Anda di halaman 1dari 92

PROPOSAL RISET

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP


PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II YANG MENDERITA
GANGREN DI RSU ZAHIRA JAGAKARSA

Proposal Riset Ini Sebagai Prasyarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan


(S.Kep)

OLEH :

ALBINA

NIM : 08190100013

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
2020
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Riset dengan judul :

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP


PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II YANG MENDERITA
GANGREN DI RSU ZAHIRA JAGAKARSA

Telah mendapat persetujuan untuk dilaksanakan Uji Proposal Riset Akhir pada :

Jakarta, ………..

Pembimbing,

(Ns. Yeni Kotto,S.Kep., M.Kes)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan

hidayah-Nya pada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Riset

yang berjudul “Hubungan dukungan keluarga terhadap kualitas hidup pada pasien

diabetes mellitus tipe 2 yang menderita gangren di RSU Zahirah Jagakarsa” ini

sesuai waktu yang telah ditentukan. Proposal Riset ini disusun sebagai salah satu

syarat dalam menyelesaikan Strata satu Keperawatan pada Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Indonesia Maju. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima

kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr.Dr.dr. Hafizurrachman, MPH selaku Ketua STIKes Indonesia Maju

yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk

mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Program Pendidikan Profesi

Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jakarta.

2. Bapak Ns. Bambang Suryadi, S.Kep.,M.Kes, selaku Kepala Program studi

Pendidikan Profesi Ners yang selalu memberikan dorongan penuh dengan

wawasan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

3. Bapak Ns. Yeni Koto, S.Kep.,M.Kes selaku pembimbing I yang dengan tulus

dan Ikhlas bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran, serta perhatian dalam

memberikan dorongan, bimbingan dan arahan dalam penyusunan Proposal

Riset ini.

ii
4. Bapak dan Ibu Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju beserta

staf yang telah membantu dalam pembelajaran selama saya menempuh

Pendidikan Strata satu Keperawatan ini.

5. Kedua orang tua dan Saudara-saudara yang selalu memberikan motivasi,

dukungan dan semangat belajar beserta doa yang tulus.

6. Untuk orang kekasihku tercinta yang selalu memberikan motivasi dan

dukungan yang tak henti-hentinya selama menjalani proses pendidikan

Strata satu Keperawatan.

7. Teman-teman Angkatan STIKIM yang tak bisa saya sebutkan satu persatu

yang telah membantu dan mensupport selama menjalani proses pendidikan

Strata satu Keperawatan ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih

atas bantuannya. Penulis hanya bisa berdo’a semoga Allah SWT membalas

amal baik semua pihak yang telah menbantu dalam proses penyelesaian

proposal riset ini.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak

kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saran dan kritik yang

konstruktif senantiasa penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap, semoga karya

tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membaca terutama

bagi Civitas STIKes Indonesia Maju Jakarta.

Jakarta, November 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBARAN PENGESAHAN ...................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL........................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 12

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 12

D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 13

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Konsep Diabetes Melitus

1. Pengertian .................................................................................... 15

2. Klasifikasi .................................................................................... 16

3. Etiologi ....................................................................................... 17

4. Manifestasi Klinik ........................................................................ 19

iv
5. Patofisiologi ................................................................................ 20

6. Komplikasi .................................................................................. 23

7. Faktor Resiko .............................................................................. 24

8. Pencegahan ................................................................................... 26

B. Konsep Dukungan Keluarga

1. Pengertian Dukungan Keluarga .................................................... 32

2. Jenis-jenis Dukungan Keluarga .................................................... 32

3. Sumber Dukungan Keluarga ........................................................ 33

4. Manfaat Dukungan Keluarga ........................................................ 34

C. Konsep Kualitas Hidup (Quality oj life)

1. Pengertian Kualitas Hidup ............................................................ 35

2. Domain-domain Kuliatas Hidup ................................................... 37

3. Aspek-aspek Kualitas Hidup ......................................................... 43

4. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup ................................ 44

D. Penelitan Terkait ................................................................................ 46

E. Kerangka Teori .................................................................................. 47

BAB III. KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep ................................................................................ 48

B. Hipotesis .............................................................................................. 49

C. Definisi Operasional ............................................................................ 50

BAB IV. METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Desain Penelitian ................................................................................. 51

B. Populasi dan Sampel ........................................................................... 52

v
C. Tempat dan Waktu Peneitian .............................................................. 53

D. Etika Penelitian ................................................................................... 53

E. Alat Pengumpulan Data ...................................................................... 55

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ................................................... 55

G. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................... 58

H. Pengolahan Data .................................................................................. 60

I. Analisis Data ....................................................................................... 61

J. Jadwal Kegiatan .................................................................................. 63

DAFTAR PUSTAKA

vi
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terkait …………………..….................………...... 35

Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................ 40

Tabel 4.1 Kisi-kisi Kuesioner Dukungan Keluarga ................................. 47

Tabel 4.2 Kisi-kisi Kuesioner Kepatuhan ................................................ 47

Tabel 4.3 Jadwal Penelitian .............................................................. ....... 56

viii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori …....………………..….................………... 47

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ................................................................. 48

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 Surat Persetujuan Responden

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem Kesehatan Nasional menyatakan bahwa segala upaya dalam

pertumbuhan pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk

mencapai derajat kesehatan yang lebih tinggi yang membungkinkan orang

hidup lebih hakikatnya dan mencapai derajat yang optimal terdapat beberapa

factor yang menyebabkan Indonesia mengalami pergeseran pola penyakit

dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular, yaitu: disebabkan

karena pelayanan kesehatan masyrakat, perubahan gaya hidup, dan

bertambahnya umur harapan hidup, kecenderungan meningkatnya prevalensi

penyakit tidak menular salah satu nya adalah Diabetes Melitus (Hasdianah,

2012)

Diabetes mellitus menurut K Safira, (2018) merupakan suatu

kelompok penyakit metabolik dengan karakeristik hiperglikemia yang terjadi

karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya .

hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka

panjang, disfungsi dan kegagalan banyak organ, terutama mata, ginjal,

jantung, dan pembuluh darah (Safira, 2018). Kondisi ini hiperglikemia yang

tidak terkontrol dapat mengakibatkan berbagai komplikasi akut (ketoasidosis

diabetikum, hiperglikemia hyperosmolar non ketotik, hiperglikemia dan

1
2

kronis (penyakit jantung koroner, retinopati, nefropati, neuropati) (Waspadji,

2013)

Menurut Safira, (2018) dalam buku pintar Diabetes, Diabetes Melitus

(DM) terbagi 4 tipe yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestational, dan DM tipe

inspadius. Penderita diabetes tipe 1, atau sering juga disebut degan diabetes

ketergantungan insulin, sering nya sudah mengalami gejala-gejalanya sejak

kecil. Jenis ini merupakan sebuah kondisi autoimun karena tubuh penderita

menyerang organ pankreasnya sendiri dengan antibody. Akibatnya, pancreas

yang rusak tersebut pun tidak memproduksi insulin. Ada beberapa factor yang

menyebabkan seseorang menderita diabetes tipe 1, salah satu nya adalah

factor keturunan, dan kegagalan sel-sel beta di dalam pancreas. Diabetes tipe

2 tidak tergantung pada insulin, diabetes tipe dua ini sering kali merupakan

jenis diabetes yang lebih jinak, akan tetapi, diabetes tipe 2 tetap dapat

menimbulkan komplikasi kesehatan yang kronis, terutama di pembuluh-

pembuluh darah terkecil di dalam tubuh yang menutrisi ginjal, saraf, dan mata

selain itu, diabetes tipe ini juga meningkatkan resiko ganguan jantung dan

stroke.

Diabetes Melitus tipe 2 ini dikenal sebagai tipe onset maturitas dan

tipe nondependent insulin. Diabetes gestasional sering dikenal sebagai

diabetes yang dipicu oleh kehamilan, pada taraf tertentu, dapat menimbulkan

kekebalan insulin. Sering kali, kasus ini di diagnosis ketika usia kehamilan

sudah separuh jalan sampai dengan trimester akhir. Diabetes insipadius

Diabetes tipe ini adalah sebuah jenis diabetes yang langka atau tidak umum
3

terjadi. Beda dengan diabetes mellitus yang menyebabkan peningkatan kadar

gula darah, diabetes insipidus disebabkan oleh adanya masalah pada ginjal.

Pada kasus ini, ginjal cairan. Karenanya, para penderitanya sering mengalami

rasa haus yang berlebihan dan sering buang air kecil.masalah utama dari

kondisi ini berkaitan dengan hormone ADH atau hormone antidiuretik.

Angka kejadian diabetes mellitus (DM) dari tahun ke tahun

mengalami penigkatan, data dari worl health organization (WHO, 2014)

menjelaskan bahwa penderita DM di dunia mencapai 422 juta orang dan lebih

dari 80% kematian akibat DM terjadi pada Negara miskin dan berkembang.

International diabetes federation (IDF), (2015) melaporkan jumlah penderita

DM tipe 2 meningkat setiap tahun nya disetiap Negara. Pada tahun 2015,

ditemukan sebanyak 415 juta orang menderita diabetes, diabetes

menyebabkan 5 juta kematian dan penderita diabetes meninggal setiap 6 detik

di dunia.

Pada tahun 2040 penderita diabetes di dunia diperkirakan akan

meningkat menjadi 642 juta orang, dan di Indonesia diperkirakan berada pada

urutan ke- 7 diantara 10 negara di dunia dengan penderita diabetes terbesar

dibawah Negara Cina, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia, dan Mexico

Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi

DM di Indonesia cukup tinggi. Prevalensi DM di Indonesia adalah 2,4%,

meningkat dari tahun 2007 sebanyak 1.1% dengan prevelensi tertinggi data

dari dinas kesehatan sesuai diagnosis dokter yaitu di Dki Jakarta (2,5%) (IDF,

2015).
4

Menurut Safira, (2018) Diabetes mellitus tipe II dapat meningkatkan

resiko untuk mengalami ketidakmampuan baik secara fisik, psikologis dan

social akibat berbagai keluhan yang dialami oleh penderita DM. kondisi

kesehatan secara fisik seperti komplikasi dan pengelolaan diabetes yang

harus dilakukan secara konstan. Komplikasi yang dialami penderita DM

bervariasi diantaranya komplikasi fisik, psikologis, social dan ekonomi.

Komplikasi fisik yang timbul berup a kerusakan mata, kerusakan ginjal,

penyakit jantung, tekanan darah tinggi, stroke bahkan sampai menyebab kan

gangren (Safira, 2018).

Diabetes mellitus tanpa pengelolaan diri yang baik akan

berkembang menjadi penyakit yang bersifat tahunan dan akan

menyebabkan komplikasi seperti timbulnya gangren. Penderita diabetes

mellitus memiliki risiko 29 kali lebih tinggi untuk mengalami gangren, hal

ini disebabkan karena penderita diabetes mellitus rentan terkena infeksi

yang erat hubungannya dengan perkembangbiakan kuman pada lingkungan

dengan kadar glukosa yang tinggi (Wahyuni, 2015).

Menurut Nirwan, (2011) Gangrene adalah istilah medis yang

digunakan untuk mengambarkan kematian area tubuh. Ini terjadi ketika

pasokan darah terpotong ke bagian yang terganggu sebagai akibat dari

berbagai proses, seperti infeksi, pembuluh darah (berkaitan pembuluh

darah), penyakit atau trauma, gangrene dapat melibatkan bagian manapun

dari tubuh; situs yang paling umum termasuk jari kaki dan tangan. Gangren

diabetik merupakan komplikasi dari penyakit diabetes melitus yang


5

disebabkan karena kerusakan jaringan nekrosis oleh emboli pembuluh darah

besar arteri pada bagian tubuh sehingga suplai darah terhenti. Gangren

terjadi karena adanya neuropati dan gangguan vaskuler di daerah kaki.

Gangren muncul didaerah kaki dalam bentuk luka terbuka yang diikuti

kematian jaringan setempat. (Sulistriani, 2013)

Prevalensi penderita ulkus diabetikum di dunia sekitar 15% dengan

resiko amputasi 30%, angka mortalitas 32% (IDF,2015). Penderita diabetes

di Indonesia yang mengalami komplikasi seperti, neuropati (63,5%),

retinopati (42%), Nefropati (73%), Makrovaskuler (16%), mikrovaskuler

(6%), dan luka kaki diabetic (25%). Sedangkan angka kematian akibat ulkus

kaki diabetic dan gangrene mencapai 17-23%, serta angka amputasi

mencapai 15-30%, selain itu angka kematian pasca amputasi sebesar 14,8%

(Purwanti, 2013)

Diabetes Melitus dapat menjadi serius dan menyebabkan komplikasi

pisik kronik yang membahayakan apabila tidak diobati. Komplikasi fisik

yang timbul berupa kerusakan mata, ginjal, penyakit jantung, tekanan darah

tinggi, stroke, bahkan menyebabkan gangrene. Pada pasien DM, perubahan

kondisi fisik seperti adanya luka yang sukar sembuh, kondisi luka yang

berabau bahkan terjadinya kehilangan anggota tubuh akan mempengaruhi

persepsi diri sendiri, kondisi tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap

kondisi psikologis, dalam hal ini keluarga memiliki andil yang cukup besar

Dalam menentukan status kesehatan individu yang mengalami sakit atau


6

kesakitan, masalah tersebut dapat diminalisir dengan adanya dukungan

keluarga (Wahyuni dkk, 2017)

Keluarga memiliki peran yang sangat penting terhadap status

kesehatannya, dengan penyakit kronis yang dihadapinya seperti diabetes

melitus. Tingkat pengetahuanpun juga sangat penting terhadap kesembuhan

pasien. Dukungan keluarga dan tingkat pengetahuan dapat memberikan

dampak positif terhadap kepatuhan manajemen perawatan pada penderita

DM. Penderita yang mendapatkan dukungan keluarga cenderung lebih

mudah melakukan perubahan perilaku kearah lebih sehat daripada penderita

yang kurang mendapatkan dukungan (Friedman, 2010) Dukungan keluarga

pada penderita diabetes diharapkan turut membantu keberhasilan

penatalaksanaan diabetes, sehingga dapat menghindari terjadinya

komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup penderita Diabetes melitus

akan menyertai seumur hidup sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup

penderita.

Dukungan keluarga yaitu dukungan emosional merupakan suatu

bentuk dukungan berupa rasa aman, cinta dan kasih, memberi semangat,

mengurangi putus asa dan rendah diri sebagai akibat dari ketidak mampuan

fisik. dukungan informasi merupakan sebagai pengumpul dan penyebar

informasi yang digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah dan aspek

dalam dukungan ini seperti nasehat, usul, saran, petunjuk dan pemberi

informasi. dukungan instrumental merupakan dukungan berupa pertolongan

praktis dan kongkrit dalam bentuk bantuan tenaga, dana maupun waktu
7

dalam melayani anggota keluarga, dukungan keluarga ini merupakan fungsi

ekonomi dan fungsi perawatan kesehatan terhadap angota keluarga yang

sakit dan yang terakhir adalah dukungan penilaian merupakan suatu

dukungan dari keluarga dalam bentuk umpan balik dan penghargaan kepada

anggota keluarga dengan menunjukan respon positif berupa dorongan atau

persetujuan akan ide, gagasan atau perasaan sesorang. Dukungan keluarga

pada penderita diabetes diharapkan turut membantu keberhasilan

penatalaksanaan diabetes mellitus tipe 2 yang menderita gangrene. (Bown

& Jones, 2014)

Kualitas hidup merupakan persepsi individu mengenai posisinya

dalam konteks budaya dan sistem nilai pada tempat individu tersebut hidup

dan hubungannya dengan tujuan, harapan, standar dan fokus hidupnya

(WHO, 2012). Hidup dengan diabetes melitus dapat mempengaruhi

keadaan hidupnya yang sering disebut dengan pengaruh negatif terhadap

kualitas hidup penderita baik atau tanpa komplikasi. WHOQoL Group

(dalam Bilington dkk, 2010) mendefenisikan kualitas hidup adalah sebgai

persepsi individu dari posisi individu dalam kehidupan dalam konteks

system budaya dan nilai dimana individu hidup dan dalam kaitan dengan

tujuan, harapan, standard an kekhawatiran kualitas hidup adalah konsep

yang luas mulai terpengaruh dengan cara yang kompleks dengan kesehata

fisik, kesejahteraan psikologis, hubungan social, hubungan dengan

lingkungan individu (Nimas, 2012).


8

Kualitas hidup seperti Kesehatan fisik yaitu mencakup aktifitas

sehari,hari,ketergantungan pada obat-obatan, energy dan kelelahan,

mobilitas, sakit, ketidak nyamanan) tidur/istirahat, kapasitas kerja. Keadaan

psikologis mencakup bodily image appearance, perasaan negative,

perasaan positif, keyakinan pribadi, berpikir, belajar, memory dan

konsentrasi. Hubungan social yaitu mencakup relasi personal, dukungan

social, aktivitas seksual. Hubungan dengan lingkungan mencakup sumber

financial, kebebasan, keamanan, dan keselamatanfisik,

perawatan,kesehatan dan social termasuk aksebilitas dan kualitas,

lingkungan rumah, kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi baru

maupun keterampilan, partisipasi dan mendapat kesempatan untuk

melakukan rekreasi dan kegiatan yang menyenangkan di waktu luang,

lingkungan fisik termasuk populasi/kebisingan/lalu lintas/iklim serta

transportasi. (Nimas, 2012)

Hasil penelitian Senuk (2013), mendapatkan hasil 59% responden

dengan dukungan yang baik akan patuh dalam menjalani diet diabetes

mellitus, sedangkan penelitian faik dikutip dari Gustina ( 2014), 31% pasien

Dm menggalami amputasi dikarenakan kadar glukosa darah yang tidak

terkontrol dan luka ganggren yang tidak terawat dengan baik. Penelitian ini

juga menggatakan ketidak patuhan pasien DM terhadap diet dikarenakan

kurang nya dukungan keluarga.


9

Hasil penelitian dari Rohman,dkk, (2015) yang meneliti kualitas

hidup pasien DM tpe 2 dengan luka ganrene mengatakan bahwakondisi

fisik, psikologis, social, dan lingkungan berpengaruh terhadap kualitas

hidup pasien DM tipe 2 yang menderita Gangren. Penyakit ini akan meberi

dampak negative terhadap kualitas hidup pasien, hal ini dikarenakan gejal-

gejala yang ditimbulkan oleh DM tipe 2 yang disertai Gangren dapat

menghambat aktivitas sehari-harinya serta kondisi psikologis, social dan

lingkungan juga ikut member pengaruh terhadap kualitas hidup.

Berdasarkan studi pendahuluan pada tgl 17 juli 2020 diperoleh data

bahwa jumlah kunjungan pasien DM tipe 2 yang mengalami Gangren di Rsu

Zahirah pada tahun 2019 adalah 304 pasien, dimana rata-rata perbulan nya

20-40 pasien. melalui wawancara terhadap beberapa pasien DM tipe 2 yang

menderita gangrene keluarga kepada 5 responden 3 mengatakan bahwa

mereka merasakan dirinya sebagai beban bagi keluarga karena tidak bisa

bekerja dan juga merasa dirinya tidak bisa bertanggung jawab dalam

memberi nafkah untuk keluarga, justru banyak biaya yang dikeluarkan

untuk pengobatan dan perawatan. Responden juga mengatakan mengalami

pengelihatan buram sejak satu tahun yang lalu, kehilangan nafsu makan dan

mengalami penurunan berat badan..

2 darri 3 Responden mengatakan bahwa kondisi luka di kaki

semakin memburuk, kelima jari kaki nya sudah menghitam, terdapat luka

yg berlubang dan bernanah di telapak kaki kiri hal ini membuat mereka
10

semakin takut luka pada kakinya tidak bisa sembuh dan mereka mengatakan

tidak akan sanggup apabila kakinya di amputasi. Dapat dilihat juga untuk

menggurangi bau yang tak sedap pada kakinya keluarga dan responden

mengoleskan kopi pada daerah luka atau menutupi lukanya dengan kain

untuk mengindari dari paparan publik dan responden tampak berekspresi

sedih, cemas dan tidak berdaya dengan kondisi penyakit yang di deritanya.

Sedangkan 2 dari 5 responden menunjukan respon menerima

keadaan luka pada kakinya dan semangat dalam menjalani pengobatan dan

mereka optimis bahwa luka pada kakinya bisa sembuh asalkan mau

merawat nya dan terus berusaha, responden juga mudah untuk diajak

berkomunikasi dan mereka mengatakan untuk merawat dan membersihkan

luka dilakukan oleh keluarga secara rutin dan terkadang dilakukan oleh

perawat (home care) jika keluarga ada kegiatan lain. Mereka juga

mengatakan keluarga sangat mendukung dalam proses pengobatan.

Pada saat ditanya tentang Kualitas Hidup Nya 3 responden

mengatakan bahwa banyak perubahan yang mereka alami. dari kondisi fisik,

pasien sagat sulit untuk beraktifitas, cepat merasa lelah, pengelihatan

buram, mobilitas sakit, keadaan psikologis pasien sering merasa cemas

dengan penyakit yang dialami nya dan cenderung pasrah dengan keadaan

penyakit nya, selalu mengira bahwa penyakit yang dialaminya tidak mugkin

sembuh, hubungan social pasien cenderung lebih menarik diri untuk

bersosialisasi di lingkungan sekitar karena dilihat dari kondisi fisik yang


11

terdapat luka gangrene yang berbau tak sedap, pasien sering merasa malu

dan mengatakan jarang melakukan aktifitas diluar rumah karna kondisi nya

yg sulit untuk beraktifitas secara mandiri, pasien juga mengatakan

perawatan luka gangrene sangat jarang dilakukan karena kurang nya

informasi terkait perawatan luka dirumah.

kondisi fisik dan psikis menurun dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya adalah kurangnya dukungan keluarga dan tingkat

pengetahuan yang kurang. Kualitas hidup dinyatakan sebagai ukuran

konseptual atau operasional mencakup kesejahteraan, kualitas

kelangsungan hidup serta kemampuan untuk secara mandiri melakukan

aktivitas sehari–hari yang sering digunakan dalam situasi penyakit kronik

sebagai cara untuk menilai dampak terapi pada pasien.

Berdasarkan data-data dan fenomena diatas, peneliti tertarik untuk

mengetahui Hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien

Diabetes Melitus Tipe II yang menderita Gangren di RSU Zahirah jagakarsa

B. Perumusan Masalah

Kondisi hiperglikemia yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan

berbagai komplikasi akut (ketoasidosis diabetikum, hiperglikemia

hyperosmolar non ketotik,hiperglikemia dan kronis (penyakit jantung

koroner, retinopati, nefropati, neuropati) yang akan menyebabkan kualitas

hidup pasien menurun. Dalam hal ini, diperlukan adanya dukungan keluarga
12

sebagai system pendukung yang utama bagi pasien untuk mempertahankan

kesehatannya (Waspadji, 2013) (IDF, 2015).

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti ingin

mengetahui apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup

pasien Diabetes mellitus tipe 2 yang menderita gangren.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap kualitas

hidup pada pasien diabetes mellitus tipe 2 yang menderita gangren di RSU

Zahirah Jagakarsa.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendidikan,

social ekonomi) pada pasien Diabetes melitus tipe 2 yang menderita

gangrene di RSU zahirah jagakarsa.

b. Mengetahui kualitas hidup pada pasien Diabetes melitus tipe 2 yang

menderita gangrene di RSU zahirah jagakarsa.

c. Mengetahui dukungan keluarga pada pasien Diabetes melitus tipe 2

yang menderita gangrene di RSU zahirah jagakarsa.

d. Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup

pasien diabetes mellitus tipe 2 yang menderita gangrene di RSU

Zahirah Jagakarsa

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Aplikatif
13

a. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi

institusi pendidikan dan sebagai masukan untuk menambah

pengetahuan sehingga peneliti ini dapat diajukan dan dikembangkan

untuk penelitian selanjut nya.

b. Bagi Rumah sakit

Penelitian ini digunakan sebagai informasi atau data dasar dalam

memberikan pelayanan kesehatan, khususnya dalam memberikan

asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Melitus Secara

Komperhensif dan berkualitas dengan menitik beratkan pada perlibatan

pasien dan keluarga dalam manajemen penyakit Dm serta pentignya

dukungan keluarga untuk pempertahankan kondisi dan beradaptasi

dengan penyakit diabetes mellitus khusus nya pada pasien diabetes

mellitus tipe 2 yang menderita gangren.

c. Bagi Peneliti

Memberi kesempatan bagi peneliti untuk memperluas pengetahuan dan

wawasan secara langsung, merencanakan, melaksanakan penelitian,

dan menyusun laporan hasil penelitian, serta meningkatkan

keterampilan peneliti dalam menyajikan data secara jelas dan

sistematis.

2. Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjai pelengkap teori mengenai

hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien diabetes


14

mellitus yang menderita gangren dan dapat menjadi acuan untuk

melaksanakan pengkajian bagi mahasiswa keperawatan.

3. Manfaat Metodologis

Diharapkan hasil dari penelitian ini berguna sebagai data dasar untuk

penelitian selanjutnya dengan metode penelitian lebih komperhensif yang

berfokus pada hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien

diabetes mellitus tipe 2 yang menderita gangren.


BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Konsep Diabetes Melitus

1. Pengertian

Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik

dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi

insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Henderina, 2010). Menurut

PERKENI (2015) seseorang dapat didiagnosa diabetes melitus apabila

mempunyai gejala klasik diabetes melitus seperti poliuria, polidipsi dan

polifagi disertai dengan kadar gula darah sewaktu ≥200 mg/dl dan gula

darah puasa ≥126 mg/dl.

2. Klasifikasi Diabetes Melitus

a Diabetes tipe 1

Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada remaja atau anak, dan

terjadi karena kerusakan sel β (beta) (WHO, 2014). Canadian

Diabetes Association (CDA) 2013 juga menambahkan bahwa

rusaknya sel β pankreas diduga karena proses autoimun, namun hal

ini juga tidak diketahui secara pasti. Diabetes tipe 1 rentan terhadap

ketoasidosis, memiliki insidensi lebih sedikit dibandingkan diabetes

tipe 2, akan meningkat setiap tahun baik di negara maju maupun di

negara berkembang (IDF, 2014).

15
16

b Diabetes tipe 2

Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa

Seringkali diabetes tipe 2 didiagnosis beberapa tahun setelah onset,

yaitu setelah komplikasi muncul sehingga tinggi insidensinya sekitar

90% dari penderita DM di seluruh dunia dan sebagian besar

merupakan akibat dari memburuknya faktor risiko seperti kelebihan

berat badan dan kurangnya aktivitas fisik (WHO, 2014).

c Diabetes gestational

Gestational diabetes mellitus (GDM) adalah diabetes yang

didiagnosis selama kehamilan (ADA, 2014) dengan ditandai dengan

hiperglikemia (kadar glukosa darah di atas normal) (CDA, 2013 dan

WHO, 2014). Wanita dengan diabetes gestational memiliki

peningkatan risiko komplikasi selama kehamilan dan saat melahirkan,

serta memiliki risiko diabetes tipe 2 yang lebih tinggi di masa depan

(IDF, 2014).

d Tipe diabetes lainnya

Diabetes melitus tipe khusus merupakan diabetes yang terjadi

karena adanya kerusakan pada pankreas yang memproduksi insulin

dan mutasi gen serta mengganggu sel beta pankreas, sehingga

mengakibatkan kegagalan dalam menghasilkan insulin secara

teratur sesuai dengan kebutuhan tubuh. Sindrom hormonal yang

dapat mengganggu sekresi dan menghambat kerja insulin yaitu

sindrom chusing, akromegali dan sindrom genetik (ADA, 2015).


17

3. Etiologi

Etiologi Diabetes Melitus sampai saat ini belum dapat ditetapkan

secara pasti tetapi diperkirakan menjurus ke suatu sebab yang

multifaktorial. artinya ada penyakit Diabetes Melitus dapat terjadi oleh

karena kekurangan insulin yang di sebabkan oleh berbagai macam

keadaan antara lain : Jumlah insulin yang di hasilan oleh pankreas

menurun, jumlah insulin yang dihasilkan cukup tetapi kebutuhan insulin

meningkat atau disebut dengan Resistensi insulin (Insulin tidak dapat

berfungsi sebagaimana mestinya). Akibatnya kadar glukosa dalam darah

menjadi tinggi dan menyebabkan Diabetes Melitus. (Tandra, 2013).

a. Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)

1) Faktor genetic

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri

tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic ke

arah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini

ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA

(Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan

gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses

imun lainnya.

2) Faktor imunologi

Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon

autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah


18

pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan

tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.

3) Faktor lingkungan

Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β

pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa

virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autuimun yang

dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.

b. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)

Menurut smeltzer Diabetes Melitus Tipe II disebabkan

kegagalan relatif sel β dan resistensi insulin. Resitensi insulin adalah

turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa

oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh

hati. sel β tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini

sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin.

Pada pasien-pasien dengan Diabetes Melitus tak tergantung

insulin, penyakitnya mempunyai pla familial yang kuat NIDDM

ditandai dengan adanya kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam

kerja insulin. pada awalnya kelihatan terdapat resistensi dari sel-sel

sasaran terhadap kerja insulin. insulin mula-mula meningkat terhadap

reseptor permukaan sel tertentu kemudian terjadi reaksi intraseluler

yang meningkatkan transpor glukosa menembus membran sel. Pada

pasien dengan NIDDM terdapat kelainan dalam peningkatan insulin

dengan reseptor. Ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah


19

tempat reseptor yang responsive insulin pada membran sel. akibatnya

terjadi penggabungan abnormal antara kompleks reseptor insulin

dengan sistem transpor glukosa. kadar glukosa normal dapat

dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dengan meningkatkan

sekresi insulin, tetapi pada akirnya sekresi insulin yang beredar tidak

lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Nabyl, 2015).

4. Manifestasi Klinis

Beberapa gejala umum yang dapat ditimbulkan oleh penyakit

DM diantaranya :

a. Pengeluaran urin (Poliuria)

Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24

jam meningkat melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala

DM dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh

tidak sanggup untuk mengurainya dan berusaha untuk

mengeluarkannya melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih

sering terjadi pada malam hari dan urin yang dikeluarkan

mengandung glukosa (PERKENI, 2015).

b. Timbul rasa haus (Polidipsia)

Poidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena

kadar glukosa terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk

meningkatkan asupan cairan (Subekti, 2009).

c. Timbul rasa lapar (Polifagia)

Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut


20

disebabkan karena glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan

kadar glukosa dalam darah cukup tinggi (PERKENI, 2015).

d. Peyusutan berat badan

Penyusutan berat badan pada pasien DM disebabkan karena

tubuh terpaksa mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan

energi (Subekti, 2009).

5. Patofisiologi DM

a. Patofisiologi Diabetes Tipe 1

Pada Diabetes Melitus tipe 1 sistem imunitas menyerang dan

menghancurkan sel yang memproduksi insulin beta pankreas (ADA,

2014). Kondisi tersebut merupakan penyakit autoimun yang ditandai

dengan ditemukannya anti insulin atau antibodi sel anti- islet

dalam darah (WHO, 2014). National Institute of Diabetes and

Digestive and Kidney Diseases (NIDDK) tahun 2014 menyatakan

bahwa autoimun menyebabkan infiltrasi limfositik dan kehancuran

islet pankreas. Kehancuran memakan waktu tetapi timbulnya

penyakit ini cepat dan dapat terjadi selama beberapa hari sampai

minggu. Akhirnya, insulin yang dibutuhkan tubuh tidak dapat

terpenuhi karena adanya kekurangan sel beta pankreas yang

berfungsi memproduksi insulin. Oleh karena itu, diabetes tipe 1

membutuhkan terapi insulin, dan tidak akan merespon insulin yang

menggunakan obat oral.

b. Patofisiologi diabetes tipe 2


21

Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan insulin namun tidak

mutlak. Ini berarti bahwa tubuh tidak mampu memproduksi insulin

yang cukup untuk memenuhi kebutuhan yang ditandai dengan

kurangnya sel beta atau defisiensi insulin resistensi insulin perifer

(ADA, 2014). Resistensi insulin perifer berarti terjadi kerusakan pada

reseptor-reseptor insulin sehingga menyebabkan insulin menjadi

kurang efektif mengantar pesan-pesan biokimia menuju sel-sel

(CDA, 2013). Dalam kebanyakan kasus diabetes tipe 2 ini, ketika obat

oral gagal untuk merangsang pelepasan insulin yang memadai, maka

pemberian obat melalui suntikan dapat menjadi alternatif.

c. Patofisiologi diabetes gestasional

Gestational diabetes terjadi ketika ada hormon antagonis

insulin yang berlebihan saat kehamilan. Hal ini menyebabkan

keadaan resistensi insulin dan glukosa tinggi pada ibu yang terkait

dengan kemungkinan adanya reseptor insulin yang rusak (NIDDK,

2014 dan ADA, 2014).

6. Komplikasi DM

Menurut ADA, (2014) Diabetes melitus merupakan salah satu

penyakit yang dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi, antara

lain :

a. Komplikasi metabolik akut

Kompikasi metabolik akut pada penyakit diabetes mellitus

terdapat tiga macam yang berhubungan dengan gangguan


22

keseimbangan kadar glukosa darah jangka pendek, diantaranya :

1) Hipoglikemia

Hipoglikemia (kekurangan glukosa dalam darah) timbul sebagai

komplikasi diabetes yang disebabkan karena pengobatan yang

kurang tepat.

2) Ketoasidosis diabetik

Ketoasidosis diabetik (KAD) disebabkan karena kelebihan kadar

glukosa dalam darah sedangkan kadar insulin dalam tubuh

sangat menurun sehingga mengakibatkan kekacauan metabolik

yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis.

3) Sindrom HHNK (koma hiperglikemia hiperosmoler nonketotik)

Sindrom HHNK adalah komplikasi diabetes melitus yang

ditandai dengan hiperglikemia berat dengan kadar glukosa

serum lebih dari 600 mg/dl.

b. Komplikasi metabolik kronik

Komplikasi metabolik kronik pada pasien DM menurut Price &

Wilson (2006) dapat berupa kerusakan pada pembuluh darah kecil

(mikrovaskuler) dan komplikasi pada pembuluh darah besar

(makrovaskuler) diantaranya :

1) Komplikasi pembuluh darah kecil (mikrovaskuler)

Komplikasi pada pembuluh darah kecil (mikrovaskuler)

Yaitu :

a) Kerusakan retina mata (Retinopati)


23

Kerusakan retina mata (Retinopati) adalah suatu

mikroangiopati ditandai dengan kerusakan dan sumbatan

pembuluh darah kecil (Pandelaki, 2009).

b) Kerusakan ginjal (Nefropati diabetik)

Kerusakan ginjal pada pasien DM ditandai dengan

albuminuria menetap (>300 mg/24jam atau >200 ih/menit)

minimal 2 kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3-6 bulan.

Nefropati diabetik merupakan penyebab utama terjadinya

gagal ginjal terminal.

c) Kerusakan syaraf (Neuropati diabetik)

Neuropati diabetik merupakan komplikasi yang paling sering

ditemukan pada pasien DM. Neuropati pada DM mengacau

pada sekelompok penyakit yang menyerang semua tipe saraf

(Subekti, 2009).

2) Komplikasi pembuluh darah besar (makrovaskuler)

Komplikasi pada pembuluh darah besar pada pasien

diabetes yaitu stroke dan risiko jantung koroner.

a) Penyakit jantung koroner

Komplikasi penyakit jantung koroner pada pasien DM

disebabkan karena adanya iskemia atau infark miokard

yang terkadang tidak disertai dengan nyeri dada atau

disebut dengan SMI (Silent Myocardial Infarction)

(Widiastuti, 2012).
24

b) Penyakit serebrovaskuler

Pasien DM berisiko 2 kali lipat dibandingkan dengan pasien

non-DM untuk terkena penyakit serebrovaskuler. Gejala

yang ditimbulkan menyerupai gejala pada komplikasi akut

DM, seperti adanya keluhan pusing atau vertigo, gangguan

penglihatan, kelemahan dan bicara pelo (Smeltzer & Bare,

2008).

7. Faktor Risiko DM

a. Faktor risiko yang dapat diubah

1) Gaya hidup

Gaya hidup merupakan perilaku seseorang yang ditunjukkan

dalam aktivitas sehari-hari. Makanan cepat saji, olahraga tidak

teratur dan minuman bersoda adalah salah satu gaya hidup yang

dapat memicu terjadinya DM tipe 2 (ADA, 2009).

2) Diet yang tidak sehat

Perilaku diet yang tidak sehat yaitu kurang olahraga,

menekan nafsu makan, sering mengkonsumsi makan siap saji

(Abdurrahman, 2014).

3) Obesitas

Obesitas merupakan salah satu faktor risiko utama untuk

terjadinya penyakit DM. Menurut Kariadi (2009) dalam Fathmi

(2012), Obesitas dapat membuat sel tidak sensitif terhadap insulin

(resisten insulin). Semakin banyak jaringan lemak pada tubuh,


25

maka tubuh semakin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila

lemak tubuh terkumpul didaerah sentral atau perut (central

obesity). Perhitungan berat badan ideal sesuai dengan Indeks

Massa Tubuh (IMT) menurut WHO (2014), yaitu :

IMT = BB(kg)/TB(m2)

Tabel 2.3 Klasifikasi indeks Massa Tubuh (IMT)


Indeks Massa Tubuh (IMT) Klasifikasi Berat Badan
< 18,5 Kurang
18,5-22,9 Normal
23-24,9 Kelebihan
≥ 25,0 Obesitas

4) Tekanan darah tinggi

Menurut Kurniawan dalam Jafar, (2010) tekanan darah tinggi

merupakan peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan

resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan peningkatan

volume aliran darah.

b. Faktor risiko yang tidak dapat diubah

1) Usia

Semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi risiko

terkena diabetes tipe 2. DM tipe 2 terjadi pada orang dewasa

setengah baya, paling sering setelah usia 45 tahun (American Heart

Association (AHA), (2012). Meningkatnya risiko DM seiring


26

dengan bertambahnya usia dikaitkan dengan terjadinya penurunan

fungsi fisiologis tubuh.

2) Riwayat keluarga diabetes melitus

Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab DM orang tua.

Biasanya, seseorang yang menderita DM mempunyai anggota

keluarga yang juga terkena penyakit tersebut (Ehsa, 2010).

Fakta menunjukkan bahwa mereka yang memiliki ibu penderita

DM tingkat risiko terkena DM sebesar 3,4 kali lipat lebih tinggi

dan 3,5 kali lipat lebih tinggi jika memiliki ayah penderita DM.

Apabila kedua orangtua menderita DM, maka akan memiliki risiko

terkena DM sebesar 6,1 kali lipat lebih tinggi (Sahlasaida, 2015).

3) Ras atau latar belakang etnis

Risiko DM tipe 2 lebih besar terjadi pada hispanik, kulit hitam,

penduduk asli Amerika, dan Asia (ADA, 2009)

4) Riwayat diabetes pada kehamilan

Mendapatkan diabetes selama kehamilan atau melahirkan bayi

lebih dari 4,5 kg dapat meningkatkan risiko DM tipe 2 (Ehsa,

2010).

8. Pencegahan DM

a. Pengelolaan makan

Diet yang dianjurkan yaitu diet rendah kalori, rendah lemak,

rendah lemak jenuh, diet tinggi serat. Diet ini dianjurkan diberikan

pada setiap orang yang mempunyai risiko DM. Jumlah asupan kalori
27

ditujukan untuk mencapai berat badan ideal. Selain itu, karbohidrat

kompleks merupakan pilihan dan diberikan secara terbagi dan

seimbang sehingga tidak menimbulkan puncak glukosa darah yang

tinggi setelah makan (Goldenberg dkk, 2013).

Pengaturan pola makan dapat dilakukan berdasarkan 3J yaitu

jumlah, jadwal, dan jenis diet (Goldenberg dkk, 2013).

1) Jumlah yaitu jumlah kalori setiap hari yang diperlukan oleh

seseorang untuk memenuhi kebutuhan energi. Jumlah kalori

ditentukan sesuai dengan IMT (Indeks Massa Tubuh) dan

ditentukan dengan satuan kilo kalori (kkal).

IMT = BB (kg)/TB (m2)

Setelah itu kalori dapat ditentukan dengan melihat indikator berat

badan ideal yaitu :

Tabel 2.4 Kisaran Kalori Tubuh


Indikator Berat badan ideal Kalori
Kurus < 18,5 2.300 - 2.500 kkal
Normal 18,5-22,9 1.700 – 2.100 kkal
Gemuk >23 1.300 – 1.500 kkal

Contohnya :

IMT = BB (Kg)/TB (m2)

= 50 (1,6)2

19,5 (kategori berat badan normal)

Oleh karena itu jumlah kalori yang dibutuhkan yaitu 1700-


28

Tabel 2.5. Menu Makanan 1700 Kalori

Pagi Siang Malam


Sengkong 1 potong (120 gr) Nasi 3/2 gelas (200 gr) Nasi 3/2 gelas (200
gr)

Ikan mujair potong (60 gr) Udang segar 5 ekor (35 gr) Ikan kembung 1
potong (40 gr)
Susu kedelai ½gelas Tahu 1 biji besar (110gr) Tahu 2 biji (110 gr)

Sayur kangkung (100 gr) Daun katuk (100 gr) Daun singkong (150
Jeruk manis (110 gr) gr)

Minyak 1 sdm (5 gr) Minyak 2 sdm (10 gr) Minyak 1 sdm (5 gr)

Selingan 1: Pepaya 1 potong (110 gr)

Selingan 2: Jus jambu biji ½ buah (100 gr)

Selingan 3: Melon 1 potong (190 gr)

Ketika ingin mengonsumsi makanan, tips yang dapat

dilakukan yaitu melihat label makanan. Pada serving size, lihat

kemasan pada bagian belakang yaitu misalnya 5, dan kandungannya

tertulis 250 kkal, jadi jika seseorang menghabiskan 1 produk

tersebut, maka orang tersebut menghabiskan sebanyak 1250 kkal.

Oleh karena itu, dengan memperhatikan label makanan, maka

seseorang akan lebih waspada terkait jumlah kebutuhan kalori

hariannya.

2) Jadwal makan diatur untuk mencapai berat badan ideal. Sebaiknya

jadwal makannya diatur dengan interval 3 jam sekali dengan 3x

makan besar dan 3x makan selingan dan tidak menunda jadwal

makan sehari-hari.
29

Tabel 2.6 Jadwal Makan Pencegahan DM


No Jadwal Waktu

1 Makan besar Pukul 07.00

2 Selingan I Pukul 10.00

3 Makan besar II Pukul 13.00

4 Selingan 2 Pukul 16.00

5 Makan Besar III Pukul 19.00

6 Selingan 3 Pukul 22.00

3) Jenis adalah jenis makanan yang sebaiknya dikonsumsi.

Beberapa contoh jenis makanan yang sebaiknya dikonsumsi untuk

pencegahan DM, antara lain :

Tabel 2.7 Jenis Makanan Pencegahan DM


Jenis Anjuran

Karbohidrat 1. Memilih karbohidrat kompleks (nasi,


oats, kentang, jagung, ubi jalar, dan
(45% atau1/4 piring) lainnya) bukan yang sederhana (gula
pasir, gula merah, sirup jagung, madu,
sirup maple, molasses, selai, jelly, soft
drink, permen, kue, yogurt, susu,
cokelat, buah, jus buah, biskuit, dan
lainnya).
2. Memilih roti gandum bukan roti
putih, beras merah bukan beras putih,
pasta gandum bukan pasta halus.
Lemak 1. Memilih jenis lemak yang baik akan
menurunkan risiko penyakit yang
(36-40%)
berhubungan dengan kolesterol.
2. Memilih lemak tak jenuh (minyak
zaitun, minyak canola, minyak
jagung, atau minyak bunga matahari)
bukan lemak jenuh (mentega, lemak
hewan, minyak kelapa atau minyak
sawit).
30

Protein (1618% atau ¼ 1. Memilih kacang, sepotong buah segar


atau bebas gula yoghurt untuk
piring) camilan.
2. Memilih potongan daging putih,
daging unggas dan makanan laut
bukannya daging olahan atau daging
merah.
Sayuran 1. Beberapa jenis sayuran yang kaya
akan
(1/2 piring) kandungan pati, seperti kentang dan
labu, juga harus dibatasi dengan hati-
hati.
2. Makan setidaknya tiga porsi sayuran
setiap hari, termasuk sayuran berdaun
hijau seperti bayam, selada atau kale.
Buah 1. Makan sampai tiga porsi buah segar
setiap hari.
2. Menghindari jenis buah-buahan yang
mengandung kadar glukosa dan
sukrosa yang tinggi. Buah seperti
mangga dan stroberi menyebabkan
lonjakan kadar gula darah pada
penderita diabetes.
3. Sebagai alternatif, buah yang kaya
gula dengan buah dengan kandungan
serat tinggi sangat dianjurkan seperti
apel, pir, dan raspberry.
Gula 1. Membatasi asupan alkohol Anda
untuk maksimal dua minuman
standar per hari.
2. Pemilihan selai kacang lebih baik
daripada sela cokelat pada roti.
3. Memilih air atau kopi tanpa gula atau
teh bukan jus buah, soda, dan gula
manis minuman lainnya.
4. Menghindari konsumsi gula lebih
dari 4 sendok makan setiap hari.

Ketika ingin mengonsumsi makanan, tips yang dapat

dilakukan yaitu melihat label makanan. Pada serving size, lihat

kemasan pada bagian belakang yaitu misalnya 5, dan kandungannya


31

tertulis 250 kkal, jadi jika seseorang menghabiskan 1 produk

tersebut, maka orang tersebut menghabiskan sebanyak 1250 kkal.

Oleh karena itu, dengan memperhatikan label makanan, maka

seseorang akan lebih waspada terkait jumlah kebutuhan kalori

hariannya.

b. Aktifitas fisik

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur

(3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit terdiri dari

pemanasan ±15 menit dan pendinginan ±15 menit), merupakan salah

satu cara untuk mencegah DM. Kegiatan sehari-hari seperti

menyapu, mengepel, berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga,

berkebun harus tetap dilakukan dan menghindari aktivitas sedenter

misalnya menonton televisi, main game komputer, dan lainnya.

Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat

menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin,

sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani

yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti

jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani

sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.

Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-

malasan (PERKENI, 2015).


32

c. Kontrol Kesehatan

Seseorang harus rutin mengontrol kadar gula darah agar

diketahui nilai kadar gula darah untuk mencegah terjadinya diabetes

melitus supaya ada penanganan yang cepat dan tepat saat terdiagnosa

diabetes melitus (Sugiarto & Suprihatin, 2012). Seseorang dapat

mencari sumber informasi sebanyak mungkin untuk mengetahui tanda

dan gejala dari diabetes melitus yang mungkin timbul, sehingga

mereka mampu mengubah tingkah laku sehari-hari supaya terhindar

dari penyakit diabetes melitus.

B. Konsep Dukungan Keluarga

1. Pengertian Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan unsur terpenting dalam

membantu individu menyelesaikan suatu masalah. Apabila ada

dukungan, maka rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk

menghadapi masalah yang akan terjadi akan meningkat (Friedman,

2014).

Menurut Friedman (2014), dukungan keluarga adalah proses

yang terjadi terus menerus disepanjang masa kehidupan manusia.

Dukungan keluarga berfokus pada interaksi yang berlangsung dalam

berbagai hubungan sosial sebagaimana yang dievaluasi oleh individu.

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga

terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang


33

bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan

jika diperlukan.

2. Jenis Dukungan Keluarga

Menurut Friedman (2014) sumber dukungan keluarga terdapat

berbagai macam bentuk seperti :

1. Dukungan informasional Dukungan informasional adalah keluarga

berfungsi sebagai pemberi informasi, dimana keluarga menjelaskan

tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan

mengungkapkan suatu masalah.

2. Dukungan penilaian atau penghargaan Dukungan penilaian adalah

keluarga yang bertindak membimbing dan menengahi pemecahan

masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota keluarga

diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian.

3. Dukungan instrumental

Dukungan instrumental adalah keluarga merupakan sumber

pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya adalah dalam hal

kebutuhan keuangan, makan, minum dan istirahat.

4. Dukungan emosional

Dukungan emosional adalah keluarga sebagai tempat yang aman dan

damai untuk istirahat serta pemulihan dan membantu penguasaan

terhadap emosi. Dukungan emosional meliputi dukungan yang

diwujudkan dalam bentuk adanya kepercayaan dan perhatian.


34

3. Sumber Dukungan Keluarga

Sumber dukungan keluarga adalah sumber dukungan sosial

keluarga yang dapat berupa dukungan sosial keluarga secara internal

seperti dukungan dari suami atau istri serta dukungan dari saudara

kandung atau dukungan sosial keluarga secara eksternal seperti paman

dan bibi (Friedman, 2014).

Menurut Akhmadi (2009), dukungan sosial keluarga mengacu

kepada dukungan sosial yang dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu

yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga yaitu dukungan sosial

bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa

orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan

bantuan jika diperlukan.

4. Manfaat Dukungan Keluarga

Menurut Akhmadi (2009), dukungan sosial keluarga memiliki

efek terhadap kesehatan dan kesejahteraan yang berfungsi secara

bersamaan. Adanya dukungan yang kuat berhubungan dengan

menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit, fungsi kognitif,

fisik, dan kesehatan emosi. Selain itu, dukungan keluarga memiliki

pengaruh yang positif pada pemyesuaian kejadian dalam kehidupan yang

penuh dengan stress. Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses

yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial

keluarga berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan.

Namun demikian dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial


35

keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai

kepandaian dan akal.

Sebagai akibatnya hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi

keluarga (Friedman, 2014) mengungkapkan bahwa dukungan keluarga

akan meningkatkan :

a. Kesehatan fisik, individu yang mempunyai hubungan dekat dengan

orang lain jarang terkena penyakit dan lebih cepat sembuh jika terkena

penyakit dibanding individu yang terisolasi.

b. Manajemen reaksi stres, melalui perhatian, informasi, dan umpan

balik yang diperlukan untuk melakukan koping terhadap stres.

c. Produktivitas, melalui peningkatan motivasi, kualitas penalaran,

kepuasan kerja dan mengurangi dampak stres kerja.

C. Konsep Kualitas Hidup (Quality of Life)

1. Pengertian Kualitas Hidup

Kualitas hidup menurut World Health Organozation Quality of

Life (WHOQOL) Group (dalam Nimas, 2012), didefinisikan sebagai

persepsi individu mengenai posisi individu dalam hidup dalam konteks

budaya dan sistem nilai dimana individu hidup dan hubungannya dengan

tujuan, harapan, standar yang ditetapkan dan perhatian seseorang.

Donald (dalam Urifah, 2012) menyatakan kualitas hidup merupakn suatu

terminology yang menunjukkan tentang kesehatan fisik, sosial dan emosi

seseorang serta kemampuannya untuk melaksanakan tugas sehari-hari.


36

Kualitas hidup adalah suatu cara hidup, sesuatu yang yang sensial

untuk menyemangati hidup, eksistensi berbagai pengalaman fisik dan

mental seorang individu yang dapat mengubah eksistensi selanjutnya

dari individu tersebut di kemudian hari, status sosial yang tinggi, dan

gambaran karakteristik tipikal dari kehidupan seseorang individu.

Defenisi kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan (health-

related quality of life) dikemukakan oleh Testa dan Nackley (dalam

Nimas, 2012), bahwa kualitas hidup berarti suatu rentang anatara kedaan

objektif dan persepsi subjektif dari mereka. Testa dan Nackley

menggambarkan kualitas hidup merupakan seperangkat bagian-bagian

yang berhubungan dengan fisik, fungsional, psikologis, dan kesehatan

sosial dari individu. Ketika digunakan dalam konteks ini, hal tersebut

sering kali mengarah pada kualitas hidup yang mengarah pada kesehatan.

Kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan mencakup lima

dimensi yaitu kesempatan, persepsi kesehatan, status fungsional,

penyakit, dan kematian.

Kualitas hidup menurut definisi WHO adalah persepsi individu

tentang keberadaannya di kehidupan dalam konteks budaya dan system

nilai tempat ia tinggal. Jadi dalam skala yang luas meliputi berbagai sisi

kehidupan seseorang baik dari segi fisik, psikologis, kepercayaan

pribadi, dan hubungan sosial untuk berinteraksi dengan lingkungannya.

Definisi ini merefleksikan pandangan bahwa kualitas hidup merupakan

evaluasi subjektif, yang tertanam dalam konteks cultural, sosial dan


37

lingkungan. Kualitas hidup tidak dapat disederhanakan dan disamakan

dengan status kesehatan, gaya hidup, kenyamanan hidup, status mental

dan rasa aman (Snoek, dalam Indahria, 2013)

Menurut Karangora (2012) mendefinisikan kualitas hidup

sebagai persepsi seseorang dalam konteks budaya dan norma yang sesuai

dengan tempat hidup seseorang tersebut serta berkaitan dengan tujuan,

harapan, standar kepedulian selama hidupnya. Kualitas hidup individu

yang satu dengan yang lainnya akan berbeda, hal itu tergantung pada

definisi atau interpretasi masing-masing individu tentang kualitas hidup

yang baik. Kualitas hidup akan sangat rendah apabila aspek-aspek dari

kualitas hidup itu sendiri masih kurang dipenuhi.

2. Domain-domain Kualitas Hidup

Kualitas hidup merupakan persepsi individu terhadap

kesejahteraan hidupnya yang berasal dari kepuasan atau ketidakpuasan

yang berkaitan dengan domain-domain kehidupannya yang penting.

Menurut World Health Organizations (WHO), (dalam Karangora, 2012)

terdapat 4 domain penting dalam kehidupan yang diukur pada kualitas

hidup, yaitu :

a. Kesehatan fisik yang meliputi aktivitas sehari-hari, ketergantungan

terhadap substansi atau perawatan medis, energi dan kelelahan,

mobilitas, nyeri dan rasa tidak nyaman, tidur dan beristirahat, serta

kapasitas bekerja.
38

Kualitas hidup rendah dapat ditandai dengan individu merasa

terganggu aktivitasnya, terganggunya kemampuan dalam bekerja oleh

rasa sakit pada fisik dan membutuhkan terapi medis dalam frekuensi

sering, sehingga individu tidak dapat menikmati kehidupannya, dan

waktu istirahatnya terganggu karena kesehatan fisik yang buruk.

Sedangkan kualitas hidup yang baik terlihat dari gambaran subjek

yang selalu menjaga kesehatannya dan membutuhkan terapi medis

dalam frekuensi jarang atau tidak sama sekali, memiliki cukup energi

untuk berkegiatan sehari-hari dan bekerja, memiliki cukup waktu

untuk beristirahat dan tidur pulas.

b. Psikologi yang meliputi pandangan terhadap keadaan tubuh dan

penampilan diri, perasaan positif dan negatif, kepuasan diri, berpikir,

belajar, ingatan, dan konsentrasi, menikmati hidup, serta keberartian

hidup.

Kualitas hidup rendah dapat ditandai dengan tidak menerima keadaan

tubuh dan penampilan dirinya, sering dilingkupi perasaan-perasaan

yang negatif (seperti kesepian, putus asa, cemas, dan depresi),

terganggu konsentrasinya dalam melakukan pekerjaan atau kegiatan

sehari-hari, serta tidak dapat menikmati kehidupannya. Sedangkan

kualitas hidup yang baik terlihat dari individu dapat menerima

keadaan tubuh dan penampilan dirinya, berusaha meredam emosi agar

tidak mudah marah, dapat berkonsentrasi dengan pekerjaan dan

kegiatan sehari-hari, serta menikmati kehidupannya.


39

c. Hubungan sosial yang meliputi hubungan personal, dukungan sosial,

dan hubungan seksual.

Kualitas hidup rendah dapat ditandai dengan ketidakpuasan dalam

bergaul dan bersosialisasi dengan teman-teman atau tetangga

sehingga tercipta perasaanperasaan negatif seperti sering kesepian,

tidak diperolehnya dukungan sosial, Sedangkan kualitas hidup yang

baik terlihat dari subjek dapat mengenali diri sendiri, subjek mampu

beradaptasi dengan kondisi yang dialaminya saat ini, subjek

mempunyai perasaan kasih kepada orang lain dan mampu

mengembangkan sikap empati dan merasakan penderitaan orang lain.

d. Lingkungan yang meliputi dukungan finansial yang akan memenuhi

kebutuhan sehari-hari, kebebasan dan keamanan, akses menuju dan

kualitas perawatan kesehatan dan sosial, lingkungan rumah, akses

menuju informasi, kesempatan rekreasi/bersantai, lingkungan fisik

(polusi, bising, lalu lintas, dan cuaca), serta transportasi.

Kualitas hidup rendah dapat ditandai dengan memiliki lingkungan dan

tempat tinggal yang tidak sehat juga dapat menjadi penghambat dalam

kesehatan maupun beraktivitas. Individu dengan kualitas hidup

rendah juga dapat diperoleh dari kurangnya dana untuk mencukupi

kebutuhan sehari-hari hingga tidak adanya waktu untuk rekreasi.

Sedangkan kualitas hidup yang baik terlihat dari lingkungan

mendukung dan memberi rasa aman kepada subjek, mudahnya akses


40

menuju perawatan kesehatan dan sosial, serta memiliki kesempatan

untuk bersantai/berekreasi.

Sedangkan Ferrans dan Powers (dalam King & Hinds, 1998)

menyebutkan bahwa kualitas hidup memiliki empat dimensi, yaitu :

a. Kesehatan dan fungsinya, yaitu individu dapat bermanfaat bagi orang

lain, fisik yang bebas dari penyakit, dapat bertanggung jawab dengan

apa yang dilakukannya, kesehatan yang dimilikinya, stres, memiliki

waktu luang, pensiun, kesempatan berjalan-jalan, panjangnya waktu

hidup, kehidupan seks, pelayanan kesehatan, dan ketidaknyamanan

atau sakit yang dirasakan.

Kualitas hidup rendah dapat ditandai dengan individu merasa

terganggu fisiknya akibat penyakit dan kesehatannya, tidak adanya

kesempatan berjalanjalan sehingga individu tidak dapat menikmati

kehidupannya, sering merasa stress, tidak dapat bertanggung jawab

dengan apa yang dilakukannya, dan memiliki pelayanan kesehatan

yang kurang. Sedangkan kualitas hidup yang baik terlihat dari

gambaran subjek yang selalu menjaga kesehatannya, memiliki cukup

waktu untuk berjalan-jalan sehingga dapat menikmati kehidupannya,

frekuensi stres yang jarang, dan mendapatkan pelayaan kesehatan

secara baik.

b. Psikologis dan spiritual, kepuasan dalam hidup yang dijalani,

kebahagiaan, tujuan dari kehidupan, pikiran yang damai, penampilan

pribadi, percaya kepada Tuhan memiliki kontrol atas kehidupan.


41

Kualitas hidup rendah dapat ditandai tidak merasa puas dan bahagia

akan kehidupannya, tujuan dari kehidupan sulit tercapai, memiliki

pikiran yang kacau, tidak dapat menerima keadaan tubuh dan

penampilan dirinya, dan kurang memiliki rasa percaya pada Tuhan.

Sedangkan kualitas hidup yang baik terlihat dari merasa puas dan

bahagia akan kehidupannya, tujuan dari kehidupan tercapai, memiliki

pikiran yang damai, dapat menerima keadaan tubuh dan penampilan

dirinya, dan memiliki rasa percaya pada Tuhan.

Keluarga, kebahagiaan keluarga yang diperoleh, anak dan pasangan

yang dimiliki, kesehatan anggota keluarga.

c. Kualitas hidup rendah dapat ditandai dengan ketidakpuasan dan

ketidakbahagiaan atas keluarga yang dimiliki (dapat mencakup anak

atau pasangan), kesehatan keluarga yang terganggu. Sedangkan

kualitas hidup yang baik terlihat dari individu merasa bahagia dan

puas atas keluarga yang dimilikinya serta kesehatan keluarga yang

baik

d. Sosial dan ekonomi, standar dari kehidupan yang dijalani, pendapatan

pribadi yang diperoleh, rumah sebagai tempat berlindung, bekerja

atau tidak bekerja, kondisi di Indonesia, tetangga yang dimiliki, teman

yang dimiliki, dukungan emosi yang didapat, pendidikan, dan

pengaruhnya di pemerintahan.

Kualitas hidup rendah dapat ditandai dengan ketidakpuasan akan

standar kehidupan yang dijalani, kurangnya pendapatan yang


42

diperoleh, ketidakpuasan hingga tidak memiliki rumah, ketidakpuasan

dan tidak memiiki pekerjaan, ketidakpuasan dalam bergaul dan

bersosialisasi dengan temanteman atau tetangga sehingga tercipta

perasaan-perasaan negatif seperti sering

kesepian, tidak diperolehnya dukungan sosial, Sedangkan kualitas

hidup yang baik terlihat dari kepuasan akan standar kehidupannya,

pendapatan yang diperoleh cukup atau lebih, kepuasan akan rumah

yang dimiliki, puas akan pekerjaan yang dimiliki, mampu beradaptasi

dengan kondisi yang dialaminya saat ini, subjek mempunyai perasaan

kasih kepada orang lain dan mampu mengembangkan sikap empati

dan merasakan penderitaan orang lain.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup

dapat dipengaruhi oleh domain-domain yaitu kesehatan fisik,

psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan. Domain-domain yang

dikemukakan oleh WHO akan dijadikan indikator dalam pembuatan

skala karena memiliki penjelasan yang rinci mengenai domain-

domain yang mempengaruhi kualitas hidup.

3. Aspek-Aspek Kualitas Hidup

Menurut WHO (dalam Urifah, 2012) terdapat empat aspek

mengenai kualitas hidup, diantaranya sebagai berikut :

a. Kesehatan fisik, diantaranya Aktivitas sehari-hari, ketergantungan

pada zat obat dan alat bantu medis, energi dan kelelahan, mobilitas,

rasa sakit dan ketidaknyamanan, tidur dan istirahat, kapasitas kerja.


43

b. Kesejahteraan psikologi, diantaranya image tubuh dan penampilan,

perasaan negative, perasaan positif, harga diri, spiritualitas / agama /

keyakinan pribadi, berpikir, belajar, memori dan konsentrasi.

c. Hubungan sosial, diantaranya hubungan pribadi, dukungan sosial,

aktivitas seksual.

d. Hubungan dengan lingkungan, diantaranya sumber keuangan,

kebebasan, keamanan fisik dan keamanan Kesehatan dan perawatan

sosial : aksesibilitas dan kualitas, lingkungan rumah, Peluang untuk

memperoleh informasi dan keterampilan baru, partisipasi dalam

danpeluang untuk kegiatan rekreasi / olahraga, lingkungan fisik

(polusi / suara / lalu lintas / iklim), mengangkut.

Menurut WHOQOL-BREF (dalam Nimas, 2012) terdapat

empat aspek mengenai kualitas hidup, diantaranya sebagai berikut :

a. Kesehatan fisik, mencakup aktivitas sehari-hari, ketergantungan

pada obat-obatan, energi dan kelelahan, mobilitas, sakit dan

ketidaknyamanan, tidur/istirahat, kapasitas kerja.

b. Kesejahteraan psikologis, mencakup bodily image appearance,

perasaan negative, perasaan positif, self-esteem, spiritual / agama /

keyakinan pribadi, berpikir, belajar, memori dan konsentrasi.

c. Hubungan sosial, mencakup relasi personal, dukungan sosial,

aktivitas seksual

d. Hubungan dengan lingkungan mencakup sumber finansial,

kebebasan, keamanan dan keselamatan fisik, perawatan kesehatan dan


44

sosial termasuk aksesbilitas dan kualitas, lingkungan rumah,

kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi baru maupun

keterampilan, partisispasi dan mendapat kesempatan untuk

melakukan rekreasi dan kegiatan yang menyenangkan di waktu

luang, lingkungan fisik termasuk polusi/kebisingan/lalu lintas/iklim

serta transportasi.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Kualitas hidup pasien diabetes melitus dipengaruhi oleh berbagai

faktor baik secara medis, maupun psikologis. Berbagai faktor tersebut

diantaranya adalah pemahaman terhadap diabetes, penyesuaian terhadap

diabetes, depresi, regulasi diri (Watkins, Connell, Fitzgerald, Klem,

Hickey & Dayton (dalam Melina, 2011) emosi negatif, efikasi diri,

dukungan sosial, komplikasi mayor (kebutaan, dialysis, neuropati, luka

kaki, amputasi, stroke dan gagal jantung), karakteristik kepribadian dan

perilaku koping (Rose et al.,(dalam Melina, 2011), tipe dan lamanya

diabetes, tritmen diabetes, kadar gula darah, locus of control, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, usia, status perkawinan dan edukasi

diabetes emotional distress yang berhubungan dengan diabetes. (Melina,

2011).

Raebun dan Rootman (Angriyani, 2008) mengemukakan

bahwa terdapat delapan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

seseorang, yaitu :
45

a. Kontrol, berkaitan dengan control terhadap perilaku yang dilakukan

oleh seseorang, seperti pembahasan terhadap kegiatan untuk

menjaga kondisi tubuh.

b. Kesempatan yang potensial, berkaitan dengan seberapa besar

seseorang dapat melihat peluang yang dimilikinya.

c. Keterampilan, berkaian dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan keterampilan lain yang mengakibatkan ia dapat

mengembangkan dirinya, seperti mengikuti suatu kegiatan atau

kursus tertentu.

d. Sistem dukungan, termasuk didalamnya dukungan yang berasal dari

lingkungan keluarga, masyarakat maupun sarana-sarana fisik seperti

tempat tinggal atau rumah yang layak dan fasilitas-fasilitas yang

memadai sehinga dapat menunjang kehidupan.

e. Kejadian dalam hidup, hal ini terkait dengan tugas perkembangan

dan stress yang diakibatkan oleh tugas tersebut. Kejadian dalam

hidup sangat berhubungan erat dengan tugas perkembangan yang

harus dijalani, dan terkadang kemampuan seseorang untuk menjalani

tugas tersebut mengakibatkan tekanan tersendiri.

f. Sumber daya, terkait dengan kemampuan dan kondisi fisik seseorang.

Sumber daya pada dasarnya adalah apa yang dimiliki oleh

seseorang sebagai individu.


46

g. Perubahan lingkungan, berkaitan dengan perubahan yang terjadi

pada lingkungan sekitar seperti rusaknya tempat tinggal akibat

bencana.

h. Perubahan politik, berkaitan dengan masalah Negara seperti krisi

moneter sehingga menyebabkan orang kehilangan pekerjaan/mata

pencaharian.

Selain itu, kualitas hidup seseorang dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya, mengenali diri sendiri, adaptasi,

merasakan pasienan orang lain, perasaan kasih dan sayang, bersikap

optimis, mengembangkan sikap empati.

D. Penelitian terkait

Tabel 2.1 Penelitian Terkait

No Variabel Penelitian Sebelumnya


Judul Faktor-faktor yang berhubungan dengan
timbulnya gangren pada pasien Diabetes
Mellitus
Tempat Penelitian RSUD K.R.M.T.
Wongsonegoro Semarang
Tahun Penelitian 2019
Subyek Pasien Diabetes Melitus
Variabel Independen Dukungan keluarga
Variabel dependen Kualitas Hidup
Peneliti Satya Kirana Dela Rosa
1 Desain Penelitian Korelasional dengan pendekatan case-control
Teknik Sampling Consecutive Sampling
47

Sampel 70 Responden
Uji Statistik Chi-quare test
Kesimpulan Ada hubungan yang bermakna antara lama
menderita diabetes mellitus (p=0,004;
OR=4,333;
CI95%=1,569-11,967) dan riwayat gangren
(p=0,001; OR=9,203; CI95%=2,675-
31,661) dengan kejadian gangren pada pasien
diabetes mellitus di RSUD K.R.M.T.
Wongsonegoro Semarang
Saran Melakukan pencegahan dini terhadap
timbulnya luka dengan memperhatikan
kebiasaan
memotong kuku yang meliputi memotong
kuku satu kali setiap minggu untuk
menghindari kuku
yang panjang dan tajam, tidak memotong
kuku kaki terlalu pendek agar tidak timbul
luka, , memotong kuku kaki menggunakan
gunting kuku
khusus, serta tidak memotong kulit tipis yang
ada di sekitar kuku kaki.

Judul Hubungan Dukungan Keluarga Dengan


Kualitas Hidup Diabetes Melitus Tipe 2
Tempat Penelitian Di Puskesmas Pademawu
Tahun Penelitian 2017
2
Subyek Penderita Diabetes Melitus tipe e
Variabel Independen Dukungan Keluarga
Variabel dependen Kualitas Hidup
Peneliti Wulan Meidikayanti
Desain Penelitian Korelasional dengan pendekatan cross
sectional
Teknik Sampling simple random sampling.
48

Sampel 50 Responden
Uji Statistik Chi-quare test
Kesimpulan Variabel dukungan keluarga dan komplikasi
mempunyai hubungan yang signifikan dengan
kualitas hidup DM tipe 2 di Puskesmas
Pademawu, Kabupaten Pamekasan, sehingga
petugas kesehatan di Puskesmas
Pademawu
Saran Diharapkan lebih meningkatkan promosi
kesehatan mengenai pentingnya dukungan
keluarga terhadap penderita untuk
memperpanjang umur penderita DM tipe 2.

Judul Hubungan Dukungan Keluarga Dan Tingkat


Pengetahuan Dengan Kualitas Hidup Pasien
3
DM Tipe 2
Tempat Penelitian Puskesmas Nogosari Boyolali
Tahun Penelitian 2018
Subyek Pasien DM tipe 2
Variabel Independen Dukungan Keluarga dan Tingkat Pengetahuan
Variabel dependen Kualitas Hidup
Peneliti Isna Raditya Ningrum
Desain Penelitian Korelasional dengan pendekatan cross
sectional
Teknik Sampling simple random sampling.
Sampel 41 Responden
Uji Statistik Chi-quare test
Kesimpulan Terdapat hubungan antara dukungan keluarga
dan
pengetahuan dengan kualitas hidup pada
pasien diabetes mellitus di Puskesmas
Nogosari Boyolali, yaitu semakin tinggi
49

dukungan keluarga dan pengetahuan pasien


maka kualitas hidupnya semakin meningkat.
Saran Pasien diabetes mellitus hendaknya
meningkatkan kepatuhanya dalam
melaksanakan penatalaksanaan penyakit DM,
misalnya diet rendah gula, manajemen stress
dan sebagainya, sehingga kualitas hidupnya
dapat terjaga

E. Kerangka Teori

Etiologi Diabetes Melitus : Indikator Dukungan


a. Kadar insulin yang berlebihan Keluarga :
b. Peningkatan sensivitas insulin DIABETES a. Dukungan informasional
c. Asupan karbohidrat kurang MELITUS b. Dukungan penilaian
d. Faktor lain : konsumsi obat dan c. Dukungan instrumental
konsumsi obat d. Dukungan emosional

Klasifikasi Diabetes
Melitus : Komplikasi Diabetes
a. DM tipe 1 Melitus : Indikator Kualitas
b. DM tipe 2 a. Mikrovaskuler hidup
c. DM Gastiosional (Penyakit ginjal,
a. Kesehatan Fisik
d. DM tipe lain katarak, neuropati)
b. Kepuasan Psikologis
b. Makrovaskuler
c. Hubungan Individu
(Penyakit jantung
Dan social
koroner, pembuluh
d. Lingkungan Yang
darah kaki/trauma
Mempengaruhi
gangren, pembuluh
darah otak)

Sumber : (Friedman, 2010), (Bowden & Jones, 2014), (Melina, 2011)

Gambar 2.6. Kerangka Teori


BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi

hubungan atau kaitan antara konsep suatu uraian dan visualisasi hubungan

atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara

variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin

diteliti. (Sugiyono, 2017).

DUKUNGAN
KUALITAS HIDUP
KELUARGA
PASIEN DIABETES
MELITUS TIPE 2

Ket :

: Variabel Bebas

: Variabel Terikat

: Penghubung

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

50
51

B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementera penelitian, patokan duga atau

dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian.

(Sugiyono, 2017). Berdasarkan kerangka teori yang telah disusun, maka

hipotesis yang dapat diajukan adalah :

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada hubungan dukungan keluarga terhadap kualitas hidup pada pasien

diabetes mellitus tipe 2 yang menderita gangren di RSU Zahirah

Jagakarsa.

2. Hipotesis Ho (Hipotesis Nol)

Tidak ada hubungan dukungan keluarga terhadap kualitas hidup pada

pasien diabetes mellitus tipe 2 yang menderita gangren di RSU Zahirah

Jagakarsa.

C. Definisi Operasional

Menurut Sugiyono (2017), Defenisi operasional menjelaskan cara

tertentu yang digunakan untuk meneliti dan mengoperasional konstrak,

sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi

pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran

konstrak yang lebih baik.


52

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Defenisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1 Dukungan Semua bantuan Kuesioner Responden Pengkategorian Ordinal


Keluarga yang diberikan dengan akan menggunakan
berupa dukungan pertanyaan mengisi cut of point
yang diterima dan menggunakan pertanyaan menggunakan
dirasakan klien dari dari nilai median
anggota keluarga Skala Likert kuesioner
yang tinggal satu Dukungan a. Dukungan
Keluarga
rumah. Keluarga
Tinggi jika
Indikator Dukungan nilai median
Keluarga : ≥15
b. Dukungan
a. Dukungan Keluarga
emosional Rendah jika
b. Dukungan nilai median <
penghargaan 15
c. Dukungan
instrumental
d. Dukungan
informasi
2 Kualitas Penilaian pasien Kuesioner Responden Pengkategorian Ordinal
Hidup terhadap akan menggunakan
pasien kesejahteraan dengan mengisi cut of point
diabetes hidupnya pertanyaan pertanyaan menggunakan
melitus berdasarkan nilai menggunakan dari nilai median:
tipe 2 pribadi yang Skala Likert kuesioner
meliputi kesehatan kualitas 1. Baik jika
nilai Median
fisik, kepuasan, hidup
≥ 15
psikologis,
2. Kurang baik
hubungan individu jika nilai
dengan sosial dan median < 15
lingkungan yang
mempengaruhi
aktivitas sehari-
hari.

Indikator Kualitas
hidup :

a. Domain
kepuasan
b. Domain
dampak
c. Domain
kecemasan
BAB IV

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Observasional Analitik. Jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan

rancangan penelitian Cross Sectional yaitu menekankan waktu pengukuran

/ observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu

saat. (Nursalam, 2013).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2010).

Populasi yang diteliti adalah seluruh pasien diabetes mellitus tipe 2 yang

menderita gangren yang berjumlah 90 orang pada bulan Juli-September

2020 yang berkunjung ke RSU Zahirah Jagakarsa.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil dari

keseluruhan objek penelitian yang dijadikan bahan penelitian dimana

bagian tersebut mewakili dari seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012).

a. Perhitungan Sampel

Rumus perhitungan untuk menentukan sampel menggunkan rumus

Slovin (Nursalam, 2013) yaitu :

53
54

!
N = "#!$²

Dimana :

N = Besar Sampel

n = Besar Populasi

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,05)

Maka Hasil perhitungan sampel diketahui sebagai berikut :

90
𝑛=
1 + 90 (0 ,05)²

90
=
1 + 90 (0,0025)

90
=
1 + 0,225

90
=
1.225

= 73.4

= 73

Berdasarkan hasil perhitungan sampel yang dilakukan, diperoleh

sampel penelitian sebanyak 73 responden pada pasien diabetes

mellitus tipe 2 di RSU Zahirah Jagakarsa.

b. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik penetapan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

Accidental Sampling adalah penentuan sampel berdasarkan

kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan

peneliti dapat digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2014) dan


55

jumlah besar sampel yang akan diteliti yaitu pasien diabetes mellitus

tipe 2 di RSU Zahirah Jagakarsa.

Adapun kriteria-kriteria dalam pengambilan sampel adalah sebagai

berikut :

a) Kriteria Inklusi

1) Pasien diabetes mellitus tipe 2 yang menderita gangren dan

komplikasi hipertensi dan masalah kesehatan lainnya di RSU

Zahirah Jagakarsa.

2) Bersedia menjadi responden dalam penelitian pada saat

dilakukan penelitian

b) Kriteria Eksklusi

1) Responden mengalami kelemahan fisik dan mengalami kelainan.

2) Responden mengalami penurunan kesadaran.

3) Tidak bersedia menjadi responden pada saat dilakukan penelitian.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat jalan di RSU Zahirah

Jagakarsa.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November tahun 2020 –

Desember tahun 2021.


56

D. Etika Penelitian

Etika dalam sebuah penelitian sangat penting dalam pelaksanaan

penelitian. Penelitian keperawatan akan berkaitan langsung dengan manusia

yang memiliki hak asasi untuk diperhatikan selama kegiatan

penelitian.(Sugiyono, 2017). Etika penelitian yang harus diperhatikan

meliputi :

1. Persetujuan (informed Consent)

Lembar persetujuan merupakan media untuk mengikat kesepakatan

antara peneliti dengan partisipan. Lembar persetujuan dilakukan sebelum

penelitian dengan maksud agar partisipan mengerti tentang maksud dan

tujuan penelitian serta akibat yang mungkin terjadi. Partisipan yang

bersedia harus menandatangani lembar persetujuan, serta bersedia untuk

direkam, untuk partisipan yang tidak bersedia mengikuti penelitian maka

peneliti harus menghormati hak pilih dari partisipan.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Peneliti tidak mencantumkan nama untuk menjaga kerahasiaan identitas

partisipan, peneliti hanya mencantumkan kode pada lembar identitas.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Menjamin kerahasiaan merupakan salah satu etika dalam penelitian.

Peneliti harus menjaga hasil informasi dan masalah-masalah yang terkait

dari partisipan, untuk hasil laporan hanya kelompok data tertentu yang

akan dilampirkan.
57

4) Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (Respect for justice and

inclusiveness).

Prinsip keterbukaan dan adil perlu ditegakkan oleh peneliti dengan

kejujuran dan terbuka serta kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan

tempat meneliti perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip

keterbukaan yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian.

5) Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (Balancing

barns and benefits).

Sebuah penelitian hendaknya memberikan manfaat semaksimal

mungkin bagi masyarakat pada umumnya, dan khususnya bagi subyek

penelitian. Peneliti hendaknya berusahan meminimalisasi dampak yang

akan terjadi dan yang akan merugikan bagi responden.

E. Alat Pengumpul Data

Menurut Sugiyono, (2014) Alat Pengumpul Data terdiri dari :

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan daftar pendukung pertanyaan yang kualitas

sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden atau

interviewer tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan

tanda-tanda tertentu. Dalam hal ini keusioner digunakan dengan tujuan

untuk mendapatkan data mengenai Dukungan Keluraga dengan kualitas

hidup pasien diabetes melitis tipe 2 yang menderita gangren di RSU

Zahirah Jagakarsa.
58

Tabel 4.1 Kisi-Kisi Kuesioner Dukungan Keluarga


Variabel Indikator Item Pertanyaan
Dukungan Intrumental 1 +,2+,3-,4+
Dukungan Dukungan Informasional 5+,6+,7,8+,9+
Keluarga
Dukungan Penilaian 10+,11+,12- 14-,15+
Dukungan Emosional 16+,17+,18+,19+,20+
Sumber : (Friedman, 2010)

Tabel 4.2 Kisi-Kisi Kuesioner Kualitas Hidup


Variabel Indikator Item Pertanyaan
Kesehatan Fisik 1+,2+,3+,4+, 5+,6+,7-,8+
Kualitas Kesejahteraan 9-,10+,11-,12-, 13+
Hidup Psikolagis
Hubungan individu 14-,15+,16-,17+,
dengan Sosial
Hubungan dengan 18+,19+,20+
lingkungan
Sumber : (Nimas, 2012)

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Menurut Sugiyono, (2014) Untuk mengetahui kuesioner penelitian

ini berkualitas, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas :

1. Uji Validitas

Peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas yang disebarkan

kepada responden untuk mengukur kevalidan instrumen penelitian yang

digunakan sehingga instrumen yang sudah valid dan reliabel dapat

digunakan untuk mengumpulkan data (Notoatmodjo, 2012). Uji validitas

dalam penelitian ini menggunakan pearson product moment (r) yaitu


59

untuk melihat skor nilai pada setiap pertanyaan dengan skor total

kuesioner penelitian. Caranya melihatnya yaitu dengan membandingkan

nilai r hitung dengan nilai r tabel pada taraf signifikan sebesar 5%. Suatu

instrumen dikatakan valid apabila r hitung > r tabel dan tidak valid jika r

hitung < r tabel. (Notoatmodjo, 2012)

Untuk mengukur instrumen yang telah dibuat digunakan rumus

product moment. Rumus product moment yaitu :

å xy - {å x}{å y}
N
rxy =
ì
ïå
í
x
2
(
- å x)
2
üì å
ïï
ýí
y
2
(
- å y ) üï
2

ý
ï N ï N
î þïî ï
þ

dengan pengertian

rxy : koefisien korelasi antara x dan y rxy


N : Jumlah Subyek
X : Skor item
Y : Skor total
∑X : Jumlah skor items
∑Y : Jumlah skor total
∑X2 :
Jumlah kuadrat skor item
∑Y2 :
Jumlah kuadrat skor total
(Arikunto, 2012)
Kesesuaian harga rxy diperoleh dari perhitungan dengan

menggunakan rumus diatas dikonsultasikan dengan tabel harga

regresi moment dengan korelasi harga rxy lebih besar atau sama
60

dengan regresi tabel, maka butir instrumen tersebut valid dan jika rxy

lebih kecil dari regresi tabel maka butir instrumen tersebut tidak valid.

Uji valid ini dilaksanakan di RSU Andika dengan 20 Responden.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah kesamaan hasil setelah dilakukan

pengukuran jikafakta tersebut diukur berulang kali dalam waktu

berlainan (Nursalam, 2013). Hal ini menunjukkan sejauh mana hasil

pengukuran terhadap suatu gejala yang sama menggunakan alat ukur

yang sama tetap konsisten meskipun dilakukan pengukuran dua kali atau

lebih. Uji reliabilitas dapat dilakukan setelah uji validitas selesai

dilakukan. Pernyataan yang tidak valid dibuang dan pernyataan

yang valid selanjutya diuji reliabilitasnya. Uji reliabilitas dalam

penelitian ini menggunakan alpha cronbach. Dikatakan reliabel jika r

alpha> r tabel dan dikatakan tidak reliabel jika r alpha< r tabel.

Pada penelitian ini, peneliti melakukan uji validitas 2 keusioner

untuk memastikan pemakaian alat ukur kuesioner valid atau tidaknya

dalam penelitian dengan 20 responden. Uji validitas data di lakukan di

RSU Andhika Jagakarsa. Dari 20 pertanyaan yang diuji validitas bahwa

korelasi antara = ,0,881. Semua valid dimana nilai r hitung dengan nilai

r tabel pada taraf signifikan sebesar 5%. Suatu instrumen dikatakan valid

apabila r hitung > r tabel dan tidak valid jika r hitung < r tabel dengan

signifikasi 5% sehingga kuesioner layak dan valid untuk digunakan


61

untuk mengukur dukungan keluraga pasien diabetes melitis tipe 2 yang

menderita gangren.

Kemudian pada nilai korelasi antara masing-masing item

kuesioner kualitas hidup pasien diabetes melitis tipe 2 yang menderita

gangren dengan skor total. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa

korelasi antara 0,858. Jadi dapat disimpulkan bahwa 20 item kuesioner

tersebut valid dengan signifikasi 5% sehingga kuesioner layak dan valid

untuk digunakan untuk mengukur kualitas hidup pasien diabetes melitis

tipe 2 yang menderita gangren.

Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan

menggunakan teknik Formula Alpha Cronbach dan dengan

menggunakan program SPSS 20.0 for windows.

Rumus :

k æ åS2 j ö
α= ç1 - 2 ÷÷
k - 1 çè S x ø

Keterangan :

α = koefisien reliabilitas alpha

k = jumlah item

Sj = varians responden untuk item I

Sx = jumlah varians skor total


62

Menurut Nursalam, (2013) Indikator pengukuran reliabilitas

yang membagi tingkatan reliabilitas dengan kriteria sebagai berikut : Jika

alpha atau r hitung :

1. 0,8-1,0 = Reliabilitas baik

2. 0,6-0,799 = Reliabilitas diterima

3. Kurang dari 0,6 = Reliabilitas kurang baik

G. Prosedur Pengumpulan Data

Penelitian ini adalah penelitian dengan desain studi cross sectional

yaitu mengamati suatu obyek salam satu waktu tertentu. Adapun tahapan

dalam pengumpulan data ini adalah :

Tahap awal penelitian adalah kegiatan yang dilakukan sebelum

melakukan penelitian. Adapun kegiatan pada awal penelitian adalah :

a. Tahap persiapan dimulai dengan pembuatan proposal penelitian.

b. Peneliti mendapatkan ijin dari pihak Program Studi Ilmu Keperawatan

STIKes Indonesia Maju yang kemudian diajukan untuk mendapatkan

surat rekomendasi ke Dinas Kesehatan DKI Jakarta, selanjutnya surat

pengantar untuk ijin studi pendahuluan dari Dinas Kesehatan yang telah

selesai diantarkan ke Kepala RS.

c. Setelah mendapatkan ijin dari RSU Zairah Jagakarsa Jakarta Selatan,

selanjutnya peneliti berkoordinasi dengan bagian pemegang program

kesehatan untuk mendapatkan populasi dan sampel penelitian yang


63

terbaru serta meminta surat telah melakukan studi pendahuluan di RSU

Zairah Jagakarsa Jakarta Selatan.

d. Proposal yang telah siap diajukan dalam seminar proposal sebagai uji

kelayakan penelitian oleh dosen pembimbing dan penguji.

e. Melakukan uji etik di lembaga komite etik STIKIM

f. Peneliti mengurus perijinan di kampus untuk melakukan uji validitas dan

uji reliabititas yang ditembuskan ke Dinas Kesehatan DKI Jakarta.

g. Peneliti kemudian melakukan uji validitas dan uji reliabilitas di RSU

Andhika Jagakarsa Jakarta Selatan.

h. Peneliti mengurus perijinan di kampus untuk melakukan penelitian di

lokasi penelitian terpilih yaitu di RSU Zairah Jagakarsa Jakarta Selatan.

i. Peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara mendatangi klien

diabetes melitus yang menderita gangren dari Ruang rawat inap, rawat

jalan, poli dan IGD.

j. Peneliti memberikan pejelasan pada klien glaukoma dan keluarga

tentang tujuan dan manfaat dari penelitian yang akan dilakukan.

k. Peneliti meminta calon responden mengisi informed consent sebagai

tanda kesediaan untuk menjadi responden penelitian.

1. Tahap Pasca Pengumpulan Data

Tahap akhir pengumpulan data adalah kegiatan yang dilakukan

setelah selesai penelitian. Adapun kegiatan tahap akhir pengumpulan

data adalah :

a. Pencatatan data hasil penelitian


64

b. Analisis data

c. Pembuatan laporan

H. Pengolahan Data

Dalam penelitian ini dilakukan pengolahan data dengan tahap

sebagai berikut :

1. Editing Pada tahap ini peneliti memeriksa data yang telah dikumpulkan

berupa daftar pertanyaan. Hal ini bertujuan untuk kelengkapan data,

kesinambungan data dan menganalisis keragaman data, bila keterangan

dapat segera dilengkapi.

2. Coding Peneliti melakukan pemberian kode pada data untuk

mempermudah mengolah data, semua variabel diberi kode. Contohnya

Variabel bebas dukungan keluarga, jika dukungan keluarga tinggi diberi

kode 1 dan dukungan keluarga rendah diberi kode 2. Vairabel terikat

kualitas hidup, jika kualitas hidup baik diberi kode 1 dan kualitas hidup

kurang baik diberi kode 2.

3. Entry adalah suatu proses memasukan data kedalam computer untuk

selanjutnya dilakukan analisa data dengan menggunakan program

komputer.

4. Tabulating adalah kegiatan memasukkan data hasil penelitian kedalam

tabel kemudian diolah menggunakan komputer dengan program

Statistika Package for social sciences (SPSS) for windows versi 20.
65

I. Analisis Data

Data dianalisis dengan menggunakan program Statistika Package for

social sciences (SPSS) for windows versi 20 Analisis data meliputi :

1. Analisis Univariat

Analisa univariat adalah menganalisis tiap variabel dari hasil

penelitian. Setelah dilakukan pengumpulan data kemudian data dianalisis

menggunakan statistik deskriptif untuk disajikan dalam bentuk frekuensi,

analisa univariat dalam penelitian ini meliputi data demografi pasien,

hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien Diabetes

mellitus tipe 2 yang menderita gangren. Analisis Univariat dilakukan

menggunakan rumus berikut (Notoatmodjo, 2012) :

!
P = " x 100 %

Keterangan :

P : Persentase

X : Jumlah jawaban yang benar

N : Jumlah seluruh soal

2. Analisa Bivariat

Variabel indevenden dan variable dependen. Uji yang digunakan

adalah uji statistik Chi-Square (X2) dengan derajat kemaknaan 95%. Bila

nilai p>0,05, berarti hasil perhitungan statistic tidak bermakna

(signifikan) dan nilai p<0,05, berarti hasil perhitungan statistic

bermakna. Dilakukan untuk melihat kemaknaan hubungan antara analisis

dilakukan untuk melihat hubungan dukungan keluarga terhadap kualitas


66

hidup pada pasien diabetes mellitus tipe 2 yang menderita gangren di

RSU Zahirah Jagakarsa. (Sugiyono, 2014).

Rumus Dasar dari uji Kai Kuadrat :

("#$)²
X2 = Ʃ =
$

Keterangan :

O = Frekuensi hasil observasi

E = Frekuensi yang diharapkan.

Nilai E = (Jumlah sebaris x Jumlah Sekolom) / Jumlah data

Penelitian ini menggunakan uji Chi-Suare. Adapun syarat uji chi-

square adalah sebagai berikut :

a. Tidak boleh ada sel dengan nilai harapan (Expected) lebih kecil dari

satu

b. Tidak lebih dari 20% sel mempunyai nilai harapan (Expected) lebih

kecil dari lima. Jika tidak memenuhi syarat uji chi-square maka uji

alternatif yang digunakan adalah uji Fisher Expected Test.


67

J. Jadwal Penelitian

Tabel 4.1. Jadwal Penelitian

2020 2021
No. Kegiatan
Sept Okt Nov Des Jan Feb Mart
1. PengajuanJudul
Proses Bimbingan
2.
BAB I – IV
3. ACC BAB I – IV
4. Sidang Proposal
5. Perbaikan Proposal
6. Penelitian
7. Sidang Akhir Skripsi
Lampiran 1

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA). (2015). Diagnosis and Classification of


Diabetes Mellitus, Diabetes Care,38:8-16.
Akhmadi. (2009). Dukungan Keluarga. Diakses 31 Oktober 2019 dari :
http://www.rajawana.com/artikel/kesehatan/435-dukungankeluarga.html
Canadian Diabetes Association (CDA). (2013). Definition, Classification and
diagnosis of Diabetes, Prediabetes and metabolic syndrome, Canadian
Journal of Diabetes, Vol 37: S8-S11
Friedman. (2014). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, & Praktik : ECG.
Goldenberg, R., dkk. (2013). Reducing the Risk of Developing Diabetes. Canadian
Diabetes Association Clinical Practice Guidelines Expert Committee,
Canadian Journal of Diabetes Volume 13.
Henderina. (2010). DM Pada Lansia, Kasus Besar Interna. Diakses 3 November
2011. http//www.scribd.com/doc/72458847/dm-pada-lansia.
Indahria. (2013). Terapi Relaksasi untuk Menurunkan Tekanan Darah dan
Meningkatkan Kualitas Hidup Pasien Hipertensi. Jurnal Psikologi volume.
40. No. 1
International Diabetes Federation (IDF). (2014). IDF Diabetes Atlas, diakses
pada 23 November 2015 dari http://www.idf.org/atlasmap/atlasmap.
Karangora. (2012). Hubungan antara Dukungan Sosial dan Kualitas Hidup pada
Lesbian di Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol.
8, No. 1.
Melina. (2011). Peran stresor harian, optimisme, dan regulasi diri terhadap kualitas
hidup individu dengan diabetes mellitus tipe 2. Jurnal Psikologi. Vol. 8, No.
1. 43-62.
Nabyl. RA (2015). Cara mudah mencegah dan menggobati DIABETES MELITUS.
Aulia Publishing.Yogyakarta.Genius Printika.
Nimas dkk. (2012). Kualitas Hidup Pada Pasien Kanker Serviks yang Menjalani
Pengobatan Radioterapi. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental.
Vol. 1. No. 02
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). (2015). Konsensus
pengendalian Dan pencegahan diabetes mellitus Tipe 2 di Indonesia.
Jakarta : PB Perkeni
Lampiran 2

Sahlasaida, (2015). Penyakit Diabetes Melitus, Penyebab dan Gejalanya. Diakses


pada tanggal 06 desember 2015.
Smeltzer, S., & Bare. (2008). Brunner & Suddarth’s Textbook of medical surgical
Nursing. Philadelpia: Lippincott
Subekti, I. (2009). Neuropati Diabetik. In A. W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi,
M. S. K & S. Setiati. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Penerbit FK
UI.
Sugiyono, (2017). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Sulistriani, (2013). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Perawatan Kaki terhadap
Kepatuhan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dalam Melakukan Perawatan
Kaki di Wilayah Kerja Puskesmas Jenggawah Kabupaten Jember.
Universitas Jember ; 2013.
Urifah R. (2012). Hubungan antara Strategi Koping dengan Kualitas Hidup Pada
Pasien Skizofrenia Remisi Simptom. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan
Mental. Vol. 1. No. 2
Wahyuni, (2015). Senam Kaki Diabetik Efektif Meningkatkan Ankle Brachial
Index Pasien Diabetes Mellitus Tipe II. J IPTEK Terap.
Widiastuti. A., dkk. (2012). Efektifitas Edukasi Terstruktur Berbasis Teori Perilaku
Terencana Terhadap Pemberdayaan dan Kualitas Hidup Pasien Penyakit
Jantung Koroner Di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta. Tesis FIKUI
World Health Organization. (2014). Prevention of Blindness from Diabetes
Mellitus : Report of a WHO consultation in Geneva, Switzerlan 9-11
November 2005. Jenewa : WHO.
Lampiran 3

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Albina

NIM : 08190100013

Pekerjaan : Perawat

Bermaksud akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan dukungan

keluarga dengan kualitas hidup pasien Diabetes Melitus Tipe II yang menderita

Gangren di RSU Zahirah Jagakarsa”. Kerahasiaan semua informasi akan dijaga dan

dipergunakan untuk kepentingan penelitian. Oleh sebab itu, Saudara tidak perlu

menuliskan nama lengkap dan hanya inisial saja. Penelitian ini tidak akan

menimbulkan kerugian bagi Saudara maupun keluarga dan dapat memberikan

manfaat untuk mengetahui tentang penyakit diabetes melitus tipe 2 yang menderita

gangren dan memberikan gambaran mengenai hubungan dukungan keluarga

dengan kualitas hidup pasien Diabetes Melitus Tipe II yang menderita Gangren.

Jika Sudara tidak bersedia menjadi responden saya, maka tidak ada ancaman bagi

Saudara dan keluarga. Jika Saudara bersedia menjadi responden saya, maka saya

mohon kesediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan yang saya

lampirkan atas keinginan saudara sendiri tanpa adanya paksaan.

Demikian permohonan dari saya, atas bantuan dan peran Saudara pada penelitian

ini, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Albina
Lampiran 4

SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Usia :

Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi responden penelitian dari :

Nama : Albina

NIM : 08190100013

Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan

Judul : Hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien

Diabetes Melitus Tipe II yang menderita Gangren di RSU Zahirah Jagakarsa.

Setelah saya membaca dan memahami isi dari penjelasan pada lembar

permohonan menjadi responden, maka saya bersedia untuk turut berpartisipasi

sebagai responden dalam penelitian ini. Saya memahami bahwa penelitian ini dapat

memberikan manfaat dan tidak membahayakan serta merugikan bagi saya maupun

keluarga sehingga atas kemauan sendiri tanpa adanya paksaan bersedia menjadi

responden dalam penelitian ini.

Jakarta, November 2020

Responden

(………………………...)
Lampiran 5

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP


PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II YANG MENDERITA
GANGREN DI RSU ZAHIRA JAGAKARSA

I. Petunjuk Pengisian:
a. Bacalah dengan teliti setiap penyataan yang telah disiapkan.
b. Berilah tanda centang (√) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan
jawaban anda.
c. Dalam kuesioner ini tidak terdapat penilaian benar atau salah, sehingga
tidak terdapat jawaban yang dianggap salah. Semua jawaban dianggap
benar jika anda memberikan jawaban sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.
d. Dalam menjawab pertanyaan terdapat pilihan tidak pernah, kadang-kadang,
sering dan selalu dengan keterangan sebagai berikut :
1. Tidak pernah: jika anda atau keluarga anda tidak pernah melakukan
tindakan pada poin pernyataan pada waktu satu bulan terakhir.
2. Kadang-kadang: jika anda atau keluarga anda sesekali melakukan
tindakan pada poin pernyataan pada waktu satu bulan terakhir.
3. Sering: jika anda atau keluarga anda melakukan tindakan pada poin
pernyataan berkali-kali dengan waktu yang tidak teratur pada waktu satu
bulan terakhir.
4. Selalu: jika anda atau keluarga anda melakukan tindakan pada poin
pernyataan berkali-kali secara berturut-turut pada waktu satu bulan
terakhir.
e. Jika terdapat pernyataan yang tidak dimengerti dapat menanyakan pada
pihak kami.

II. KARAKTERISTIK RESPONDEN

a. Nama/Inisial :

b. Umur :

c. Alamat :

Berilah tanda Cek list (√) pada nomor yang menunjukkan pernyataan yang
sesuai dengan anda :
a. Jenis Kelamin
Lampiran 6

1. Laki-laki ( )
2. Perempuan ( )
b. Pekerjaan
1. Bekerja ( )
2. Tidak Bekerja ( )
c. Lama Menderita
1. < 5 Tahun ( )
2. > 5 Tahun ( )

III. KUESIONER DUKUNGAN KELUARGA

No Pertanyaan Tidak Kadang- Sering Selalu


Pernah kadang
1 Keluarga tidak membantu saat
saya mengalami kesulitan dalam
merawat luka gangren.
2 Keluarga selalu memberikan
biaya perawatan.
3 Keluarga menolak mencarikan
informasi terkait hal-hal yang
perlu dihindari oleh penderita
diabetes melitus yang menderita
gangren.
4 Keluarga menegur saya ketika
saya mengabaikan anjuran dari
petugas kesehatan.
5 Keluarga mengatakan kepada
saya untuk berpikir positif tentang
perbaikan kondisi jika melakukan
perawatan.
6 Keluarga mencarikan informasi
terkait fasilitas kesehatan untuk
perawatan gangren
Lampiran 7

7 Keluarga mengabaikan saat saya


melakukan perawatan gangren
8 Ketika saya khawatir dengan
kondisi saya keluarga
mengabaikan saya
9 Keluarga meyakinkan saya untuk
mengikuti semua saran dari
tenaga kesehatan terkait proses
perawatan gangren.
10 Keluarga meyakinkan saya bahwa
kondisi mata saya akan segera
membaik.
11 Keluarga menanyakan bagaimana
kondisi saya
12 Keluarga menolak mendengarkan
cerita saya terkait ketakutan saya
akan kondisi luka gangren
13 Keluarga enggan menyempatkan
diri berdiskusi terkait keputusan
saya mengikuti proses perawatan

14 Keluarga sangat berperan aktif


dalam setiap pengobatan dan
perawatan sakit saya
15 Keluarga selalu memberi pujian
dan perhatian kepada saya
16 Keluarga tetap mencintai dan
perhatian kepada saya
17 Keluarga bersedia membantu
membiayai biaya pengobatan saya
18 Keluarga selalu meninggatkan
untuk selalu beristirahat dengan
cukup
Lampiran 8

19 Keluarga mempercayai keputusan


saya tentang pengobatan yang
saya jalani
20 Keluarga selalu mendiskusikan
tentang keadaan saya dengan
anggota keluargalainnya dan
mencari pengobatan yang terbaik
untuk saya
Sumber : Kuesioner dikembangkan berdasarkan Teori Dukungan Keluarga
Friedman (2010)

IV. KUESIONER KUALITAS HIDUP

No Pertanyaan Tidak Kadang- Sering Selalu


Pernah kadang
1 Seberapa puas Anda dengan
jumlah waktu yang dibutuhkan
untuk
mengelola diabetes Anda ?
2 Seberapa puas Anda dengan
jumlah waktu yang Anda
habiskan untuk mendapatkan
pemeriksaan ?
3 Seberapa puas Anda dengan
waktu yang diperlukan untuk
menentukan kadar glukosa Anda ?
4 Seberapa puas Anda dengan
perawatan Anda saat ini ?
5 Seberapa puaskah Anda dengan
pengetahuan Anda tentang
diabetes ?
6 Seberapa puaskah Anda dengan
kehidupan secara umum ?
7 Seberapa sering Anda merasakan
sakit yang terkait dengan
perawatan diabetes Anda ?
Lampiran 9

8 Seberapa sering Anda merasa


sakit secara fisik ?
9 Seberapa sering diabetes Anda
mengganggu kehidupan keluarga
Anda ?
10 Seberapa sering Anda
menemukan diabetes Anda
membatasi hubungan sosial dan
pertemanan Anda ?
11 Seberapa sering Anda khawatir
tentang apakah Anda akan
pingsan ?
12 Seberapa sering Anda khawatir
bahwa tubuh Anda terlihat
berbeda karena Anda menderita
diabetes ?
13 Seberapa sering kekhawatiran
Anda bahwa Anda akan
mendapatkan komplikasi dari
diabetes Anda ?
14 Saya akan mencari fasilitas
kesehatan apabila mengalami luka
yang tidak sembuh
15 Saya menjaga pola makan dan
minum secara seimbnag dan
teratur
16 Bila terdapat luka saya mengobati
17 Saya mengecek gula darah secara
rutin
18 Secara umum, seberapa aman
anda rasakan dalam kehidupan
anda sehari-hari ?
19 Seberapa sehat lingkungan
dimana anda tinggal (berkaitan
dengan sarana prasarana)
Lampiran 10

20 Seberapa jauh anda merasa anda


berarti ?

Sumber : World Health Organozation Quality of Life (WHOQOL) Group (dalam


Nimas, 2012)
Lampiran 11

LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN

Nama Mahasiswa :ALBINA


NPM : 08190100013
Pembimbing : Ns. Yeni Koto, S.kep, M.kes
Judul Riset :HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN
KUALITAS HIDUP PASIEN DM TIPE 2 YANG
MENDERITA GANGREN DI RSU ZAHIRAH
JAGAKARSA

No. Hari/ Materi Masukan Pembimbing Paraf


Tanggal Konsultasi Pembimbing
1 24 JULI 2020 PENGAJUAN - Ganti judul
JUDUL - Perbanyak baja jurnal
penelitian
2 25 Juli 2020 PENGAJUAN - ACC Judul
JUDUL - Mulai latar belakang
sekalian BAB 1
- perbanyak baca jurnal
terkait
3 17 september KONSULTASI - Koreksi di latar
BAB 1 belakang
2020
- Tambah kan disetiap
teori penemu nya
siapa
- Indikator dukungan
keluarga dan kualitas
Lampiran 12

hidup apa saja


jabarkan sesuai teori
- Tambahkan fenomena
4 1 oktober Revisi bab 1 - Tambahkan angka
2020 kejadian gangren
- Veri kalimat
pengubung antara
teori gangren ke teori
dukungan keluarga
- Di studi pendahuluan
tambahkan
bagaimana gambaran
kualitas hidup nya
- Di tujuan khusus
lengkapi sesuai
dengan indikator
yang ada pada teori.
14 oktober Revisi bab 1 - Sumber pada teori dm
2020 dari mana??
- Jabarkan bagaimana
dukukngan keluarga
yg diterima pasien..
jabarkan berdasarkan
indikator2 dukungan
tersebut…
- Di tujuan
khusus..Jabarkan
berdasarkan dimensi
atau subvariabel nya

17 oktober Revisi bab 1 - Acc bab 1


2020 - Lanjut bab 2-3
Lampiran 13

5 10 November Konsultasi bab - Bab 2 acc


2020 - Bab 3 ( kerangka
2-3
konsep variable
dependen nya
tambahkan kualitas
hidup pasien DM
dengan gangren)
- Defenisi operasional
nya juga tambahkan
variable independen
nya kualitas hidup
pasie DM dengan
gangren.
- Di Defenisi nya
tambahkan penilaian
pasien Dm dengan
gangren.
- Lanjut bab 4
6 17 november Revisi bab 3 - ACC bab 3
2020 - Bab 4 ( cari data di
dan konsul bab
rekam medis total
4
pasien Dm dengan
gangren juli-
september.
- Rumus slovin ganti
N: jumlah simple, n:
jumlah populasi
hitung kembali.
- Kriteria tehnik
pengambilan simple
inklusi ( tambahkan
Lampiran 14

pasien DM tipe 2
yang menderita
gangren dan
komplikasi hipertensi
dan masalah
kesehatan lain nya)
- Kuesioner (
tambahkan kuesioner
daftar pertanyaan
dukungan keluarga
dan kualitas hidup)
- Tambahkan kisi-kisi
kuesioner dukungan
keluarga dan kisi-kisi
kualitas hidup
- Uji validitas (
tambahkan tempat
dan jumlah simple
nya) bgitu juga dgn
uji realibitasnya.
- Lanjut buat kuesioner
7 24 november Revisi bab 4 - Kisi-kisi kuesioner
2020 dukungan keluarga
dan konsul
diperbaiki lagi
kuesioner
sesuaikan dengan
kuesioner, mana yg
pertanyaan positi
mana yg negatif
lampirkan di kisi2.
Bgitu juga degan
kisi2 kualitas hidup
Lampiran 15

- Kuesioner nya
tambahkan
pertanyaaan nya max
20 pertanyaan.
8 2 5 november Revisi bab 4 - Acc bab 4 dan
2020 kuesioner
dan kuesioner
- Ttd halaman
persetujuan sidang
proposal oleh dosen
pembimbing.
- Daftar sidang
- Kordinasi dgn dosen
penguji untuk jadwal
sidang proposal

Anda mungkin juga menyukai