopsoas
Abduksi adduksi : otot abductor adduktor
b. Sendi lutut : Fleksi : m. bisep femoralis
Ekstensi : m.Kwadrisep femoralis
c. Sendi perdelangan kaki : dorsofleksi : m. tibialis anterior
Plantar pleksi : m.gastroknemius, peroneur, soleus
d. Sendi tarsal : Fleksi :m. flexor hallusis brevis, quadrates plantar
Ekstensi : m. Extensor hallusis brevis
e. Sendi jari kaki : Fleksi : m.flexor digitorum longus
Ekstensi : m. Interossei plantaris
8. SISTEM SENSIBILITAS
EKTEROSEPTIF
Cara : mulailah pada sisi yang abnormal – normal
Bandingkan kiri dan kanan apakah ada perbedaan sensasi
Catat pada peta dermatom
1. NYERI : jarum tajam dan tumpul
2. SUHU : tabung berisi air dingin 5-10°C dan air hangat 40-
45°C
3. RABA : kapas, bulu, rambut
PROPRIOSEPTIF
1. Getar : garpu tala
2. Gerak
3. Tekanan
4. Posisi : kemampuan untuk mengatur posisi tubuh terhadap ruang sekitarnya
9. REFLEKS
REFLEKS FISIOLOGIS
1. Biseps : Lengan difleksikan pada sendi siku 90° penokokan pada tendon
biseps dengan reflex hammer fleksi lengan bawah pada siku
Aff : n. musculocutaneus Pusat : C5-6 Eff : n. musculocutaneus
2. Triseps : Lengan bawah sedikit fleksi thd lengan atas penokokan tendon
trisep 1-2 cm dari olekranon ekstensi sendi siku
Aff : n.radialis Pusat : C6-7 Eff : n.Radialis
4. KPR : Tungkai bawah fleksi pada lutut, tendon patella diketok ( di tengah
patella dan tuberositas tibia ) ekstensi tungkai bawah pada lutut
Aff : n. Femoralis Pusat : L2-3-4 Eff : n. Femoralis
6. Strumple : Tapak kaki digores dari bawah ke atas plantar fleksi jari jari kaki
7. Refleks Dinding Perut : Digores perut dari lateral ke medial pada tiap sisi perut,
atas dan bawah , batas pusat kontraksi otot perut menjauhi umbilicus
8. Refleks Cremaster : digores dinding paha dalam dari bawah ke atas (dekat
scrotum) terangkatnya / elevasi testis ipsilateral.
REFLEKS PATOLOGIS
1. Refleks Hoffman – Tromner
Hoffman : Pergelangan tangan dipegang ujung jari tengah dipetik
Tromner : Pergelangan tangan dipegang tapak jari tengah digores / dicolek
Fleksi jari-jari dan adduksi ibu jari (claw hand )
2. Babinsky : dengan ujung hammer telapak kaki lateral digores dari tumit sampai
jempol
Respon : Dorsofleksi ibu jari dan pemekaran jari yang lain (Fanning)
6. Oppenheim : Pengurutan / ditekan kuat pada tibialis anterior dari atas ke bawah
Refleks ROSSOLIMO : dengan reflex hammer di ketuk telapak kaki dibawah jari 4
Refleks MENDEL BECHTEREW : diketuk dorsum kaki di basis jari kaki ke 4
Respon plantar fleksi jari kaki
REFLEKS PRIMITIF
1. SUCKING REFLEKS : bibir disentuh gerak bibir seperti menetek
Aff : N.V &N. IX Eff : N.V,VII, IX, X, XII dan N.Spinal
10.KOORDINASI
Lenggang
Bicara : berbicara spontan, pemahaman, pengulangan, menamai
Menulis : Mikrografia pada Parkinson
Percobaan Apraksia : ketidakmampuan melakukan tindakan terampil
Mengancing baju, menyisir rambut, mengikat tali sepatu
11.VEGETATIF
Vasomotorik : pembuluh darah kulit di gores merah
Sudomotorik : berkeringat
Pilo-erektor : merinding tangan pemeriksa setelah memegang es lalu
memegang pasien
Miksi dan Defekasi
Potensi dan Libido
12.VERTEBRA
Bentuk : normal / tidak
Scoliosis : deviasi ke lateral kurvatura vertebra
Hiperlordosis : cekungan anterior dari kurvatura lumbal dan cervical tulang
vertebra dapat dilihat dari samping
Kifosis : kelengkungan dari tulang vertebra torakal terlalu berlebihan
14.GEJALA SEREBELLAR
Ataxia : gangguan koordinasi gerakan gangguan gerakan jalan yg tidak teratur
akibat impuls propioseptif tidak dapat diintegrasikan
Disartria : gangguan kata kata
Tremor : Intension tremor : tremor bertambah kasar bila tangan menuju suatu
sasaran / arah, hilang bila istirahat
Nistagmus : tes kalori
Rebound Fenomena : tidak mampu menghentikan pergerakan tepat pada waktunya.
Tangan penderita di fleksikan dan disuruh menahan tahanan dari
pemeriksa
Lalu pemeriksa melepaskan tahanan dengan tiba tiba
Tangan panderita memukul tubuh/ muka sendiri
Normal : ditahan oleh m. triceps
Vertigo : gangguan orientasi di ruangan dimana perasaan dirinya berputar
terhadap ruangan sekitarnya atau ruangan yang berputar terhadapnya.
Test Romberg (+)
16.FUNGSI LUHUR
Kesadaran kualitatif
Ingatan baru
Ingatan lama
Orientasi : Tempat
Personal / diri
Waktu
Situasi
Intelegensia : normal / terganggu
Reaksi emosi : normal / terganggu
Daya pertimbangan : baik / kurang
Afasia : gangguan berbahasa (gangguan dalam memproduksi dan pemahaman
bahasa)
Ekspresif : motorik : area BROCA
Reseptif : area WERNICKE
Agnosia : tidak mampu mengenali benda yang sudah dikenali sebelumnya
Agnosia visual : tidak mampu mengenali objek secara visual
Agnosia jari : ketidakmampuan mengidentifikasi jari sendiri/orang lain
Cara : pasien menutup mata. Pemeriksa memegang salah satu jari pasien.
Lepaskan. Pasien membuka mata&menunjukkan jari yang diraba
Akalkulia : tidak mampu menghitung
Disorientasi kanan kiri
Anosognosia : menyangkal adanya gangguan fungsi tubuh
Sindroma Gestman : Disorientasi kanan kiri
Agnosia jari jari
Agrafia
Akalkulia
NERVUS KRANIALIS
N. II : respon mengedipkan mata terhadap cahaya
Pemeriksaan opthalmoskope
N. III, IV, VI : pemeriksaan bentuk, ukuran dan equalitas pupil thd cahaya.
Doll eye fenomen
N.V, VII : Rooting Refleks jari tangan atau putting diletakkan pada
pertengahan bibir mulut bayi akan membuka dan menoleh kearah
rangsangan
N.VIII : Bayi terkejut / berkedip saat diberi rangsang suara keras
REFLEKS LABIRIN Bayi diposisikan tegak vertical badan
diputar kekanan dan ke kiri bayi memandang kearah tsb
putaran dihentikan menoleh ke kontralateral
N.IX dan X : kemampuan menelan
REFLEKS
Grasp Refleks : merangsang / menyentuh permukaan tangan respon
mengenggam
Traction respon : tangan ditarik untuk duduk dari posisi tidur kontraksi otot
bahu dan leher
Stepping respon : bayi diangkat dengan kaki menyentuh dinding / meja
gerakan seperti menaiki tangga
SENSORIK : tusukan jarum pada telapak kaki tarikan pada ekstremitas yang
diranngsang atau keduanya