Anda di halaman 1dari 3

Nama : MURWANINGSIH

NIM : 2003021773
Mata Kuliah : Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
Dosen Pengampu : Meirita Herawati, M.Tr.Keb

1. Pada kasus ini, ibu tidak mendapatkan strategi pendekatan risiko (SPR) oleh
tenaga kesehatan. Padahal tenaga kesehatan atau bidan dalam kasus ini perlu
untuk mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan
kebidanan untuk individu, kelompok dan masyarakat di wilayah kerja dengan
melibatkan masyarakat/klien, bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat
mengkaji kebutuhan terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan
anak untuk meningkatkan dan mengembangkan program pelayanan kesehatan
di wilayah kerjanya, menyusun rencana sesuai dengan hasil pengkajian
dengan masyarakat, mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan
masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak serta KB sesuai dengan
program, mengkoordinir, mengawasi dalam melaksanakan program/kegiatan
pelayanan kesehatan ibu dan anak serta KB, mengembangkan strategi untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak serta
KB termasuk pemanfaatan sumber-sumber yang ada pada program dan sektor
terkait, menggerakkan, mengembangkan kemampuan masyarakat dan
memelihara kesehatannya dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada,
mempertahankan, meningkatkan mutu dan kegiatankegiatan dalam kelompok
profesi.
Pada kasus ini, kasus rujukan persalinan datang ke RS dalam keadaan
umum yang kurang baik, bahkan datang dalam keadaan kritis. Tidak sedikit
kasus rujukan persalinan dikirim tanpa diberi pengobatan awal atau
penanganan yang kurang memadai, pasien tiba dalam keadaan shock, dan
tidak di infus.
Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas
pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung
jawab secara timbal balik atas masalah yang timbul baik secara vertikal
(komunikasi antara unit sederajat) maupun horisiotal (komunikasi inti yang
lebih tinggi ke unit yang lebih rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih
kompeten, terjangkau rasional, dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi.
Sistem rujukan merupakan suatu sistem penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik
terhadap satu/lebih kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dari
unit berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara
horizontal antar unit - unit yang setingkat kemampuannya dalam bidang
kesehatan maternal dan perinatal. Sistem rujukan pelayanan kesehatan
merupakan salah satu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan yang memberikan dampak pada penurunan Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) akibat keterlambatan dalam
penanganan kegawatdaruratan.
Untuk mewujudkan hal tersebut beberapa wilayah membuat kebijakan
yang mencanangkan dengan membuat program unggulan untuk menurunkan
Angka kematian ibu dan bayi yang disebut AKINO (Angka Kematian ibu
Nol) telah dideklarasikan sebagai salah satu upaya untuk mencapai tujuan
Program AKINO adalah memperkuat sistem rujukan kesehatan diberbagai
jenjang pelayanan kesehatan. Walapun program tersebut sampai sekarang
belum bisa sepenuhnya diwujudkan oleh karena itu dalam sistem rujukan
selain mengupayakan cepat dan tepat juga sangat direkomendasikan untuk
melakukan Rujukan Terencana. Rujukan terencana merupakan suatu rujukan
yang dikembangkan secara sederhana, mudah dimengerti, dan dapat disiapkan
atau direncanakan oleh ibu atau keluarga dalam mempersiapkan pelayanan
kesehatan ibu dan anak.
Rujukan terencana ini bertujuan untuk menurunkan angka atau
mengurangi rujukan terlambat, mencegah komplikasi penyakit ibu dan anak,
serta mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak. Persiapan
Penderita juga perlu diperhatikan dengan BAKSOKUDA yang meliputi B
(Bidan), A (Alat) K (Keluarga), S (Surat), O (Obat), K (Kendaraan), U (Uang)
dan DA (Darah) (Dinas Kesehatan Propinsi Nusa Tenggara Barat, 2011) Oleh
karena itu untuk mendukung hal tersebut seluruh sarana pelayanan kesehatan
baik pemerintah maupun swasta agar melaksanakan prosedur rujukan
kesehatan yang mengacu pada Petunjuk Teknis Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan. Setiap sarana pelayanan kesehatan di kabupaten/kota agar
membuat pemetaan alur rujukan pelayanan kesehatan yang disesuaikan
dengan tingkat kemampuan fasilitas kesehatan, keberadaan jaringan
transportasi, dan keadaan geografis wilayah masing-masing.

2. Kesehatan ibu maternal (ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas) dipengaruhi
oleh 4T (4 Terlalu) yaitu Terlalu Muda (kehamilan dengan usia ibu kurang
dari 20 tahun), Terlalu Tua (kehamilan dengan usia ibu lebih dari 35 tahun),
Terlalu Banyak (kehamilan lebih dari 4 kali) dan Terlalu Rapat (kehamilan
dengan jarak kurang dari 2 tahun dari kehamilan lalu). Hal ini juga masih
diperberat dengan 3T (3 Terlambat) yaitu terlambat mengenali risiko dan
terlambat mengambil keputusan, terlambat tiba di fasilitas pelayanan
kesehatan dan terlambat mendapatkan penanganan, yang pada akhirnya akan
memperbesar resiko kemtian maternal tersebut.
Pada kasus ini ibu berusia 45 tahun (terlalu tua), jumlah anak 10 (terlalu
banyak) dan jarak anak dekat (terlalu sering).
3 terlambat pada kasus ini yaitu terlambat mengambil keputusan untuk
mendapatkan pelayanan. Dukun bayi seharusnya sudah tidak melakukan
pertolongan persalinan lagi, tetapi pada kasus ini dukun masih juga melakukan
pertolongan persalinan padahal ibu hamil ini jelas-jelas berisiko jika
ditolongnya karena usianya 45 th dengan P10A0. Dukun terlambat mengambil
keputusan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang benar dan tepat pada
pasien ini. Ditambah lagi bidan kurang tepat dalam mengambil keputusan
tempat merujuk, mengingat pasien ini termasuk golongan GAKIN yang
seharusnya dirujuk di RS yang menerima GAKIN tetapi dirujuk ke RS swasta.

Anda mungkin juga menyukai