• SKENARIO
Seorang laki-laki datang ke poliklinik RS bersama istrinya dengan keluhan tidak bisa bicara dan
lemas sisi kanan sejak 1,5 jam yll. Tidak ada sakit kepala maupun muntah. Pasien menderita
hipertensi dan diabetes mellitus, kontrol tidak teratur.
Pada pemeriksaan didapatkan pasien compos mentis, TD 160/70mmHg, Nadi 80x/menit, suhu
36,6oC, dan pernafasan 18x/menit. Thorax dan abdomen dalam batas normal. Pada pemeriksaan
neurologis, didapatkan afasia global, paresis nervus fasialis dan hipoglosus kanan sentral,
hemiparesis kanan UMN 4444|5555 4444|5555
KATA KUNCI : Hipertensi, diabetes mellitus, afasia global, paresis nervus fasialis
kanan sentral, paresis nervus hipoglosus kanan sentral, hemiparesis kanan
UMN, refleks fisiologis, refleks patologis, Siriraj stroke score, pasien segera
dirujuk ke UGD
Klarifikasi Istilah
Compos mentis
• Sadar penuh, dapat memberi respon dengan cepat dan tepat.
Afasia
• Gangguan Bahasa berupa gangguan bicara yang disebabkan karena defek/kehilangan
kemampuan baik aspek menulis & memahami karena kelainan otak dan trauma.
Afasia Global
• Kemampuan reseptif dan ekspresif terganggu.
Hemiparesis
• Kelemahan otot-otot ekstremitas pada 1 sisi.
Refleks patologis
• Reflek-reflek yang tidak dapat dibangkitkan pada orang sehat kecuali pada bayi dan balita.
Siriraj score
• Sistem skor untuk membedakan stroke iskemik atau stroke
hemoragik
Paresis
• Kondisi dimana adanya kelemahan pada gerak badan, dengan
skor motorik = 1-4
Paralisis / plegia
• Skor motorik = 0
Identifikasi masalah
• Laki-laki 55 tahun tidak bisa bicara dan lemas sisi kanan sejak 1,5 jam yang lalu.
• Riwayat penyakit dahulu = hipertensi dan DM tidak terkontrol
• Tidak ada muntah dan nyeri kepala.
• Pemeriksaan fisik
TD = 160/70 mmHg
Nadi 80 x/menit
Suhu 36,6 oC
RR 18 x/menit
Afasia global
Paresis N. VII dan N. XII kanan sentral
Hemiparesis UMN 4444|5555 4444|5555
Refleks fisiologis +2/+2
Refleks patologis +/-
Riwayat DM dan
hipertensi tidak Neurologis Afasia global Jenis afasia
terkontrol
1. Bagian
Paresis N.VII dan
Anatomi otak 2. Vaskularisasi
N.XII sentral
3. Nervus kranialis
TD 160/70 GDS 268 Siriraj Score
Hemiparesis UMN dan
dextra -> UMN LMN
Cara UGD
1. Anamnesis 7. Patofisiologi
2. Pemeriksaan fisik 8. Faktor resiko
3. Definisi 9. Komplikasi
Diagnosis 4. Etiologi 10. PP
5. Epidemiologi 11. Tatalaksana
6. Gejala 12. Prognosis
Learning Objective
• Anatomi • Epidemiologi
• Definisi • Komplikasi
Paulsen F Waschke J.Sobotta : Atlas of human anatomy vol 3 : head nneck and neuroanatomy . 15 th ed.Elsevier.Munich . 2011
Anatomi
A.Cerebri anterior : supply bagian medial
di setiap hemisfer
A.Cerebralis media : supply hampir
seluruh permukaan otak dan beberapa
bagian basal ganglia
A.Cerebri posterior : supply bagian
occipital dan temporal
Posterior
Jaras kolumna dorsalis posterior 4. bersinaps dengan neuron
= sentuhan ringan, diskriminasi orde ketiga pada
dua titik, vibrasi dan thalamus
proprioseptif.
= Spinotalamikus
4. bersinaps dengan neuron
Jaras spinotalamikus orde ketiga di thalamus
= nyeri, suhu dan gatal
LMN
Nukleus -> Efektor
3. Faktor resiko
6. Kekutan motorik
7. Status neuroloigi
- Global
- Fokal
8. Cranial
- Paresis ; motorik
- Lesi : sensori
Pemeriksaan Reflex
1. Refleks superfisial
2. Reflek fisiologi : Refleks bisep , Reflek triceps , Refleks patela , Refleks
achilles, Chanddock, Klonus lutut , Klonus kaki
3. Reflex patologis: Babinski, Hoffman, Tromner
4. Refleks primitif : Refleks menghisap , Reflek menggenggam , Refleks glabella,
Refleks palmomental
Pemeriksaan Reflex
Reflex achiles,bicep,maxsilaris,patela,tricep,ulna
Score
Viseral refleks
• Refleks pupil
• Mengedip
• Carotis sinus
• Kantung kemih
Skala Kekuatan Motorik
Thrombus
Terjadi saat istirahat
Akan oklusi large cerebral artery, small penetrating artery, vena cerebral, atau sinus vena.
Gejala akan berkembang selama beberapa menit sampai jam.
Stroke trombotik biasanya didahului oleh TIA yang mempunyai gejala yang sama.
Epidemiologi
• Trombus dapat lepas dan menjadi embolus atau tetap pada lokasi asal dan
menyebabkan oklusi dalam pembuluh darah tersebut. Emboli merupakan bagian
trombus yang terlepas dan menyumbat pembuluh darah di bagian yang lebih
distal.
• Emboli ini dapat berasal dari trombus di pembuluh darah, tetapi sebagian besar
berasal dari trombus di jantung yang terbentuk pada keadaan tertentu, seperti
pada atrial fibrilasi dan riwayat infark miokard.
Patofisiologi
Stroke
Iskemik
Faktor Risiko
• Tatalaksana umum :
Stabilisasi Jalan Napas
Penatalksanaan sirkulasi
Stabilisasi Pernapasan, jika saturasi o2 <95% berikan O2
Pengendalian peningkatan TIK (tekanan intrakranial)
Pengendalian suhu tubuh
Tatalaksana cairan
Pengendalian kejang bila terjadi kejang
Nutrisi
Pencegahan sekunder dan mengatasi komplikasi
Terapi
• Tatalaksana Spesifik
Penggunaan insulin untuk mengatasi hiperglikemia
Selama keadaan akut tidak diberikan obat antihipertensi dahulu, kecuali
TD mencapai >220mmHg untuk TD sistolik dan >120mmHg untuk TD
diastolik
Dalam waktu <3 jam beri penanganan trombolisis secara intravena
Tatalaksana
• Untuk preventif sekunder berikan clopidogrel sebagai antitrombotik
sehingga tidak trombus lagi
• Untuk non-medikamentosa :
Edukasi pada pasien dan keluarga
Fisioterapi
Prognosis
Ad vitam: Dubia ad bonam
Sebab dikasus disebutkan bahwa pasien datang ke UGD setelah mengalami keluhan
1,5 jam yang lalu. Dimana waktu tersebut belum melewati batas waktu penanganan
terbaik untuk pasien stroke, apabila pasien segera mendapatkan penanganan yang
cepat dan tepat maka diharapkan apa yang dialami pasien tidak mengancam
nyawanya.
Pnemonia aspirasi
Dapat terjadi karena pada 50% pasien stroke, kemapuan menelan menurun sehingga
mengakibatkan adanya makanan yang masuk kedalam saluran pernafasan. Biasanya pnemonia
aspirasi menyebabkan demam dan hypoxia yang dapat memperparah kerusan otak sekunder.
3. Gangguan Pergerakan Bola Mata (Deviatio Konjugae : hanya bias lirik ke salah satu arah)