PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pusat kesehatan masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif untuk mencapai upaya kesehatan masyarakat setinggi-
tingginya diwilayah kerjanya. Untuk memerlukan masukan dari masyarakat yang
bersifat membangun (Inovatif).
Program Kesehatan Ibu dan Anak adalah salah satu upaya dibidang kesehatan
yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui,
bayi dan anak balita, anak prasekolah, anak sekolah, PUS (Pasangan Usia Subur),
Wus (Wanita Usia Subur), Lansia (Lanjut Usia). Upaya pelayanan Kesehatan Ibu
dan Anak merupakan upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan derajat
Kesehatan Ibu dan Anak untuk menurunkan AKI dan AKB. Dalam melaksanakan
program KIA selalu membudidayakan nilai-nilai organisasi yang mendukung visi
dan misi puskesmas.
Penduduk Indonesia pada tahun 2007 adalah 225.642.000 jiwa dengan CBR
19,1 maka terdapat 4.287.198 bayi lahir hdup. Dengan AKI 228/100.000 KH berarti
ada 9.774 ibu meninggala per tahun atau 1 ibu meninggal tiap jam oleh sebab yang
berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Besaran kematian Neonatal, Bayi
dan Balita jauh lebih tinggi, dengan AKN 19/1.000 KH, AKB 34/1.000 KH dan
AKABA 44/1.000 KH berarti ada 9 Neonatal, 17 Bayi dan 22 Balita meninggal tiap
jam.
Penyebab langsung kematian Ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalinan dan
segera setelah persalinan (SKRT 2001). Penyebab langsung kematian Ibu adalah
perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Penyebab tidak langsung
kematian Ibu antara lain Kurang Energi Kronis/KEK pada kehamilan (37%) dan
anemia pada kehamilan (40%). Kejadian anemia pada ibu hamil ini akan
meningkatkan risiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang tidak
anemia. Sedangkan berdasarkan laporan rutin PWS tahun 2007, penyebab langsung
kematian ibu adalah perdarahan (39%), eklampsia (20%), infeksi (7%) dan lain-lain
(33%).
Upaya untuk mempercepat penurunan AKI telah dimulai sejak akhir tahun
1980-an melalui program Safe Motherhood Initiative yang mendapat perhatian
besar dan dukungan dari berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri. Pada akhir
tahun 1990-an secara konseptual telah diperkenalkan lagi upaya untuk menajamkan
strategi dan intervensi dalam menurunkan AKI melalui Making Pregnancy Safer
(MPS) yang dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 2000. Sejak tahun 1985
pemerintah merancang Child Suvival (CS) untuk menurunkan AKB. Kedua strategi
tersebut diatas telah sejalan dengan Grand Strategi DEPKES tahun 2004.
Rencana Strategi Child Survival (CS) terdiri dari 3 pesan kunci dan 4 Strategi :
1. Setiap bayi dan balita memperoleh pelayanan kesehatan dasar
paripurna.
2. Setiap bayi dan balita sakit ditangani secara adekuat.
3. Setiap bayi dan balita tumbuh dan berkembang secara optimal.
2. Tujuan khusus
a. Puskesmas Katoi sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat terdepan
memberikan pelayanan kesehatan baik di dalam gedung maupun di luar
gedung bagi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Katoi pada khususnya
dan masyarakat Kecamatan Katoi pada umumnya.
b. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku) dalam
mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi
tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga, dasawisma,
posyandu dan sebagainya.
c. Meningkatnya upaya pembinaan balita dan anak prasekolah secara mandiri
didalam lingkungan keluarga, dasa Wisma, posyandu dan karang taruna
serta disekolah taman kanak-kanak atau TK.
d. Meningkatnya jangkauan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas dan ibu menyusui.
e. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu
menyusui, bayi dan anak balita.
f. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak
prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.
C. Sasaran Pedoman
Sasaran kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak adalah :
1. Pelayanan Antenatal (ANC)
2. Pertolongan Persalinan
3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
4. Pelayanan Kesehatan Neonatal
5. Deteksi Dini dan Pelayanan Komplikasi Kebidanan dan Neonatus Oleh Tenaga
Kesehatan Maupun Masyarakat
6. Penanganan Komplikasi Kebidanan
7. Pelayanan Neonatus Dengan Komplikasi
8. Pelayanan Kesehatan Bayi
9. Pelayanan Kesehatan Balita dan Pra-Sekolah
10. Pelayanan Kesehatan KB Berkualitas
11. Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA
Page 4
D. Ruang Lingkup Pedoman
1. Pelayanan KIA dalam gedung
a. Pelayanan ibu ( ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui ).
b. Pelayanan bayi dan balita ( MTBM, MTBS ).
c. Pelayanan imunisasi calon pengantin
d. Penyuluhan KB
e. Pelayanan kesehatan reproduksi.
E. Batas Operasional
Upaya Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga Berencana di Puskesmas Katoi
memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan Kesehatan Ibu
Anak dan Keluarga Berencana secara efektif dan efisien.
1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di semua
fasilitas kesehatan.
2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten diarahkan
ke fasilitas kesehatan.
3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.
4. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.
5. Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus
oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.
6. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan,
7. Peningkatan penanganan komplikasi neonatus secara adekuat dan pengamatan
secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan.
8. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan.
9. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di
semua fasilitas kesehatan.
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA
Page 5
10. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.
11. Kegiatan lintas program dan lintas sektor
d. Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5
cm, atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan.
e. Anemia dengan dari Hemoglobin < 11 g/dl.
f. Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul dan
tulang belakang
g. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini.
h. Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberkulosis,
kelainan jantung-ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (Diabetes Mellitus,
Sistemik Lupus Eritematosus, dll), tumor dan keganasan
i. Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik
terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat
kongenital
j. Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio sesarea,
ekstraksivakum/ forseps.
k. Riwayat nifas dengan komplikasi : perdarahan paska persalinan, Infeksi
masa nifas, psikosis post partum (post partum blues).
l. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat
cacat kongenital.
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA
Page 9
m. Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, monster.
n. Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, Janin besar.
o. Kelainan letak dan posisi janin: lintang/oblique, sungsang pada usia
kehamilan lebih dari 32 minggu.
Catatan : penambahan berat badan ibu hamil yang normal adalah
9 - 12 kg selama masa kehamilan
Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas antara lain :
1. Ketuban pecah dini.
2. Perdarahan pervaginam :
Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio plasenta
Intra Partum : robekan jalan lahir
Post Partum : atonia uteri, retensio plasenta, plasenta inkarserata,
kelainan pembekuan darah, subinvolusi uteri
3. Hipertensi dalam Kehamilan (HDK): Tekanan darah tinggi (sistolik > 140
mmHg, diastolik > 90 mmHg), dengan atau tanpa edema pretibial.
4. Ancaman persalinan prematur.
5. Infeksi berat dalam kehamilan : demam berdarah, tifus abdominalis, sepsis.
6. Distosia: persalinan macet, persalinan tak maju.
7. Infeksi masa nifas.
Oleh karenanya deteksi faktor risiko pada ibu baik oleh tenaga
kesehatan maupun masyarakat merupakan salah satu upaya penting dalam
mencegah kematian dan kesakitan ibu.
Faktor risiko pada neonatus adalah sama dengan faktor risiko pada ibu
hamil. Ibu hamil yang memiliki faktor risiko akan meningkatkan risiko
terjadinya komplikasi pada neonatus. Deteksi dini untuk Komplikasi pada
Neonatus dengan melihat tanda-tanda atau gejala-gejala sebagai berikut :
1. Tidak Mau Minum/menyusu atau memuntahkan semua
2. Riwayat Kejang
3. Bergerak hanya jika dirangsang/Letargis
4. Frekwensi Napas < = 30 X/menit dan >= 60x/menit
5. Suhu tubuh <= 35,5 C dan >= 37,5 C
6. Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat
7. Merintih
8. Ada pustul Kulit
9. Nanah banyak di mata
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA
Page 10
10. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut.
11. Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat
12. Timbul kuning dan atau tinja berwarna pucat
13. Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian ASI
14. BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah < 2500 gram
15. Kelainan Kongenital seperti ada celah di bibir dan langit-langit.
3. Pelayanan Kesehatan 1. KIE untuk remaja yang sekolah dan tidak sekolah
Reproduksi Remaja dan 2. Konseling untuk remaja yang sekolah dan yang
WUS tidak sekolah
F. Landasan Hukum
1. Undang – Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat kesehatan
Masyarakat.
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 97 tahun 2014 tentang Pelayanan
Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Nifas, Persalinan dan Masa Sesudah
Melahirkan, Penyelenggaraan Kontrasepsi serta Pelayanan Kesehatan
Seksual.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
C. Jadwal Kegiatan
1. Pengaturan kegiatan upaya Kesehatan Ibu dan Anak dilakukan bersama oleh
para pemegang program dalam kegiatan lokakarya mini bulanan maupun tri
bulanan/ lintas sektor dengan persetujuan Kepala Puskesmas.
2. Jadwal kegiatan upaya kesehatan dibuat untuk jangka waktu satu tahun, dan
di break down dalam jadwal kegiatan bulanan dan dikoordinasikan pada
awal bulan sebelum pelaksanaan jadwal.
3. Secara keseluruhan jadwal dan rencana kegiatan upaya kesehatan
dikoordinasikan oleh Kepala Puskesmas Katoi. Adapun jadwal kegiatan
upaya kesehatan dibagi menjadi 2, yaitu jadwal rutin (POSYANDU) dan
jadwal kondisional.
Jadwal Posyandu
No. Desa Nama Posyandu Tanggal
1. Maruge Amanda 08
2. Lambuno Permata Bunda 09
3. Simbula Permata Hati 10
4. Katoi Buah Hati 11
5. Ujung Tobaku Melati 12
6. Lanipa-nipa Grahabich 13
Jadwal Kondisional
Januari, April,
3 Pemantauan Ibu Hamil Resti 1 6 4
Juli, Oktober
Maret, Juni,
Pemeriksaan HIV Pada Ibu
5 2 6 4 September,
Hamil
Desember
Kunjungan Nifas dan Bayi
7 1 6 12 Setiap Bulan
Baru Lahir
Maret, Juni,
8 Audit Maternal dan Perinatal 1 6 4 September,
Desember
Pelayanan SDIDTK pada
9 1 6 12 Setiap Bulan
Balita di Posyandu
Januari, April,
14 Penyuluhan KB di Posyandu 1 6 4
Juli, Oktober
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG
UTARA
PERSALI
R. KIA /
NAN
KB
R.
TE
R
AS
TIMUR
UGD
RA
TE
S
UGD
BARAT
B. Standar Fasilitas
Untuk mendukung tercapainya tujuan kegiatan upaya Kesehatan Ibu dan Anak
Puskesmas Katoi memiliki fasilitas penunjang sebagai berikut:
Meja, kursi
Alat TULIS
Buku Register dan Kohort
Timbangan
Microtoice/pengukur tinggi badan
Posyandu
Buku KIA
Pita lila
Microphone
Daftar hadir
Penyuluhan Leaflet
Daftar hadir
LCD
Microphone
Notulen
Laptop
Stiker P4K
Alat tulis
Pemasangan Stiker P4K Buku pencatatan
Dokumentasi
Tensimeter
Timbangan
Pengukur lila
Pengukur tinggi badan
Kunjungan Bumil, Bufas dan Resti Dopller
Pita pengukur TFU
Stetoskop
Buku pencatatan
Buku pencatatan
Pendataan Neonatal, bayi normal,
Register dan Kohort
dan resiko tinggi
Buku pencatatan
KIE untuk remaja yang sekolah dan Buku panduan kesehatan reproduksi remaja
yang tidak sekolah Leaflet
Buku pencatatan
Konseling untuk remaja yang Buku panduan kesehatan reproduksi remaja
sekolah dan yang tidak sekolah Leaflet
Leaflet
LCD
Laptop
Konseling dan penyuluhan KB
Alat peraga penyuluhan
Daftar hadir
Buku pencatatan
Pelacakan kegagalan KB
4. Hecting set
Pinset anatomis 14 cm Baik 1
Gunting Baik 1
A. Lingkup Kegiatan
1. Pelayanan KIA dalam gedung :
a. Pelayanan ibu ( ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui ).
Prosedur : Pasien datang dari ruang pendaftaran diantar petugas dengan
membawa Kartu Rekam Medik, di anamnesa, dilakukan tindakan
pelayanan sesuai SOP masing-masing dan konseling.
b. Pelayanan bayi dan balita ( MTBM, MTBS )
Prosedur : Mengikuti alur bagan MTBM, MTBS dan melakukan
pelayanan sesuai SOP dan konseling.
c. Pelayanan KB.
Prosedur : melakukan anamnesa, Screening dan Inform Concent kemudian
diberikan pelayanan sesuai SOP dan konseling.
d. Pelayanan kesehatan reproduksi.
Prosedur : melakukan anamnesa dan Inform Concent kemudian diberikan
pelayanan sesuai dengan SOP dan konseling.
B. Metode / Strategi
Dalam upaya mencapai tujuan di bidang kesehatan Ibu dan Anak diperlukan
peran petugas kesehatan dan fasilitator, dimana petugas kesehatan memberikan
pelayanan dan fasilitator bertanggungjawab dalam mengkomunikasikan inovasi
dibidang kesehatan kepada masyarakat.
Metode yang digunakan adalah:
1. pelayanan sasaran : bumil, ibu nifas dan neonatus, bayi, balita, anak pra
sekolah, anak sekolah, PUS, WUS, KB dan Lansia.
2. Wawancara/anamnesa
3. Pemeriksaan :
Bumil minimal pemeriksaan 10 T.
Bufas pemeriksaan : tensi, TFU, lochea, perdarahan, dan sebagainya.
Neonatus pemeriksaan : BB, TB, suhu, detak jantung, respirasi, warna
kulit,tali pusat, dan sebagainya.
Bayi : BB, TB, lingkar kepala, suhu, nadi, pernapasan, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan pendengaran, penglihatan, mental emosional, social dan
kemandirian.
Balita : BB, TB, lingkar kepala, suhu, nadi, pernapasan, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan pendengaran, penglihatan, mental emosional, social dan
kemandirian.
Anak pra Sekolah : BB, TB, lingkar kepala, pemeriksaan gigi, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan pendengaran, penglihatan, mental emosional, social dan
kemandirian.
Anak sekolah : melakukan penjaringan kesehatan secara keseluruhan.
PUS : pemeriksaan Iva dan sebagainya.
WUS : Skrining tentang kesehatan reproduksi.
KB : Pelayanan dan penyuluhan alat Kontrasepsi
Lansia : Pelayanan dan penyuluhan kesehatan para lansia dan lansia.
C. Langkah Kegiatan
1. Kegiatan dalam gedung
a. Wawancara/anamnesa
b. Pemeriksaan
c. Penatalaksanaan kasus : secara procedural bila masih bisa ditangani di
Puskesmas dilakukan penatalaksanaan kasus di Puskesmas Katoi, bila
tidak dapat ditangani selanjutnya dilakukan tindakan rujukan.
d. Pencatatan dan pelaporan
2. Kegiatan luar gedung
a. Perencanaan (P1)
Petugas membuat rencana kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak pada RKA
JKN (yang bersumber dari dana JKN) dan atau melalui RKA BOK
( yang bersumber dari danan Bantuan Operasional Kesehatan) berupa
rencana tahunan:
Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau dampak,baik
resiko yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan maupun resiko yang terjadi
pada petugas sebagai pelaksana kegiatan. Keselamatan pada sasaran harus diperhatikan
karena masyarakat tidak hanya menjadi sasaran satu kegiatan saja melainkan menjadi
sasaran banyak program kesehatan lainnya.
Tahapan – tahapan dalam mengelola keselamatan sasaran antara lain :
1. Identifikasi Resiko.
Penanggungjawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus
mengidentifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat
pelaksanaan kegiatan.Identifikasi resiko atau dampak dari pelaksanaan kegiatan
dimulai sejak membuat perencanaan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi
dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko
terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
2. Analisis Resiko.
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau
dampak dari pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu
dilakukan untuk menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam
menangani resiko yang terjadi.
3. Rencana Pencegahan Resiko dan Meminimalisasi Resiko.
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya adalah
menentukan rencana yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko atau
dampak yang mungkin terjadi. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah atau
meminimalkan resiko yang mungkin terjadi.
4. Rencana Upaya Pencegahan.
Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari-hari sering disebut
Safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah petugas dan hasil
kegiatannya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya
dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan.
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja
yang aman, kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan serta
penurunan kesehatan akibat dampak dari pekerjaan yang dilakukan, bagi petugas
pelaksana dan petugas terkait. Keselamatan kerja disini lebih terkait pada perlindungan
fisik petugas terhadap resiko pekerjaan.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan telah
mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan
Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang untuk
mengukur dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat berhubungan dengan
aktifitas pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya untuk
menjaga agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan menghasilkan
keluaran yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator sebagai
berikut:
a. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal
b. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
c. Ketepatan metode yang digunakan
d. Tercapainya indikator hasil pelaksanaan, kegiatan monitoring dan evaluasi serta
permasalahan yang ditemukan dapat dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini
tiap bulan.
e. Dokumentasi masing-masing kegiatan.
BAB IX
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA
Page 35
PENUTUP
Pedoman pelaksanaan kesehatan Ibu dan Anak ini dibuat untuk memberikan
petunjuk dalam pelaksanaan kegiatan kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Jenar.
Penyusunan pedoman disesuaikan dengan kondisi nyata yang ada di puskesmas sehingga
masih memerlukan inovasi-inovasi yang sesuai dengan pedoman yang berlaku secara
nasional. Perubahan perbaikan, kesempurnaan masih diperlukan sesuai dengan kebijakan,
kesepakatan yang menuju pada hasil yang optimal.
Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi petugas dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Jenar agar dapat memberikan pelayanan kesehatan
ibu dan anak yang baik sehingga tujuan pembangunan nasional di bidang kesehatan yakni
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dapat tercapai.
Bidan Koordinator