SKENARIO 1
Pasien wanita 40 tahun datang ke poli umum RSU UMM dengan
keluhan nyeri kepala sebelah kanan atas sejak 3 bulan yang lalu. nyeri
kepala terasa seperti tersengat listrik, tersayat, dan kadang juga
berdenyut. nyeri kepala hilang timbul dan makin lama makin
memberat, muncul terutama saat terkena angin, cuci muka, gosok gigi.
terjadi kurang lebih 5x/hr dengan durasi sekitar 2 menit. Nyeri
berkurang bila pasien minum asam mefenamat tetapi beberapa saat
kemudian timbul lagi. melihat silau (+), mual (-), muntah (-), pasien
sudah pergi ke dokter gigi untuk mencabut gigi berlubangnya dan ke
psikiater tetapi keluhan masih tetap muncul.Pasien sudah pergi ke
PUSKESMAS, tetapi keluhan masih tetap.
RPD:
• - -riwayat trauma kepala (-)
• - -riwayat alergi obat (-)
• - -HT (-)
• - -riwayat bintil2 pada wajah (-) (post herpes)
RPK:
• - HT(-), DM(-),
R.Sos:
• - riwayat stres disangkal
• -
Pem.fisik :
• - Keadaan umum: cukup
• - VS:
• - TD :130/80 mmHg
• - N 72x/mnt
• - T.ax. 36° C,
• - RR: 18x/mnt
Status generalis: • N V : motorik : dbn
• Kepala: A/I/C/D : -/-/-/- • sensorik : hipoestesi frontal Dekstra, alodinia
• Leher: dbN, pembesaran KGB(-) • RC +/+
• Thorax: • Motorik
Cor : S1 S2 tunggal m(-), g(-) 55
Pulmo : v/v, rh -/-, wh -/- 55
• Abdomen: supel, NT (-), BU(+)N • Sensorik tungkai, lengan, tubuh: dbn
• Ekstr: • Reflek fisiologi
AH (+), edema (-) BPR +2 +2 KPR +2 +2
TPR +2 +2 APR +2 +2
Pemeriksaan Neurologis: • Reflek patologi (-)
• GCS 456 • Columna vertebralis : dbn
• Meningeal sign (-) • System otonom : dbn
• N.cranialis : PBI diameter 3mm/3mm, RCL+/+
RCTL +/+
KLARIFIKASI ISTILAH
• Meningeal Sign : sebuah tanda rangsangan meningeal yang timbul bila
ada iritasi pada meningeal atau selaput otak baik pada otak maupun
medspin (Pradana, 2013).
• Hipoestesia : berkurangnya sensitivitas rangsang sensoris (Rizaldi,
2012)
• Reflek fisiologis : regangan otot yang disebabkan oleh rangsangan
dan sebagai jawabannya otot akan berkontraksi (Bahar, 2015)
• Allodynia : nyeri yang diakibatkan oleh stimulus tidak berbahaya
(Arif, 2015)
• Allodynia : Nyeri yang diakibatkan oleh stimulus yang pada keadaan
normal tidak menyebabkan nyeri (Jensen, 2015)
• Reflek patologis : reflek-reflek yang tidak dapat dibangkitkan pada
orang-orang sehat kecuali pada bayi dan anak kecil (Departemen
Neurologi UNHAS, 2015)
RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa saat diberikan asam mefenamat nyeri berkurang tapi timbul lagi?
2. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik dan neurologis pada skenario?
3. Bagaimana mekanisme nyeri yang memberat pada saat terkena angin, cuci
muka, dan gosok gigi?
4. Mengapa setalah pasien mencabut gigi dan ke psikiater keluhannya masih
tetap muncul? Apa hubungannya dengan skenario?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan untuk menegakkan
diagnosis?
6. Apa diagnosis sementara untuk kasus tersebut?
7. Bagaimana tatalaksana awal untuk kasus tersebut?
MENGAPA SAAT DIBERIKAN ASAM MEFENAMAT
NYERI BERKURANG TAPI TIMBUL LAGI?
Kronik
CLINIC
-jenis kelamin
-Kesehatan buruk
-Jam tidur kurang
-Tidak bisa relaks setelah bekerja
-Stres
-Terlambat makan
-Menstruasi
-alkohol
DIAGNOSIS BANDING
1. Migren
2. Cluster-type hedache (nyeri kepala kluster)
PATOFISIOLOGI
• Klinis
• Pemeriksaan menunjang -lab
PEMERIKSAAN FISIK
• Neuro motorik-sensorik
• Palpasi otot perikranial
TERAPI
1. Farmakoterapi
a. Episodic analgetik + NSID
b. Kronik Amitriptilin 75 mg
dosis awal : 10-25mg
2. terapi fisik
-relaksasi
PROGNOSIS
•Nyeri kepala episodik dalam waktu 4-72 jam dengan gejala dua dari nyeri kepala unilateral,
berdenyut, bertambah berat dengan gerakan, intensitas sedang sampai berat ditambah satu dari
mual atau muntah, fonofobia atau fotofobia.
•familiel
PATOFISIOLOGI
1. Nyeri moderat sampai berat, kebanyakan penderita migren merasakan nyeri hanya pada satu
sisi kepala, namun sebagian merasakan nyeri pada kedua sisi kepala.
2. Sakit kepala berdenyut atau serasa ditusuk-tusuk.
3. Rasa nyerinya semakin parah dengan aktivitas fisik.
KLINIS
4. Rasa nyerinya sedemikian rupa sehingga tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
5. Mual dengan atau tanpa muntah.
6. Fotofobia atau fonofobia.
7. Sakit kepalanya mereda secara bertahap pada siang hari dan setelah bangun tidur, kebanyakan
pasien melaporkan merasa lelah dan lemah setelah serangan.
8. Sekitar 60 % penderita melaporkan gejala prodormal, seringkali terjadi beberapa jam atau
beberapa hari sebelum onset dimulai. Pasien melaporkan perubahan mood dan tingkah laku dan
bisa juga gejala psikologis, neurologis atau otonom.
FAKTOR PREDISPOSISI
1. Menstruasi biasa pada hari pertama menstruasi atau sebelumnya/ perubahan hormonal.
2. Puasa dan terlambat makan
3. Makanan misalnya akohol, coklat, susu, keju dan buah-buahan.
4. Cahaya kilat atau berkelip.
5. Banyak tidur atau kurang tidur
6. Faktor herediter
7. Faktor kepribadian
DIAGNOSIS BANDING
Arteriovenous Malformations, Atypical Facial Pain, Cerebral Aneurysms, Childhood Migraine Variants,
Chronic Paroxysmal Hemicrania, Cluster-type hedache (nyeri kepala kluster)
PENGOBATAN
1. Pada saat serangan pasien dianjurkan untuk menghindari stimulasi sensoris berlebihan.
2. Bila memungkinkan beristirahat di tempat gelap dan tenang dengan dikompres dingin.
a. Perubahan pola hidup dapat mengurangi jumlah dan tingkat keparahan migren, baik pada pasien
yang menggunakan obat-obat preventif atau tidak.
b. Menghindari pemicu, jika makanan tertentu menyebabkan sakit kepala, hindarilah dan makan
makanan yang lain. Jika ada aroma tertentu yang dapat memicu maka harus dihindari. Secara
umum pola tidur yang reguler dan pola makan yang reguler dapat cukup membantu.
c. Berolahraga secara teratur, olahraga aerobik secara teratur mengurangi tekanan dan dapat
mencegah migren.
d. Mengurangi efek estrogen, pada wanita dengan migren dimana estrogen menjadi pemicunya
atau menyebabkan gejala menjadi lebih parah, atau orang dengan riwayat keluarga memiliki
tekanan darah tinggi atau stroke sebaiknya mengurangi obat-obatan yang mengandung estrogen.
e. Berhenti merokok, merokok dapat memicu sakit kepala atau membuat sakit kepala menjadi
lebih parah (dimasukkan di konseling).
f. Penggunaan headache diary untuk mencatat frekuensi sakit kepala.
g. Pendekatan terapi untuk migren melibatkan pengobatan akut (abortif) dan preventif
(profilaksis).
3. Pengobatan Abortif: Melihat kembali rujukan yang ada .
a. Analgesik spesifik adalah analgesik yang hanya bekerja sebagai analgesik nyeri kepala. Lebih
bermanfaat untuk kasus yang berat atau respon buruk dengan NSAID. Contoh: Ergotamin,
Dihydroergotamin, dan golongan Triptan yang merupakan agonis selektif reseptor serotonin pada
5-HT1.
b. Ergotamin dan DHE diberikan pada migren sedang sampai berat apabila analgesik non spesifik
kurang terlihat hasilnya atau memberi efek samping. Kombinasi ergotamin dengan kafein
bertujuan untuk menambah absorpsi ergotamin sebagai analgesik. Hindari pada kehamilan,
hipertensi tidak terkendali, penyakit serebrovaskuler serta gagal ginjal.
c. Sumatriptan dapat meredakan nyeri, mual, fotobia dan fonofobia. Obat ini diberikan pada migren
berat atau yang tidak memberikan respon terhadap analgesik non spesifik. Dosis awal 50 mg
dengan dosis maksimal 200 mg dalam 24 jam.
d. Analgesik non spesifik yaitu analgesik yang dapat diberikan pada nyeri lain selain nyeri kepala,
dapat menolong pada migren intensitas nyeri ringan sampai sedang.
CLUSTER
HEADACHE
Diagnostic criteria:
• Infeksi intrakranial
Infeksi • Infeksi sistemik
• Pasca-infeksi
• Hipoksia
Kelainan •
•
Hipertensi
Hipotiroidisme
metabolik • Hipoglikemia
• diallisis
struktur •
•
Rinosinusitis
Gangguan gigi atau rahang
kranial • Gangguan sendi temporomandibular join
TENSION TIPE
HEADACHE
GHEA APRILLIA
DEFINISI
Kebiasaan Sleep
Stress
makan disorder
Bad
Eyestrain
posture
PATOFISIOLOGI
mempengaruhi mekanisme
perifer dan menimbulkan
peningkatan aktivitas otot
Sensitisasi sentral
perikanial atau pelepasan
neurotransmitter pada
jaringan miofasial.
Leher kaku
Sulit tidur
(Chowdhury, 2012)
DIAGNOSIS BANDING
TATALAKSANA
Untuk TTH kronik,
Pada TTH akut, Terapi non-farmakologis
dapat diberikan
• Aspirin 1000 mg/hari • Kontrol diet
• Antidepresan
• Asetaminofen 1000 Amitriptilin • Terapi fisik (latihan
mg/hari (terapeutik dan postur, Massage,
• NSAID (Naproxen preventif) Manual terapi)
660-750 mg/hari, • Antiansietas • Terapi perilaku
ketoprofen 25-50 Benzodiazepin
mg/hari, ibuprofen 800
mg/hari, diklofenak 50-
100 mg/hari)
• Kafein (analgetik
ajuvan) 65 mg
• Kombinasi: 325 mg
Asetaminofen + 40 mg
kafein
Komplikasi
MIGRAIN
K A R I M A H P E R M ATA A . P.
Migraine adalah nyeri kepala sesisi yang berlangsung beberapa jam (2-
72 jam) dan disertai gangguan mata (berkunang-kunang) dan gangguan
GIT (Mual Muntah)
PREVALENSI
• Anak – anak, dewasa, jarang > 40 tahun
• Pasien wanita (65-75%)
• Serangan migrain sering muncul pada saat menstruasi, perasaan
tegang, makanan pemicu.
KLASIFIKASI MIGRAIN
1. Migren tanpa aura (migren umum)
2. Migren dengan aura (migren klasik)
3. Migren oftalmoplegik
4. Migren retinal
5. Migren yang berhubungan dengan gangguan intrakranial
6. Migren dengan komplikasi
7. Migren yang tidak terklasifikasikan
COMMON MIGRAIN (TANPA AURA)
Merupakan kelainan nyeri yang hebat, bersifat unilateral dan terjadi selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan yang dipisahkan oleh periode remisi selama berbulan-bulan atau bertahun-
bertahun.
PATOFISIOLOGI
• Laki-laki 90%
• Malam hari
• Nyeri berat, berlangsung sekitar 30 menit kemudian timbul serangan lagi
• Nyeri mengenai separuh dari kepala terutama berkisar sekitar mata kemudian meluas ke
rahang dan pelipis.
• Ada gejala otonom
• Nyeri yang timbul akibat dari gangguan saraf simpatis yang menginvasi arteri temporalis
sehingga terjadi vasodilatasi
TERAPI
• Perlu juga dilakukan status lokalis (luka, massa, nyeri tekan dan nyeri gerak
• Pemeriksaan Khusus
– Untuk menentukan alodinia dan hiperalgesia
• Pemeriksaan Penunjang :
– Radiologi : foto polos, CT Scan, MRI
– Neurofisiologik : EEG, EMG
– Laboratorium : DL, tumor marker
NYERI NEUROPATIK DAPAT DIBEDAKAN
MENJADI :
1. Intensitas nyeri
a. Numerik Pain Intensity Scale
1-3 Nyeri Ringan
4-6 Nyeri Sedang
6-10 Nyeri Berat
b. Visula analog scale
c. Face pain rating pain
2. Penyebab
a. Tumor f. Kompresi
b. Infeksi g. Gangguan Metabolik
c. Toxin h. Gangguan Vaskuler
d. Keganasan
e. Autoimun
CONT …
3. Lokasi
a. Nyeri Neuropatik Sentral (Nyeri talamik, pasca stroke, siringomielia)
b. Nyeri Neuropati Perifer (Neuralgia trigeminal, neuropati diabetik)
4. Gejala dan Tanda
a. Spontan
b. Dibangkitkan
NYERI NOSISEPTIF
NESRIN ZAHARAH
Nosiseptor adalah suatu reseptor nyeri pada ujung saraf bebas yg ditemukan pada jaringan tubuh,
kecuali otak.
Rangsangan termal, kimia dan mekanik akan mengaktifkan nosiseptor, dengan jalan melepaskan
prostaglandin, kinin dan ion kalium
Large A
fibers
Dorsal root
ganglion Dorsal Horn
A
Small
fibers
C Peripheral sensory
Nerve fibers
THE PAIN PATHWAY
Pain Perception
Brain
Spinal Cord
Nociceptor
STAGE OF NOCICEPTION
Nyeri mendadak, singkat, menusuk, dan berulang dalam distribusi satu atau lebih cabang nervus
trigeminal (N.V). NT biasanya disebut juga Tic douloureux
EPIDEMIOLOGI
Classic Symptomatic
Anamnesis
Pmx Penunjang
PMX PENUNJANG
MRTA (high-
CT Scan definition MRI
angiography)
• Untuk mendeteksi • menunjukkan
tumor daerah nervus
yang tertekan oleh
vena atau arteri.
TATALAKSANA
Medikamentosa
• Antikonvulsan: Carbamazepine,
Gabapentin, phenytoin
• Muscle relaxant: Baclofen
Operatif
• Dekompresi Mikrovaskular
DIAGNOSIS BANDING
• Terapi farmakologi memberikan hasil yang bervariasi pada masing masing individu. Dekompresi
mikrovaskular umumnya memberikan hasil yang baik dan jarang relaps.
DAFTAR PUSTAKA
• Yadav,Yad Ram., Nistha,Yadav., Donjjay, Pande, dkk, 2017, Trigeminal neuralgia. Vol 12 (4), pp. 585
– 597
• Khan, Mohammad., Nishi, Shamima., Hasan, Siti. 2017. Trigeminal Neuralgia, Glossopharyngeal
Neuralgia, and Myofascial Pain Dysfunction Syndrome. Community Medicine, School of Dental
Sciences, Universiti Sains Malaysia.
• Bachrudin, Moch. 2017. Neurologi Klinis. Malang: UMM Press
Post Herpetic Neuralgia
Dani P.
POSTHERPETIC NEURALGIA / NYERI
PASCA HERPES
Definisi:
Nyeri yang masih menetap selama 3 bulan atau lebih setelah ruam kulit
menghilang.
NPH meningkat 27 kali lipat pada umur > 50 tahun (usia >60 tahun
meningkat 40%)
Spinal cord
Neuralgia pasca herpetika terjadi akibat
kerusakan saraf ireversible akibat A
inflamasi berat pada ganglion saraf
dorsalis
GAMBARAN DAN FAKTOR RISIKO NEURALGIA POST
HERPETIK
90% Allodynia
Manifestasi Klinis
Nyeri yang diprovokasi oleh stimulus
yang normalnya tidak menyebabkan
nyeri , seperti sentuhan tangan ,
sentuhan dengan sprei
75% nyeri (tajam, terbakar)
Berkurangnya sensasi
Postherpetic scarring
terhadap suhu dan sentuhan
Risiko terjadinya NPH
• Usia > 50 tahun
• Nyeri prodromal lebih lama dan lebih hebat
• Nyeri hebat saat erupsi kulit
• Lesi kulit hebat, luas dan berlangsung lama
• Risiko lain
• Distribusi di daerah oftalmik
Reprinted from Schmader K et al, The epidemiological, clinical, and • Ansietas, depresi, kurangnya kepuasan
pathological rationale for the herpes zoster vaccine, J Infect Dis, 2008,
Vol 197, Suppl 2, p S207-S215, by permission of Oxford University
hidup
Press on behalf of the Infectious Diseases Society of America. • Wanita
• Diabetes
• PHN=postherpetic neuralgia.
1. Watson CPN et al. In: Watson CPN, Gershon AA, eds. Herpes Zoster and Postherpetic Neuralgia, 2nd Revised and Enlarged Edition. Vol 11.
TINGKAT NYERI AKUT DAN NEURALGIA
PASCA HERPES
Keadaan nyeri Keadaan Nyeri
akut Nyeri berat Kronik
Histerektomi Tingkat Nyeri Akut
Abdominal dan Nyeri
Sakit kepala Akut Fibromyalgia neuralgia pasca
Herpes zoster Herpes Tergolong
Nyeri Pasca Herpes
Nyeri Berat
Nyeri melahirkan Nyeri wajah Atipikal
Nyeri paska operasi Nyeri otot dan tulang
“Nyeri Akut HZ
Radang Mukosa
Artritis/osteoarthritis lebih nyeri dari
Angioplasty Rheumatoid arthritis sakit melahirkan”
sheath removal
Nyeri pada kanker kronik
Nyeri Ringan
*SF-MPQ : Short-Form McGill Pain Questionnaire Katz J & Melzack R. Measurement of Pain. Surgical
Clinics North America. 1999;79(2):231-252.
HZ dan NPH Mempengaruhi 4
Kualitas Hidup11
FISIK PSIKOLOGIS
Kelelahan Depresi
Susah Makan Gelisah
Penurunan Berat badan Tekanan Emosional
Susah Tidur Susah Berkonsentrasi
Keterbatasan Gerak
Meningkatnya Risiko Stroke
https://www.scribd.com/doc/171423072/Referat-Post-Herpetic-
Neuralgia
DIAGNOSIS (2)
2. Pemeriksaan Fisik
1. Nyeri kepala, yang timbul sebagai respon dari viremia
2. Munculnya area kemerahan pada kulit 2-3 hari setelahnya
3.Daerah terinfeksi herpes zoster sebelumnya mungkin terdapat skar kutaneus
4. Sensasi yang ditimbulkan dapat berupa hipersensitivitas terhadapsentuhan maupun suhu, yang
sering misdiagnosis sebagai
miositis, pleuritik, maupun iskemia jantung, serta rasa gatal dan baal yangmisdiagnosis sebagai
urtikaria
5. Muncul blister yang berisi pus, yang akan menjadi krusta (2-3 minggukemudian)
6. Krusta yang sembuh dan menghilangnya rasa gatal, namun nyeri yangmuncul tidak hilang dan
menetap sesuai distribusi saraf (3-4 minggusetelahnya).
7.Alodinia, yang ditimbulkan oleh stimulus non-noxius, seperti sentuhanringan
8.Perubahan pada fungsi anatomi, seperti meningkatnya keringat padaarea yang terkena nyeri ini.
https://www.scribd.com/doc/171423072/Referat-Post-Herpetic-
Neuralgia
DIAGNOSIS (3)
3. Pemeriksaan Penujang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu:
1.Pemeriksaan neurologis pada nervus trigeminus dan pemeriksaan neurologis lainnya.
2.Elektromiografi (EMG) untuk melihat aktivitas elektrik pada nervus
3.Cairan cerebrospinal (CSF) abnormal dlm 61% kasus
4.Pleositosis ditemui pada 46% kasus, peningkatan protein 26% danDNA VZV 22% kasus.
5.Smear vesikel dan PCR untuk konfirmasi infeksi.
6.Kultur viral atau pewarnaan immunofluorescence bisa digunakanuntuk membedakan herpes
simpleks dengan herpes zoster
7.Mengukur antibodi terhadap herpes zoster. Peningkatan 4 kali lipat mendukung diagnosis herpes
zoster subklinis.
https://www.scribd.com/doc/171423072/Referat-Post-Herpetic-
Neuralgia
TATALAKSANA
1. Terapi Farmakologis
• Antivirus: Replikasi virus dapat dikurangi dengan pemberian asiklovir,Valacyclovir, Famciclovir.
• Analgesik:Terapi sistemik umumnya bersifat simptomatik, untuk nyerinya diberikan analgetik.
Jika diserta infeksi sekunder deberikan antibiotic. Analgesik nonopioid seperti NSAID dan
parasetamol mempunyai efek analgesik perifer maupun sentral walaupun efektifitasnya kecil
terhadap nyeri neuropatik.
• Anti epilepsy: Mekanisme kerja obat epilepsi ada 3, yakni dengan 1) memodulasivoltage-gated
sodium channel dan kanal kalsium, 2) meningkatkan efek inhibisi GABA, dan 3) menghambat
transmisi glutaminergik yang bersifateksitatorik.
https://www.scribd.com/doc/171423072/Referat-Post-Herpetic-
Neuralgia
TATALAKSANA (2)
2. Terapi non farmakologis:
• Akupunktur
• TENS (stimulasi saraf elektris transkutan)
• Vaksin
https://www.scribd.com/doc/171423072/Referat-Post-Herpetic-
Neuralgia
Komplikasi Serius Pada Mata
50-72% akan mengalami gangguan
mata kronis dan hilang penglihatan
• Idiopatic
– Blood vessels pressing on the glossopharyngeal nerve
– Growths at the base of the skull pressing on the glossopharyngeal nerve
– Tumors or infections of the throat and mouth pressing on the glossopharyngeal nerve
• Sekunder
– Neoplasma
– Vascular malform
– Infeksi
– trauma
UJI KLINIS
To find out whether a blood vessel is pressing on the nerve, pictures of the brain arteries may be
taken using:
• Magnetic resonance angiography (MRA)
• CT angiogram
• X-rays of the arteries with a dye (conventional angiography)
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
• Antikonvulsan (carbamazepine, gabapentin, oxcarbazepine),
• Antidepressant (amitriptyline)
Non medikamentosa
• Operasi (prosedur intracranial (kraniotomi dengan dekompresi mikrovaskuler / MVD),
prosedur perkutan / percutaneous rhizotomy)
• Radiasi
• Prognosis
Tergantung dari penyebab dan tindakan awal
Complications
• Pingsan, denyut lambat
• Susah menelan dan berbicara
• Efek samping dari obat yang digunakan
• Damage to the carotid artery or internal jugular artery due to injuries, such as a stab wound