DISUSUN OLEH :
NAMA : ELVA RAHMAWATI
NIM : N010021007
B. KLASIFIKASI
C. ETIOLOGI
Fase awal abses otak ditandai dengan edema lokal, hiperemia infiltrasi
leukosit atau melunaknya parenkim. Trombisis sepsis dan edema. Beberapa hari atau
minggu dari fase awal terjadi proses liquefaction atau dinding kista berisi pus.
Kemudian terjadi ruptur, bila terjadi ruptur maka infeksi akan meluas keseluruh otak
dan bisa timbul meningitis.Abses otak dapat terjadi akibat penyebaran
perkontinuitatum dari fokus infeksi di sekitar otak maupun secara hematogen dari
tempat yang jauh, atau secara langsung seperti trauma kepala dan operasi kraniotomi.
Abses yang terjadi oleh penyebaran hematogen dapat pada setiap bagian otak, tetapi
paling sering pada pertemuan substansia alba dan grisea; sedangkan yang
perkontinuitatum biasanya berlokasi pada daerah dekat permukaan otak pada lobus
tertentu.
Abses otak bersifat soliter atau multipel. Yang multipel biasanya ditemukan
pada penyakit jantung bawaan sianotik; adanya shunt kanan ke kiri akan
menyebabkan darah sistemik selalu tidak jenuh sehingga sekunder terjadi polisitemia.
Polisitemia ini memudahkan terjadinya trombo-emboli. Umumnya lokasi abses pada
tempat yang sebelumnya telah mengalami infark akibat trombosis; tempat ini menjadi
rentan terhadap bakteremi atau radang ringan. Karena adanya shunt kanan ke kin
maka bakteremi yang biasanya dibersihkan oleh paru-paru sekarang masuk langsung
ke dalam sirkulasi sistemik yang kemudian ke daerah infark. Biasanya terjadi pada
umur lebih dari 2 tahun. Dua pertiga abses otak adalah soliter, hanya sepertiga abses
otak adalah multipel. Pada tahap awal Abses otak terjadi reaksi radang yang difus
pada jaringan otak dengan infiltrasi lekosit disertai udem, perlunakan dan kongesti
jaringan otak, kadang-kadang disertai bintik perdarahan. Setelah beberapa hari sampai
beberapa minggu terjadi nekrosis dan pencairan pada pusat lesi sehingga membentuk
suatu rongga abses. Astroglia, fibroblas dan makrofag mengelilingi jaringan yang
nekrotik. Mula-mula abses tidak berbatas tegas tetapi lama kelamaan dengan fibrosis
yang progresif terbentuk kapsul dengan dinding yang konsentris. Tebal kapsul antara
beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter. Abses dalam kapsul substansia alba
dapat makin membesar dan meluas ke arah ventrikel sehingga bila terjadi ruptur,
dapat menimbulkan meningitis.
F. KOMPLIKASI
Pemeriksaan diganostik yang dapat dilakukan pada pasien dengan kasus abses
otak, yaitu:
1. X-ray tengkorak, sinus, mastoid, paru-paru: terdapat proses suppurative.
2. CT scan: adanya lokasi abses dan ventrikel terjadi perubahan ukuran.
3. MRI: sama halnya dengan CT scan yaitu adanya lokasi abses dan ventrikel terjadi
perubahan ukuran.
4. Biopsi otak: mengetahui jenis kuman patogen.
5. Lumbal Pungsi: meningkatnya sel darah putih, glukosa normal, protein meningkat
(kontraindikasi pada kemungkinan terjadi herniasi karena peningkatan TIK).
H. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksaan Umum
a. Support nutrisi: tinggi kalori dan tinggi protein.
b. Terapi peningktan TIK
c. Support fungsi tanda vital
d. fisioterapi
2. Pembedahan
3. Pengobatan
a. Antibiotik: Penicillin G, Chlorampenicol, Nafcillin, Matronidazole.
b. Glococorticosteroid: Dexamethasone
c. Anticonvulsants: Oilantin.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan otak bd. peradangan dan edema pada otak dan selaput
otak
2. Resiko tinggi cedera bd. kejang, perubahan status mental dan penurunan tingkat
kesadaran.
3. Nyeri bd. iritasi selaput dan jaringan otak
J. INTERVENSI
K. EVALUASI
a. Mempertahankan stabilitas dan posisi fraktur
b. Menyatakan nyeri hilang
c. Mempertahankan perfusi jaringan adekuat
d. Mempertahankan fungsi pernafasan adekuat
e. Meningkatkan/mempertahankan mobilitas fisik yang tinggi
f. Integritas kulit baik
g. Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulent
h. Menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan
DAFTAR PUSTAKA
Adril Arsyad Hakim; Abses Otak, Majalah Kedokteran Nusantara Vol. 38 no.4.
Desember 2005; http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/15591
Arif Muttaqin, 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dgn Gangguan Sistem
Persarafan, Jakarta : Salemba Medika
Judith M. Wilkinson, 2007, Buku saku diagnosis keperawatan, Jakarta: EGC
A. PENGKAJIAN
- Tanggal masuk : 3 Desember 2021
- Tanggal pengkajian : 3 Desember 2021
- No register/CM : 238XXX
- Diagnosa Medis : Abses Otak (Post OP)
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.S
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 55 Tahun
Pekerjaan : Wirausaha
Pendidikan : SD
Status perkawinan : Menikah
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Karang asem Rt 005/025 sendan tirto, berbah, sleman,
Yogyakarta.
Makan/ Minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
Ambulasi/ ROM √
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Alat Bantu
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu orang lain dan dengan alat
4 : Tergantung total
(b) Istirahat dan tidur
Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit istrahat dan tidurnya
kurang lebih 8 jam perhari, tapi setalah masuk rumah sakit pasien
mengatakan istrahat tidurnya sedikit terganggu dikarenakan suka terbangun
ketika bergerak nyerinya muncul.
3)Nutrisi
Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit makannya sehari 3 kali dan
minumnya 1 teko bisa habis dalam sehari. Setelah masuk rumah sakit pasien
mengatakan makannya hanya sedikit sekitar setengah porsi makan karena mual
tetapi banyak minum air putih sebanyak 1 liter.
(a) Antropometri
Sebelum masuk rumah sakit (2 bulan yang lalu)
BB : 60kg
Saat Dirawat : Tanggal
BB : 58kg TB : 166cm LILA : 24cm
Terjadi penurunan berat badan sebesar : 3 kg
Perhitungan :
IMT ( Indeks Massa Tubuh ) Nilai standar IMT
Nilai Kategori
<20 Underweight
20-25 BB normal
25-30 Overweight
>30 Obesitas
BB
IMT = 58
TB(m) ²
166
= 58
166²
= 21 (BB 58kg)
(b) Penampilan fisik/Clinis (pada status nutrisi)
Pasien terlihat lemas dan pasien tidak menghabiskan makanannya
(c) Diit
sebelum masuk RS:
Pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan nasi lauk sayur,ikan dan
minumnya 1 teko habis dalam sehari.
Selama di rawat RS :
Pasien mengatakan makannya sengah porsi saja dalam sehari karena nafsu
makan menurun dan minumnya 1 Liter sehari.
4)Status Eliminasi
Sebelum dirawat :
Pasien mengatakan sebelum masuk rs status eliminasinya terartur dan rutin setiap
hari 5-8 kali.
Selama dirawat :
Pasien mengatakan setalah dirawat status eliminasinya 800 cc dalam sehari
menggunakan kateter.
- BAB
TGL Frekuensi Warna Konsistensi
3 1 kali sehari Coklat Padat
Desember kekuningan
2021
Ket : Tidak terdapat kelainan pada BAB
- BAK
Tanggal Frekuensi Jumlah Warna Nyeri
3 sekitar 3-5 800ml Kuning keruh Terdapat nyeri saat
Desember kali BAK berkemih
2021
Ket : Tidak terdapat kelainan pada BAK
5)Kebutuhan Oksigen dan karbondioksida
(a) Status Pernafasan
Pasien terpasang alat bantu pernafasan kanul nasal
(b) Status Kardiovaskuler
Tidak ada masalah pada Kardivaskulernya hasil EKG Sinus Rhythm (Normal)
6)Personal Hygiene
Pasien tampak lusuh, pasien mengatakan selama sakit jarang mandi selama
sakit karena sulit untuk beraktivitas kareana nyeri post operasi.
7)Sex
Pasien mengatakan tidak ada kelainan Sex.
d. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
1) Psikologi
(a) Status Emosi
Pasien tampak tenang ketika diajak berinteraksi
4) Ideal Diri
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan kembali beraktifitas seperti
biasa.
5) Harga Diri
Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak merasa malu dengan kondisi
yang dialaminya saat ini.
2) Hubungan Sosial
Hubungan pasien dengan keluarga dan pasien lainnya terjalin baik.
3) Spiritual
Pasien mengatakan sebelum sakit dia sering sholat 5 waktu. Ketika sakit
pasien mengatakan jarang melaksanakan sholat karena nyeri muncul ketika
bergerak.
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Compos mentis
2) GCS : E4 M6 V5
3) Tanda-tanda vital
(a) TD : 155/100mmHg
(b) Frekuensi pernapasan (RR) : 20x/menit
(c) Nadi : 95x/menit
(d) Suhu : 36,8oC
(e) Spo2 : 95%
Bentuk Bulat dan terdapat jejas dan ada pembengkakan pada kepala
bagian belakang.
Mata Mata tampak simetris dan tidak ada kelainan pada mata, pasien
juga tidak menggunakan alat bantu penglihatan seperti kacamata
Hidung Tidak ada pernfasan cuping hidung, penciuman normal dan tidak
ada kelaian
Mulut Mukosa terlihat pucat,lidah berwarna merah muda ,tonsil tidak
membesar
2) Leher
Tidak ada lesi jaringan parut, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak teraba
adanya massa di area leher, tidak ada teraba pembesaran kelenjar limfe
3) Dada
Paru-paru
Jantung
Tanggal 3 Desember 2021
Inspeksi Bentuk normal, persebaran warna kulit merata, tidak
ditemukan lesi, tinggi ictus cordis tidak lebih
dari 1 cm
Palpasi Dinding dada bergerak simetris, tidak ada retraksi
dada,.
Perkusi Terdengar suara normal pada jantung terdengar pada
ICS 2 – ICS 5 sinistra.
Auskultasi Bunyi jantung 1 terdengar lup dan bunyi jantung II
terdengar dup. Tidak ada bunyi jantung tambahan
4) Abdomen
Tanggal 3 Desember 2021
Inspeksi Bentuk abdomen datar tidak ada benjolan/masa, persebaran warna
kulit merata, tidak ditemukan lesi, tidak tampak pembesaran hepar.
Palpasi Tidak terdapat nyeri tekan pada epigastrium
Perkusi Terdengar bunyi timpani pada area usus
Auskultasi Bunyi peristaltik terdengar 10x/menit di kuadran kiri atas.
5) Ekstremitas
Tanggal 29 November 2021
Ekstremitas Tidak ada oedema, terpasang infus RL 20 tpm/menit pada tangan
atas kiri, tidak ada lesi, CRT 3detik.
Ekstremitas Tidak ada oedema, akral tidak dingin, CRT 2 detik.
bawah
Keterangan Kekuatan Otot
3 3
3 3
Skala :
0 : Lumpuh total
1 : Tidak ada gerakan, teraba/terlihat adanya kontraksi otot
2 : Ada gerakan pada sendi tetapi tidak dapat melawan gravitasi (hanya
bergeser)
3 : Bisa melawan gravitasi tetapi tidak dapat menahan atau melawan tahanan
pemeriksa
4 : Bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa tetapi kekuatanya berkurang
5 : Dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan maksimal
c. Sistem Integumen
Capilar
Tanggal Warna kulit Turgor Mukosa bibir Kelainan
refill
3 Tidak
Sawo Teraba
Desembe Pucat <3 detik terdapat
matang lembek
r 2021 kelainan
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium (TGL 3 Desember 2021 )
Fungsi Ginjal
Ureum 47 5-25
Kreatinin 0,84 0,5-1,0 mg/dl
Fungsi hati
SGOP 35 3-45
SSPT 57 0-35
Albumin 3,9 3,4-4,8
Hasil pemeriksaaan
USG Tidak ada hasil USG
Foto Thorax Kedua apex pulmo tampak bersih, corakan
veskuler meningkat, kedua sinus costrafrenxus
lancip, tak tampak pelebaran pleura space,
kedua diagragma licin dan tak datar, sistema
tulanng tervisualisasi intact.
CT scan Kepala Terdapat peradangan region occipital, Sepsis
abses region occipital.
EKG Normal sinus rhythm
5. TERAPI MEDIS
Nama Pasien : Tn.D
No. CM. : 328XXX
Tgl Terapi : 3 november 2021
Cefotaxime x1 (10mg) IV
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/Tg IMPLEMENTASI RESPON EVALUASI PARAF
l/Jam PASIEN
3-12- Identifikasi lokasi, S : Pasien S : Pasien mengatakan Elva
2020 karakterisitik, durasi mengatakan nyeri nyeri sedikit
(14.30) frekuensi, kualitas, saat begerak dan berkurang ketika
Hari intensitas nyeri. lemas ( P = Nyeri melakukan teknik
pertama Identifikasi skala saat bergerak, Q nonfarmakoligi nafas
nyeri. = Nyeri seperti dalam. ( P = Nyeri saat
Identifikasi respons Tertusuk benda bergerak, Q = Nyeri
nyeri non verbal. tajam, R = Nyeri seperti Tertusuk benda
Identifikasi faktor dikepala bagian tajam, R = Nyeri
yang memperberat belakang, S = dikepala bagian
dan memperingan Skala nyeri 6, T = belakang, S = Skala
nyeri. Nyeri dirasakan nyeri 6, T = Nyeri
Identifikasi hilang timbul), dirasakan hilang
pengetahuan dan Pasien timbul),
keyayinan tentang mengatakan nyeri O : Pasien tampak
nyeri. sedikit berkurang sedikit meringis dan
Identifikasi pengaruh ketika melakukan lebih tenang.
nyerin pada kualitas teknik TTV :
hidup. nonfarmakoligi TD : 155/100mmHg
Monitor keberhasilan nafas dalam. RR : 20x/menit
terapi komplementer Nadi : 95x/menit
yang sudah diberikan O : Pasien tampak Suhu : 36,8oC
Monitor efek sedikit meringis Spo2 : 95%
samping penggunaan dan lebih tenang, A : Masalah teratasi
analgetik. paisien akan sebagian
Berikan teknik diberikan terapi P : Lanjutkan
nonfarmakologis obat sesuai intevensi.
untuk mengurangi kebutuhan. - Monitor Nyeri
rasa nyeri (mis. TTV : - Pemberian Obat
TENS, TD : analgetik
hipnosis,akupresur,te 155/100mmHg
rapi RR : 20x/menit
music,biofeedback,te Nadi : 95x/menit
rrapin Suhu : 36,8oC
pijat,aromaterapi,tek Spo2 : 95%
nik imajinasi
terbimbing,kompres
hangat/dingin,terapi
bermain).
Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan).
Fasilitas istirahat dan
tidur.
Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredah
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri.
Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri.
Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat.
Ajarkan teknik
nonfarmakologis
unutuk mengurangi
rasa nyeri.
Kolaborasi dengan
dokter pemberian
analgetik
4-12- Identifikasi lokasi, S : Pasien S : Pasien mengatakan Elva
2020 karakterisitik, durasi mengatakan nyeri nyeri sudah berkurang.
(09.00) frekuensi, kualitas, saat begerak dan lemas . ( P = Nyeri
Hari intensitas nyeri. lemas. ( P = saat bergerak, Q =
kedua Identifikasi skala Nyeri saat Nyeri seperti Tertusuk
nyeri. bergerak, Q = benda tajam, R =
Identifikasi respons Nyeri seperti Nyeri dikepala bagian
nyeri non verbal. Tertusuk benda belakang, S = Skala
Identifikasi faktor tajam, R = Nyeri nyeri 5, T = Nyeri
yang memperberat dikepala bagian dirasakan hilang
dan memperingan belakang, S = timbul
nyeri. Skala nyeri 5, T = O : Pasien tampak
Identifikasi Nyeri dirasakan terlihat tenang
pengetahuan dan hilang timbul), TTV :
keyayinan tentang Pasien TD : 141/83 mmHg
nyeri. mengatakan nyeri N : 75x/menit’
Identifikasi pengaruh sedikit berkurang RR : 20x/menit
nyerin pada kualitas ketika melakukan S : 36,5oC
hidup. teknik SPO2 :95%
Monitor keberhasilan nonfarmakoligi A : Masalah teratasi
terapi komplementer nafas dalam dan sebagian
yang sudah diberikan diberikan obat P : Lanjutkan
Monitor efek analgesik intevensi
samping penggunaan (Ranitidine) - Monitor Nyeri
analgetik. - Pemberian Obat
Berikan teknik O : Pasien tampak Analgetik
nonfarmakologis sedikit meringis
untuk mengurangi dan lebih tenang,
rasa nyeri (mis. paisien akan
TENS, diberikan terapi
hipnosis,akupresur,te obat sesuai
rapi kebutuhan.
music,biofeedback,te TTV :
rrapin TD : 141/83
pijat,aromaterapi,tek mmHg
nik imajinasi N : 75x/menit’
terbimbing,kompres RR : 20x/menit
hangat/dingin,terapi S : 36,5oC
bermain). SPO2 :95%
Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan).
Fasilitas istirahat dan
tidur.
Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredah
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri.
Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri.
Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat.
Ajarkan teknik
nonfarmakologis
unutuk mengurangi
rasa nyeri.
Kolaborasi dengan
dokter pemberian
analgetik
5-12- Identifikasi lokasi, S : Pasien S : Pasien mengatakan Elva
2021 karakterisitik, durasi mengatakan nyeri nyeri sudah berkurang.
(14.00) frekuensi, kualitas, saat begerak dan . ( P = Nyeri saat
Hari intensitas nyeri. lemas. ( P = bergerak, Q = Nyeri
Ketiga Identifikasi skala Nyeri saat seperti Tertusuk benda
nyeri. bergerak, Q = tajam, R = Nyeri
Identifikasi respons Nyeri seperti dikepala bagian
nyeri non verbal. Tertusuk benda belakang, S = Skala
Identifikasi faktor tajam, R = Nyeri nyeri 6, T = Nyeri
yang memperberat dikepala bagian dirasakan hilang
dan memperingan belakang, S = timbul)
nyeri. Skala nyeri 5, T = O : Pasien tampak
Identifikasi Nyeri dirasakan terlihat tenang
pengetahuan dan hilang timbul), TTV :
keyayinan tentang Pasien TD : 139/80 mmHg
nyeri. mengatakan nyeri N : 83x/menit
Identifikasi pengaruh sedikit berkurang RR : 22x/menit
nyerin pada kualitas ketika melakukan S : 36,7oC
hidup. teknik Spo2 : 96%
Monitor keberhasilan nonfarmakoligi A : Masalah teratasi
terapi komplementer nafas dalam dan sebagian
yang sudah diberikan diberikan obat P : Lanjutkan
Monitor efek analgesik intevensi
samping penggunaan (Ranitidine) - Monitor Nyeri
analgetik. Pemberian Obat
Berikan teknik O : Pasien tampak Analgetik
nonfarmakologis sedikit meringis
untuk mengurangi dan lebih tenang,
rasa nyeri (mis. paisien akan
TENS, diberikan terapi
hipnosis,akupresur,te obat sesuai
rapi kebutuhan.
music,biofeedback,te TTV :
rrapin TD : 139/80
pijat,aromaterapi,tek mmHg
nik imajinasi N : 83x/menit
terbimbing,kompres RR : 22x/menit
hangat/dingin,terapi S : 36,7oC
bermain). Spo2 : 96%
Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan).
Fasilitas istirahat dan
tidur.
Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredah
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri.
Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri.
Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat.
Ajarkan teknik
nonfarmakologis
unutuk mengurangi
rasa nyeri.
Kolaborasi dengan
dokter pemberian
analgetik
3-12- Identifikasi adanya S : Pasien S : Pasien mengatakan Elva
2020 nyeri atau keluhan mengatakan lemas, nyeri setelah
(15.30) fisik lainnya lemas, nyeri operasi abses otak,
Hari Identifikasi toleransi setelah operasi aktivitasnya dibantu
pertama fisik melakukan abses otak, oleh keluarganya,
ambulasi aktivitasnya semua aktivitas
Monitor frekuensi dibantu oleh dilakukan dtempat
jantung dan tekanan keluarganya, tidur, pasien sulit
darah sebelum semua aktivitas bergerak miring kiri
memulai ambulasi dilakukan kanan karena nyeri.
Monitor kondisi dtempat tidur,
umum selama pasien sulit O : Pasien tampak
melakukan ambulasi bergerak miring lemas, meringis
Fasilitasi aktivitas kiri kanan karena kesakitan, terdapat
ambulasi dengan alat nyeri. luka jahitan operasi
bantu (mis, dikepala bagian
tongkat,kruk) O : Pasien belakang, keadaan
Fasilitasi melakukan tampak lemas, lukanya basah pasien
mobilisasi fisik, jika meringis tampak sulit
perlu kesakitan, menggerakan
Libatkan keluarga terdapat luka imobilisasi, TD :
untuk membantu jahitan operasi 155/100 mmHg
pasien dalam dikepala bagian
belakang, Keterangan Kekuatan
meningkatkan
keadaan lukanya Otot
ambulasi basah pasien
Jelaskan tujuan dan tampak sulit 3 3
prosedur ambulasi menggerakan 3 3
Anjurkan melakukan imobilisasi, TD :
ambulasi dini 155/100 mmHg Skala :
Ajarkan ambulasi 0 : Lumpuh total
sederhana yang harus Keterangan 1 : Tidak ada gerakan,
dilakukan Kekuatan Otot teraba/terlihat adanya
kontraksi otot
3 3 2 : Ada gerakan pada
3 3 sendi tetapi tidak dapat
melawan gravitasi
Skala : (hanya bergeser)
0 : Lumpuh total 3 : Bisa melawan
1 : Tidak ada gravitasi tetapi tidak
gerakan, dapat menahan atau
teraba/terlihat melawan tahanan
adanya kontraksi pemeriksa
otot 4 : Bisa bergerak
2 : Ada gerakan melawan tahanan
pada sendi tetapi pemeriksa tetapi
tidak dapat kekuatanya berkurang
melawan gravitasi 5 : Dapat melawan
(hanya bergeser) tahanan pemeriksa
3 : Bisa melawan dengan kekuatan
gravitasi tetapi maksimal
tidak dapat
menahan atau
melawan tahanan
pemeriksa
4 : Bisa bergerak
melawan tahanan
pemeriksa tetapi
kekuatanya
berkurang
5 : Dapat
melawan tahanan
pemeriksa dengan
kekuatan
maksimal