Edema Konjungtiva
Jaringan konjungtiva akan terjadi kemotik. Kemotik konjungtiva yang berat dapat
mengakibatkan palpebra tidak menutup sehingga bertambah rangsangan terhadap
konjungtiva. Dapat diberikan dekongestan untuk mencegah pembendungan cairan di dalam
selaput lendir konjungtiva. 2,3
Hematoma Subkonjungtiva
Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat pada atau dibawah
konjungtiva (arteri konjungtiva dan arteri episklera). Pecahnya pembuluh darah ini akibat
batuk rejan, trauma tumpul basis kranii atau pada keadaan pembuluh darah yang rentan dan
mudah pecah
misalnya
Funduskopi
diperlukan
bila
tekanan
bola
mata
rendah
dengan
pupil
Penatalaksanaan
Pada edem konjung tiva dapat diberikan dekongestan untuk mencegah pembendungan cairan
di dalam selapt lendir konjungtiva. Pada edem konjungtiva yang berat dapat dilakukan disisi
sehingga cairan konjungtiva kemotik keluar melalui insisi tersebut.
Pemeriksaan Penunjang
Funduskopi
Pemeriksaan Funduskopi diperlukan bila tekanan bola mata rendah dengan pupil
lonjongdisertai tajam penglihatan yang menurun dan hematoma subkonjungtiva
Trauma tumpul Retina dan Koroid
Edema Retina
Warna retina terlihat lebih abu abu akibat sukarnya melihat jaringan koroid melalui
retina yang sembab ,terjadi edema makula sehingga tidak terdapat cherry red spot,
penglihatana akan sangat menurun. Pada trauma tumpul yang paling ditakutkan adalah
terjadi edema makula atau edema berlin. 2,3
Ablasi Retina
Biasanya pasien telah mempunyai bakat untuk terjadi ablasio retina ini seperti retina tipis
akibat miopia dan proses degenerasi retina lainnya. Pada pemeriksaan funduskopi akan
terlihat retina yang berwarna abu abu, pembuluh darah yang terlihat terangkat dan berkelok
kelok.
Gambaran klinis
Pada pasien akan terdapat keluhan ketajaman penglihatan menurun, terlihat adanya selaput
yang seperti tabir pada pandangannya. Pada pemeriksaan fundus kopi akan terlihat retina
berwarna abu-abu dengan pembuluh darah yang terangkat dan berkelok-kelok.
Penatalaksanaan
Ablasi retina ditangani dengan melakukan pembedahan oleh dokter mata. Robekan retina
jarang terjadi pada mata sehat. Biasanya robekan retina terjadi pada mata yang memang telah
mengalami degenerasi sebelumnya, sehingga trauma yang ringan sekalipun dapat memicu
robekan. Ruptur retina sering disertai dengan ruptur koroid. Dialisis ora serata sering terjadi
pada kuadran inferotemporal atau nasal atas, berbentuk segitiga atau tapal kuda, disertai
dengan ablasio retina.
Ruptur koroid
Terjadi perdarahan subretina, biasanya terletak di polus posterior bola mata dan
melingkar konsentris disekitar papilsaraf optik. Bila ruptur koroid ini mengenai daerah
macula lutea maka tajam penglihatan akan menurun dengan cepat, ruptur bila tertutup oleh
perdarahan subretina sukar dilihat tetapi bila darah tersebut telah diabsorpsi maka akan
terlihat bagian ruptur berwarna putih karena sklera dapat dilihat langsung tanpa tertutup
koroid.
Ruptur koroid secara oftalmoskopik terlihat sebagai garis putih berbatas tegas, biasanya
terletak anterior dari ekuator dan ruptur ini sering terjadi pada membran Bruch.
Dapat merusak sistem pengaliran air mata dari pungtum lakrimalis sampai ke rongga
hidung. Hal ini dapat menyebabkan kekurangan air mata.12
c. Trauma tembus pada Orbita
Luka tajam yang mengenai orbita dapat merusak bola mata, merusak saraf optik,
menyebabkan kebutaan atau merobek otot luar mata sehingga menimbulkan paralisis dari
otot dan diplopia. Selain itu juga bisa menyebabkan infeksi, menimbulkan selulitis orbita,
karena adanya benda asing atau adanya hubungan terbuka dengan rongga-rongga di sekitar
orbita. 12
bersifat progresif lambat atau berawitan mendadak. Harus dicurigai adanya benda asing
intraokuler apabila terdapat kegiatan memahat, mengasah atau adanya ledakan. Cedera pada
anak dengan riwayat yang tidak sesuai dengan cedera yang di derita, harus dicurigai adanya
penganiayaan pada anak. Riwayat kejadian harus diarah secara khusus pada detail terjadinya
trauma, riwayat pembedahan okuler sebelumnya, riwayat penyakit sebelumnya dan energi.3
Pemeriksaan fisik dimulai dengan pengukuran dan pencatatan ketajaman
penglihatan. Apabila gangguan penglihatannya parah, maka periksa proyeksi cahaya,
diskriminasi dua titik, dan adanya defek pupil aferan. Periksa motilitas mata dan sensasi kulit
periorbita, dan lakukan palpasi untuk mencari defek ada bagian tepi tulang orbita.3,6,9
Pemeriksaan slit lamp juga dapat dilakukan untuk melihat kedalam cedera di segmen
anterior bola mata. Tes fluoresein dapat digunakan untuk mewarnai kornea, sehingga cedera
kelihatan dengan jelas. Pemeriksaan tonometri perlu dilakukan untuk mnegetahui tekanan
bola mata. Pemeriksaan fundus yang di dilatasikan dengan oftalmoskop indirek penting untuk
dilakukan untuk mengetahui adanya benda asing intraokuler. Bila benda asing yang masuk
cukup dalam, dapat dilakukan tes seidel untuk mengetahui adanya cairan yang keluar dari
mata. Tes ini dilakukan dengan cara memberi anestesi pada mata yang akan di periksa,
kemudian diuji pada strip fluorescein steril. Penguji menggunakan slit lamp dengan filter
kobalt biru, sehingga akan terlihat perubahan warna strip akibat perubahan pH bila ada
pengeluaran cairan mata.
Pemeriksaan Ct-Scan dan USG B-scan digunakan untuk mengetahui posisi benda
asing. MRI kontraindikasi untuk kecurigaan trauma akibat benda logam. Electroretinography
(ERG) berguna untuk mengetahui ada tidaknya degenarasi pada retina dan sering digunakan
pada pasien yang tidak berkomunikasi dengan pemeriksa. Bila dalam inspeksi terlihat ruptur
bola mata, atau adanya kecenderungan ruptur bola mata, maka tidak dilakukan pemeriksaan
lagi. Mata dilindungi dengan pelindung tanpa bebat, kemudian dirujuk ke spesialis mata.6,10
Penatalaksanaan Trauma Tembus
Penatalaksanaan pasien dengan trauma tajam mata adalah
1. Penatalaksanaan sebelum tiba di rumah sakit:
- Mata tidak boleh dibebat dan diberikan perlindungan tanpa kontak.
- Tidak boleh dilakukan manipulasi yang berlebihan dan penekanan bola mata.
atau apabila jaringan tersebut mengalami iskemia dan kerusakan berat, maka jaringan yang
prolaps harus dieksisi setinggi bibir luka. Setiap jaringan yang dipotong harus dikirim ke
laboratorium
patologik
untuk
diperiksa.
Dilakukan
pembiakan
untuk
memeriksa
kemungkinan infeksi bakteri atau jamur. Sisa-sisa lensa dan darah dikeluarkan dengan
aspirasi dan irigasi mekanis atau vitrektomi. Reformasi kamera anterior selama tindakan
perbaikan dapat dicapai dengan cairan intraokuler fisiologis, udara atau viskoelastik.13
Luka sklera ditutup dengan jahitan 8-0 atau 9-0 interupted yang tidak dapat diserap.
Otot-otot rektus dapat secara sementara dilepaskan dari insersinya agar tindakan lebih mudah
dilakukan. Luka keluar di bagian posterior sklera pada cedera tembus ganda dapat sembuh
sendiri, dan biasanya tidak dilakukan usaha penutupan.13
Bedah vitreoretinal, bila ada luka kornea yang besar, dapat dilakukan melalui keratoprostesis
Landers Foulks temporer sebelum melakukan penanaman kornea. Enukleasi dan eviserasi
primer hanya boleh dipikirkan bila bola mata mengalami kerusakan total. Mata sebelah
rentan terhadap oftalmika simpatetik bila terjadi trauma tembus mata terutama bila ada
kerusakan di jaringan uvea. Untungnya, komplikasi ini jarang terjadi
Trauma Radiasi Elektromagnetik
Trauma radiasi yang sering ditemukan:
a) Trauma sinar inframerah
Akibat sinar inframerah dapat terjadi pada saat menatap gerhana
matahari dan pada saat bekerja dipemanggangan. Kerusakan ini dapat
terjadi akibat terkonsentrasinya sinar inframerah terlihat. Kaca yang
mencairseperti yang ditemukan di tempat pemanggangan kaca akan
mengeluarkan sinar infamerah. Bila seseorang berada pada jarak 1
kaki selama satu menit didepan kaca yang mencair dan pupilnya lebar
atau midriasis maka suhu lensa akan naik sebanyak 9 derajat celcius.
Demikian pula iris yang mengabsorbsi sinar inframerah akan panas
sehingga berakibat tidak baik terhadap kapsul lensa didekatnya.
Absorbsi sinar infamerah oleh lensa akan mengakibatkan katarak dan
eksfoliasi kapsul lensa. Akibat sinar ini pada lensa maka katarak mudah
terjadi pada pekerja industri gelas dan pemanggangan logam. Sinar
inframerah akan mengakibatkan keratitis superfisial, katarak kortikal
antero-posterior dan koagulasi pada koroid.Bergantung pada beratnya
lesi akan terdapat skotoma sementara ataupun permanen. Tidak ada
pengobatan
terhadap
akibat
buruk
yang
sudah
terjadi
kecuali
sinar
sinar
sinar
sinar
bakar
akibat
sinar
dapat
merusak
kornea
yang
HIFEMA
DEFINISI
Hifema adalah suatu keadaan dimana adanya darah dalam bilik mata depan yang berasal dari
pembuluh darah iris dan badan siliar yang pecah yang dapat terjadi akibat trauma ataupun
secara spontan, sehinnga darah terkumpul di dalam bilik mata, yang hanya mengisi sebagian
ataupun seluruh isis bilik mata depan. Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat
terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar.
KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya hifema dibagi menjadi:
Gambar hifema, nampak darah pada bilik mata depan, hanya memenuhi sebagian bilik mata
depan
Gambar hifema, nampak darah pada bilik mata depan, hanya memenuhi sebagian bilik mata
depan
Gambar hifema, menunjukkan darah hampir memenuhi seluruh seluruh bilik mata
DIAGNOSIS
Untuk mengetahui kelainan yang ditimbulkan perlu diadakan pemeriksaan yang
cermat, terdiri atas anamnesis dan pemeriksaan.
Anamnesis
Pada saat anamnesis kasus trauma mata ditanyakan waktu kejadian, proses terjadi
trauma dan benda yang mengenai mata tersebut. Bagaimana arah datangnya benda yang
mengenai mata itu, apakah dari depan, samping atas, samping bawah, atau dari arah lain dan
bagaimana kecepatannya waktu mengenai mata dan bahan tersebut, apakah terbuat dari kayu,
besi, atau bahan lainnya. Jika kejadian kurang dari satu jam maka perlu ditanyakan ketajaman
penglihatan atau nyeri pada mata karena berhubungan dengan peningkatan tekanan intra
okuler akibat perdarahan sekunder. Apakah trauma tersebut disertai dengan keluarnya darah,
dan apakah pernah mendapatkan pertolongan sebelumnya. Perlu juga ditanyakan riwayat
kesehatan mata sebelum terjadi trauma, apabila terjadi pengurangan penglihatan ditanyakan
apakah pengurangan penglihatan ituterjadi sebelum atau sesudah kecelakaan tersebut,
ambliopia, penyakit kornea atau glaukoma, riwayat pembukaan darah atau penggunaan
antikoagulan sistemik seperti aspirin atau warfarin.
Pemeriksaan mata
Pemeriksaan mata harus dilakukan secara lengkap. Semua hal yang berhubungan
dengan cedera bola mata ditanyakan. Dilakukan pemeriksaan hifema dan menilai perdarahan
ulang. Bila ditemukan kasus hifema, sebaiknya dilakukan pemeriksaan secara teliti keadaan
mata luar, hal ini penting karena mungkin saja pada riwayat trauma tumpul akan ditemukan
kelainan berupa trauma tembus seperti
Ekmosis
laserasi kelopak mata
Proptosis
Enoftalmus
fraktur yang disertai dengan gangguan pada gerakan mata
kadang-kadang menemukan kelainan berupa defek epitel, edem kornea dan imbibisi
mata depan, rasa sakit bertambah dan penglihatan lebih menurun lagi.
Pada iris dapat ditemukan robekan atau iridodialysis dan iridoplegia.
Pada hifema karena trauma, jika ditemukan penurunan tajam penglihatan segera maka
harus dipikirkan kerusakan seperti luksasi lensa, ablasi retina, oedem macula.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PENATALAKSANAAN
Walaupun perawatan penderita hifema ini masih banyak diperdebatkan, namun pada
dasarnya penatalaksanaan hifema ditujukan untuk :
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka cara pengobatan penderita dengan traumatic
hyphaema pada prinsipnya dibagi dalam 2 golongan besar yaitu (1) Perawatan dengan
cara konservatif / tanpa operasi, dan (2) Perawatan yang disertai dengan tindakan operasi.
Pasien dengan hifema yang tampak mengisi lebih dari 5% bilik mata depan sebaiknya
diistirahatkan . Penderita ditidurkan dalam keadaan terlentang dengan posisi kepala di angkat
(diberi alas bantal) kurang dari 600, hal ini akan mengurangi tekanan darah pada pembuluh
darah iris serta memudahkan kita mengevaluasi jumlah perdarahannya. Ada persesuaian
pendapat dari banyak sarjana mengenai tirah baring sempurna ini sebagai tindakan pertama
yang harus dikerjakan bila mengenai kasus traumatic hyphaema. Bahkan Darr dan Rakusin
menunjukkan bahwa dengan tirah baring sempurna absorbsi dari hyphaema dipercepat dan
sangat mengurangi timbulnya komplikasi perdarahan sekunder. Hifema biasanya akan
membaik dengan istirahat , namun dapat terjadi kembali 5-6 hari pertama setelah cedera .
Anak anak biasanya harus dirawat di Rumah Sakit selama beberapa hari , sementara orang
dewasa dapat dirawat dirumah bila mereka dapat beristirahat dan tidak terjadi komplikasi .
Bebat mata
Mengenai pemakaian bebat mata, gunakan bebat mata pada mata yang terkena trauma
saja, untuk mengurangi pergerakan bola mata yang sakit. Bila mungkin kedua mata ditutup
untuk memberika istirahat pada mata. Selanjutnya dikatakan bahwa pemakaian bebat pada
kedua mata akan menyebabkan penderita gelisah, cemas dan merasa tidak enak, dengan
akibat penderita (matanya) tidak istirahat. Akhirnya Rakusin mengatakan dalam
pengamatannya tidak ditemukan adanya pengaruh yang menonjol dari pemakaian bebat atau
tidak terhadap absorbsi, timbulnya komplikasi maupun prognosis dari tajamnya
penglihatannya.
Pemakaian obat-obatan
Pemberian obat-obatan pada penderita dengan traumatic hyphaema tidaklah mutlak,
tapi cukup berguna untuk menghentikan perdarahan, mempercepat absorbsinya dan menekan
komplikasi yang timbul. Untuk maksud di atas digunakan obat-obatan seperti:
Koagulansia
Golongan obat koagulansia ini dapat diberikan secara oral maupun parenteraI,
berguna untuk menekan/menghentikan perdarahan, Misalnya : Anaroxil, Adona AC,
Coagulen, Transamin, vit K, dan vit C:
Midriatika Miotika