PROPOSAL PENELITIAN
Disusun Oleh :
ELVA RAHMAWATI
NIM: 04.16.4400
Diajukan oleh :
ELVA RAHMAWATI
NIM : 04.16.4400
Yogyakarta,
Telah disetujui oleh dosen pembimbing
Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
Rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal penelitian dengan judul
“Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Interaksi Sosial Pada Lansia Di Balai Pelayanan
Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta”
Tersusunnya proposal penelitian ini tidak lepas dari bantuan bimbingan dan pengarahan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada yang
terhormat :
1. Dwi Suharyanta ST.,MM.,M.Kes, Selaku Ketua Stikes Surya Global
2. Supriyadi S.Kep.,Ns.,M.Kes, Selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
STIKes Surya Global Yogyakarta.
3. Dian Nur Adkhana Sari S.Kep.,Ns.,M.Kep, Selaku Dosen Pembimbing penulis
yang telah bersabar dalam memberikan masukan dan motivasi.
4. Kedua Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Unit Budhi Luhur
Kasongan Yogyakarta yang telah mengizinkan untuk dilakukan penelitian.
5. Kepada orangtua dan keluarga tercinta, terimakasih atas kasih sayang, doa dan
dukungan yang diberikan selama ini sehingga saya dapat menyelesaikan
tanggung jawab ini.
6. Semua teman seperjuangan mahasiswa keperawatan Stikes Surya Surya Global
Yogyakarta.
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal penelitian ini masih banyak
kekurangannya oleh karena itu penulis mengharapkan kriik dan saran yang membangun
untuk peneliti selanjutnya. Akhir kata, semoga pihak yang membantu dalam penyusunan
proposal penelitian ini mendapat balasan dari Allah SWT.
Yogyakarta, 2020
Peneliti
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian........................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian...................................................................................... 5
E. Keaslian Penelitian...................................................................................... 6
iii
B. Kerangka Teori............................................................................................ 29
C. Kerangka Konsep........................................................................................ 30
D. Hipotesis....................................................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................ 32
A. Jenis Penelitian............................................................................................ 32
B. Populasi dan Sampel Penelitian.................................................................. 32
C. Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................................... 33
D. Variabel Penelitian...................................................................................... 33
E. Hubungan antar Variabel........................................................................... 35
F. Definisi Oprasional...................................................................................... 36
G. Teknik Pengumpulan Data......................................................................... 37
H. Instrumen Penelitian................................................................................... 38
I. Uji validitas dan Reliabilitas....................................................................... 39
J. Pengolahan Data dan Metode Analisa Data............................................. 41
K. Jalanya Penelitian........................................................................................ 43
L. Etika Penelitian............................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
3.1 Definisi Operasional............................................................................................... 38
v
DAFTRAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Yogyakarta
Lampiran 3. Lembar kuesioner Geriartric Anxiety Scale (GAS)
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu hasil pembangunan kesehatan di Indonesia adalah
meningkatnya angka harapan hidup (life expenctancy). Dengan meningkatnya
angka harapan hidup dapat membawa beban bagi masyarakat karena populasi
penduduk usia lanjut (lansia) semakin meningkat. Hal ini berarti kelompok resiko
dalam masyarakat kita menjadi lebih tinggi. Meningkatnya populasi lansia ini
bukan hanya fenomena di Indonesia saja tetapi juga secara global (Notoatmodjo,
2012).
Lansia merupakan salah satu kelompok atau populasi berisiko
(population at risk). Allender et al., 2014 mengatakan bahwa populasi berisiko
(population at risk) adalah kumpulan orang-orang yang masalah kesehatannya
memiliki kemungkinan akan berkembang lebih buruk karena adanya faktor-
faktor risiko yang memengaruhi. Aging process atau proses penuaan merupakan
suatu proses alami atau proses biologis yang akan dialami oleh setiap orang dan
merupakan suatu proses yang tidak dapat dihindari. Dimasa lanjut usia tubuh
akan kehilangan kemampuan jaringan yang berfungsi untuk memperbaiki diri
atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan
sehingga tidak dapat bartahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
terjadi. (Sunaryo et al., 2015). World Health Organization (2013) menetapkan
usia lebih dari 60 tahun sebagai usia yang menunjukan proses menua dan
berlangsung secara nyata.
Tahun 2020, jumlah lansia diprediksi sudah menyamai jumlah balita.
Sebelas persen dari 6,9 milyar penduduk dunia adalah lansia (WHO, 2013).
Populasi penduduk Indonesia merupakan populasi terbanyak keempat sesudah
China, India dan Amerika Serikat. Menurut proyeksi Badan Pusat Statistik (2018)
Pada tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (9,03%),
pada 2018 proporsi penduduk usia 60 tahun ke atas sebesar 24.754.500 jiwa
(9,34%) dari total populasi, Diprediksi jumlah penduduk lansia tahun 2020
(27,08 juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta) dan tahun 2035
(48,19 juta). Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI pada tahun 2015
1
2
menyendiri dan mengalami isolasi sosial dengan lansia merasa terisolasi dan
akhirnya depresi. (Maryam at al., 2008)
Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik atau hubungan yang
saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung sepanjang hidupnya
didalam masyarakat. Interaksi sosial dapat berdampak positif terhadap kualitas
hidup karena dengan adanya interaksi sosial maka lansia tidak merasa kesepian,
oleh sebab itu interaksi sosial harus tetap dipertahankan dan dikembangkan pada
kelompok lansia. Berkurangnya interaksi sosial pada lansia dapat menyebabkan
perasaan terisolir, sehingga lansia menyendiri dan mengalami isolasi sosial
dengan lansia merasa terisolasi dan akhirnya depresi atau kecemasan (Andreas,
2012).
Beberapa penelitian tentang interaksi sosial lansia telah di lakukan
diantara lain oleh Nuraini (2018) menunjukkan bahwa semakin buruk interaksi
sosial maka tingkat kesepian akan meningkat. Dapat disimpulkan bahwa adanya
hubungan antara interaksi sosial dengan kesepian pada lansia.
Seperti di jelaskan dalam Islam interkasi sosial disebut sebagai membina
hubungan dengan sesama manusia atau hablun minannas dengan usaha
membentuk silaturahmi. Bahkan Allah SWT memerintahkan umat-Nya untuk
selalu menjaga tali silaturahmi. Allah bersabda :
“ Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan
kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan
daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-
Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS.
Annisa : 1) .
Dalam berinteraksi sosial Allah SWT menghendaki hubungan yang baik.
Manusia yang terbaik adalah manusia yang paling bermanfaat bagi sesamanya
(Hasan,2006). Allah SWT berfirman:
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi`ar-syi`ar Allah,
dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu)
binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula)
mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari
karunia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan
4
ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian (mu)
kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS.Al-Maidah : 2).
Berdasarkan ayat-ayat al-qu’an di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
berinteraksi sosial dengan individu lain seorang individu harus menjalin
hubungan yang baik, bekerja sama, saling tolong-menolong, serta tidak
menimbulkan konflik.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 5
Desember 2019 di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Unit Budi
Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta, didapatkan jumlah keseluruhan lansia yaitu
95 lansia yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Berdasarkan hasil observasi
dan wawancara kepada 7 lansia untuk interaksi sosialnya terdapat kegiatan-
kegiatan terjadwal yang memungkinkan lansia untuk berinteraksi. Akan tetapi,
tidak semua lansia mengikuti kegiatan karena ada 3 lansia mengalami interaksi
yang kurang, lansia mengatakan sering merasa jenuh ataupun bosan dengan
kegiatan tersebut. Terdapat pula 2 lansia yang mengalami interaksi baik, lansia
hanya sekedar mengikuti kegiatan tanpa berperan aktif dalam kegiatan karena
lansia tersebut tidak banyak mengenal lansia yang lainnya, dan terdapat 2 lansia
mengalami interaksi yang buruk, lansia mengatakan sering menyendiri tidak
mempunyai teman untuk berbica. Sehingga dapat disimpulkan bahwa meskipun
terdapat sarana untuk berinteraksi, tidak menutup kemungkinan lansia mengalami
gejala kesepian dan kecemasan ataupun depresi.
Tingkat kecemasan yang dialami lansia ada 2 dari 7 lansia yang merasa
takut dengan lansia yang sudah lama berada di panti dan lansia tersebut, terdapat
juga 5 dari 7 lansia yang mengatakan dalam menjalani kehidupannya yang jauh
dari keluarga membuat para lansia merasa gelisah dan rindu dengan keluarga,
mereka juga merasa takut ketika sakit atau meninggal tidak ada keluarga yang
mengurusnya dan akhirnya merepotkan orang lain, ada juga lansia yang merasa
gembira jika ada kunjungan dari keluarga mereka dan tingkah laku yang muncul
pada lansia yang tinggal di panti tersebut seperti melamun dan duduk bersama-
sama tapi saling diam. Dapat disimpulkan bahwa rasa cemas dapat menetap
5
bahkan meningkat meskipun situasi yang mengancam tidak ada, ketika rasa
cemas yang berlebihan mempunyai dampak yang merugikan pada pikiran serta
tubuh.
Berdasarkan masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan tingkat kecemasan dengan interaksi sosial pada
lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Unit Budi Luhur
Kasongan Bantul Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu: “Adakah Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Interaksi
Sosial Lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Unit Budi
Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta?”
C. Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari dilakukan penelitian ini adalah:
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui “Hubungan tingkat kecemasan dengan interaksi sosial
pada Lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Unit Budi
Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta”
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui tingkat kecemasan pada lansia di Balai Pelayanan
Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Unit Budi Luhur Kasongan Bantul
Yogyakarta.
a. Untuk mengetahui interaksi sosial pada lansia di Balai Pelayanan Sosial
Tresna Werdha (BPSTW) Unit Budi Luhur Kasongan Bantul
Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang peneliti lakukan ini di harapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Keperawatan Gerontik
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dikembangkan lebih
dalam lagi terkait dengan tingkat kecemasan yang berhubungan dengan
interaksi sosial lansia sehingga dapat di jadikan informasi yang bermanfaat di
bidang keperawatan khususnya keperawatan Gerontik
6
2. Bagi Praktis
a. Bagi Lansia
Dapat dijadikan gambaraan kepada lansia tentang hubungan tingkat
kecemasan dengan interaksi sosial pada lansia untuk mengatasi masalah
psikologis khususnya tingkat kecemasan yang dialami lansia sehingga
interaksi sosial lansia dapat di tingkatkan menjadi lebih baik.
b. Bagi Perawat
Diharapkan dengan adanya penelitian ini mampu menjadi dasar
dalam mengatasi masalah psikologis khususnya tingkat kecemasan yang
dialami lansia sehingga interaksi sosial lansia dapat di tingkatkan
menjadi lebih baik.
c. Bagi Mahasiswa Stikes Surya Global Yogyakarta
Sebagai bahan masukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
lebih dalam mengenai hubungan tingkat kecemasan dengan interaksi
sosial pada lansia.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan bahan
pertimbangan untuk melakukan penelitian lebih dalam mengenai
hubungan tingkat kecemasan dengan interaksi sosial pada lansia.
E. Keaslian Penelitian
Peneliti dengan judul hubungan kesepian dengan kualitas hidup lansia
adalah hasil karya dari peneliti lain yang sejenis adalah sebagai berikut:
1. Cahyana Witriya (2016)
Meneliti tentang “Hubungan tingkat kecemasan dengan pola tidur lansia di
Posyandu Permadi Kelurahan Tlogomas Kota Malang”. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan
pola tidur lansia di Posyandu Permadi Kelurahan Tlogomas Kota
Malang.Pada penelitian ini menggunakan desain correlation dengan metode
pendekatan cross sectional. Populasinya adalah semua orang lanjut usia yang
ada di Kelurahan Tlogomas Kota Malang bejumlah 214 orang lanjut usia.
Sampel bejumlah 53 orang. Pengambilan sampel dengan purvosive sampling.
Data yang dikumpulkan menggunakan instrumen kuesioner menggunakan
HARS dan PSQI dan dianalisis dengan menggunakan uji statistik
spearman’s rank dengan derajat kemaknaan (0,05). Persamaan peneliti ini
7
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kecemasan
a. Definisi Kecemasan
Anxiety is a state in which the individual experiences feeling of
uneasiness (apprehension) and activation of the autonomic nervous
systems inrespons to vague, non specific threat, “ kecemasan
mengandung arti sesuatu yang tidak jelas & berhubungan dengan
perasaan yang tidak menentu dan tidak berdaya” (Donsu, 2019).
kecemasan merupakan pengalaman individu yang bersifat subjektif yang
sering bermanifestasi sebagai perilaku yang disfungsional yang diartikan
sebagai perasaan “kesulitan” dan kesusahan terhadap kejadian yang tidak
diketahui dengan pasti. dan dari kecemasan itu akan terjadinya
konsekuensi yang normal dari pertumbuhan, perubahan, pengalaman
baru, penemuan identitas dan makna hidup. (Donsu, 2019).
b. Etiologi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah sebagai
berikut :
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor yang mempengaruhi jenis dan
jumlah yang dapat digunakan individu untuk mengatasi stres. (Stuart
& Laraia 2005 dalam Donsu 2019) :
a. Biologi
Model biologis yang menerangkan bahwa ekspresi emosi
melibatkan struktur anatomi di dalam otak (Fortinash 2006
dalam Donsu 2019). Aspek biologis yang menjelaskan adanya
pengaruh neutransmiter. Tiga neutransmiter utama yang
berhubungan dengan ansietas adalah norepineprin, serotonin dan
gamma-aminobutyric acid (GABA).
b. Psikologis
Stuart & Laraia (2005) dalam Donsu (2019) mengatakan bahwa
aspek psikologis yang mempengaruhi ansietas adalah konflik
9
10
3. Respon kognitif
Respon kognitif yang muncul adalah perhatian terganggu, mudah
lupa, salah dalam memberikan penilaian, hambatan berfikir,
kesadaran diri meningkat, tidak mampu berkonsentrasi, tidak mampu
mengambil keputusan, menurunnya lapangan persepsi dan
kreaktifitas, bingung, takut, kehilangan kontrol, takut pada gambaran
visual, dan takut cedera atau kematian.
4. Respon afektif
Respon afektif yang sering muncul adalah mudah terganggu, tidak
sabar, gelisah, tegang, ketakutan, waspada, gugup, mati rasa, rasa
bersalah dan malu.
d. Tingkat Kecemasan
Menurut Stuart (2016), tingkat kecemasan dapat dibagi atas empat yaitu :
1. Cemas ringan
Cemas ringan terjadi saat ketegangan hidup seseorang. Selama tahap
ini seseorang waspada daan lapang persepsi meningkat. Kemampuan
seseorang untuk melihat, mendengar dan menangkap lebih dari
sebelumnya. Jenis kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan
menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
2. Cemas sedang
Seseorang berfokus pada hal yang penting saja. Lapang persepsi
menyempit sehingga kurang melihat, mendengar dan menangkap
seseorang memblokir area tertentu tetapi masih mampu mengikuti
perintah jika diarahkan untuk melakukannya.
3. Cemas berat
Cemas berat ditandai dengan penurunan yang signifikan di lapang
persepsi. Cenderung memfokuskan pada hal yang detail dan tidak
berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk
mengurangi ansietas, dan banyak arahan yang dibutuhkan
untuknfokus pada area lain.
4. Panik
Panik dikaitkan dengan rasa takut dan teror, sebagian orang yang
mengalami kepanikan tidak dapat melakukan hal-hal bahkan dengan
arahan. Gejala panik adalah peningkatan aktivitas motorik,
14
2007). Skala ini dibuat untuk orang dewasa muda dan menengah,
namun penelitian lebih lanjut banyak digunakan untuk meneliti sifat
psikometrik pada orang dewasa tua. Secara keseluruhan, penelitian
yang meneliti dengan menggunakan STAI harus hati-hati disaat
menilai kegelisahan pada orang dewasa tua (Therrien & Hunsley,
2012).
b. Hospital Anxiety Depression Scale (HADS)
Hospital Anxiety Depression Scale (HADS) dikembangkan oleh
Zigmond dan Saith (1983) yang berisi 36 pertanyaan tentang
kecemasan dan telah diuji kembali validitas dan reabilitasnya sebagai
alat ukur kecemasan dan depresi oleh Ioannis Michopoulos et.al,
(2007) dikutip dalam Dua Bura, A.E (2018) dengan hasil Hospital
Anxiety Depression Scale (HADS) valid dengan koefisien α cronbach
0,884 (0,829 untuk cemas dan 0,840 untuk depresi) serta stabil
dengan test-retest intraclasscorrelation coefficient 0,944.
c. Zung Self Rating Anxiety Scale (ZSAS)
Zung Self Rating Anxiety Scale (ZSAS) dikembangkan oleh Wiliam
W. K. Zung (1971) dikutip dalam Dua Bura, A.E (2018) adalah
metode pengukuran tingkat kecemasan. Skala berfokus pada
kecemasan umum dan koping dalam mengatasi stress.Terdiri dari 20
pertanyaan dengan 15 pertanyaan tentang peningkatan kecemasan
dan 5 pertanyaan tentang penurunan kecemasan.
d. Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) dibuat oleh M. Hamilton
pada tahun 1959 yang terdiri atas 14 pertanyaan tentang suasana hati,
ketegangan, ketakutan, insomnia, konsentrasi, depresi, tonus otot,
sensori somatik, gejala kardiovaskuler, gejala sistem respirasi, gejala
sistem gastrointestinal, gejala sistem genitourinaria, gejala otonom
dan perilaku. Masing-masing kelompok dalam 14 kategori ini dibagi
menjadi beberapa item pertanyaan. Kategori yang dihasilkan adalah
cemas ringan, sedang dan berat. Digunakan untuk populasi dewasa,
remaja dan anak-anak.
17
dengan skor berkisar antara 0-140 pada lansia. (Muelleret al, 2014
dikutip dalam Dua Bura. A.E, 2018.
h. Geriatric Anxiety Scale (GAS)
Alat ukur yang dirancang untuk digunakan pada orang dewasa yang
lebih tua atau lansia (Segal, et al, 2010). Dibuat berdasarkan berbagai
gejala kecemasan yang termasuk dalam manual diagnostic dan
statistic gangguan mental dan berbeda dari alat ukur kecemasan
lainyang tidak sepenuhnya membahas tentang gejala DSM yang
lengkap. Secara khusus Geriatric Anxiety Scale (GAS) menilai
kecemasan afektif, kecemasan somatic, kecemasan kognitif yang
semuanya merupakan gejala kecemasan pada lansia. Pada Geriatric
Anxiety Scale (GAS) terdiri dari 25 pertanyaan yang mengarah pada
setiap gejala yang dialami pada minggu lalu sampai saat sekarang.
Menggunakan skala likert dimana masing-masing pertanyaan terdiri
dari empat poin yaitu 0 (tidak sama sekali) sampai 3 (sepanjang hari).
(Segal, 2010).
Dari berbagai alat ukur kecemasan diatas, Geriatric Anxiety
Scale (GAS) adalah salah satu alat ukur kecemasan terbaru yang
dirancang dan digunakan khusus lansia yang mencakup aspek
somatic, afektif, dan kognitif yang dialami lansia dengan kecemasan
(Segal, 2010) dan instrument ini akan digunakan dalam penelitian
ini.
2. Interaksi Sosial
a. Definisi Interaksi sosial
Interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara induvidu satu
dengan individu lainnya dimana induvidu yang satu dapat
mempengaruhi individu yang lainnya sehingga terdapat hubungan yang
saling timbal balik (Bimo Walgito, 1990 dalam Dayakisni, 2009).
Sementara Soekanto (1997) dalam Dayakisni (2009) mendefinisikan
interaksi sosial sebagai hubungan antar orang per orang atau dengan
kelompok manusia.
b. Bentuk Interaksi Sosial
Interaksi sosial menjadi kunci utama dalam menjalin hubungan
dan kerja sama. Berhasil atau tidaknya seseorang bisa dilihat dari
19
5. Tipe bingung
Lansia yang sering kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan
diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh.
d. Permasalahan Lansia dengan Berbagai Kemampuannya
Proses menua didalam perjalanan hidup manusia merupakan
suatu hal yang wajar akan di alami semua orang yang dikarunia umur
panjang. Hanya cepat lambatnya proses tersebut bergantung pada
masing-masing individu yang bersangkutan. Adapun permasalahan yang
berkaitan dengan lanjut usia antara lain (Juniati & Sahar,2001 dalam
Muhith & Siyoto 2016):
1. Secara individu ,pengaruh proses menua dapat menimbulkan
berbagai masalah,baik secara fisik,biologi,mental,maupun social
ekonomis. Semakin lanjut usia seseorang,ia akan mengalami
kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik, yang dapat
mengakibatkan penurunan pada peranan-peranan sosialnya.hal ini
juga mengakibatkan timbulnya gangguan di dalamhal mencakupi
kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantungan
yang memerlukan bantuan orang lain.
2. Lanjut usia tidak hanya ditandai dengan kemunduran fisik. Kondisi
lanjut usia dapat pula berpengaruh terhadap kondisi mental. Semakin
lanjut seseorang. Kesibukan sosialnya akan semakin berkurang. Hal
itu akan dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan
lingkungannya. Hal ini dapat memberikan dampak pada kebahagian
seseorang.
3. Pada usia mereka yang telah lanjut, sebagian dari para lanjut usia
tersebut masih mempunyai kemampuan untuk bekerja. Permasalahan
yang mungkin timbul adalah bagaimana memfungsikan tenaga dan
kemampuan mereka tersebut didalam situasi keterbatasan
kesempatan kerja.
4. Masih ada sebagian dari lanjut usia yang mengalami kedalam
terlantar. Selain tidak mempunyai bekal hidup dan pekerjaan/
penghasilan ,mereka juga tidak mempunyai keluarga/sebatang kara.
5. Dalam masyarakat tradisional,biasanya lanjut usia dihargai dan
dihormati sehingga mereka masih dapat berperan yang berguna bagi
25
proses menua. Teori – teori itu dapat digolongkan dalam dua kelompok,
yaitu kelompok teori biologis dan teori kejiwaan sosia.
1. Teori Biologi
Teori biologi adalah ilmu alam yang mempelajari kehidupan
dan organisme hidup, termasuk struktur, fungsi, pertumbuhan,
evolusi, persebaran, dan taksonominya. Ada beberapa macam teori
biologis, di antaranya sebagai berikut:
a. Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatie Theory)
Menurut Hayflicj (1961) dalam Muhith & Siyoto (2016),
menua telah terprogram secara genetik untuk spesies –spesies.
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul – molekul atau DNA dan setiap sel pada
saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas
adalah mutasi dari sel –sel kelamin (terjadi penurunan
kemampuan fungsional sel).
b. Teori Interaksi Seluler
Menurut Berger (1994) dalam Muhith & Siyoto (2016),
bahwa sel-sel yang saling berinteraksi satu sama lain dan
mempengaruhi keadaan tubuh akan baik-baik saja selama sel-sel
masih berfungsi dalam suatu harmoni. Akan tetapi, bila tidak
ada lagi demikian maka akan terjadi kegagalan mekanisme feed-
back dimana lambat laun sel-sel akan mengalami degenerasi.
c. Teori Replikasi DNA
Menurut Cunninghm (2003) Muhith & Siyoto (2016), teori
ini mengemukakan bahwa proses penuaan merupakan akibat
akumulasi bertahap kesalahan dalam masa replikasi DNA
sehingga terjadi kematian sel. Kerusakan DNA akan
menyebabkan pengurangan kemampuan replikasi ribosmol DNA
(rDNA) dan mempengaruhi masa hidup sel. Sekitar 50% r DNA
akan menghilang dari sel jaringan pada usia kira-kira 70 tahun.
d. Teori Ikatan Silang
Menurut Yaar dan Gilchrest (2007) dalam Muhith & Siyoto
(2016), proses penuaan merupakan akibat dari terjadinya ikata
silang yang progresif antara protein-protein intraseluler dan
27
B. Kerangka Teori
Keterangan :
D. Hipotesis
Ho : Tidak ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan interaksi sosial
pada lansia
Ha : Ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan interaksi sosial pada
lansia
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, dengan Rancangan
penelitian descriptive correlational, yaitu untuk mengetahui peristiwa dilakukan
secara sistematis dan lebih menekankan pada data factual hubungan yang terjadi
pada sebuah fenomena dan penggunaanya untuk mengidentifikasi hubungan yang
terjadi sesaat, tanpa perlu kelompok kontrol atau uji coba (Suyanto, 2011).
Pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu
pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada
satu saat (Nursalam, 2017).
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peniliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016).
Populasi dari peneitian ini yaitu berjumlah 80 lansia yang tinggal di Balai
Pelayanan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Unit Budhi Luhur Kasongan Bantul
Yogyakarta.
2. Sampel penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2016). Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Purposive Sampling, yaitu suatu
tehnik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai
dengan yang di kehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga
sampel tersebut dapat mewakili karakteristik popuasi yang telah dikenal
sebelumnya (Nursalam, 2013).
a. Kriteria inklusi
1) Lansia yang berusia ≥ 60 tahun
2) Tidak memiliki gangguan mental seperti gangguan delusi, skizofrenia,
dan dimensia..
3) Lansia yang dapat berkomunikasi dengan baik.
4) Lansia yang bisa membaca dan menulis.
32
33
Variabel Pengganggu :
1. Umur (lebih dari 60 tahun)
2. Jenis kelamin.
3. Latar belakang budaya.
4. Pendidikan.
5. Satus fisik, mental dan emosional.
Gambar 3.1
Hubungan Antar Variabel
Keterangan :
: Hubungan
: Faktor pengganggu
36
F. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati
dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam 2017). Definisi operasional
adalah untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel
diamati/diteliti. Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang
dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan
(Notoatmodjo, 2014).
(segal et.a
Keterangan :
r = koefisien korelasi
N = jumlah sampel
X = skor pernyataan
Y = skor total
XY= nomor pertanyaan dikali skor total
Kriteria keputusan:
rhitung ≥ rtabel maka butir soal yang diuji dinyatakan valid
rhitung ≤ rtabel maka butir soal yang diuji dinyatakan tidak valid
Pada penelitian ini variabel independent (kecemasan) menggunakan
instrument kuesioner Geriatric Anxiety Scale (GAS) diadopsi oleh penelitian
Bayu Herman Syah (2017) yang sudah melakukan uji validitas dan sudah dalam
versi bahasa indonesia. Karakteristik dari penelitian dengan peneliti berbeda
yaitu mengukur kecemasan lansia yang berada di Balai Pelayanan Sosial Tresna
Werdha (BPSTW) Unit Budhi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta Hasil uji
validitas pada kuesioner Geriatric Anxiety Scale (GAS) didapatkan hasil Rhitung ≥
Rtabel 0.01 masing- masing subskala Geriatric Anxiety Scale (GAS) (Kognitif r =
0,91; Somatik r = 0,86; Afektif r = 0,92 ) artinya yang terbukti valid, sehingga
peneliti tidak melakukan uji validitas ulang.
40
Murdanita (2018) dengan hasil Rhitung ≥ Rtabel 0,209 yang artinya terbukti valid,
sehingga peneliti tidak melakukan uji validitas ulang. Karakteristik dari
penelitian dengan peneliti berbeda yaitu mengukur interaksi sosial pada lansia di
Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Unit Budhi Luhur Kasongan
Bantul Yogyakarta
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2014). Pada
penelitian ini akan dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan “Cronbach’s
Alpha” dengan rumus sebagai berikut:
Dimana :
R = Koefisien Reliabilitas Test
k = cacah butir pertanyaan
= 0.90, Somatik= 0.80, Afektif = 0.82, sehingga peneliti tidak melakukan uji
ulang realibilitas.
Pada penelitian ini variabel dependen (interaaksi sosial) menggunakan
kuesioner interaksi sosial yang telah digunakan penelitian sebelumnya oleh
Murdanita (2018) dengan hasil Cronbach’s Alpha > 0,037 yang artinya terbukti
realibel, sehingga peneliti tidak melakukan uji ulang realibilitas. Karakteristik
dari penelitian dengan peneliti berbeda yaitu mengukur interaksi sosial pada
lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Unit Budhi Luhur.
( fo−fe) ²
X ²=∑
fe
Keterangan :
X2 = Nilai Chi Square
Fo = Frequensi yang di Obsefasi (Frequensiempiris)
Fe = Frequensi yang di Harapkan (Teoritis)
43
K. Jalannya Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu:
Setelah judul diterima oleh bagian Research Departement STIKes Surya Global
Yogyakarta. Ada beberapa tahapan yang akan dilakukan pada saat penelitian, yaitu :
1. Tahap persiapan
a. Mempersiapkan materi dan konsep yang mendukung penelitian
b. Pengurusan surat permintaan studi pendahuluan
c. Melakukan permintaan dan permohonan studi pendahuluan di Dinsos
Provinsi DIY
d. Pengurusan surat izin studi pendahuluan di Balai Pelayanan Sosial Tresna
Werdha (BPSTW) Unit Budhi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta.
e. Melaksanakan studi pendahuluan di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha
(BPSTW) Unit Budhi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta untuk mengetahui
masalah apa yang terjadi di tempat penelitian. Pada saat studi pendahuluan,
penelitian mendiskusikan rencana penelitian yang dilakukan di Balai
Pelayanan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Unit Budhi Luhur Kasongan
Bantul Yogyakarta, kemudian melakukan wawancara dengan lansia Balai
Pelayanan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Unit Budhi Luhur Kasongan
Bantul Yogyakarta.
f. Menyusun proposal penelitian yang sebelumnya dikonsultasika kepada dosen
pembimbing, kemudian dilanjutkan dengan pencarian data sekunder.
g. Melaksanakan ujian proposal dan selanjutnya melakukan revisi proposal
penelitian yang kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.
h. Melakukan permohonan kepada pihak akademik kampus STIKes Surya
Global Yogyakarta, kemudian menyerahkan surat izin penelitian tersebut
kepada petugas di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Unit
Budhi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta.
i. Melakukan uji etik.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pada saat penelitian, peneliti meminta bantuan perawat dimana sebelum
dilakukan penelitian, peneliti dan perawat melakukan persamaan persepsi
mengenai tujuan, manfaat dan jalan penelitian yang akan di Balai Pelayanan
Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Unit Budhi Luhur Kasongan Bantul
Yogyakarta.
44
Abdurahman, Maman, Muhdin, Sambas Ali & Somantri, Ating 2017. Dasar-Dasar
Metode Statistika untuk penelitian. Bandung : CV Pustaka Setia.
Abikusno, Nugroho, 2013. Kelanjutusiaan Sehat Menuju Masyarakat Sehat untuk Segala
Usia. Buletin Jendela.
Agustina, M., Widodo, H., Nurhamidi. 2016. Hubungan Interaksi Sosil Dengan Kualitas
Hidup Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin.Jurnal
Stikes Sari Mulia Banjarmasin. (2 Januari 2018)
Allender, J.A., Rector, C., & Warner, K.D. 2014. Community dan public health nursing
promoting the public’s health (8th Ed.). Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins
Andreas. 2012. Interaksi Sosial Dan Kualitas Hidup Lansia Di Kelurahan Lansot.
Kecamatan Tomohon Selatan
Badan Pusat Statistik, 2018. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2018, Jakarta : Badan Pusat
Bandiyah, Siti 2009. Lanjut usia dan keperawatan gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Cahyana Witriya, 2016 . Hubungan tingkat kecemasan dengan pola tidur lansia di
Posyandu Permadi Kelurahan Tlogomas Kota Malang. Nursing News, Volume1,
Nomor 2, 2016
Departemen Kesehatan, 2013, Pedoman Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan
I,Kebijaksanaan Program dan II, Materi Pembinaan, Direktorat Bina Kesehatan
Keluarga, Jakarta.
Dewi, Sofia Rhosma. 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Penerbit
Deepublish
Dina Andesty, Fariani Syahrul. 2017. Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup
Lansia Di Unit Pelayanan Terpadu (Uptd) Griya Werdha Kota Surabaya. The
Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 2 Desember 2018: 169-180
Donsu, D.D. 2019. Psikologi Keperawatan. Yogyakarta: PT.PUSTAKA BARU.
Dua Bura, A.E 2018. Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Lansia Dengan Hipertensi di
Puskesmas NITA KABUPATEN SIKKA NTT. Fakultas keperawatan
Universitas Hasanuddin (26 Oktober 2019, 20:30)
Ekasari, M. F., Riasmini, D. N., & Hartini, T. 2018 Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia
Konsep Dan Berbagai Strategi Intervensi
Gross J.J & John. 2003. Individual Differences in Two Emotion Regulation Processes:
Implications for Affect, Relationships, and Well-Being. Journal of Personality
and Social Psychology, 85, 348-363.
Ida Bagus Gede Hendra Kusuma, IGA Indah Ardani 2018. Hubungan tingkat kecemasan
terhadap aktivitas ehari-hari pada lansia di Panti Werdha Wana Seraya, Denpasar
– Bali. E-JURNAL MEDIKA, VOL. 7 NO. 1, JANUARI, 2018 : 37 – 42 ISSN:
2303-1395
Kemenkes RI. 2015. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehata RI Situasi dan
Analisis Lanjut Usia. Jakarta: Kemenkes RI.
Khasanah, U & Khairani. (2016). Tingkat Kecemasan Pada Lansia Yang Mengalami
Penyakit Kronis Di Banda Aceh. Keilmuan Keperawatan Gerontik Fakultas
Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. ( 23 Oktober 2019, 16:20)
Kusumowardani, A & Puspitosari. 2014. Hubumgan Antara Tingkat Depresi Lansia
Dengan Interaksi Sosial Lansia Di Desa Sobokerto Kecamatan Ngemplak
Boyolali. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, vol 3.No 2. 106-204.
Laelasari. Sari, S.P. dan Rejeki, Y. F., 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan
Aktivitas Fisik Lansia Di Posyandu Anggrek Wilayah Kerja Puskesmas
Sidangjaya Kota Bandung. Jurnal Keperawatan, Program Studi SI Ilmu
Kepewatan.
Maryam R Siti, Mia Fatma Ekasari, Rosdiawati, Ahmad Jubaedi & Irwan Batu Bara.
2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika.
Mela Brig Murdanita 2018. Hubungan kesepian lansia dengan interaksi sosial pada lansia
di UPT pelayanan lanjut usia Magetan.
Riesta Ridha Tri Fadhilah. 2018. Hubungan Antara Interaksi Sosial Dengan Happiness
Pada Lansia. Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya. (24 Oktober 2018)
Stuart, G.W. 2012. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edsisi 5. Jakarta. EGC
Stuart, G.W., Keliat, B.A., & Pasaribu, J. 2016. Prinsip dan Praktik Keperawatan
Kesehatan Jiwa Stuart buku 1
Suardiman, S. 2011. Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sugiono. 2016. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabet
Sunaryo, Wijayanti, Rahayu 2015. Asuhan keperawatan gerontik. CV Andi Offset.
Yogyak arta
Therrien,Z., & Hunsley,J. 2012. Assesment of Anxiety in Older Adult: A systemic Reviuw
of commonly used measure. Anging & Mental health, 16,1-16