Anda di halaman 1dari 46

KIE DAN KONSELING TENTANG SIFILIS PADA IBU HAMIL NY.

T
DI PUSKESMAS SEDINGINAN

Laporan Kasus Individu Stase Praktik Asuhan Kespro, Seksualitas


Perempuan dan Prakonsepsi

Disusun oleh:
YULINA
231132091

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI AL INSYIRAH
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas rahmat dan karunia-Nya penulis berada dalam keadaan sehat walafiat dan

mendapat kesempatan untuk menyusun Laporan Kasus (LK) Stase Praktik

Asuhan Kespro, Seksualitas Perempuan dan Prakonsepsi yang berjudul “KIE

DAN KONSELING TENTANG SIFILIS PADA IBU HAMIL NY. T DI

PUSKESMAS SEDINGINAN”.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen pembimbing dan

terima kasih banyak penulis ucapkan kepada Preceptor Klinik di Puskesmas

Sedinginan yaitu Juniar Pince Siallagan, S.Tr.Keb dan Preceptor Akademik Bdn.

Fajar Sari Tanberika, M.Kes yang telah memberikan arahan dan bimbingan

selama dinas, sehingga tugas laporan pendahuluan ini dapat terselesaikan, ucapan

terima kasih juga kami sampaikan kepada teman – teman yang selalu memberikan

motivasi dan dorongan dalam pembuatan laporan kasus ini.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa laporan ini memiliki berbagai

kekurangan, untuk itu segala kritik dan saran kiranya dapat disampaikan kepada

penulis guna penyempurnaan masalah berikutnya. Semoga laporan kasus ini dapat

bermanfaat dan menambah pengetahuan serta wawasan bagi para pembaca pada

umumnya dan khususnya bagi seluruh mahasiswa profesi bidan.

Rokan Hilir, Juni 2023

Penulis

i
LEMBAR PENGESAHAN

KIE DAN KONSELING TENTANG SIFILIS PADA IBU HAMIL NY. T


DI PUSKESMAS SEDINGINAN

Laporan Kasus Individu Stase Praktik Asuhan Kespro, Seksualitas


Perempuan dan Prakonsepsi

Telah Disetujui dan Disahkan

Disusun oleh:
Yulina
231132091

Disetujui Oleh

Preceptor Klinik Preceptor Akademik

(Juniar Pince Siallagan, S.Tr.Keb) (Bdn. Fajar Sari Tanberika, M.Kes)

Ketua Prodi Profesi Bidan

(Bdn. Wira Ekdeni Aifa, SST, M.Kes)

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah....................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................ 6
C. Tujuan Umum dan Khusus................................................... 6
1. Tujuan Umum................................................................ 6
2. Tujuan Khusus............................................................... 6
D. Manfaat................................................................................. 7
1. Manfaat Teoritis............................................................. 7
2. Manfaat Praktis.............................................................. 7

BAB II TINJAUAN TEORI................................................................... 8


A. Definisi Sifilis....................................................................... 8
B. Tanda dan Gejala Sifilis....................................................... 10
C. Penyebab Sifilis.................................................................... 13
D. Patofisiologi Sifilis............................................................... 14
E. Pemeriksaan Fisik................................................................. 15
F. Pemeriksaan Penunjang........................................................ 17
G. Terapi/Tindakan Penanganan............................................... 19
H. Komplikasi Sifilis................................................................. 22

BAB III LAPORAN KASUS................................................................... 25


A. Subjektif............................................................................... 25
B. Objektif................................................................................. 28
C. Assesment............................................................................. 29
D. Planning................................................................................ 30

BAB IV PEMBAHASAN......................................................................... 34

BAB V PENUTUP.................................................................................. 38
A. Kesimpulan........................................................................... 38
B. Saran..................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Konseling sifilis adalah konseling yang secara khusus memberikan

perhatian terhadap permasalahan yang berkaitan dengan infeksi terhadap

sifilis, baik terhadap orang dengan sifilis, maupun terhadap lingkungan yang

terpengaruh. Tujuan dari Konseling sifilis adalah adanya perubahan perilaku

bagi orang yang terinfeksi sifilis dan adanya dukungan sosial dan psikologis

kepada penderita sifilis dan keluarganya sehingga dapat mencegah dan

penularan infeksi sifilis. Selama proses konseling berlangsung biasanya ada

beberapa topik yang akan dibicarakan, yaitu: (a) mengidentifikasi perilaku

yang beresiko tertular sifilis, (b) membantu membuat keputusan untuk

mengubah perilaku itu dan mengantikan perilaku-perilaku yang beresiko lebih

rendah/aman dan mempertahankan perilaku tersebut, dan (c) membantu

menyadarkan klien untuk mengambil keputusan sendiri melakukan uji tes

sifilis dengan membuat suatu pernyataan persetujuan (Informed Consent)

tampa paksaan dan bersifat rahasia (Confidentiality) (Muchtar, 2021).

Konseling merupakan salah satu proses yang harus dilakukan saat

seseorang mengalami permasalahan kesehatan. Pengertian konseling adalah

hubungan kerjasama yang bersifat menolong antara konselor dan klien yang

bersepakat untuk: (a) bekerjasama dalam upaya menolong klien agar dapat

menguasai permasalahan dalam hidupnya, (b) berkomunikasi untuk membantu

mengidentifikasi dan mendiagnosa masalah klien, (c) terlibat dalam proses

menyediakan pengetahuan keterampilan dan akses terhadap sumber masalah,

1
2

(d) membantu klien untuk mengubah perilaku dan sikap yang negatif terhadap

masalahnya sehingga klien dapat mengatasi kecemasan dan stress akibat dari

dampak sosial masyarakat dan juga dapat memutuskan sendiri apa yang akan

dilakukan terhadap permasalahan yang dihadapinya (Emilia et al., 2018).

Organ reproduksi wanita memiliki fungsi yang berbeda-beda, mulai dari

menghasilkan ovum, melakukan hubungan seksual, melindung dan

memelihara sel telur yang telah dibuahi hingga melahirkan. Untuk itu segala

gangguan yang timbul pada organ reproduksi tersebut perlu diperhatikan dan

mendapatkan penatalaksanaan yang tepat. Kehamilan merupakan fertilisasi

atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum yang dilanjutkan dengan nidasi

atau implantasi. Jika dihitung mulai dari fertilisasi sampai lahirnya bayi,

kehamilan normal akan berlangsung dalam 40 minggu atau 10 bulan atau 9

bulan menurut kalender internasional. Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester,

dimana trimester I berlangsung selama 12 minggu, trimester II 15 minggu

(minggu ke-13 sampai ke-27), dan trimester III 13 minggu (minggu ke-28

hingga ke-40 minggu) (Wulandari et al., 2021).

Sifilis merupakan salah satu IMS (infeksi menular seksual) yang

menimbulkan kondisi cukup parah misalnya infeksi otak (neurosifilis),

kecacatan tubuh (guma). Pada populasi ibu hamil yang terinfeksi sifilis, bila

tidak diobati dengan adekuat, akan menyebabkan 67% kehamilan berakhir

dengan abortus, lahir mati, atau infeksi neonatus (sifilis kongenital).

Walaupun telah tersedia teknologi yang relatif sederhana dan terapi efektif

dengan biaya yang sangat terjangkau, sifilis masih merupakan masalah

kesehatan masyarakat yang meluas di berbagai negara di dunia. Bahkan sifilis


3

masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal di

banyak negara (Fatimah & Nuryaningsih, 2017).

Sifilis merupakan penyakit infeksi menular seksual yang disebabkan

oleh bakteri Treponema pallidum. Sifilis juga disebut sebagai “the great

imitator” dimana infeksi ini dapat menyerang semua organ tubuh serta

memberikan gambaran klinis yang menyerupai banyak penyakit. Sifilis dapat

ditularkan melalui hubungan seksual, transfusi darah serta ditularkan dari ibu

ke janin. Pada ibu hamil yang menderita sifilis, bakteri Treponema pallidum

tersebut dapat ditransmisikan dari ibu ke fetus melalui pembuluh darah kapiler

plasenta. Akibatnya, muncul berbagai manifestasi klinis yang berupa Adverse

Pregnancy Outcomes (APOs), terdiri dari stillbirth, kematian dini pada fetus,

bayi berat lahir rendah, prematur, kematian neonatal, infeksi atau penyakit

pada bayi baru lahir (bayi dengan serologi reaktif) (Purnamayanti et al., 2022).

Secara global, setidaknya hampir 1,4 juta ibu hamil telah terinfeksi sifilis

aktif pada tahun 2021 dan berisiko menularkan penyakit tersebut kepada janin

yang dikandungnya. Angka tersebut ditemukan lebih rendah jika

dibandingkan dengan laporan WHO pada periode sebelumnya (tahun 2017-

2021), dimana diperkirakan pada periode tersebut ada sekitar 2 juta ibu hamil

yang terinfeksi sifilis dan tidak terobati per tahunnya. Walaupun demikian,

WHO tetap menyatakan bahwa sifilis merupakan penyebab mortalitas dan

morbiditas yang penting pada masa kehamilan. Sedangkan menurut Survei

Terpadu Biologi dan Perilaku (STBP) tahun 2021, prevalensi sifilis masih

cukup tinggi di Indonesia. Pada populasi waria, prevalensi sifilis sebesar 25%,
4

wanita penjaja seks komersial 10%, lelaki yang berhubungan seks dengan

lelaki 9%, dan pengguna narkoba suntik 3% (Syaiful & Fatmawati, 2019).

Berdasarkan analisis data surveilans antenatal multinasional

diperkirakan lebih dari 520.000 kehamilan dengan hasil yang buruk akibat

sifilis pada tahun 2022. Dari jumlah tersebut, diketahui bahwa 215.000

mengalami stillbirth dan kematian fetus secara dini, 90.000 mengalami

kematian neonatal, 65.000 mengalami kelahiran prematur atau berat bayi lahir

rendah, dan 150.000 merupakan bayi baru lahir yang terinfeksi sifilis.

Estimasi data tersebut belum mencakup jumlah kematian tambahan yang

mungkin terjadi setelah bulan pertama kehidupan khususnya untuk bayi

dengan prematur, berat lahir rendah dan infeksi kongenital (Yuliani et al.,

2021).

Komplikasi akibat sifilis pada bayi yaitu terhambatnya pertumbuhan

dalam uterus, prematur, asfiksia neonatorum, kematian dalam uterus,

peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal. Kondisi bayi yang

dilahirkan dari ibu sifilis berat yaitu asfiksia, berat badan lahir rendah,

kelahiran prematur, dan tidak mengalami kelainan kongenital. Adanya

hubungan antara sifilis dengan kejadian berat badan bayi lahir rendah dan

sifilis merupakan faktor resiko 2,48 kali lebih besar penyebab BBLR

dibandingkan non sifilis (Yuliani et al., 2021).

Sifilis primer maupun sekunder yang tidak mendapat penatalaksanaan

selama kehamilan akan 100% berefek pada janin, dimana 50% dari kehamilan

dalam kondisi ini akan menghasilkan kelahiran prematur atau kematian

perinatal. Sifilis laten dini pada kehamilan yang tidak diterapi dapat
5

menyebabkan angka prematuritas atau kematian perinatal sekitar 40%.

Sepuluh persen janin yang lahir dari ibu dengan sifilis lanjut yang tidak

diterapi menunjukkan tanda-tanda infeksi kongenital, dan angka kematian

perinatal meningkat hingga sepuluh kali lipat. Kendati sifilis jarang dapat

ditularkan secara seksual setelah lebih dari dua tahun terinfeksi, wanita

dengan sifilis yang tidak diterapi dapat tetap infeksius terhadap janin yang

dikandungnya hingga beberapa tahun lamanya. Sejumlah penelitian terbaru

telah mengkonfirmasi prognosis sifilis pada kehamilan yang tidak mendapat

terapi. Pada 56 kasus yang dilaporkan, hanya di antaranya yang mendapat

terapi selama kehamilan, dimana 34% dari kasus tersebut mengalami stillbirth,

dan angka rerata usia kehamilan saat kelahiran adalah 32.3 minggu. Penelitian

lain menunjukkan adanya insiden kelahiran prematur sebesar 28% pada

kelompok wanita penderita sifilis yang mendapat terapi selama masa

kehamilan. Bukti presumtif adanya sifilis kongenital tampak pada 15 (26%)

kasus dari 57 wanita yang diterapi (tidak selalu adekuat) yang ditemukan pada

usia kehamilan 24 minggu dan pada 41 (60%) wanita dari 70 wanita yang

mendapat terapi pada trimester ketiga (Yuliani et al., 2021).

Kewenangan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan untuk

melakukan konseling pada ibu hamil dengan sifilis. Oleh karena itu peran

bidan sangat penting dalam memberikan asuhan kebidanan seperti

memberikan informasi dan dukungan moril. Berdasarkan permasalahan

tersebut, penulis tertarik untuk melakukan studi kasus yang berjudul “KIE dan

konseling tentang sifilis pada Ibu Hamil Ny. T dengan Sifilis di Puskesmas

Sedinginan”.
6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana melaksanakan KIE dan konseling tentang

sifilis pada ibu hamil Ny. T dengan sifilis di Puskesmas Sedinginan

menggunakan manajemen kebidanan SOAP?”

C. Tujuan Umum dan Khusus

1. Tujuan Umum

Menganalisa dan melakukan KIE dan konseling tentang sifilis pada

ibu hamil Ny. T dengan sifilis di Puskesmas Sedinginan menggunakan

manajemen kebidanan SOAP.

2. Tujuan Khusus

a. Melaksanakan pengkajian data dasar yang meliputi data subjektif pada

ibu hamil Ny. T dengan sifilis di Puskesmas Sedinginan Kabupaten

Rokan Hilir.

b. Melaksanakan pemeriksaan yang meliputi data objektif pada ibu hamil

Ny. T dengan sifilis di Puskesmas Sedinginan Kabupaten Rokan Hilir.

c. Menetapkan analisis data untuk mengidentifikasi diagnosa kebidanan

pada ibu hamil Ny. T dengan sifilis di Puskesmas Sedinginan

Kabupaten Rokan Hilir.

d. Membuat perencanaan asuhan KIE dan konseling sifilis pada ibu hamil

Ny. T dengan sifilis di Puskesmas Sedinginan Kabupaten Rokan Hilir.


7

D. Manfaat

Adapun manfaat penulisan pada kasus tersebut diatas adalah:

1. Manfaat Teoritis

Agar mahasiswa mendapatkan pengalaman secara utuh dalam

mempelajari asuhan kebidanan dan kasus-kasus pada saat praktik dalam

bentuk manajemen SOAP serta menerapkan asuhan sesuai standar

pelayanan kebidanan yang telah ditetapkan sesuai dengan kewenangan

bidan yang telah diberikan kepada profesi bidan. Serta diharapkan dapat

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan asuhan

kebidanan secara maksimal terhadap klien. Laporan kasus ini juga

diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa

dengan penyediaan fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung

peningkatan kompetensi mahasiswa sehingga dapat menghasilkan bidan

yang berkualitas serta mampu melakukan pendokumentasian secara baik

dan benar.

2. Manfaat Praktis

Bagi profesi untuk tenaga kesehatan khususnya bidan diharapkan

untuk meningkatkan kualitas asuhan kebidanan khususnya mengenai KIE

dan konseling tentang sifilis pada ibu hamil Ny. T dengan sifilis. Laporan

kasus ini juga diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas.


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Sifilis

Sifilis adalah infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh

pirokaeta Treponema pallidum, merupakan penyakit kronik dan bersifat

sistemik, selama perjalanan penyakit dapat menyerang seluruh organ tubuh,

ada masa laten tanpa manifestasi lesi di tubuh, dan dapat ditularkan kepada

bayi di dalam kandungan. Periode inkubasi sifilis biasanya 3 minggu (Lontaan

et al., 2023).

Menurut Centre of Disease Conrol (CDC) mendefinisikan sifilis sebagai

penyakit sistemik yang disebabkan oleh Treponema pallidum. Berdasarkan

temuan klinis, penyakit dibagi ke dalam serangkaian kumpulan staging yang

digunakan untuk membantu dalampanduan pengobatan dan tindak lanjut.

Sifilis adalah infeksi menular seksual yang dapat menyebabkan masalah

kesehatan serius jika tidak diobati. Sifilis dibagi menjadi beberapa tahapan

(primer. Sekunder, laten, dan tersier) (Ahmad et al., 2022).

Sifilis adalah infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh

bakteri troponemma pallidum. Ini yang menyebabkan morbiditas dan

mortalitas. WHO memperkirakan bahwa sekitar 5,6 juta kasus baru sifilis

terjadi pada remaja dan orang dewasa berusia 15- 49 tahun di seluruh duniap

ada tahun 2022 dengan global tingkat kejadin 1,5 kasus per 1000 wanita dan

1,5 per 1000 pria. Diperkirakan 18 juta kasus lazim sifilis di tahun 2022

menjadi prevalensi global 0,5 % diantara wanita dan 0,5 % diantara priaa

8
9

berusia 15-49 tahun, dengan wilayah terbanyak di Afrika (Wardani et al.,

2023).

Sifilis merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh spirochaete,

Treponema pallidum (T. pallidum) dan merupakan salah satu bentuk infeksi

menular seksual. Selain sifilis, terdapat tiga jenis infeksi lain pada manusia

yang disebabkan oleh treponema, yaitu: non venereal endemic syphilis (telah

eradikasi), frambusia (T. pertenue), dan pinta (T. careteum di Amerika

Selatan). Sifilis pada kehamilan biasanya diperoleh melalui kontak seksual,

dimana pada sifilis kongenital, bayi mendapatkan infeksi sifilis dari transmisi

transplasental dari Treponema pallidum. Penularan melalui hubungan seksual

membutuhkan paparan mukosa yang lembab atau lesi kulit pada sifilis primer

atau sekunder. Pasien dengan penyakit sifilis yang tidak diobati tampaknya

dapat pulih, namun dapat mengalami kekambuhan dalam periode sampai

dengan dua tahun. Oleh karena itu, seseorang dapat lebih berisiko menularkan

sifilis pada tahun pertama dan kedua dari periode terinfeksi sifilis yang tidak

diobati (Wulandari et al., 2021).

Sifilis secara umum dapat dibedakan menjadi dua: yaitu sifilis

kongenital (ditularkan dari ibu ke janin selama dalam kandungan) dan sifilis

yang didapat/acquired (ditularkan melalui hubungan seks atau jarum suntik

dan produk darah yang tercemar) (Wirenviona et al., 2021).


10

B. Tanda dan Gejala Sifilis

Menurut CDC (Centers for Disease Control and Prevention) tanda dan

gejala Sifilis pada orang dewasa bervariasi menurut tahapan (Boimau et al.,

2022):

1. Sifilis Primer

Selama tahap pertama (primer) sifilis, terlihat satu luka atau

beberapa luka. Lokasi luka didalam tubuh anda, biasanya lukanya

kencang, bulat, dan tidak nyeri. Lesi awal sifilis berupa papul yangmuncul

di daerah genitalia kisaran tiga minggu setelah kontak seksual. Papul

membesar dengan ukuran 0,5 – 1,5 cm kemudian mengalami ulserasi,

membentuk ulkus. Ulkus sifilis yang khas berupa bulat, diameter 1-2 cm,

tidak nyeri, dasar ulkus bersih tidak ada eksudat, teraba indurasi, soliter

tetapi dapat juga multipel. Hampir sebagian besar disertai pembesaran

kelenjar getah bening inguinal medial unilateral atau bilateral. Karena

sakitya tidak terlalu ia dapat diketahui dengan mudah. Lukanya

berlangsung sekitar 3 sampai 6 minggu dan sembuh tanpa perawatan

(Wardani et al., 2022).

Chancre sífilis primer sering terjadipada genitalia, perineal, atau

anus dikarenakan penularan paling sering melalui hubungan seksual, tetapi

bagian tubuh yang lain dapat juga terkena. Ulkus jarang terlihat pada

genitalia eksterna wanita, karena lesi sering pada vagina atau serviks.

Dengan menggunakan spekulum, akan terlihat lesi di serviks berupa erosi

atau ulserasi yang dalam. Tanpa pengobatan lesi primer akan sembuh

spontan dalam waktu 3 sampai 6 pekan. Diagnosis banding sifilis primer


11

yaitu ulkus mole yang disebabkan Haemophilusducreyi, limfogranuloma

venereum, trauma pada penis, fixed drug eruption, herpes genitalis

(Nelwan, 2019).

2. Sifilis Sekunder

Manifestasi akan timbul padabeberapa minggu atau bulan, muncul

gejala sistemik berupa demam yang tidak terlalu tinggi, malaise, sakit

kepala, adenopati, dan lesi kulit atau mukosa. Lesi sekunder yang terjadi

merupakan manifestasi penyebaran Treponema pallidum secara

hematogen dan limfogen (Ekawati et al., 2020).

Manifestasi klinis sifilis sekunderdapat berupa berbagai ruam pada

kulit, selaput lendir, dan organ tubuh. Lesi kulit biasanya simetris, dapat

berupa makula, papula, folikulitis, papuloskuamosa, dan pustul, jarang

disertai keluhan gatal. Lesi dapat ditemukan di trunkus dan ekstermitas,

termasuk telapak tangan dan kaki. Papul biasanya merah atau coklat

kemerahan, diskret, diameter 0,5 – 2 cm, umumnya berskuama tetapi

kadang licin. Lesi vesikobulosa dapat ditemukan pada sifilis kongenital

(Wardani et al., 2022).

Kondiloma lata merupakan istilahuntuk lesi meninggi (papul), luas,

putih atau abu-abu di daerah yang hangat dan lembab.Diagnosis sifilis

sekunder ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan serologis yang reaktif

dan pemeriksaan lapangan gelap positif. Treponema pallidum banyak

ditemukan pada lesi selaput lendir atau basah sepertikondiloma lata. Ruam

kulit pada sifilis sekunder sukar dibedakan dengan pitiriasis rosea,

psoriasis, terutama jika berskuama, eritema multiforme dan erupsi obat.


12

Diagnosis sifilis sekunder cukup sulit. Pada umumnya diagnosis

ditegakkan berdasarkan kelainan khas lesi kulit sifilis sekunder ditunjang

pemeriksaan serologis (Syatriani et al., 2023).

3. Sifilis Laten

Sifilis laten yaitu apabila pasiendengan riwayat sifilis dan

pemeriksaan serologis reaktif yang belum mendapat terapi sifilis dan tanpa

gejala atau tandaklinis. Sifilis laten terbagi menjadi dini danlanjut, dengan

batasan waktu kisaran satutahun. Dalam perjalanan penyakit sifilisakan

melalui tingkat laten, selama bertahun-tahun atau seumur hidup. Tetapi

bukan berarti penyakit akan berhenti pada tingkat ini, sebab dapat berjalan

menjadi sifilis tersier (Emilia et al., 2018).

4. Sifilis Stadium Tersier

Sifilis tersier terdiri dari tiga grup sindrom yang utama yaitu

neurosifilis, sifiliskardiovaskular, dan sifilis benigna lanjut. Pada

perjalanan penyakit neurosifilis dapat asimptomatik dan sangat jarang

terjadi dalam bentuk murni. Pada semua jenis neurosifilis, terjadi

perubahan berupa endarteritis obliterans pada ujung pembuluh darah

disertai degenerasi parenkimatosa yang mungkin sudah atau belum

menunjukkan gejala saat pemeriksaan. Sifilis kardiovaskular disebabkan

terutama karena nekrosis aorta yang berlanjut ke katup. Tanda-tanda sifilis

kardiovaskuler adalah insufisiensi aorta atau aneurisma, berbentuk

kantong pada aorta torakal. Bila komplikasi ini telah lanjut, akan sangat

mudah dikenal (Mayasari et al., 2021).


13

Sifilis benigna lanjut atau gumma merupakan proses inflamasi

proliferasi granulomatosa yang dapat menyebabkan destruksi pada

jaringan yang terkena. Disebut benigna sebab jarang menyebabkan

kematian kecuali bila menyerang jaringan otak. Gumma mungkin terjadi

akibat reaksi hipersensitivitas infeksi Treponemapalidum. Lesi sebagian

besar terjadi di kulit dan tulang. Lesi pada kulit biasanya soliter atau

multipel, membentuk lingkaran atau setengah lingkaran, destruktif dan

bersifat kronis, penyembuhan di bagian sentral dan meluas ke perifer. Lesi

pada tulang biasanyaberupa periostitis disertai pembentukan tulang atau

osteitis gummatosa disertai kerusakan tulang. Gejala khas ialah

pembengkakan dan sakit. Lokasi terutama pada tulang kepala, tibia, dan

klavikula. Pemeriksaan serologis biasanya reaktif dengan titer tinggi

(Widiyastuti et al., 2022).

C. Penyebab Sifilis

Sifilis adalah infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum

subspecies pallidum.Sifilis di transmisikan melalui kontak langsung dengan

lesi yang infeksius atau melalui transmisi vertical (jalur trans-plasenta) selama

kehamilan.Kira-kira sepertiga dari kontak seksual dengan sifilis yang

infeksius akan menyebabkan penyakit (tingkat transmisi 10-60%).Fokal

infeksi dari bakteri biasanya adalah genital pada pasien heteroseksual tetapi

transmisi dari laki-laki yang berhubungan seksual dengan laki-laki (LSL)

mungkin terjadi melalui ekstra-genital (anal,oral) melalui kontak oral-anal

atau genital-anal. Penguna narkoba suntik dan transfusi darah juga merupakan
14

jalur transmisi yang potensial. Transmisi secara vertikal dapat terjadi pada

semua stadium kehamilan. Resiko dari transmisi bervariasi tergantung dari

stadium sifilis (Insani & Supriatun, 2020).

D. Patofisiologi Sifilis

Patofisiologis sifilis ada 2 yaitu sifilis yang didapat dari penularan orang

lain atau Sifilis Kongenital. Perbedaan keduanya adalah pad acara masuk

bakteri Troponema Pallidum. Pada sifilis didapat, bakteri masuk melalui

mukosa atau kulit, sedangakn pada sifilis kongenital, bakteri menembus sawar

plasenta dan menginfeksi fetus. Penularan bakteri ini biasanya melalui

hubungan seksual (membrane mukosa vagina dan uretra), primer muncul di

tempat kuman pertama kali masuk, biasa-nya bertahan selama 4-6 minggu dan

kemudian sembuh secara spontan. Pada tempat masuknya, kuman

mengadakan multifikasi dan tubuh akan bereaksi dengan timbulnya infiltrat

yang terdiri atas limfosit, makrofag dan sel plasma yang secara klinis dapat

dilihat sebagai papul. Reaksi radang tersebut tidak hanya terbatas di tempat

masuknya kuman tetapi juga di daerah perivaskuler (Treponema pallidum

berada diantara endotel kapiler dan sekitar jaringan), hal ini mengakibatkan

hipertrofi endotel yang dapat menimbulkan obliterasi lumen kapiler

(endarteritis obliterans). Kerusakan vaskular ini mengakibatkan aliran darah

pada daerah papula tersebut berkurang sehingga terjadi erosi atau ulkus dan

keadaan ini disebut chancre (Syaiful & Fatmawati, 2019).

Informasi mengenai patogenesis sifilis lebih banyak didapatkan dari

percobaan hewan karena keterbatasan informasi yang dapat diambil dari


15

penelitian pada manusia. Penelitian yang dilakukan pada kelinci percobaan,

dimana dua Treponema pallidum diinjeksikan secara intrakutan, menyebabkan

lesi positif lapangan gelap pada 47% kasus. Peningkatan kasus mencapai 71%

dan 100% ketika 20 dan 200.000 Treponema pallidum diinokulasikan secara

intrakutan pada kelinci percobaan. Periode inkubasi bervariasi tergantung

banyaknya inokulum, sebagai contoh Treponema pallidum akan menimbulkan

chancre dalam waktu 5-7 hari. Organisme ini akan muncul dalam waktu

beberapa menit didalam kelenjar limfe dan menyebar luas dalam beberapa

jam, meskipun mekanisme Treponema Pallidum masuk sel masih belum

diketahui secara pasti. Dikatakan bahwa perlekatan Treponema pallidum

dengan sel host melalui ligan spesifik yaitu molekul fibronectin

(Purnamayanti et al., 2022).

E. Pemeriksaan Fisik

Skrining sifilis pada kehamilan merupakan aspek penting yang harus

dilakukan selama masa kehamilan. Deteksi dini yang memadai pada masa

kehamilan, berperen secara efektif dalam mengobati dan mencegah transmisi

sifilis. Skrining sifilis pada kehamilan mencakup (Purnamayanti et al., 2022):

1. Semua wanita hamil harus di skrining sifilis pada kunjungan pertama

pelayanan antenatal.

2. Wanita yang berisiko tinggi mengalami sifilis dan wanita yang tinggal di

daerah dengan morbiditas sifilis yang tinggi harus melakukan pemeriksaan

ulang antara minggu ke-28 dan 32 kehamilan serta saat melahirkan.

3. Pada ibu yang tidak mendapatkan pemeriksaan adekuat selama masa


16

kehamilan, pemeriksaan Rapid Plasma Reagin (RPR) harus dilakukan

pada saatmelahirkan.

4. Setiap ibu dan bayi yang tidak memiliki status sifilis maternal

terdokumentasi, tidak dapat meninggalkan rumah sakit tanpa dilakukannya

skrining.

5. Setiap ibu yang mengalami kematian janin setelah usia 20 minggu

kehamilan harus dilakukan pemeriksaan sifilis.

6. Ibu hamil yang seropositif harus mendapatkan terapi, kecuali mereka

memiliki dokumentasi pengobatan yang adekuat dengan respon serologis

yang tepat sesuai dengan pengobatan dan titers dinyatakan rendah serta

stabil.

7. Ibu paska terapi sifilis, apabila memiliki respon yang baik terhadap

pengobatan dan memiliki titer serofast rendah (Venereal Disease Research

Laboratory (VDRL) < 1: 2 dan RPR < 1:4), tidak memerlukan terapi

ulang.

8. Wanita dengan titer antibodi yang persisten dan lebih tinggi dapat

mengindikasikan terjadinya infeksi ulang.

9. Setiap ibu dan bayi yang tidak memiliki status sifilis maternal

terdokumentasi, tidak dapat meninggalkan rumah sakit tanpa dilakukannya

skrining.

10. Setiap ibu yang mengalami kematian janin setelah usia 20 minggu

kehamilan harus dilakukan pemeriksaansifilis.

11. Ibu hamil yang seropositif harus mendapatkan terapi, kecuali mereka

memiliki dokumentasi pengobatan yang adekuat dengan respon serologis


17

yang tepat sesuai dengan pengobatan dan titers dinyatakan rendah

sertastabil.

12. Ibu paska terapi sifilis, apabila memiliki respon yang baik terhadap

pengobatan dan memiliki titer serofast rendah (Venereal Disease Research

Laboratory (VDRL) < 1: 2 dan RPR < 1:4), tidak memerlukan terapi

ulang.

13. Wanita dengan titer antibodi yang persisten dan lebih tinggi dapat

mengindikasikan terjadinya infeksi ulang.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC),

rekomendasi skrining sifilis pada ibu hamil meliputi (Yuliani et al., 2021):

1. Skrining dilakuan pada semua ibu hamil pada kunjungan pertama prenatal.

2. Jika ibu hamil memiliki risiko tinggi, maka tes ulang secara dini dilakukan

pada trimester ketiga kehamilan dan pada saat persalinan.

F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang memiliki peran penting untuk menilai

keterlibatan organ dan komplikasi yang terjadi. Pasien dengan manifestasi

yang mengarah ke sifilis harus dievaluasi dengan pemeriksaan penunjang.

Diagnosis sifilis didasarkan pada evaluasi klinis, deteksi organisme penyebab,

dan konfirmasi dari penyakit dengan pemeriksaan laboratorium. Treponema

pallidum tidak dapat dilakukan kultur di laboratorium, tetapi dapat

diidentifikasi pada lesi menggunakan pemeriksaan lapangan gelap atau

mikroskop fluoresensi atau dengan teknik molekuler. Pada individu yang

asimtomatis, dapat dilakukan tes serologi untuk skrining terhadap infeksi.


18

Serologi masih merupakan metode yang paling reliabel untuk diagnosis

laboratorium sifilis. Uji serologis dibagi menjadi tes nontreponemal dan

treponemal. Diagnosis serologi konvensional menggunakan pendekatan dua

langkah, yaitu skrining pertama dengan metode nontreponemal, dan kemudian

menggunakan tes konfirmasi yang menggunakan metode antigen treponema

untuk mengkonfirmasi hasil tes skrining positif. Uji nontreponemal juga dapat

digunakan untuk memonitor respon pengobatan (Wulandari et al., 2021).

Pemeriksaan histologis dapat dilakukan pada individu dengan lesi yang

tidak khas, dimana pemeriksaan ini ditandai dengan ditemukannya infiltrat

perivaskuler yang terdiri dari limfosit dan plasma sel. Selain itu dapat

ditemukan endarteritis obliterans dan endoplebitis, proliferasi endothelial serta

penebalan dinding pembuluh darah yang dikelilingi sel infiltrat. Selanjutnya

dapat terjadi obliterasi dan trombosis pembuluh darah yang menyebabkan

nekrosis. Pada sifilis sekunder dapat ditemukan spirochaetes pada sayatan

yang diberi pewarnaan Levaditi. Sedangkan pada sifilis tersier yang berbentuk

gumma dapat dijumpai vaskulitis granulomatosa (Fatimah & Nuryaningsih,

2017).

Metode paling spesifik dan sensitif dalam mendiagnosis sifilis primer

ialah dengan menemukan treponema dari sediaan cairan yang diambil dari

permukaan chancre yang kemudian diperiksa dibawah mikroskop lapangan

gelap. Ruam sifilis primer dibersihkan dengan larutan NaCl fisiologis,

kemudian tekan bagian dalam/dasar lesi hingga didapatkan serum. Serum

diperiksa dengan mikroskop lapangan gelap, dengan menggunakan minyak

emersi. Treponema pallidum berbentuk ramping, bergerak lambat dan


19

berangulasi. Hasil yang baik dapat diperoleh selama tidak ada riwayat terapi

atibiotik ataupun penggunaan obat topikal di daerah pengambilan spesimen

sebelumnya. Bahan apusan juga dapat diperiksa menggunakan mikroskop

fluoresensi, dimana bahan apusan dioleskan pada gelas objek, difiksasi dengan

aseton, diberi fluoresen. Namun hasilnya tidak sebaik mikroskop lapangan

gelap dan tidak spesifik. Beberapa pemeriksaan antibodi non spesifik yang

dapat dilakukan (Purnamayanti et al., 2022):

1. Tes Non-treponemal (RPR, VDRL) Kedua tes RPR dan VDRL dapat

mendeteksi antibodi terhadap kardiolipin, yang merupakan komponen

membran sel dari T. pallidum. Hasil tes yang positif perlu dikonfirmasi

dengan pemeriksaan treponema. Tes non-treponemal berfungsi untuk

menentukan aktifitas penyakit dan respon terhadap terapi. Contohnya

peningkatan empat kali lipat dari titer dari hasil sebelumnya (1:2 menjadi

1:8) mengindikasikan re-infeksi; penurunan titer empat kali lipat pasca

pengobatan (1:32 menjadi 1:8) mengindikasikan respon yang baik

terhadap pengobatan.

2. Tes Treponemal (TPHA, Elisa, FTA-Abs) Hasil tes yang reaktif akan tetap

reaktif seumur hidup bahkan sesudah diterapi secara tepat. Hasil ini

mengindikasikan adanya paparan infeksi sifilis dan tidak menjadi indikator

aktifitas penyakit.

G. Terapi/Tindakan Penanganan

Penisilin merupakan terapi baku emas untuk infeksi sifilis pada ibu

hamil. Hingga saat ini belum ditemukan adanya strain T. pallidum yang
20

resisten terhadap penisilin secara signifikan. Tujuan terapi penisilin pada ibu

hamil adalah untuk menangani penyakit ibu, mencegah transmisi pada janin

dan menangani penyakit sifilis yang telah terjadi pada janin. Penanganan

sifilis pada ibu hamil mengikuti regimen yang sesuai dengan stadium

penyakitnya (Wirenviona et al., 2021).

Beberapa kepustakaan merekomendasikan dosis kedua benzatin penisilin

diberikan setelah satu minggu setelah dosis awal untuk memperbaiki

kemungkinan respon serologis. Alergi penisilin dilaporkan pada 5 hingga 10

persen wanita hamil. Pada ibu hamil dengan alergi penisilin, pengunaan

antibiotika lain tidak direkomendasikan. Pasien perempuan yang tidak hamil

dengan riwayat alergi penisilin dapat diterapi dengan antibiotika lain, namun

pada ibu hamil regimen lain tidak efektif. Antibiotika golongan eritromisin

dan azitromisin tidak ditemukan efektif, tetrasiklin dikontraindikasikan pada

ibu hamil, sementara Stadium Sifilis Penanganan Primer/Sekunder/Laten awal

Benzatin penisilin G 2.4 juta unit IM dosis tunggal Laten akhir/Tersier/durasi

tidak diketahui Benzatin penisilin G 7.2 juta unit, diadministrasikan dalam tiga

dosis 2.4 juta unit IM dalam interval 1 minggu Neurosifilis Aqueous

crystalline penisilin G, 18 hingga 24 juta unit perhari, diadministrasikan dalam

3 – 4 juta unit IV setiap 4 jam atau sebagai infus kontinius selama 10-14 hari

Atau Procaine penisilin G, 2.4 juta unit IM 1x/hari ditambah probenecid 500

mg PO 4x/hari selama 10-14 hari penggunaan ceftriaxone belum diketahui

secara pasti karena kurangnya data mengenai efikasi (Ahmad et al., 2022).

Terapi yang direkomendasikan pada ibu hamil dengan alergi penisilin

adalah desensitisasi penisilin. Desensitisasi penisilin merupakan prosedur


21

dimana pasien dipaparkan penisilin dengan dosis bertahap hingga mencapai

dosis efektif. Setelah itu pasien diberikan terapi penisilin yang sesuai.

Prosedur desensitisasi harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih

dengan ketersediaan alat untuk menangani reaksi anafilatik. Desensitisasi oral

umumnya lebih sederhana dan aman. Terapi siflilis pada ibu hamil dapat

memicu reaksi Jarisch-Herxheimer. Reaksi ini merupakan reaksi febril akut

yang disertai dengan nyeri kepala, mialgia, bercak dan hipotensi. Gejala-gejala

ini diperkirakan terjadi akibat pelepasan liposakarida treponema dari spirosit

yang mati. Umumnya reaksi mulai muncul satu hingga dua jam setelah terapi,

mencapai puncak pada delapan jam dan berkurang dalam 24 hingga 48 jam.

Reaksi ini dapat memicu kontraksi uterus, kelahiran pre-term, dan gangguan

irama jantung fetus. Namun resiko terjadinya reaksi Jarisch-Herxheimer

bukan merupakan kontraindikasi pemberian penisilin pada ibu hamil. Reaksi

Jarisch-Herxheimer ditangani secara suportif (Lontaan et al., 2023).

Evaluasi titer serologis antibodi nontreponemal harus dilakukan dalam 1,

3, 6, 12, dan 24 bulan setelah terapi. Jika terapi efektif, maka dapat diharapkan

titer berkurang 4-6 kali dalam 6 bulan pasca terapi dan menjadi non reaktif

dalam 12 hingga 24 bulan. Titer yang meningkat hingga 4x atau tidak

berkurang menunjukan kegagalan terapi atau reinfeksi (Anggraeni et al.,

2022).

Sifilis kongenital sebagai satu manifestasi transmisi infeksi sifilis dari

ibu ke bayi, terjadi akibat kurang adekuatnya skrining terhadap infeksi

menular seksual pada masa kehamilan. Hal tersebut mengakibatkan

penanganan infeksi sejak dini tidak dapat dilakukan. Pencanangan program


22

penatalaksanaan prenatal pada semua wanita hamil tetap menjadi dasar

program pencegahan sifilis transmisi sifilis dari ibu ke bayi. World Health

Organization telah mencanangkan Global Strategic Plan untuk mengeliminasi

sifilis kongenital, yang terdiri dari 4 pilar, yaitu a) memastikan komitmen

politik yang berkelanjutan dan advokasi; b) meningkatkan akses, kualitas serta

pelayanan kesehatan maternal dan bayi baru lahir; c) melakukan skrining dan

pengobatan pada wanita hamil dan pasangannya; seta d) membangun

pengawasan, pemantauan dan system evaluasi (Wardani et al., 2023).

Selain itu, WHO bersama-sama dengan Program for Appropriate

Technology and Health (PAHO) menginisisasi dual testing project untuk

mengeliminasi sifilis kongenital. Metode pada program tersebut adalah

dengan melakukan tes untuk menemukan T. pallidum dan HIV secara

bersamaan, dengan sampel dan peralatan yang sama, sehingga seluruh wanita

hamil akan mendapatkan tes skrining untuk HIV dan sifilis secara bersamaan.

Berdasarkan hal-hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa skrining sejak awal

kehamilan merupakan poin yang penting untuk mencegah transmisi sifilis dari

ibu ke bayi (Wardani et al., 2022).

H. Komplikasi Sifilis

Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada janin dengan ibu yang sifilis

adalah sebagai berikut (Sari et al., 2022):

1. Keguguran (kondisi bayi meninggal dalam kandungan sebelum usia

kehamilan 20 minggu).
23

2. Lahir prematur. Ini adalah kelahiran yang terjadi terlalu cepat, sebelum 37

minggu kehamilan.

3. Pembatasan pertumbuhan janin (juga disebut pembatasan pertumbuhan,

kecil untuk usia kehamilan atau kecil untuk tanggal) dan berat lahir

rendah.

4. Masalah dengan plasenta dan tali pusat. Plasenta tumbuh di rahim dan

bertugas untuk memasok bayi dengan makanan dan oksigen melalui tali

pusar. Sifilis kongenital dapat menyebabkan plasenta tumbuh besar dan

tali pusar membengkak, yang dapat menyebabkan masalah dengan cara

kerjanya untuk menopang bayi di dalam rahim.

5. Kelahiran mati. Ini adalah saat bayi meninggal di dalam rahim setelah 20

minggu kehamilan.

Selain saat kehamilan, sifilis kongenital juga dapat menyebabkan

masalah saat bayi lahir, seperti (Wardani et al., 2022):

1. Kematian neonatal. Ini adalah kondisi ketika bayi meninggal dalam 28

hari pertama kehidupan.

2. Demam dan pilek.

3. Masalah dengan limpa dan hati, termasuk penyakit kuning. Penyakit

kuning adalah kondisi ketika kulit bayi dan bagian putih matanya terlihat

kuning. Kondisi ini terjadi karena penumpukan zat dalam darah yang

bernama bilirubin. Jika bayi mengidap sifilis kongenital, hatinya mungkin

tidak cukup berkembang untuk mengeluarkan bilirubin dengan sendirinya.

4. Anemia, yaitu kondisi ketika bayi tidak memiliki cukup sel darah merah

yang sehat untuk membawa oksigen ke seluruh tubuhnya.


24

5. Ruam di mulut, alat kelamin, atau di bagian bawah kakinya dan di tangan

dan wajahnya.
BAB III
LAPORAN KASUS

A. Subjektif

1. Hari/ tanggal : 3 Juni 2023

2. Pukul : 13.00 WIB

3. Tempat : Puskesmas Sedinginan

4. Identitas Pasien :

Nama : Ny. T Nama : Tn. A

Umur : 35 tahun Umur : 40 tahun

Suku : Melayu Suku : Melayu

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pedagang

Alamat : Sedinginan Alamat : Sedinginan

Usia pernikahan : 6 tahun

5. Keluhan Utama

Ny. T datang untuk memeriksakan kehamilannya. Pasien mengeluh

pernah muncul bercak kemerahan pada telapak tangan dan kaki sejak 2

bulan lalu, tanpa ada keluhan gatal dan nyeri.

6. Riwayat mentruasi

a. Menarche : 14 tahun

b. Siklus : 28-30 hari

c. Durasi : 5-7 hari

d. Disminorhea : Pada hari pertama menstruasi

25
26

7. Riwayat keluarga berencana

Ibu pernah menjadi Akseptor KB suntik 3 bulan.

8. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas: G3P2A0

No Tahun Jenis Tempat Komplikasi Penolong BB JK


Persalinan Bersali Ibu dan Bayi
n
1 2018 Normal BPM Tidak ada Bidan 2900 L
gr
2 2020 Normal BPM Tidak ada Bidan 2600 P
gr
3 HAMIL INI

9. Riwayat kehamilan ini

HPHT : 1 Januari 2023

TP : 8 Oktober 2023

UK : 20 minggu 5 hari

Keluhan pada:

a. Trimester I : mual muntah

b. Trimester II : bercak merah di tangan dan kaki

Pergerakan janin pertama kali : usia kehamilan 16 minggu

Pergerakan janin 24 jam terakhir : ada, 3 kali dalam 60 menit

10. Riwayat kesehatan yang lalu

Ibu tidak memiliki riwayat penyakit serius seperti hipertensi, asma,

jantung, DM, dan penyakit lainnya.

11. Riwayat kesehatan dan penyakit keluarga

a. Ibu tidak memiliki riwayat obesitas dalam keluarga

b. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit keturunan dalam keluarga seperti

hipertensi, asma, DM, jantung dan penyakit menular lainnya.

12. Riwayat sosial budaya, psikologi dan spiritual


27

a. Ibu tinggal bersama suami

b. Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami

c. Ibu merasa cemas dengan keadaannya

13. Pola kebiasaan sehari-hari

a. Nutrisi

1) Ibu mengatakan makan 3x/hari,

2) Minum 4-5 gelas/hari,

3) Pola makan komposisi nasi, sayur dan lauk.

4) Ibu mempunyai kebiasaan makan dengan porsi banyak dan lebih

banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat,

makanan yang mengandung lemak dan makanan cepat saji serta

jarang mengkonsumsi buah-buahan.

b. Eliminasi

1) BAB 1-2 × sehari

2) BAK 10-12 × sehari

c. Istirahat/tidur

1) Tidur siang ± 1 jam sehari

2) Tidur malam 6- 8 jam sehari

d. Aktivitas

Ibu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci, menyapu,

mengepel, masak dll. Ibu jarang melakukan olahraga selama hamil.

e. Aktivitas seksual

Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual dengan suami kurang

lebih 1-2x seminggu tanpa menggunakan kondom.


28

f. Personal hygiene

1) Mandi 2x sehari

2) Menggosok gigi 2x sehari

3) Mencuci rambut 2x sehari

4) Mengganti baju setiap kali mandi atau kotor.

5) Ibu rajin mencuci tangan.

g. Perilaku kesehatan

Ibu tidak pernah merokok dan minum minuman beralkohol.

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Komposmentis

c. Tanda-tanda vital:

Tekanan darah : 120/70 mmHg

Suhu : 36,2oC

Nadi : 80x/ menit

Pernapasan : 22x/ menit

d. Tinggi badan : 155 cm

e. BB sebelum hamil : 55 kg

f. BB saat ini : 59 kg

g. Lila : 24 cm

2. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala: kulit kepala bersih, tidak ada ketombe dan rambut tidak rontok
29

b. Wajah: tidak ada cloasma, tidak ada oedema dan nyeri tekan.

c. Mata: simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah muda, sklera putih.

d. Mulut: bibir tidak pucat, tidak ada sariawan, gigi tidak tanggal dan

tidak ada caries gigi.

e. Leher: tampak leher pendek, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,

limfe dan vena jugularis.

f. Payudara: simetris kiri dan kanan, puting susu menonjol, tidak ada

benjolan dan nyeri tekan.

g. Ekstrimitas: simetris kiri dan kanan, tidak ada varices, refleks patella

kanan dan kiri (+). Tangan dan kaki terdapat bercak merah.

3. Pemeriksaan Kebidanan

Genetalia: terdapat bercak merah/resi.

Leopold: tidak dilakukan

TFU: 3 jari dibawah pusat

Auskultasi: DJJ : 138 x/menit

4. Pemeriksaan Penunjang

Parameter Hasil
Hemoglobin 11,4 gr/dl
Hematokrit 29,5%
Leukosit 20.890/mm3
Trombosit 323.000/mm3
GDS 124 mg/Dl
PT 9,8 detik
APTT 29,7 detik
INT 0,8
HbsAg Non reaktif
VDRL Reaktif
Anti HIV Non reaktif

C. Assesment
30

Ny. T 35 tahun G3P2A0 usia kehamilan 20 minggu dengan sifilis.

D. Planning

1. Sampaikan hasil pemeriksaan kepada ibu mengenai perkembangan

kehamilannya.

Rasional: Penyampaian dan penjelasan tentang hasil pemeriksaan kepada

ibu sangat penting agar ibu dapat mengetahui perkembangan

kehamilannya serta merupakan tujuan utama pemeriksaan antenatal yang

berkualitas.

2. Berikan KIE dan konseling tentang sifilis.

a. Sifilis adalah infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh

pirokaeta Treponema pallidum, merupakan penyakit kronik dan

bersifat sistemik, selama perjalanan penyakit dapat menyerang seluruh

organ tubuh, ada masa laten tanpa manifestasi lesi di tubuh, dan dapat

ditularkan kepada bayi di dalam kandungan. Periode inkubasi sifilis

biasanya 3 minggu.

b. Infeksi sifilis pada ibu hamil bila tidak diobati dengan adekuat, dapat

menyebabkan lahir mati dan abortus, kematian perinatal, berat badan

lahir rendah (BBLR) atau infeksi neonatus.

c. Memberikan ibu kartu pengobatan. Untuk kepentingan evaluasi terapi

dan monitoring pasien sifilis, semua informasi tentang titer RPR dan

terapi yang diberikan harus lengkap dan tercatat dengan baik. Oleh

karena itu, selain catatan medis, perlu ada kartu pasien yang mencatat

tanggal dan terapi yang diberikan serta hasil tes serologis (tanggal,

hasil tes RPR dan TPHA/rapid test dan titer RPR). Kartu ini
31

diperlukan terutama jika pasien berpindah-pindah tempat sehingga di

manapun dia berobat, penyakit sifilisnya dapat termonitor dengan baik.

Rasional: Penyampaian dan penjelasan tentang hasil pemeriksaan kepada

ibu sangat penting agar ibu dapat mengetahui hasil pemeriksaan

laboratorium bahwa ibu mengalami sifilis.

3. Berikan dukungan psikologis dan spiritual pada ibu dengan melibatkan

suami dan keluarga dalam perawatan klien.

Rasional: Dukungan psikologis dan keterlibatan suami dan keluarga

merupakan psikoterapi dalam perawatan klien sehingga dapat memberikan

semangat dan membantu dalam proses penyembuhan. Disamping ibu agar

ibu lebih optimis menghadapi kehamilannya dan berserah diri kepada

Tuhan Yang Maha Esa.

4. Memberikan Health Education pada Ibu tentang:

a. Istrahat yang cukup

Rasional: Adanya peningkatan fungsi-fungsi fisiologis tubuh

diperlukan istrahat yang cukup untuk memberikan relaksasi yang

cukup pada otot serta mengurangi beban kerja jantung.

b. Diet seimbang dalam kehamilan terhadap makanan yang tinggi

protein, rendah lemak, dan garam tidak perlu dikurangi.

Rasional: Ibu hamil dengan sifilis tetap membutuhkan makanan yang

bergizi, diet makanan tinggi protein, rendah lemak, dan pembatasan

cairan dan garam tidak bisa mencegah hipertensi dalam kehamilan.


32

c. Menjaga personal hygine dalam kehamilan

Rasional: Menjaga personal hygine sangat penting untuk mencegah

terjadinya infeksi pada klien dan dapat memberikan rasa nyaman pada

ibu

5. Anjurkan ibu untuk menghitung pergerakan janinnya untuk memantau

kesehatan bayinya.

Rasional: Dengan mengajarkan ibu cara menghitung gerakan janinnya ibu

dapat memantau sendiri kondisi janinnya secara objektif sekaligus

meningkatkan pengetahuan ibu tentang kehamilan.

6. Jelaskan pada ibu 9 tanda bahaya pada kehamilan.

Rasional: Dengan memberitahu ibu tentang tanda bahaya pada kehamilan,

ibu akan mengerti dan melaksanakan anjuran bidan sehingga jika ibu

mengalami salah satu dari 9 tanda bahaya pada kehamilan itu, ibu dapat

segera ke tenaga kesehatan terdekat sehingga ibu bisa mendapatkan

pertolongan pertama dan segala hal yang mengancam keselamatan ibu dan

janinnya.

7. Diskusikan dengan ibu tentang persiapan persalinan dan kelahiran

bayinya, bahwa ibu perlu melahirkan di rumah sakit.

Rasional: Dengan adanya diskusi antara ibu dan keluarga baik secara fisik

maupun psikis dan finansial akan siap meghadapi persalinan dan kelahiran

bayinya tanpa rasa cemas yang berlebihan.


33

8. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi pada ibu.

Rasional: Pasien dengan sifilis memerlukan kolaborasi dengan dokter

SpOG untuk memberikan terapi obat yang aman bagi ibu hamil dan tidak

mengganggu pertumbuhan janin.

9. Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ANC secara teratur dan datang

kembali untuk memeriksakan kehamilannya 1 bulan kemudian dan bila

ada tanda-tanda bahaya kehamilan segera memeriksakan ke fasilitas

kesehatan terdekat.

Rasional: ANC yang teratur dapat mendeteksi adanya komplikasi yang

memperburuk keadaan ibu hamil. Di samping itu dengan menganjurkan

ibu datang minggu depan ibu dapat mengetahui keadaannya serta keadaan

janinnya sehingga bila ada hal-hal yang membahayakan ibu dan janinnya

dapat segera diberi pertolongan.


BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menguraikan pembahasan tentang asuhan kebidanan pada

Ny. T dengan sifilis. Berdasarkan hasil asuhan kebidanan pada Ny. T dilakukan

pada tanggal 3 Juni 2023 dengan hasil analisa data didapatkan beberapa hasil

pemeriksaan kebidanan sesuai dengan SOAP. Penulis membandingkan antara

konsep teori dengan asuhan kebidanan yang dialami oleh Ny. T.

Pengkajian data dasar pada kasus sifilis pada masa kehamilan dilakukan

pada saat pengamatan pertama kali ketika pasien datang puskesmas. Pengkajian

meliputi anamnesis langsung yang diperoleh dari pasien, dan keluarga pasien.

Pengkajian ini berupa identitas pasien, data biologis/fisiologis yang meliputi:

keluhan utama, riwayat keluhan utama, riwayat kehamilan sekarang, riwayat

menstruasi, riwayat kesehatan yang lalu, riwayat kesehatan dan penyakit keluarga,

riwayat sosial budaya, dan riwayat fungsi kesehatan. Pengkajian data objektif di

peroleh melalui pemeriksaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital dan

pemeriksaan fisik serta di tegakkan dengan pemeriksaan penunjang berupa

pemeriksaan laboratorium.

Pada langkah awal dikumpulkan semua informasi yang akurat dan dari

semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Ny. T, usia 35 tahun,

G3P2A0 datang ke puskesmas dengan keluhan bercak pada tangan dan kaki. Ibu

merasakan keluhannya semenjak 4 minggu terakhir dan ibu mengatakan khawatir

dengan kondisinya dan kondisi janinnya.

Pasien mengalami Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) pada tanggal 1

Januari 2023 dengan taksiran persalinan tanggal 8 Oktober 2023. Usia kehamilan

34
35

yang didapatkan dari perhitungan dengan rumus neegle didapatkan usia

kehamilan 20 minggu 5 hari. Ibu tidak pernah mengalami trauma selama hamil,

tidak memilki riwayat hipertensi sebelumya, tidak ada riwayat asma, jantung, DM

dan tidak ada riwayat mengkonsumsi obat-obatan dan minum minuman

beralkohol. Selama hamil nutrisi pasien terpenuhi dengan baik, istirahat cukup,

aktivitas pasien tetap melakukan pekerjaan rumah tangga sehari-harinya.

Untuk mendapatkan data subjektif dilakukan dengan anamnesa yaitu tanya

jawab dengan klien atau mengumpulkan data lengkap dari klien meliputi

indentitas, riwayat haid, riwayat obsetrik, riwayat ginekologi, riwayat keluarga

berencana, Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar, data sosial ekonomi, psikologi,

kesiapan klien untuk memiliki keturunan dan jumlah anak yang diinginkan,

pengetahuan tentang KB dan hubungan seksual. Data objektif didapatkan melalui

hasil pemeriksaan terhadap klien yang dilakukan oleh tenaga kesehatan meliputi

pemeriksaan keadaan umum, pemeriksaan antropometri, pemeriksaan tanda-tanda

vital, pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan meliputi (inspeksi, palpasi, auskultasi,

dan perkusi) dan pemeriksaan penunjang (laboratorium).

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan VDRL reaktif yang

artinya ibu menderita sifilis. Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Treponema pallidum, bersifat kronis dan sistemik, selama perjalanan penyakit

dapat menyerang seluruh organ tubuh, ada masa laten tanpa manifestasi lesi di

tubuh dan dapat ditularkan kepada bayi di dalam kandungan. Treponema pallidum

termasuk dalam ordo Spirochaetales, famili Spirochaetaceae dan genus

Treponema. Semua anggota Spirochaetales memiliki ciri berbentuk spiral dan

mempunyai endoflagela dan dapat bergerak. Pejamu alamiah T. pallidum adalah


36

manusia dan beberapa primata, kelinci, lembu dan anjing. Treponema pallidium

termasuk bakteri gram negatif yang berbentuk spiral dengan rata-rata 11 µm

(antara 6-20 µm) dengan diameter antara 0,09–0,18 µm. Treponema pallidum

masuk ke dalam tubuh melalui lesi kulit atau selaput lendir. Infeksi sifilis dapat

ditularkan melalui tranfusi darah atau dapat ditularkan secara langsung dari ibu ke

anak selama kehamilan (Wirenviona et al., 2021).

Pada tahap perencanaan asuhan penulis tidak menemui kendala apapun. Hal

ini terlihat dari perilaku ibu yang dapat menerima kehadiran penulis selama

pendataan sampai tindakan selesai. Ibu menunjukkan sikap terbuka dan menerima

anjuran dan saran yang diberikan oleh penulis dan tenaga kesehatan lainnya

dalam memberikan asuhan.

Pada pasien Ny. T diberikan tindakan segera berupa kolaborasi dengan

dokter obgyn untuk pemberian asuhan sifilis pada ibu hamil. Penatalaksanaan

terapi secara umum dengan menggunakan obat, melakukan rawat jalan dan cukup

menganjurkan pasien melakukan kunjungan antenatal setiap 4 minggu. Namun

jika rawat jalan tidak mengalami perubahan maka akan dilakukan rawat inap

dengan kriteria bahwa setelah pengobatan rawat jalan tidak mengalami

perubahan. Selain itu anjurkan ibu untuk melakukan persalinan di rumah sakit.

Pada masa kehamilan dilakukan kunjungan setiap empat minggu setelah

pemeriksaan awal, berdasarkan kasus yang dialami klien pada rencana asuhan

dilakukan kunjungan rumah untuk memastikan bahwa ibu betul- betul mengerti

dengan apa yang dianjurkan pada pemeberian asuhan. Ada beberapa tujuan

kunjungan ulang kehamilan seperti mendeteksikan komplikasi-komplikasi,

mempersiapkan kelahiran, pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya dalam


37

kehamilan, pemeriksaan fisik yang difokuskan pada pendeteksian komplikasi.

Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh bidan dan klien agar dapat

dilaksanakan secara efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana

tersebut. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan komprehensif ini

harus rasional dan benar-benar valid atas dasar yang relevan dan diakui

kebenarannya dan sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.

Dalam memberikan asuhan kepada klien, penulis mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak, diantaranya bidan di lahan praktik yang memberi kepercayaan,

bimbingan serta saran dosen pembimbing yang membantu penulis agar

memaksimalkan pengaplikasian asuhan sesuai dengan teori yang ada. Serta klien

dan suami yang bersedia kooperatif dan terbuka sehingga memudahkan penulis

untuk melakukan pemeriksaan fisik dan memberikan asuhan sesuai kebutuhan

klien. Dalam melakukan asuhan pada klien, penulis didampingi oleh tenaga

kesehatan yang telah memiliki sertifikasi dari lembaga pelatihan yang berwenang.

Berdasarkan uraian di atas terdapat persamaan antara teori dengan gejala yang

timbul. Hal ini membuktikan bahwa tidak ditemukan adanya kesenjangan antara

teori dan kasus.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Mahasiswa mampu memberikan asuhan dan didapatkan kesimpulan

sebagai berikut:

1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian dan mengumpulkan data

subjektif pada Ny. T.

2. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data objektif berupa

pemeriksaan fisik dan penunjang pada Ny. T.

3. Diagnosa yang ditetapkan yaitu Ny. T 35 tahun usia kehamilan 20 minggu

dengan sifilis.

4. Mahasiswa mampu membuat perencanaan asuhan pemberian KIE dan

konseling pada Ny. T dengan sifilis.

B. Saran

1. Untuk Klien

a. Mematuhi setiap asuhan yang diberikan agar kondisi ibu dan bayi

selalu sehat.

b. Rutin mengkonsumsi obat yang diberikan.

c. Melakukan kunjungan ulang dan segera mengunjungi tenaga kesehatan

jika keluhan tidak berkurang atau mengalami tanda-tanda bahaya

kehamilan.

38
39

2. Untuk Bidan

a. Bidan harus memperdalam ilmu mengenai hal-hal apa saja yang

menjadi wewenangnya dan apa saja yang tidak boleh untuk dilakukan

dan tindakan apa saja yang harus melakukan penanganan segera

maupun kolaborasi dengan dokter mengenai ibu hamil dengan sifilis.

b. Bidan harus lebih meningkatkan kemampuan dalam memberikan

pelayanan yang baik mengenai sifilis agar pasien bisa merasa puas dan

nyaman dengan pelayanan yang diberikan.

3. Untuk Institusi

Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan perlu kiranya

pembelajaran tentang penerapan manajemen asuhan kebidanan dalam

pemecahan masalah lebih ditingkatkan dan dikembangkan mengingat

proses tersebut sangat bermanfaat dalam membina tenaga bidan guna

menciptakan sumber daya manusia yang berpotensi dan profesional.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, E. H., Jamir, A. F., Lindriani, Amaliah, A. R., Susiyanti, E., Sanghati, …
Iskandar, I. (2022). Seputar Kesehatan Reproduksi. Makassar: Erye Art.
Anggraeni, E., Fitriani, R., Naimah, A., Setiana, E. M., Sulaimah, S., Argaheni, N.
B., & Purnama, Y. (2022). Kesehatan Reproduksi Wanita. Padang: Global
Eksekutif Teknologi.
Boimau, S. V., Seran, A. A., Tabelak, T. V. I., Boimau, A. M. S., & Manalor, L.
L. (2022). Modul Kesehatan Reproduksi. Malang: CV. Literasi Nusantara
Abadi.
Ekawati, R., Deniati, E. N., Hapsari, A., & Rachmawati, W. C. (2020). Program
Kesehatan Reproduksi di Indonesia. Jakarta: Wineka Media.
Emilia, O., Prabandari, Y. S., & Supriyati. (2018). Promosi Kesehatan dalam
Lingkup Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Fatimah, & Nuryaningsih. (2017). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta:
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Insani, U., & Supriatun, E. (2020). Kebutuhan Keluarga Dalam Perawatan Ibu
Hamil Dengan Preeklampsia. Jakarta: Lembaga Chakra Brahmana Lentera.
Lontaan, A., Wulandari, S., Johan, R. B., Umarudin, Tirtawati, G. A., Sejati, P. E.,
… Ernawati. (2023). Kesehatan Reproduksi Medis Sosial Psikologi. Padang:
Global Eksekutif Teknologi.
Mayasari, A. T., Febriyanti, H., & Primadevi, I. (2021). Kesehatan Reproduksi
Wanita di Sepanjang Daur Kehidupan. Aceh: Syiah Kuala University Press.
Nelwan, J. E. (2019). Epidemiologi Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta:
Deepublish.
Purnamayanti, N. M. D., Ariyani, F., Hernawati, E., Anggraini, P. D., Ekajayanti,
P. P. N., Lismawati, … Danti, R. R. (2022). Buku Ajar Asuhan Kehamilan S1
Kebidanan Jilid II. Jakarta: Mahakarya Citra Utama.
Sari, N. F. D., Stianto, M., & Fatimah, S. (2022). Buku Saku Kebidanan Konsep
Preeklampsia dalam Kehamilan. Jakarta: Penerbit NEM.
Syaiful, Y., & Fatmawati, L. (2019). Asuhan Keperawatan Kehamilan. Surabaya:
CV. Jakad Media Publishing.
Syatriani, S., S, H., Pawenrusi, E. P., Dewi, C., Hengky, H. K., Kamariana, …
Fajrah, S. (2023). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rizmedia Pustaka
Indonesia.
Wardani, S. P. D. K., Mufidah, A., Putri, Mellya, K., Setyorini, Dhiana, … Diana,
S. A. (2023). Kesehatan Wanita dan Kesehatan Reproduksi. Bandung: Media
Sains Indonesia.
Wardani, S. P. D. K., Suhaid, D. N., Ayu, J. D., Hutomo, W. M. P., Ayutirtawati,
G., Vasra, E., … Maidawilis. (2022). Kesehatan Reproduksi, Ibu dan Anak.
Bandung: Media Sains Indonesia.
Widiyastuti, N. E., Pastuty, R., Banase, E. F. T., Mulyati, I., Demang, F. Y.,
Danti, R. R., … Hakiki, M. (2022). Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana. Bandung: Media Sains Indonesia.
Wirenviona, R., Riris, A. A. I. . C., Susanti, N. F., Wahidah, N. J., Kustantina, A.
Z., & Joewono, H. T. (2021). Kesehatan Reproduksi dan Tumbuh Kembang
Janin sampai Lansia pada Perempuan. Surabaya: Airlangga University
Press.
Wulandari, C. L., Risyati, L., Maharani, Saleh, U. K. S., Kristin, D. M., Mariati,
N., … Wariyaka, M. R. (2021). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Bandung:
Media Sains Indonesia.
Yuliani, D. R., Saragih, E., Astuti, A., Wahyuni, W., Ani, M., Muyassaroh, Y., …
Azizah, N. (2021). Asuhan Kehamilan. Jakarta: Yayasan Kita Menulis.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai