Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pusat kesehatan masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif untuk mencapai upaya kesehatan masyarakat setinggi-
tingginya diwilayah kerjanya. Untuk memerlukan masukan dari masyarakat yang
bersifat membangun (Inovatif).

Program Kesehatan Ibu dan Anak adalah salah satu upaya dibidang kesehatan
yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui,
bayi dan anak balita, anak prasekolah, anak sekolah, PUS (Pasangan Usia Subur),
Wus (Wanita Usia Subur), Lansia (Lanjut Usia). Upaya pelayanan Kesehatan Ibu
dan Anak merupakan upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan derajat
Kesehatan Ibu dan Anak untuk menurunkan AKI dan AKB. Dalam melaksanakan
program KIA selalu membudidayakan nilai-nilai organisasi yang mendukung visi
dan misi puskesmas.

Kesehatan ibu dimulai sejak periode masa usia subur, kehamilan,


persalinan, nifas dan menyusui. Untuk kesehatan anak ditandai dengan anak yang
memiliki kebugaran jasmani,kecerdasan intelektual,emosional dan spiritual melalui
upaya pemenuhan, peningkatan dan perlindungan hak-hak anak, mulai dari bayi baru
lahir sehat, mempertahankan hidup,tumbuh dan berkembang secara optimal sejak
usia dini, usia sekolah, masa pubertas sampai usia dewasa.

Angka Kematia Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka


kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan beberapa
indikator status kesehatan masyarakat. Dewaa ini AKI dan AKB di Indonesia masih
tinggi dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI ) 2007, AKI 228 per 100.000 kelahiran
hidup, AKABA 44 per 1.000 kelahiran hidup.

Penduduk Indonesia pada tahun 2007 adalah 225.642.000 jiwa dengan CBR
19,1 maka terdapat 4.287.198 bayi lahir hdup. Dengan AKI 228/100.000 KH berarti
ada 9.774 ibu meninggala per tahun atau 1 ibu meninggal tiap jam oleh sebab yang
berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Besaran kematian Neonatal, Bayi
dan Balita jauh lebih tinggi, dengan AKN 19/1.000 KH, AKB 34/1.000 KH dan
AKABA 44/1.000 KH berarti ada 9 Neonatal, 17 Bayi dan 22 Balita meninggal tiap
jam.

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA


Page 1
Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Development Goals/MDGs,
2000) pada tahun 2015 diharapkan Angka Kematian Ibu menurun sebesar tiga-
perempatnya dalam kurun waktu 1990-2015 dan Angka Kematian Bayi dan Angka
Kematian Balita menurun sebesar dua-pertiga dalam kurun waktu 1990-2015.
Berdasarkan hal itu Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan Angka
Kematian Ibu menjadi 102/100.000 KH, Angka Kematian Bayi dari 68 menjadi
23/1.000 KH, dan Angka Kematian Balita 97 menjadi 32/1.000 KH pada tahun 2015.

Penyebab langsung kematian Ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalinan dan
segera setelah persalinan (SKRT 2001). Penyebab langsung kematian Ibu adalah
perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Penyebab tidak langsung
kematian Ibu antara lain Kurang Energi Kronis/KEK pada kehamilan (37%) dan
anemia pada kehamilan (40%). Kejadian anemia pada ibu hamil ini akan
meningkatkan risiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang tidak
anemia. Sedangkan berdasarkan laporan rutin PWS tahun 2007, penyebab langsung
kematian ibu adalah perdarahan (39%), eklampsia (20%), infeksi (7%) dan lain-lain
(33%).

Menurut RISKESDAS 2007, penyebab kematian neonatal 0 - 6 hari adalah


gangguan pernafasan (37%), prematuritas (34%), sepsis (12%), hipotermi (7%),
kelainan darah/ikterus (6%), postmatur (3%) dan kelainan kongenital (1%).
Penyebab kematian neonatal 7 28 hari adalah sepsis (20,5%), kelainan kongenital
(19%), pneumonia (17%), Respiratori Distress Syndrome/RDS (14%), prematuritas
(14%), ikterus (3%), cedera lahir (3%), tetanus (3%), defisiensi nutrisi (3%) dan
Suddenly Infant Death Syndrome/SIDS (3%). Penyebab kematian bayi (29 hari 1
tahun) adalah diare (42%), pneumonia (24%), meningitis/ensefalitis (9%), kelainan
saluran cerna (7%), kelainan jantung kongenital dan hidrosefalus (6%), sepsis (4%),
tetanus (3%) dan lainlain (5%). Penyebab kematian balita (1 4 tahun) adalah diare
(25,2%), pneumonia (15,5%), Necrotizing Enterocolitis E.Coli/NEC (10,7%),
meningitis/ensefalitis (8,8%), DBD (6,8%), campak (5,8%), tenggelam (4,9%) dan
lain-lain (9,7%).

Upaya untuk mempercepat penurunan AKI telah dimulai sejak akhir tahun
1980-an melalui program Safe Motherhood Initiative yang mendapat perhatian
besar dan dukungan dari berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri. Pada akhir
tahun 1990-an secara konseptual telah diperkenalkan lagi upaya untuk menajamkan
strategi dan intervensi dalam menurunkan AKI melalui Making Pregnancy Safer
(MPS) yang dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 2000. Sejak tahun 1985
pemerintah merancang Child Suvival (CS) untuk menurunkan AKB. Kedua strategi
tersebut diatas telah sejalan dengan Grand Strategi DEPKES tahun 2004.

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA


Page 2
Rencana Strategi Making Pregnancy Safer (MPS) terdiri dari 3 pesan kunci dan
4 Strategi :
1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
2. Setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat.
3. Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap upaya pencegahan
kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.

Empat strategi PMS adalah:


1. Peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan ibu, bayi dan balita di
tingkat dasar dan rujukan.
2. Membangun kemitraan yang efektif
3. Mendorong pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat.
4. Meningkatkan system Surveilans, pembiayaan, monitoring dan informasi KIA.

Rencana Strategi Child Survival (CS) terdiri dari 3 pesan kunci dan 4 Strategi :
1. Setiap bayi dan balita memperoleh pelayanan kesehatan dasar
paripurna.
2. Setiap bayi dan balita sakit ditangani secara adekuat.
3. Setiap bayi dan balita tumbuh dan berkembang secara optimal.

Empat strategi CS adalah:


1. Peningkatan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu, bayi baru lahir dan
balita yang berkualitas berdasarkan bukti ilmiah
2. Membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas program, lintas
sektor dan mitra lainnya dalam melakukan advokasi untuk memaksimalkan
sumber daya yang tersedia serta memantapkan koordinasi perencanaan kegiatan
MPS dan child survival.
3. Mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui kegiatan peningkatan
pengetahuan untuk menjamin perilaku yang menunjang kesehatan ibu, bayi baru
lahir dan balita serta pemanfaatan pelayanan kesehatan yang tersedia.
4. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam penyediaan dan pemanfaatan
pelayanan kesehatan ibu, bayi baru lahir dan balita. Kesehatan Ibu dan Anak
merupakan salah satu pelayanan wajib di Puskesmas termasuk di Puskesmas
Katoi. Pelayanan kesehatan Ibu dan Anak dilaksanakan sesuai dengan Visi
Puskesmas Katoi yaitu “Mewujudkan Masyarakat Hidup Bersih dan Sehat
Serta Berorientasi Pada Mutu Pelayanan Kesehatan Yang Optimal”,
pemberian pelayanan yang cepat dan tepat sasaran sesuai aturan dan tata nilai
Puskesmas Katoi yaitu “BERSERI : Bersih Lingkungan Kerja, Senyum Saat
Melayani Pelanggang, Ramah Terhadap Pelanggang dan Iklas dalam
Pelayanan”

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA


Page 3
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan
yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatkan derajat kesehatan anak untuk
menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi
peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

2. Tujuan khusus
a. Puskesmas Katoi sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat terdepan
memberikan pelayanan kesehatan baik di dalam gedung maupun di luar
gedung bagi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Katoi pada khususnya
dan masyarakat Kecamatan Katoi pada umumnya.
b. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku) dalam
mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi
tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga, dasawisma,
posyandu dan sebagainya.
c. Meningkatnya upaya pembinaan balita dan anak prasekolah secara mandiri
didalam lingkungan keluarga, dasa Wisma, posyandu dan karang taruna
serta disekolah taman kanak-kanak atau TK.
d. Meningkatnya jangkauan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas dan ibu menyusui.
e. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu
menyusui, bayi dan anak balita.
f. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak
prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.

C. Sasaran Pedoman
Sasaran kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak adalah :
1. Pelayanan Antenatal (ANC)
2. Pertolongan Persalinan
3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
4. Pelayanan Kesehatan Neonatal
5. Deteksi Dini dan Pelayanan Komplikasi Kebidanan dan Neonatus Oleh Tenaga
Kesehatan Maupun Masyarakat
6. Penanganan Komplikasi Kebidanan
7. Pelayanan Neonatus Dengan Komplikasi
8. Pelayanan Kesehatan Bayi
9. Pelayanan Kesehatan Balita dan Pra-Sekolah
10. Pelayanan Kesehatan KB Berkualitas
11. Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA
Page 4
D. Ruang Lingkup Pedoman
1. Pelayanan KIA dalam gedung
a. Pelayanan ibu ( ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui ).
b. Pelayanan bayi dan balita ( MTBM, MTBS ).
c. Pelayanan imunisasi calon pengantin
d. Penyuluhan KB
e. Pelayanan kesehatan reproduksi.

2. Pelayanan KIA luar gedung


a. Pendataan sasaran (ibu hamil, ibu bersalin,ibu nifas, bayi, balita, anak
prasekolah, anak sekolah, remaja, PUS, WUS dan Lansia,).
b. Kunjungan rumah (kunjungan ibu hamil, kunjungan nifas,
kunjungan neonatal, kunjungan kasus resti ).
c. Kunjungan sekolah ( SDIDTK dan Penjaringan siswa baru )
d. Orientasi stiker P4K.
e. Posyandu (Pemeriksaan ANC, bayi, balita, serta Penyuluhan KB dan
Lansia).
f. Kelas ibu (ibu hamil, ibu balita).
g. Audit Maternal dan Perinatal
h. Kerjasama lintas program dan lintas sektor

E. Batas Operasional
Upaya Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga Berencana di Puskesmas Katoi
memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan Kesehatan Ibu
Anak dan Keluarga Berencana secara efektif dan efisien.
1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di semua
fasilitas kesehatan.
2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten diarahkan
ke fasilitas kesehatan.
3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.
4. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.
5. Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus
oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.
6. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan,
7. Peningkatan penanganan komplikasi neonatus secara adekuat dan pengamatan
secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan.
8. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan.
9. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di
semua fasilitas kesehatan.
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA
Page 5
10. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.
11. Kegiatan lintas program dan lintas sektor

Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada


kegiatan pokok sebagai berikut :
1. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai
dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan
Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan
khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam
pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri atas:
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
b. Ukur tekanan darah.
c. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas).
d. Ukur tinggi fundus uteri.
e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
f. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) bila diperlukan.
g. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.

h. Test laboratorium (rutin dan khusus).


i. Tatalaksana kasus.
j. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan
darah, hemoglobin, protein urine dan gula darah puasa. Pemeriksaan khusus
dilakukan di daerah prevalensi tinggi dan atau kelompok berrisiko,
pemeriksaan yang dilakukan adalah hepatitis B, HIV, Sifilis, malaria,
tuberkulosis, kecacingan dan thalasemia.
Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut
lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar
tersebut. Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah
minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian
pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut :
 Minimal 1 kali pada triwulan pertama.
 Minimal 1 kali pada triwulan kedua.
 Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA


Page 6
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin
perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini factor risiko,
pencegahan dan penanganan komplikasi.
“Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan
antenatal kepada Ibu hamil adalah : dokter spesialis kebidanan,
dokter, bidan dan perawat”.
2. Pertolongan Persalinan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan
yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pada
kenyataan di lapangan, masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga
kesehatan dan dilakukan di luar fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu
secara bertahap seluruh persalinan akan ditolong oleh tenaga kesehatan
kompeten dan diarahkan ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal - hal
sebagai berikut :
1. Pencegahan infeksi
2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
3. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih
tinggi.
4. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
5. Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.
Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan pertolongan
persalinan adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter dan bidan.

3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas


Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar
pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan.
Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan
pemeriksaan terhadap ibu nifas dan meningkatkan cakupan KB Pasca Persalinan
dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan
waktu :
 Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari
setelah persalinan.
 Kunjungan nifas ke dua dalam waktu hari ke-4 sampai dengan hari ke-
28 setelah persalinan.
 Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu hari ke-29 sampai dengan hari
ke-42 setelah persalinan.
Pelayanan yang diberikan adalah :
a. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.
b. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).
c. Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA
Page 7
d. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.
e. Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali , pertamasegera
setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul
Vitamin A pertama.
f. Pelayanan KB pasca salin adalah pelayanan yang diberikan kepada Ibu yang
mulai menggunakan alat kontrasepsi langsung sesudah melahirkan (sampai
dengan 42 hari sesudah melahirkan).
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan ibu nifas
adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat.
4. Pelayanan Kesehatan Neonatus
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar
yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus
sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di
fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah. Adapun pelayanan
kesehatan neonatus yaitu:
a. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 – 48 jam
setelah lahir.
b. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3
sampai dengan hari ke 7 setelah lahir.
c. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8
sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonates terhadap
pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat

kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar kematian neonatus


terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama
kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan
untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.
Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara komprehensif dengan
melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi baru Lahir dan pemeriksaan
menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk
memastikan bayi dalam keadaan sehat, yang meliputi :
a. Pemeriksaan dan Perawatan Bayi Baru Lahir
 Perawatan Tali pusat
 Melaksanakan ASI Eksklusif
 Memastikan bayi telah diberi Injeksi Vitamin K1
 Memastikan bayi telah diberi Salep Mata Antibiotik
 Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0
b. Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM
 Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus,
diare, berat badan rendah dan masalah pemberian ASI.

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA


Page 8
 Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 bila belum diberikan pada waktu
perawatan bayi baru lahir.
 Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif,
pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di
rumah dengan menggunakan Buku KIA.
 Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan neonates
adalah : Dokter spesialis anak, Dokter, Bidan dan Perawat.
5. Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat.
Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan yang
dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan
komplikasi kebidanan. Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal ,
tetapi tetap mempunyai risiko untuk terjadinya komplikasi. Oleh karenanya
deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan masyarakat tentang adanya faktor risiko
dan komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini mungkin, merupakan
kunci keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yang
dilahirkannya.
Faktor risiko pada ibu hamil adalah :
a. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b. Anak lebih dari 4.
c. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun.

d. Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5
cm, atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan.
e. Anemia dengan dari Hemoglobin < 11 g/dl.
f. Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul dan
tulang belakang
g. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini.
h. Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberkulosis,
kelainan jantung-ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (Diabetes Mellitus,
Sistemik Lupus Eritematosus, dll), tumor dan keganasan
i. Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik
terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat
kongenital
j. Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio sesarea,
ekstraksivakum/ forseps.
k. Riwayat nifas dengan komplikasi : perdarahan paska persalinan, Infeksi
masa nifas, psikosis post partum (post partum blues).
l. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat
cacat kongenital.
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA
Page 9
m. Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, monster.
n. Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, Janin besar.
o. Kelainan letak dan posisi janin: lintang/oblique, sungsang pada usia
kehamilan lebih dari 32 minggu.
Catatan : penambahan berat badan ibu hamil yang normal adalah
9 - 12 kg selama masa kehamilan
Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas antara lain :
1. Ketuban pecah dini.
2. Perdarahan pervaginam :
 Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio plasenta
 Intra Partum : robekan jalan lahir
 Post Partum : atonia uteri, retensio plasenta, plasenta inkarserata,
kelainan pembekuan darah, subinvolusi uteri
3. Hipertensi dalam Kehamilan (HDK): Tekanan darah tinggi (sistolik > 140
mmHg, diastolik > 90 mmHg), dengan atau tanpa edema pretibial.
4. Ancaman persalinan prematur.
5. Infeksi berat dalam kehamilan : demam berdarah, tifus abdominalis, sepsis.
6. Distosia: persalinan macet, persalinan tak maju.
7. Infeksi masa nifas.

Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat


penanganan yang adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor waktu dan
transportasi merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus
risiko tinggi.

Oleh karenanya deteksi faktor risiko pada ibu baik oleh tenaga
kesehatan maupun masyarakat merupakan salah satu upaya penting dalam
mencegah kematian dan kesakitan ibu.

Faktor risiko pada neonatus adalah sama dengan faktor risiko pada ibu
hamil. Ibu hamil yang memiliki faktor risiko akan meningkatkan risiko
terjadinya komplikasi pada neonatus. Deteksi dini untuk Komplikasi pada
Neonatus dengan melihat tanda-tanda atau gejala-gejala sebagai berikut :
1. Tidak Mau Minum/menyusu atau memuntahkan semua
2. Riwayat Kejang
3. Bergerak hanya jika dirangsang/Letargis
4. Frekwensi Napas < = 30 X/menit dan >= 60x/menit
5. Suhu tubuh <= 35,5 C dan >= 37,5 C
6. Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat
7. Merintih
8. Ada pustul Kulit
9. Nanah banyak di mata
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA
Page 10
10. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut.
11. Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat
12. Timbul kuning dan atau tinja berwarna pucat
13. Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian ASI
14. BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah < 2500 gram
15. Kelainan Kongenital seperti ada celah di bibir dan langit-langit.

Komplikasi pada neonatus antara lain :


 Prematuritas dan BBLR (bayi berat lahir rendah < 2500 gr)
 Asfiksia
 Infeksi Bakteri
 Kejang
 Ikterus
 Diare
 Hipotermia
 Tetanus neonatorum
 Masalah pemberian ASI
 Trauma lahir, sindroma gangguan pernapasan, kelainan kongenital,
dll.

6. Penanganan Komplikasi Kebidanan


Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan
komplikasi kebidanan untuk mendapat penanganan definitive sesuai standar oleh
tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan.
Diperkirakan sekitar 15-20 % ibu hamil akan mengalami komplikasi kebidanan.
Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat diduga
sebelumnya, oleh karenanya semua persalinan harus ditolong oleh tenaga
kesehatan agar komplikasi kebidanan dapat segera dideteksi dan ditangani.
Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas penanganan komplikasi kebidanan
maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu memberikan
pelayanan obstetri dan neonatal emergensi secara berjenjang mulai dari
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA
Page 11
polindes/poskesdes, puskesmas mampu PONED sampai rumah sakit PONEK 24
jam.

Pelayanan medis yang dapat dilakukan di Puskesmas mampu PONED meliputi :


1. Pelayanan obstetri :
 Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas.
 Pencegahan dan penanganan Hipertensi dalam Kehamilan (pre-eklampsi
dan eklampsi)
 Pencegahan dan penanganan infeksi.
 Penanganan partus lama/macet.
 Penanganan abortus.
 Stabilisasi komplikasi obstetrik untuk dirujuk dan transportasi rujukan.
2. Pelayanan neonatus :
 Pencegahan dan penanganan asfiksia.
 Pencegahan dan penanganan hipotermia.
 Penanganan bayi berat lahir rendah (BBLR).
 Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus, ikterus
ringan sedang .
 Pencegahan dan penanganan gangguan minum .
 Stabilisasi komplikasi neonatus untuk dirujuk dan transportasi rujukan.

7. Pelayanan neonatus dengan komplikasi


Pelayanan Neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus
dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan
dan kematian oleh dokter/bidan/perawat terlatih di polindes, puskesmas,
puskesmas PONED, rumah bersalin dan rumah sakit pemerintah/swasta.

Diperkirakan sekitar 15% dari bayi lahir hidup akan mengalami


komplikasi neonatal. Hari Pertama kelahiran bayi sangat penting, oleh karena
banyak perubahan yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari
kehidupan di dalam rahim kepada kehidupan di luar rahim. Bayi baru lahir yang
mengalami gejala sakit dapat cepat memburuk, sehingga bila tidak ditangani
dengan adekuat dapat terjadi kematian. Kematian bayi sebagian besar terjadi
pada hari pertama, minggu pertama kemudian bulan pertama kehidupannya.
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam peningkatan akses dan kualitas
penanganan komplikasi neonatus tersebut antara lain penyediaan puskesmas
mampu PONED dengan target setiap kabupaten/kota harus mempunyai minimal
4 (empat) puskesmas mampu PONED.

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA


Page 12
Puskesmas PONED adalah puskesmas rawat inap yang memiliki
kemampuan serta fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan
terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas serta kegawatdaruratan bayi baru lahir
dengan komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat,
bidan di desa, Puskesmas dan melakukan rujukan ke RS/RS PONEK pada kasus
yang tidak mampu ditangani.
Untuk mendukung puskesmas mampu PONED ini, diharapkan RSU
Kabupaten/Kota mampu melaksanakan pelayanan obstetri dan neonatal
emergensi komprehensif (PONEK) yang siap selama 24 jam. Dalam PONEK,
RSU harus mampu melakukan pelayanan emergensi dasar dan pelayanan operasi
seksio sesaria, perawatan neonatus levelII serta transfusi darah.
Dengan adanya puskesmas mampu PONED dan RS mampu PONEK
maka kasus kasus komplikasi kebidanan dan neonatal dapat ditangani secara
optimal sehingga dapat mengurangi kematian ibu dan neonatus.

8. Pelayanan Kesehatan Bayi


Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar
yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama
periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi :


1. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari 2 bulan.
2. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 5 bulan.
3. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 8 bulan.
4. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 11 bulan.

Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap


pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan
pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta
peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh kembang. Dengan
demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi. Pelayanan
kesehatan tersebut meliputi :
1. Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/HB 1,2,3,
Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun.
2. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK).
3. Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 - 11 bulan).
4. Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda tanda
sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku KIA.
5. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA


Page 13
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan
bayi adalah : dokter spesialis anak, dokter, bidan dan perawat.

9. Pelayanan kesehatan anak balita


Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual
berkembang pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period
dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta
pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral.
Pada masa ini stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi
organ tubuh dan rangsangan pengembangan otak. Upaya deteksi dini gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat penting
agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan ke arah yang
lebih berat .
Bentuk pelaksanaan tumbuh kembang anak di lapangan dilakukan dengan
mengacu pada pedoman Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Tumbuh Kembang
Anak (SDIDTK) yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan
jajarannya seperti dokter, bidan perawat, ahli gizi, penyuluh kesehatan
masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya yang peduli dengan anak.
Kematian bayi dan balita merupakan salah satu parameter derajat
kesejahteraan suatu negara. Sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita
dapat dicegah dengan teknologi sederhana di tingkat pelayanan kesehatan dasar,
salah satunya adalah dengan menerapkan Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS), di tingkat pelayanan kesehatan dasar.
Bank Dunia, 1993 melaporkan bahwa MTBS merupakan intervensi yang
cost effective untuk mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan oleh
Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak, malaria, kuranggizi dan yang
sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut.
Sebagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian balita,
Departemen Kesehatan RI bekerja sama dengan WHO telah mengembangkan
paket pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang mulai
dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1996 dan implementasinya dimulai 1997
dan saat ini telah mencakup 33 provinsi.
Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita
sakit dan sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar
yang meliputi :
1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat
dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat
badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat
badan tidak naik dalam 2 bulan berturutturutatau berat badan anak balita di
bawah garis merah harus dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.
2. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal
2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA
Page 14
perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan
kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan). Pelayanan SDIDTK
diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan) maupun di luar
gedung.
3. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.
4. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita
5. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan
MTBS.

10. Pelayanan KB Berkualitas


Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan
menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan sehingga diharapkan
dapat berkontribusi dalam menurunkan angka kematian Ibu dan menurunkan
tingkat fertilitas (kesuburan) bagi pasangan yang telah cukup memiliki anak (2
anak lebih baik) serta meningkatkan fertilitas bagi pasangan yang ingin
mempunyai anak.
Pelayanan KB bertujuan untuk menunda (merencanakan) kehamilan.
Bagi Pasangan Usia Subur yang ingin menjarangkan dan/atau menghentikan
kehamilan, dapat menggunakan metode kontrasepsi yang meliputi :
1. KB alamiah (sistem kalender, metode amenore laktasi, coitus interuptus).
2. Metode KB hormonal (pil, suntik, susuk).
3. Metode KB non-hormonal (kondom, AKDR/IUD, vasektomi dan tubektomi).

Sampai saat ini di Indonesia cakupan peserta KB aktif (Contraceptive


Prevalence Rate/CPR) mencapai 61,4% (SDKI 2007) dan angka ini merupakan
pencapaian yang cukup tinggi diantara negaranegara ASEAN. Namun demikian
metode yang dipakai lebih banyak menggunakan metode jangka pendek seperti
pil dan suntik. Menurut data SDKI 2007 akseptor KB yang menggunakan suntik
sebesar 31,6%, pil 13,2 %, AKDR 4,8%, susuk 2,8%, tubektomi 3,1%,
vasektomi 0,2% dan kondom 1,3%. Hal ini terkait dengan tingginya angka putus
pemakaian (DO) pada metode jangka pendek sehingga perlu pemantauan yang
terus menerus. Disamping itu pengelola program KB perlu memfokuskan
sasaran pada kategori PUS dengan 4 terlalu (terlalu muda, tua, sering dan
banyak).
Untuk mempertahankan dan meningkatkan cakupan peserta KB perlu
diupayakan pengelolaan program yang berhubungan dengan peningkatan aspek
kualitas, teknis dan aspek manajerial pelayanan KB. Dari aspek kualitas perlu
diterapkan pelayanan yang sesuai standar dan variasi pilihan metode KB,
sedangkan dari segi teknis perlu dilakukan pelatihan klinis dan non-klinis secara
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA
Page 15
berkesinambungan. Selanjutnya aspek manajerial, pengelola program KB perlu
melakukan revitalisasi dalam segi analisis situasi program KB dan sistem
pencatatan dan pelaporan pelayanan KB.
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan KB kepada
masyarakat adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat.

Kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak

No. Pelayanan Kegiatan

1. Pelayanan Kesehatan 1. Pendataan Bumil Dan Bufas


Ibu 2. Kelas Ibu
3. Pemasanngan stiker P4K
4. Pelacakan Kematian Ibu
5. Kunjungan rumah bumil
6. Kegiatan imunisasi TT pada Calon Pengantin,
ibu bumil dan TT WUS
7. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
ketingkat pelayanan yang lebih tinggi / Rumah
Sakit

2. Pelayanan Kesehatan 1. Pendataan Neonatal, bayi Normal, resiko


Anak 2. Kunjungan rumah neonatal dan bayi resiko
tinggi
3. Pelacakan Kematian Neonatal, Bayi dan Balita
4. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita
dan anak pra sekolah/SDIDTK (TK, PAUD)
5. Pelayanan kesehatan dasar ( MTBS, MTBM )

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA


Page 16
6. Penjaringan kesehatan anak sekolah ( siswa
kelas I, VII, X )n sederhana

3. Pelayanan Kesehatan 1. KIE untuk remaja yang sekolah dan tidak sekolah
Reproduksi Remaja dan 2. Konseling untuk remaja yang sekolah dan yang
WUS tidak sekolah

4. Pelayanan Keluarga 1. Pendataan sasaran KB


Berencana 2. Konseling dan penyuluhan
3. Pelayanan dengan Baksos ( HUT IBI ) dan
program BKKBN

F. Landasan Hukum
1. Undang – Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat kesehatan
Masyarakat.
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 97 tahun 2014 tentang Pelayanan
Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Nifas, Persalinan dan Masa Sesudah
Melahirkan, Penyelenggaraan Kontrasepsi serta Pelayanan Kesehatan
Seksual.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Berikut ini kualifikasi SDM dan realisasi tenaga upaya Kesehatan Ibu dan
Anak yang ada di Puskesmas Katoi :

Kegiatan Kualifikasi SDM Realisasi


Upaya Kesehatan Ibu Pendidikan Minimal Diampu oleh 8 orang dengan latar
dan Anak D-III belakang D-III Kebidanan dan 1
orang dengan latar belakang D-IV
Kebidanan

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA


Page 17
B. Distribusi Ketenagaan
Penanggung jawab program Upaya Kesehatan Ibu dan Anak dan latar
belakang profesinya adalah sebagai berikut:

Kegiatan Petugas Profesi


Upaya Kesehatan Ibu dan Yulita,Amd. Keb Bidan
Anak di Puskesmas Mujahidah, Amd. Keb
CicaVaronika
Upaya Kesehatan Ibu dan Julia, Amd. Keb Bidan
Anak di Desa Maruge Rijmawati, Amd. Keb
Upaya Kesehatan Ibu dan Suraedatul Jannah, Amd. Keb Bidan
Anak di Desa Lambuno Musfirah, Amd. Keb

Upaya Kesehatan Ibu dan Nutritionis, S.ST Bidan


Anak di Desa Simbula Hikmawati, Amd. Keb
Upaya Kesehatan Ibu dan Mujahidah, Amd. Keb Bidan
Anak di Desa Katoi Mutmainnah, Amd. Keb

Upaya Kesehatan Ibu dan Rismayanti, Amd. Keb Bidan


Anak di Desa Uj. Tobaku Adha, Amd. Keb
Upaya Kesehatan Ibu dan Yurdianah, Amd. Keb Bidan
Anak di Desa Lanipa – nipa Mildiani, S.ST

C. Jadwal Kegiatan
1. Pengaturan kegiatan upaya Kesehatan Ibu dan Anak dilakukan bersama oleh
para pemegang program dalam kegiatan lokakarya mini bulanan maupun tri
bulanan/ lintas sektor dengan persetujuan Kepala Puskesmas.
2. Jadwal kegiatan upaya kesehatan dibuat untuk jangka waktu satu tahun, dan
di break down dalam jadwal kegiatan bulanan dan dikoordinasikan pada
awal bulan sebelum pelaksanaan jadwal.
3. Secara keseluruhan jadwal dan rencana kegiatan upaya kesehatan
dikoordinasikan oleh Kepala Puskesmas Katoi. Adapun jadwal kegiatan
upaya kesehatan dibagi menjadi 2, yaitu jadwal rutin (POSYANDU) dan
jadwal kondisional.

Jadwal Kesehatan Ibu dan Anak


No. Jenis Pelayanan Senin-Kamis Jum’at
1. Pemeriksaan ANC, Nifas, ibu 07 . 30-16 . 00 wita 07 . 30-15 . 00 wita

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA


Page 18
menyusui, bayi dan balita
2. Pelayanan KB dan Pelayanan 07 . 30-16 . 00 wita 07 . 30-15 . 00 wita
kesehatan reproduksi
3. Bersalin 24 Jam 24 Jam

Jadwal Posyandu
No. Desa Nama Posyandu Tanggal
1. Maruge Amanda 08
2. Lambuno Permata Bunda 09
3. Simbula Permata Hati 10
4. Katoi Buah Hati 11
5. Ujung Tobaku Melati 12
6. Lanipa-nipa Grahabich 13

Jadwal Kondisional

NO INDOKATOR ORANG DESA BULAN KET

1 Pendataan KIA 3 6 1 Januari

2 Sweeping Ibu Hamil ( K1 ) 1 6 12 Setiap Bulan

Januari, April,
3 Pemantauan Ibu Hamil Resti 1 6 4
Juli, Oktober

4 Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil 2 6 12 Setiap Bulan

Maret, Juni,
Pemeriksaan HIV Pada Ibu
5 2 6 4 September,
Hamil
Desember
Kunjungan Nifas dan Bayi
7 1 6 12 Setiap Bulan
Baru Lahir
Maret, Juni,
8 Audit Maternal dan Perinatal 1 6 4 September,
Desember
Pelayanan SDIDTK pada
9 1 6 12 Setiap Bulan
Balita di Posyandu

10 Pelayanan SDIDTK di TK 2 5 2 Februari, Agustus

Penjaringan siswa baru kelas


11 5 5 1 Agustus
I, VII, X

12 Pelaksanaan Kelas Ibu balita 2 6 12 Setiap Bulan

13 Kunjungan KB Pasca Salin 1 6 12 Setiap Bulan

Januari, April,
14 Penyuluhan KB di Posyandu 1 6 4
Juli, Oktober

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA


Page 19
15 Penyuluhan Ca. Serviks 3 6 1 Juni

17 Sosialisasi Perda Persalinan 3 6 1 Januari

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG

UTARA

PERSALI
R. KIA /

NAN
KB

R.
TE
R
AS
TIMUR

UGD
RA
TE
S

UGD

BARAT

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA


Page 20
SELATAN
22

B. Standar Fasilitas
Untuk mendukung tercapainya tujuan kegiatan upaya Kesehatan Ibu dan Anak
Puskesmas Katoi memiliki fasilitas penunjang sebagai berikut:

Kegiatan Pelayanan Ibu Dan Anak Sarana dan Prasarana

 Meja, kursi
 Alat TULIS
 Buku Register dan Kohort
 Timbangan
 Microtoice/pengukur tinggi badan
Posyandu
 Buku KIA
 Pita lila
 Microphone
 Daftar hadir

Penyuluhan  Leaflet
 Daftar hadir
 LCD
 Microphone
 Notulen
 Laptop

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA


Page 21
 Alat peraga penyuluhan

Pendataan Bumil, nifas, Bayi, balita,  Alat tulis


PUS, WUS, KB, Lansia  Buku pendataan
 Alat tulis
 Buku KIA
 Daftar hadir
 LCD
 Microphone
Kelas Ibu  Notulen
 Laptop
 Buku panduan kelas ibu
 Form pre test & post test
 Alat peraga penyuluhan/lembar balik

 Stiker P4K
 Alat tulis
Pemasangan Stiker P4K  Buku pencatatan
 Dokumentasi

 Tensimeter
 Timbangan
 Pengukur lila
 Pengukur tinggi badan
Kunjungan Bumil, Bufas dan Resti  Dopller
 Pita pengukur TFU
 Stetoskop
 Buku pencatatan

 Buku pencatatan
Pendataan Neonatal, bayi normal,
 Register dan Kohort
dan resiko tinggi

Kunjungan Rumah Neonatal, bayi  Buku pencatatan


normal, dan resiko tinggi  Form MTBM
 Thermometer
 Timer
 Stetoskop
 Timbangan
 Pengukur tinggi badan

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA


Page 22
 Timbangan
 Microtoice
 Kosioner SDIDTK
 Kartu control
Pemantauan tumbuh kembang bayi,
 Alat untuk tes pendengaran, penglihatan
anak balita, dan anak pra sekolah/
 Alat peraga lainnya
SDTK (TK, PAUD)
 Buku KIA/Buku panduan SDDTK
 Register dan Kohort
 Daftar hadir

 Buku pencatatan
KIE untuk remaja yang sekolah dan  Buku panduan kesehatan reproduksi remaja
yang tidak sekolah  Leaflet

 Buku pencatatan
Konseling untuk remaja yang  Buku panduan kesehatan reproduksi remaja
sekolah dan yang tidak sekolah  Leaflet

 Leaflet
 LCD
 Laptop
Konseling dan penyuluhan KB
 Alat peraga penyuluhan
 Daftar hadir

 Buku pencatatan
Pelacakan kegagalan KB

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA


Page 23
Sarana Prasarana di Puskesmas Katoi
No. Nama Alat Kondisi Jumlah
Set Pemeriksaan Umum
1 Stetoskope Erkapon for adult Baik 2
2 Tensi Meter aneroid swich simpleks Baik 2
3 Partus Set
 Merenschale 250x140x35 mm Baik 1

 Round bowl 80x35mm Baik 1

 Chir schere geb 14,5 cm sp/st Baik 2


Baik 2
 Chir pinz 14,5 cm 1x2 2 stand
Baik 1
 Anat pinz 14,5 cm stant
Baik 1
 Mayo hegar nh 18 cm
Baik 1
 Rocher art klemm 14 cm
Baik 1
 Gross kornzg 20 cm
Baik 1
 Female chateter 15 cm
Baik 1
 Busch nabel scinurchere 16 cm Baik 1
 Braun staider dams chere 14,5 cm Baik 1
 Amniotorn 24,5 cm Baik 1

4. Hecting set
 Pinset anatomis 14 cm Baik 1

 Gunting Baik 1

5. Betsite cabinet Baik 1


6. Ultrasonic pocket dopler Baik 1
7. Iodine cup Baik 1
8. Beacham amnotome (1/2 koher) Baik 1
9. Baki instrument tertutup Baik 1
10. Gunting episiotomy Baik 1
11. Gunting operasi lurus, ujung tajam/tumpul Baik 1
14 cm
12. Koher lurus 16 cm Baik 1
13. Nierbeken Baik 1
14. Pinset bedah 14 cm Baik 1
15. Pinset bedah 18 cm Baik 1
16. Korentang lengkung penjepit alat steril 23 Baik 1
cm
17. Korentang penjepit sponge (forester) Baik 1
18. Examination table Baik 1
19. Oxygen regulator Baik 1

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA


Page 24
20. Tabung oksigen Baik 1
21. Tiang infuse Baik 1
22. Operating lamp Baik 1
23. Strerilisator Baik 1
24. Two basin stand Baik 1
25. Waskom Baik 2
26. KIT KB Baik 2
27. Meja Ginekologi Baik 1
28. Tempat tidur Baik 3
29. Box bayi Baik 1
30. Pita lila Baik 2

31. Timbangan dewasa Baik 2


32. Pengukur tinggi badan Baik 1
33. Timbangan BB bayi Baik 2
34. Metlin Baik 3
35. Mebelain Baik 5
36. Meja Resisutasi Baik 1
37. Register kohort ibu Baik 1
38. Register kohort bayi Baik 1
39. Register kohort KB Baik 1
40. Register Imunisasi Baik 1
41. Kohort Balita Baik 1
42. Lampu Sorot Baik 1

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA


Page 25
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK

A. Lingkup Kegiatan
1. Pelayanan KIA dalam gedung :
a. Pelayanan ibu ( ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui ).
Prosedur : Pasien datang dari ruang pendaftaran diantar petugas dengan
membawa Kartu Rekam Medik, di anamnesa, dilakukan tindakan
pelayanan sesuai SOP masing-masing dan konseling.
b. Pelayanan bayi dan balita ( MTBM, MTBS )
Prosedur : Mengikuti alur bagan MTBM, MTBS dan melakukan
pelayanan sesuai SOP dan konseling.
c. Pelayanan KB.
Prosedur : melakukan anamnesa, Screening dan Inform Concent kemudian
diberikan pelayanan sesuai SOP dan konseling.
d. Pelayanan kesehatan reproduksi.
Prosedur : melakukan anamnesa dan Inform Concent kemudian diberikan
pelayanan sesuai dengan SOP dan konseling.

2. Pelayanan KIA luar gedung :


a. Pendataan sasaran (ibu hamil, ibu bersalin,ibu nifas, bayi, balita, anak
prasekolah, anak sekolah, remaja, PUS, WUS dan Lansia,).
Prosedur : Pendataan dengan melibatkan kader kesehatan dan kader
posyandu serta instansi terkait setiap tahun dan untuk anak sekolah
dilakukan setiap awal tahun ajaran baru.
b. Kunjungan rumah (kunjungan ibu hamil, kunjungan nifas, kunjungan
neonatal, kunjungan kasus resti ).
Prosedur : Pelayanan sesuai dengan tatalaksana kasus masing-masing.
c. Kunjungan Sekolah ( SDIDTK di TK dan Penjaringan ).
Prosedur : Pelayanan dilakukan di Sekolah dengan sesuai SOP masing-
masing.
d. Orientasi stiker P4K.
Prosedur : Kegiatan ini dilakukan dengan penyuluhan tentang rencana
persalinan.
e. Posyandu (Pemeriksaan ANC, KB).
Prosedur : Pelayanan ANC sesuai standar minimal 10 T, pelayanan
SDIDTK, Penyuluhan KB, pelayanan dan penyuluhan Lansia.
f. Kelas ibu Hamil dan Balita
Prosedur : Melaksanakan kelas ibu hamil dan balita di Enam Desa dengan
minimal dua fasilitator dan minimal 10 sasaran ibu hamil.
g. Audit maternal Perinatal.

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA


Page 26
Prosedur : Melaksanakan kunjungan rumah untuk mengaudit atau
menggali kronologis kasus kematian ibu dan Neonatal.
h. Kerjasama lintas program dan lintas sektor.
Prosedur : kegiatan ini dilakukan saat ada kegiatan tertentu missal,
membahas sasaran atau permasalahan tentang kesehatan masyarakat.

B. Metode / Strategi
Dalam upaya mencapai tujuan di bidang kesehatan Ibu dan Anak diperlukan
peran petugas kesehatan dan fasilitator, dimana petugas kesehatan memberikan
pelayanan dan fasilitator bertanggungjawab dalam mengkomunikasikan inovasi
dibidang kesehatan kepada masyarakat.
Metode yang digunakan adalah:
1. pelayanan sasaran : bumil, ibu nifas dan neonatus, bayi, balita, anak pra
sekolah, anak sekolah, PUS, WUS, KB dan Lansia.
2. Wawancara/anamnesa
3. Pemeriksaan :
Bumil minimal pemeriksaan 10 T.
Bufas pemeriksaan : tensi, TFU, lochea, perdarahan, dan sebagainya.
Neonatus pemeriksaan : BB, TB, suhu, detak jantung, respirasi, warna
kulit,tali pusat, dan sebagainya.
Bayi : BB, TB, lingkar kepala, suhu, nadi, pernapasan, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan pendengaran, penglihatan, mental emosional, social dan
kemandirian.
Balita : BB, TB, lingkar kepala, suhu, nadi, pernapasan, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan pendengaran, penglihatan, mental emosional, social dan
kemandirian.
Anak pra Sekolah : BB, TB, lingkar kepala, pemeriksaan gigi, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan pendengaran, penglihatan, mental emosional, social dan
kemandirian.
Anak sekolah : melakukan penjaringan kesehatan secara keseluruhan.
PUS : pemeriksaan Iva dan sebagainya.
WUS : Skrining tentang kesehatan reproduksi.
KB : Pelayanan dan penyuluhan alat Kontrasepsi
Lansia : Pelayanan dan penyuluhan kesehatan para lansia dan lansia.

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA


Page 27
4. Penatalaksanaan kasus : sesuai dengan penatalaksanaan masing-masing
kasus.
5. Tndaka awal para rujukan.
6. Rujukan Lintas Program / Unit.
7. Rujukan ke Faskes Sekunder
8. Kunjungan rumah
9. Pencatatan dan pelaporan

C. Langkah Kegiatan
1. Kegiatan dalam gedung
a. Wawancara/anamnesa
b. Pemeriksaan
c. Penatalaksanaan kasus : secara procedural bila masih bisa ditangani di
Puskesmas dilakukan penatalaksanaan kasus di Puskesmas Katoi, bila
tidak dapat ditangani selanjutnya dilakukan tindakan rujukan.
d. Pencatatan dan pelaporan
2. Kegiatan luar gedung
a. Perencanaan (P1)
Petugas membuat rencana kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak pada RKA
JKN (yang bersumber dari dana JKN) dan atau melalui RKA BOK
( yang bersumber dari danan Bantuan Operasional Kesehatan) berupa
rencana tahunan:

Upaya kesehatan wajib :


 Menyusun usulan kegiatan
 Mengajukan usulan kegiatan
 Menyusun rencana pelaksana kegiatan
Upaya kesehatan pengembangan
 Kelas ibu hamil
 Kelas ibu balita
b. Penggerakan Pelaksanaan (P2)
Pada kegiatan P2 (Penggerakan dan Pelaksanaan), petugas melakukan
kegiatan sesuai rencana. Contoh kegiatan kunjungan bumil resti dengan
Hepatitis, B20 atau kelas ibu hamil.
Membuat jadual kegiatan
Mengkoordinasikan dengan bendahara JKN dan bendahara BOK
Mengkoordinasikan dengan lintas program tentang kegiatan yang
akan dilaksanakan

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA


Page 28
Melaksanakan kegiatan
c. Pengawasan Pengendalian Penilaian (P3)
Petugas Mencatat hasil kegiatan dan melaporkan hasil kegiatan
Petugas membuat notulen pada kegiatan yang berupa pertemuan
Petugas mengevaluasi kegiatann pengawasan terdiri dari :
 Internal : atasan langsung
 Eksternal : masyarakat, DKK, institusi terkait.

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA


Page 29
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA
Page 30
BAB V
LOGISTIK

Perencanaan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang pelaksanaannya


dilakukan oleh semua petugas penanggungjawab program kemudian diajukan sesuai
dengan alur yang berlaku di masing-masing organisasi.
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan Program Kesehatan Ibu
dan Anak direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini (Minlok) lintas program dan
lintas sektoral sesuai dengan tahapan kegiatan dan metode pemberdayaan yang akan
dilaksanakan.
a. Kegiatan di dalam gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana antara lain :
- Meja, Kursi
- Alat tulis
- Buku catatan Kegiatan
- Leaflet
- buku panduan
- komputer
b. Kegiatan di luar gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana
yangmeliputi :
- Tensimeter
- Stetoskop
- Timbangan
- Leaflet
- Buku catatan kegiatan
- Metlin
- Pita Lila
Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh koordinator Program KIA berkoordinasi
dengan petugas pengelola barang dan dibahas dalam pertemuan mini lokakarya (Minlok)
puskesmas untuk mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas.Sedangkan dana yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan direncanakan oleh koordinator kesehatan
lingkungan berkoordinasi dengan bendahara puskesmas dan dibahas dalam kegiatan mini
lokakarya puskesmas untuk selanjutnya dibuat perencanaan kegiatan ( POA – Plan Of
Action ).

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA


Page 31
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau dampak,baik
resiko yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan maupun resiko yang terjadi
pada petugas sebagai pelaksana kegiatan. Keselamatan pada sasaran harus diperhatikan
karena masyarakat tidak hanya menjadi sasaran satu kegiatan saja melainkan menjadi
sasaran banyak program kesehatan lainnya.
Tahapan – tahapan dalam mengelola keselamatan sasaran antara lain :
1. Identifikasi Resiko.
Penanggungjawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus
mengidentifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat
pelaksanaan kegiatan.Identifikasi resiko atau dampak dari pelaksanaan kegiatan
dimulai sejak membuat perencanaan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi
dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko
terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
2. Analisis Resiko.
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau
dampak dari pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu
dilakukan untuk menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam
menangani resiko yang terjadi.
3. Rencana Pencegahan Resiko dan Meminimalisasi Resiko.
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya adalah
menentukan rencana yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko atau
dampak yang mungkin terjadi. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah atau
meminimalkan resiko yang mungkin terjadi.
4. Rencana Upaya Pencegahan.
Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan.

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA


Page 32
Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan langkah yang tepat dalam mengatasi
resiko atau dampak yang terjadi.
5. Monitoring dan Evaluasi.
Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan sedang
berjalan.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari-hari sering disebut
Safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah petugas dan hasil
kegiatannya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya
dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan.
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja
yang aman, kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan serta
penurunan kesehatan akibat dampak dari pekerjaan yang dilakukan, bagi petugas
pelaksana dan petugas terkait. Keselamatan kerja disini lebih terkait pada perlindungan
fisik petugas terhadap resiko pekerjaan.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan telah
mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA


Page 33
kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan
lingkungan sekitarnya.
Seiring dengan kemajuan Ilmu dan tekhnologi, khususnya sarana dan prasarana
kesehatan, maka resiko yang dihadapi petugas kesehatan semakin meningkat. Petugas
kesehatan merupakan orang pertama yang terpajan terhadap masalah kesehatan, untuk itu
semua petugas kesehatan harus mendapat pelatihan tentang kebersihan, epidemiologi dan
desinfeksi. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan kondisi
tubuh yang sehat. Menggunakan desinfektan yang sesuai dan dengan cara yang benar,
mengelola limbah infeksius dengan benar dan harus menggunakan alat pelindung diri
yang benar.
Beberapa upaya untuk menjaga keselamatan kerja dalam memberikan pelayanan
kesehatan ibu dan anak (KIA) antara lain:
1.Penggunaan APD ( Masker, Handscoon, celemek, Alas kaki )
2.Pengelolaan bahan yang terkontaminasi
3.Cuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA


Page 34
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang untuk
mengukur dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat berhubungan dengan
aktifitas pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya untuk
menjaga agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan menghasilkan
keluaran yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator sebagai
berikut:
a. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal
b. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
c. Ketepatan metode yang digunakan
d. Tercapainya indikator hasil pelaksanaan, kegiatan monitoring dan evaluasi serta
permasalahan yang ditemukan dapat dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini
tiap bulan.
e. Dokumentasi masing-masing kegiatan.

BAB IX
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA
Page 35
PENUTUP

Pedoman pelaksanaan kesehatan Ibu dan Anak ini dibuat untuk memberikan
petunjuk dalam pelaksanaan kegiatan kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Jenar.
Penyusunan pedoman disesuaikan dengan kondisi nyata yang ada di puskesmas sehingga
masih memerlukan inovasi-inovasi yang sesuai dengan pedoman yang berlaku secara
nasional. Perubahan perbaikan, kesempurnaan masih diperlukan sesuai dengan kebijakan,
kesepakatan yang menuju pada hasil yang optimal.
Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi petugas dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Jenar agar dapat memberikan pelayanan kesehatan
ibu dan anak yang baik sehingga tujuan pembangunan nasional di bidang kesehatan yakni
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dapat tercapai.

Bidan Koordinator

Yulita, Amd. Keb

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Program KIA


Page 36

Anda mungkin juga menyukai