Kasus...
KASUS 1
Seorang wanita usia 23 tahun, mengalami kejang dan selanjutnya tidak sadar (koma). Sebelumnya pasien baru saja menjalani tidakan operasi dengan narkose umum, setelah operasi pasien sempat sadar kembali. Selanjutnya pasien tersebut dirawat di ICU, bantuan alat nafas. Pemeriksaan refleks batang otak sebagian masih baik yaitu reflek muntah dan trigger nafas masih terlihat namun jarang. Satu bulan perawatan dilakukan pemeriksaan EEG, dengan hasil masih adanya aktivitas listrik di otak, namun melambat. Dimana letak gangguan yang dapat menerangkan tingkat kesadaran pasien ini?
Pada bulan ke-4 perawatan, keadaan makin menurun, kesadaran koma, tidak didapatkan lagi refleksrefleks batang otak, trigger nafas (), EEG isoelektrik. Pasien selanjutnya tergantung penuh pada mesin pernafasan walaupun hemodinamik masih stabil. Selanjutnya keluarga minta second opinion ke dokter asing. Apa yang terjadi pada pasien ini? Pasien akhirnya dibawa pulang untuk home care dan dinyatakan meninggal tidak lama setelah keluar dari rumah sakit.
KASUS 2
Seorang mahasiswa kedokteran berusia 24 tahun dibawa ke IGD setelah mengalami kecelakaan motor. Pada pemeriksaan, dia ditemukan dalam keadaan tidak sadar dan terdapat tanda-tanda cedera kepala sisi kanan yang berat. Dia tidak memberikan respon terhadap rangsangan suara dan tidak bereaksi apapun terhadap rangsangan nyeri berupa tekanan yang dalam pada nervus supraorbitalis. Refleks plantaris berupa refleks ekstensor. Tidak ada refleks pupil, kornea, dan tendon. Tampak jelas bahwa pasien berada dalam keadaan koma dalam. Pemeriksaan neurologis lebih lanjut tidak memberikan hal-hal yang dapat membantu diagnosis. CT scan memperlihatkan fraktur depresi yang besar pada os. parietal cranium dextra.
Setelah seminggu di ICU, keadaan pasien berubah. Tiba-tiba pasien seperti terbangun tetapi tidak sadar akan keadaan lingkungan atau kebutuhan dasarnya. Untuk menyenangkan keluarganya, dia menatap dengan matanya dan bereaksi dalam batas-batas tertentu berupa gerakan refleks dan postural dasar, namun dia tidak bisa berbicara dan bereaksi terhadap perintah. Walaupun memiliki siklus tidur bangun, dia tidak memberikan reaksi yang sesuai terhadap nyeri. Keadaan neurologis pasien tidak berubah hingga 6 bulan kemudian. Dokter saraf menjelaskan kepada keluarganya bahwa bagian otak yang disebut formasio retikularis di batang otak selamat dari kecelakaan dan menyebabkan pasien tampak terbangun dan dapat bernafas tanpa bantuan. Sayangnya, korteks serebri pasien ini mati dan dia tetap berada dalam status vegetatif.
Neuroanatomi Kesadaran
DEFINISI
Produk neurofisiologik di mana seorang individu mampu berorientasi secara wajar terhadap waktu tempat dan Kesadaran orang. Keadaan sadar terhadap diri sendiri dan lingkungan
Suatu keadaan tidak sadar total terhadap diri sendiri dan lingkungan meskipun distimulasi dengan kuat
Koma
columna lateralis neuron kecil columna medialis neuron besar columna mediana neuron sedang
2. KORTEKS SEREBRI
Berperan dalam keadaan waspada (reaksi terhadap stimulus dan lingkungan) aspek isi kesadaran verbal = respon bicara dan movement = respon gerak
Neurotransmiter Kesadaran
1. Group sel Ach memulai fasilitasi transmis italamokortikal (kuning) 2. Aktivasi korteks oleh talamus termasuk input monoamin dari batang otak bagian atas dan hipotalamus posterior (merah)
Ach PPT LDT TMN His DA 5HT LC NA LHA ORX MCH BF GABA = Acetylcholine = pedunculopontine = laterodorsal tegmental nuclei = tuberomammillary nucleus = histamine = dopamine = serotonin = locus coeruleus = noradrenaline = lateral hypothalamus = orexin = melanin-concentrating hormone = basal forebrain = gamma aminobutyricacid
PENURUNAN KESADARAN
Penurunan kesadaran diikuti oleh: Penurunan fungsi luhur Penurunan fungsi emosi Penurunan fungsi intelegensi Penurunan fungsi motorik terkendali Akan tetapi: Refleks subkortikal (+) Refleks batang otak (+) Refleks medula spinalis (+)
KESADARAN
BANGUN
WASPADA
SADAR
KESADARAN
SADAR
KESADARAN MINIMAL
STATUS VEGETATIF
Bangun, siklus tidur bangun (+), waspada (-) Etiologi: cedera kepala berat, anoksia serebri
LOCK IN SYNDROME
KOMA
TIDUR
Perubahan kesadaran
Tekanan darah, nadi, nafas menurun
Mudah dibangunkan
Refleks tendon (-) Refleks plantar ekstensor
Lesi infratentorial
Vaskuler
Perdarahan Subarachnoid H1 : tunder club headache, sadar, TRM (+), stroke (-) H3 : tidak sadar, TRM (-), stroke (+)
Tumor meningens
Ensefalopati hipertensi : penurunan kesadaran, TD tinggi mendadak demam (-), defisit neurologis fokal (-)
Trauma: komusio Epilepsi: Grandmall
Topik Lesi
TRAKTUS PIRAMIDALIS 1. Traktus Kortikobulbar Mesensefalon: N.III, N.IV, N.V Pons: N.VI, NVI, N.VII Medula oblongata: N.VIII, N.IX, N.X 2. Traktus Kortikospinal Ekstremitas Topik -> korteks serebri Hemiparese kontralateral Parese N.VII, XII kontralateral tipe sentral
Topik Lesi
RUMUS: Kelainan di atas inti : lesi kontralateral tipe UMN Kelainan dari inti ke neuromuscular junction : lesi ipsilateral tipe LMN
Topik -> mesensefalon Hemiparese kontralateral Parese N.III ipsilateral Parese N.VII, XII kontralateral tipe sentral Topik -> pons Hemiparese kontralateral Parese N.VII ipsilateral tipe perifer Parese XII kontralateral tipe sentral Topik -> medula oblongata Hemiparese kontralateral Parese XII ipsilateral tipe perifer
HEMIPARESE ALTERNANS
1. Tingkat Kesadaran
Tingkat Kesadaran Kualitatif kurang akurat
Komposmentis
Keadaan sistem sensorik utuh, ada waktu tidur dan sadar penuh serta aktivitas yang teratur
Pasien dapat bangun spontan pada waktunya atau sesudah dirangsang tapi kembali tidur setelah stimulasi dihilangkan. Pasien terlihat tertidur tapi dapat dibangunkan dengan rangsang verbal yang kuat, dapat spontan hanya waktu singkat, sistem sensorik berkabut, dapat mengikuti beberapa perintah sederhana.
Somnolen
Stupor
Tingkat Kesadaran
Tingkat Kesadaran Kualitatif
Semikoma
Pasien tidak ada respon dengan rangsang verbal, dengan rangsang nyeri masih ada gerakan, reflekreflek (cornea, pupil dll) masih baik dan nafas masih adekuat
Koma
Gerakan spontan negatif, reflekreflek negatif, fungsi nafas terganggu atau negatif.
2 1
Respon Motorik
Perlihatkan 2 jari
fleksi abnormal = 3
respon ekstensi = 2
tidak repon = 1
Pada keadaan 1 atau lebih komponen GCS tidak dapat dinilai (afasia, paraparese/plegia, tetraparese/plegia) Nilai : baik = 15; buruk = 6
2. Pola Nafas
Cheyne-Stokes Breathing
Pola: periode hiperpnea diselingi periode apnea sekitar1020 detik Penyebab: Disfungsi hemisfer bilateral bagian dalam (diensefalon) Gangguan metabolik, seperti uremia, gangguan fungsi hati berat, atau infark bilateral atau lesi karena adanya massa pada proensefalon dengan perubah ananatomi / pergeseran pada diensefalon Mekanisme: berhubungan dengan respon abnormal terhadap sensitivitas CO2 di pusat pernafasan di batang otak
2. Pola Nafas
Central Neurologic Hyperventilation (Kusmaul)
Pola: cepat (antara 40-50x / menit) dan dalam Pada disfungsi batang otak atau pons bagian atas PO2 meningkat lebih dari 7080 mmHg (jika level PO2 dibawah normal, hipoksemia) Penyakit jantung, paru, dan metabolik dapat juga menyebabkan hiperventilasi.
2. Pola Nafas
Apneustic Breathing
Pola : fase inspirasi yang memanjang dan berhenti pada saat inspirasi maksimal Disfungsi pons tengah dan bawah dorsolateral (jarang terjadi)
2. Pola Nafas
Cluster Breathing
Hanya signifikan pada kerusakan bagian bawah pons Karakteristik kelainan ini hampir sama dengan pernafasan mendekati proses apnea
2. Pola Nafas
Ataxic Breathing
Pola : tidak teratur dan kadang apnea Kerusakan pada bagian bawah pontine atau pada pusat pernafasan di medula oblongata Disfungsi formasio retikularis bagian mediodorsal
2. Pola Nafas
Gasping Respiration
Pola : nafas satu-satu Kerusakan pada medula oblongata Gagal nafas mendahului gagal jantung
Cara pemeriksaan: Pasien tidur telentang Fleksikan tungkai dalam keadaan lutut ekstensi Hasil pemeriksaan: Positif bila ada respon berupa fleksi lutut kontralateral
Cara pemeriksaan: Angkat kaki dalam keadaan lurus Hasil pemeriksaan: Laseq positif jika sudut < 70
lateralisasi
Sensorik Dengan rangsangan nyeri (ringan, sedang, kuat) Otonom Neurogenic bladder Lesi di atas pons = tipe uninhibited bladder Refleks