Anda di halaman 1dari 30

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 KIA
2.1.1 Masalah Terkait Kesehatan Ibu dan Anak
a. Angka Kematian ibu

b. Angka Kesakitan Ibu dan Anak


Selain angka kematian, masalah kesehatan ibu dan anak juga
menyangkut angka kesakitan atau morbiditas. Penyakit-penyakit
tertentu seperti ISP A, diare dan tetanus yang sering diderita oleh bayi
dan anak acap kali berakhir dengan kematian.
Demikian pula dengan peryakit-penyakit yang diderita oleh ibu hamil
seperti anemia, hipertensi, hepatitis  dan lain-lain dapat membawa
resiko kematian ketika akan, sedang atau setelah persalinan.  Baik
masalah kematian maupun kesakitan pada ibu dan anak sesungguhnya,
tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam
masyarakat  dimana mereka berada.
Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan  pengetahuan budaya
seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan
sebab- akibat antara makanan  dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan
ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun
negatif  terhadap  kesehatan ibu dan anak.
Pola makan, misalnya, pacta dasarnya adalah merupakan salah satu
selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal  ini terlihat
bahwa setiap daerah mempunyai pola  makan tertentu, termasuk pola
makan ibu hamil dan anak yang disertai dengan  kepercayaan akan
pantangan, tabu, dan  anjuran terhadap beberapa makanan tertentu.
2.1.2 Pengertian Program KIA
KIA adalah kegiatan kelompok belajar kesehatan ibu dan anak
yang anggotanya meliputi ibu hamil dan menyusui. Upaya kesehatan Ibu
dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan

1
dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak
balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA
masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non
klinik terkait kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan merupakan
sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat,
dalam hal penggunaan alat tranportasi atau komunikasi (telepon genggam,
telepon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencacatan pemantauan dan
informasi KB. Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan
kepada masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah keterampilan
para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di taman kanak-kanak.
Peranan ibu terhadap anak adalah sebagai pembimbing kehidupan
di dunia ini. Ibu sangat berperan dalam kehidupan buah hatinya di saat
anaknya masih bayi hingga dewasa, bahkan sampai anak yang sudah
dilepas tanggung jawabnya atau menikah dengan orang lain seorang ibu
tetap berperan dalam kehidupan anaknya.
2.1.3 Tujuan Program KIA
Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang
optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak
untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan
landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah :
1. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku), dalam
mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan
teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga,
paguyuban 10 keluarga, Posyandu dan sebagainya.
2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah
secara mandiri di dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga,
Posyandu, dan Karang Balita serta di sekolah Taman Kanak-Kanak atau
TK.

2
3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki.
4. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas,
ibu meneteki, bayi dan anak balita.
5. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat , keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak
prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.

2.1.4 Prinsip Pengelolaan Program KIA


Target global penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) MDGs
(Millenium Development Goals sebesar tiga-perempatnya pada tahun 2015 .
Sementara target penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka
Kematian Balita (AKABA) sebesar dua-pertiga. Berdasarkan kesepakatan
global tersebut Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan Angka
Kematian Ibu menjadi 102/100.000 Kelahiran Hidup (KH), Angka Kematian
Bayi dari 68 menjadi 23/1.000 KH, dan Angka Kematian Balita 97 menjadi
32/1.000 KH pada tahun 2015. Kalau dilihat dari potensi untuk menurunkan
Angka kematian Ibu (AKI) masih on track walaupun diperlukan sumber daya
yang kompeten (Pedoman Pengawasan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak , Depkes RI. 2009).
Terkait dengan tujuan dan target diatas, kemudian diterapkan berbagai
strategi untuk menurunkan AKI<AKABA, maupun AKB, sehingga tetap on
the track menuju target MDGs. Dan salah satu strategi ini, diantaranya
dengan penerapan system informasi manajemen kesehatan ibu dan anak,
dengaan penerapan pemantauan wilayan setempat (PWS) KIA.
. Pelayanan KIA diutamakan pada kegiatan pokok :
1. Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan
mutu yang baik serta jangkauan yang setinggi-tingginya.
2. Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada
peningkatan pertolongan oleh tenaga professional secara berangsur.

3
3. Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga
kesehatan maupun di masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta
penanganan dan pengamatannya secara terus menerus.
4. Peningkatan pelayanan neonatal (bayi berumur kurang dari 1bulan)
dengan mutu yang baik dan jangkauan yang setinggi tingginya.

2.1.5 Pelayanan dan Jenis Indikator KIA


1. Akses Pelayanan antenatal
Adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa
kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal. Standar
minimal “5 T “ untuk pelayanan antenatal terdiri dari :
 Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
 Ukur Tekanan darah
 Pemberian Imunisasi TT lengkap
 Ukur Tinggi fundus uteri
 Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan
dengan ketentuan waktu minimal 1 kali pada triwulan pertama, minimal
1 kali pada triwulan kedua, dan minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
2. Pertolongan Persalinan
Jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada
masyarakat:
a. Tenaga profesional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan,
pembantu bidan dan perawat.
b. Dukun bayi : Terlatih: ialah dukun bayi yang telah mendapatkan
latihan tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus. Tidak terlatih: ialah
dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau
dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.
3. Deteksi dini ibu hamil berisiko :
Faktor risiko pada ibu hamil diantaranya adalah :
1) Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun .
4
2) Anak lebih dari 4
3) Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang 2 tahun
atau lebih dari 10 tahun
4) Tinggi badan kurang dari 145 cm
5) Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas kurang dari
23,5 cm
6) Riwayat keluarga mendeita kencing manis, hipertensi dan riwayat
cacat kengenital.
7) Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau
panggul.
Risiko tinggi kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dan
normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian
ibu maupun bayi.
Risiko tinggi pada kehamilan meliputi :
1) Hb kurang dari 8 gram %
2) Tekanan darah tinggi yaitu sistole lebih dari 140 mmHg dan
diastole lebih dari 90 mmHg
3) Oedema yang nyata
4) Eklampsia
5) Perdarahan pervaginam
6) Ketuban pecah dini
7) Letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu.
8) Letak sungsang pada primigravida
9) Infeksi berat atau sepsis
10) Persalinan prematur
11) Kehamilan ganda
12) Janin yang besar
13) Penyakit kronis pada ibu antara lain Jantung,paru, ginjal.
14) Riwayat obstetri buruk, riwayat bedah sesar dan komplikasi
kehamilan.
Risiko tinggi pada neonatal meliputi :

5
1) BBLR atau berat lahir kurang dari 2500 gram
2) Bayi dengan tetanus neonatorum
3) Bayi baru lahir dengan asfiksia
4) Bayi dengan ikterus neonatorum yaitu ikterus lebih dari 10 hari
setelah lahir
5) Bayi baru lahir dengan sepsis
6) Bayi lahir dengan berat lebih dari 4000 gram
7) Bayi preterm dan post term
8) Bayi lahir dengan cacat bawaan sedang
9) Bayi lahir dengan persalinan dengan tindakan.
4. Pelayanan Neonatal
2.1.5 Indikator Keberhasilan Pembangunan KIA
Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan ibu dan anak,
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1. Kerjasama Lintas Sektor
Dalam kerjasama lintas sektor untuk penurunan AKI dan AKB, institusi
pelayanan kesehatan Kabupaten/Kota memegang peranan yang sangat
menentukan. Hal ini dirasakan sangat penting dan strategis dalam
pembangunan kesehatan daerah dimana dikaitkan dengan desentralisasi
pemerintahan daerah.
Perubahan perilaku masyarakat untuk hidup sehat dan peningkatan mutu
lingkungan sangat berpengaruh terhadap peningkatan derajat kesehatan
masyarakat. Selain itu, masalah kesehatan dan gizi merupakan masalah
nasional yang tidak dapat terlepas dari berbagai kebijakan dari sektor lain.
Peningkatan upaya dana manajemen pelayanan kesehatan tidak dapat
terlepas dari peran sektor yang membidangi pembiayaan, pemerintahan
dan pembangunan daerah, ketenagaan, pendidikan, perdagangan dan
sosial budaya.
Dengan demikian kerja sama lintas sektor yang masih belum berhasil
pada masa lalu perlu lebih ditingkatkan.

6
Untuk menjamin terselenggaranya intervensi program kesehatan ibu dan
anak yang berhasil, diperlukan pendekatan yang dilakukan secara lintas
sektoral. Sebelum melakukan intervensi baik pemerintah atau suatu
Lembaga Non Pemerintah perlu mencari dan menetapkan kerangka pikir
mengenai pentingnya pembangunan Sumber Daya Manusia (capacity
building) yang terfokus pada upaya pelayanan kesehatan Ibu dan Anak
serta mencari data-data dan Informasi mengenai Analisa Situasi
Kesehatan Ibu dan Anak (ASIA).
2. Indikator lainnya yang memberi gambaran keberhasilan keadaan
pembangunan  kesehatan adalah keadaan gizi.
Walaupun selama persediaan pangan dalam bentuk energi sudah
melebihi kebutuhan rata-rata penduduk, distribusinya belum merata
sehingga sebahagian penduduk masih mengonsumsi energi di bawah
kebutuhan rata-rata, yaitu 2.100 kilokalori per orang setiap hari. Mereka
adalah kelompok masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan
yang dalam tahun 1990 masih berjumlah 27 juta atau 15 persen dari
jumlah penduduk. Di samping itu, masih banyak rumah tangga yang
belum terpenuhi kebutuhan gizinya sesuai dengan mutu yang
dianjurkan. Hal ini tercermin dari masih tingginya angka penderita
berbagai bentuk kekurangan gizi.
Penyakit kekurangan gizi berupa kurang energi protein (KEP), yang
dapat menghambat pertumbuhan fisik dan tingkat kecerdasan masih
menjangkiti 4 dari 10 anak balita. Di samping itu, lebih dari setengah ibu
hamil dan anak balita menderita kekurangan zat besi, sekitar 750.000
anak menderita kretin ("cebol"), dan lebih dari 25 persen murid sekolah
dasar menderita pembesaran kelenjar   gondok karena gangguan akibat
kurang iodium. Hasil pemeriksaan darah menunjukkan kadar vitamin A
dalam serum darah anak balita masih rendah. Keadaan ini berpengaruh
terhadap daya tahan tubuh anak sehingga lebih mudah dijangkiti penyakit
infeksi yang sering menyebabkan kematian.

7
Adanya kecenderungan masalah gizi-salah mulai terlihat pada
masyarakat perkotaan yang disebabkan oleh perubahan pola makan dan
gaya hidup. Makanan mereka cenderung mempunyai kandungan lemak
yang tinggi, kadar serat rendah, dan sering tidak seimbang mutu gizinya.
Akibat perubahan pola makan dan gaya hidup serta meningkatnya berat
badan akan meningkatkan risiko menderita penyakit degeneratif,
seperti penyakit jantung  danpembuluh darah, penyakit kencing manis,
dan kanker.
Adanya masalah gizi kurang yang belum terselesaikan dan
munculnya masalah gizi-salah sejalan dengan perubahan pola makan
dan perbaikan ekonomi, melahirkan tantangan berikutnya, yaitu
mendorong keluarga dan masyarakat agar makin sadar dan mandiri dalam
upaya peningkatan status gizi mereka dan mencapai status gizi optimal
sebanding dengan peningkatan sosial ekonomi.
3. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang besar pengaruhnya
terhadap derajat kesehatan masyarakat.
 Faktor lingkungan yang penting terutama menyangkut
ketersediaan air bersih, fasilitas sanitasi, dan keadaan perumahan.
Walaupun telah terjadi peningkatan sarana air bersih selama PJP I, akses
terhadap air bersih masih rendah. Hal ini akan berpengaruh terhadap
penyebaran penyakit menular yang disebabkan oleh terbatasnya
ketersediaan dan kualitas air bersih. Rumah tangga yang mempunyai
sumber air yang memenuhi syarat, masih jauh dari ideal.
Akibat meningkatnya industrialisasi dan urbanisasi, peningkatan
pencemaran air dan kelangkaan sumber air akan menjadi masalah di
masa datang. Ketersediaan fasilitas sanitasi yang memenuhi syarat, baik
di daerah perdesaan maupun perkotaan, masih rendah. Pada tahun 1993
fasilitas sanitasi di daerah perdesaan baru mencapai 33 persen, dan
dIdaerah perkotaan sekitar 69 persen. Selain itu, keadaan fisik
perumahan akan mempengaruhi kesehatan penghuninya. Sekitar 9 persen
perumahan di daerah perkotaan dan 34 persen di daerah perdesaan masih

8
berlantai tanah, sedangkan rumah yang tidak mempunyai jendela dan
tidak ada ventilasi adalah sekitar 3 persen di daerah perkotaan dan 8
persen di daerah perdesaan. Terdapatnya gangguan lingkungan berupa
asap, bau limbah pabrik, bau sampah dan air tergenang juga dikeluhkan
oleh masyarakat.
Hasil pengawasan keadaan kesehatan lingkungan di perkotaan
menunjukkan tingginya kontaminasi kuman pada makanan, baik pada
pedagang kaki lima, restoran, maupun pada industri makanan rakyat.
Pencemaran udara terutama  di kota-kota besar dan daerah industri sudah
mulai terjadi dan akan cenderung meningkat di masa datang.
Penggunaan pestisida juga makin meningkat dan akibat sampingnya
dapat merugikan kesehatan masyarakat. Masalah kesehatan lingkungan
seperti yang diuraikan di atas melahirkan tantangan, yaitu melindungi
keluarga dan masyarakat dari gangguan atau bahaya kesehatan karena
kualitas lingkungan yang tidak sehat.
4. AKI dan AKB merupakan salah satu indikator penting keberhasilan
program kesehatan Indonesia.
Era Desentralisasi menurut pengelola program di Kabupaten/Kota
untuk lebih proaktif didalam mengembangkan program yang mempunyai
daya ungkit dalam akselerasi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) sesuai situasi dan kemampuan daerah
masing-masing mengingat AKI dan AKB merupakan salah satu indikator
penting keberhasilan program kesehatan Indonesia.
Berbagai permasalahan kesehatan anak prasekolah, usia sekolah
dan kesehatan remaja yang semakin kompleks yang meliputi kesehatan
reproduksi remaja, masalah penyalagunaan narkotik dan zat adiktif
lainnya merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh program
Kesehatan Keluarga. Diharapkan melalui kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan dapat memperluas cakupan pelayanan yang pada akhirnya
dapat meningkatkan status Kesehatan keluarga secara khusus dan
masyarakat pada umumnya.

9
Angka kematian Ibu/maternal bersama dengan Angka kematian
Bayi senantiasa menjadi indikator keberhasilan sektor pembangunan
kesehatan . AKI mengacu kepada jumlah kematian ibu yang terkait
dengan masa kehamilan,persalinan dan nifas. Hasil survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia Tahun 2007 menyebutkan bahwa AKI tahun 2007
sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini dibandingkan AKI
tahun 2002 sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidu, dan angka ini menurn
menjadi  2,6 kematian/ 100 kelahiran hidup pada tahun 2012 (Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI tahun 2012).

2.2 Keluarga Berencana (KB)


2.2.1 Pengertian KB
KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami
istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran
(Hartanto, 2004; 27).
Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997:
keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri
untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur
suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga. 
Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992
(tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga
sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil,
bahagia dan sejahtera.
2.2.2 Tujuan Umum Keluarga Berencana
Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial – ekonomi
suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak, agar diperoleh suatu

10
keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
(Mochtar, 2002)
Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki tujuan: 
a. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan
anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak
pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah
cukup. 
b. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah
menikah lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan,
hal ini memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia. 
c. Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan
yang akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk
keluarga yang bahagia dan berkualitas. 
d. Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil
Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga
berkualitas artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi
sandang, pangan, papan, pendidikan dan produktif dari segi ekonomi. 
e. Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi. 
f. Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi. 
g. Meningkatkan Kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan
keluargakecil yang bahagiadan sejhtera melalui pengendalian kelahiran
dan pengendlian pertumbuhan penduduk Indonesia.
h. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang
bermutu dan meingkatkan kesejahteraan keluarga
2.2.3 Ciri-Ciri Kontrasepsi yang Dianjurkan
1. Reversibilitas yang tinggi artinya kembalinya masa kesuburan dapat
terjamin hampir 100%, karena pada masa ini peserta belum
mempunyai anak.

11
2. Efektivitas yang tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan
terjadinya kehamilan dengan risiko tinggi dan kegagalan ini
merupakan kegagalan program.
3. Menjarangkan kehamilan. Periode usia istri antara 20 – 30 / 35 tahun
merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah
anak dua orang dan jarak antara kelahiran adalah 2 – 4 tahun. Ini
dikenal sebagai catur warga.
Alasan menjarangkan kehamilan :
 Umur antara 20 – 30 tahun merupakan usia yang terbalik untuk
mengandung dan melahirkan.
 Segera setelah anak pertama lahir, maka dianjurkan untuk
memakai IUD (Intra Uterine Divice) sebagai pilihan utama.
 Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi namun
disini tidak atau kurang berbahaya karena yang bersangkutan
pada usia mengandung dan melahirkan yang baik.
 Di sini kegagalan kontrasepsi bukanlah kegagalan program.
4. Dapat dipakai 2 sampai 4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan
anak yang direncanakan.
5. Tidak menghambat air susu ibu (ASI), karena ASI adalah makanan
terbaik untuk bayi sampai umur 2 tahun dan akan mempengaruhi
angka kesakitan dan kematian anak
2.2.4 Macam-Macam Metode KB
1. Metode sederhana meliputi :
a) KB alamiah (Metode kalender (Ogino-Knaus), Metode Suhu Basal
(Termal), Metode lendir serviks (Billings), dan Coitus Interuptus
(Hanafi, 2001).
- Metode Kalender (Ogino-Knaus)
Merupakan metode dimana pasangan menghindari
berhubungan seksual selama periode subur wanita berdasarkan
panjang siklus menstruasi, kemungkinan waktu ovulasi,
jangka waktu sel telur masih dapat dibuahi, dan
12
kemampuan sperma untuk bertahan di saluran reproduksi
wanita. Periode subur seorang wanita dihitung dari : (siklus
menstruasi terpendek – 18) dan (siklus menstruasi terpanjang -
11)
- Metode Suhu Basal (Termal)
Pengukuran dilakukan pada suhu basal (suhu ketika bangun
tidur sebelum beranjak dari tempat tidur. Suhu basal akan
menurun sebelum ovulasi dan agak meningkat (kurang dari
1° Celsius) setelah ovulasi. Hubungan seksual sebaiknya
tidak dilakukan sejak hari pertama menstruasi sampai
3 hari setelah kenaikan dari temperatur.
- Metode Lendir Serviks (Billings)
Metode mengamati kualitas dan kuantitas lendir serviks setiap
hari. Periode subur ditandai dengan lendir yang jernih,
encer, dan licin. Abstinensia (tidak melakukan hubungan
seksual) diperlukan selama menstruasi, setiap hari selama
periode preovulasi (berdasarkan lendir serviks), dan sampai
waktu lendir masa subur muncul sampai 3 hari setelah lendir
masa subur itu berhenti.
- Coitus Interuptus
Pada metode ini, pria mengeluarkan/menarik penisnya dari
vagina sebelum terjadinya ejakulasi (pelepasan sperma ketika
mengalami orgasme). Metode ini kurang dapat diandalkan
karena sperma bisa keluar sebelum orgasme juga memerlukan
pengendalian diri yang tinggi serta penentuan waktu yang tepat
b) Secara Mekanis
- Kondom (pria dan wanita) yaitu metode yang
mengumpulkan air mani dan sperma di dalam kantung kondom
dan mencegahnya memasuki saluran reproduksi wanita.
Kondom pria harus dipakai setelah ereksi dan sebelum alat
kelamin pria penetrasi ke dalam vagina yang meliputi separuh

13
bagian penis yang ereksi. Tidak boleh terlalu ketat (ada tempat
kosong di ujung untuk menampung sperma). Kondom harus
dilepas setelah ejakulasi.
 Cara pemakaian kondom :
 Gunakan kondom seiap kali berhubungan seksual
 Buka kondom secara perlahan untuk mencegah
kerusakan (jangan menggunakan gigi atau benda tajam)
 Pasang kondom dalam keadaan penis ereksi dan
sebelum kontak dengan pasangan
 Pastikan tidak ada udara yang terjebak di ujung
kondom
 Pastikan penggunaan pelumas yang cukup (dapat
menggunakan pelumas tambahan)
 Gunakan hanya pelumas dengan bahan dasar air ketika
menggunakan kondom (pelumas dengan bahan dasar
minyak dapat melemahkan lateks)
 Pegang kondom dengan hati-hati setelah ejakulasi, dan
untuk mencegah terlepasnya kondom, keluarkan
kondom dari vagina dalam keadaan penis ereksi
 Efektivitas : kehamilan terjadi pada 3-14 per 100 wanita
pada 1 tahun penggunaan pertama
 Keuntungan  : dapat digunakan selama menyusui, satu-
satunya kontrasepsi yang mencegah PMS, infeksi GO,
klamidia
 Kerugian  : kegagalan tinggi bila tidak digunakan dengan
benar, alergi lateks pada orang yang sensitif

14
Gambar Kontrasepsi Kondom
- Diafragma dan cervical cap yaitu kontrasepsi penghalang yang
dimasukkan ke dalam vagina dan mencegah sperma masuk ke
dalam saluran reproduksi. Diafragma terbuat dari lateks atau
karet dengan cincin yang fleksibel. Diafragma diletakkan
posterior dari simfisis pubis sehingga serviks (leher rahim)
tertutupi semuanya. Diafragma harus diletakkan minimal 6 jam
setelah senggama. Cervical cap (penutup serviks) adalah kop
bulat yang diletakkan menutupi leher rahim dengan perlekatan
di bagian forniks. Terbuat dari karet dan harus tetap di
tempatnya lebih dari 48 jam.
 Efektivitas : kehamilan terjadi pada 6-40 per 100 wanita
pada 1 tahun penggunaan pertama
 Keuntungan : dapat digunakan selama menyusui, tidak ada
risiko gangguan kesehatan, melindungi dari PMS
 Kerugian  : angka kegagalan tinggi, peningkatan risiko
infeksi, membutuhkan evaluasi dari tenaga kesehatan,
Ketidaknyamanan

          

Gambar Kontrasepsi Diafragma dan Cervical Cap


15
   
- Spermisida, Agen yang menghancurkan membran sel sperma
dan menurunkan motilitas (pergerakan sperma). Tipe
spermisida mencakup foam aerosol, krim, vagina suposituria,
jeli, sponge (busa) yang dimasukkan sebelum melakukan
hubungan seksual. Terutama mengandung nonoxynol 9
 Efektivitas  : kehamilan terjadi pada 6-26 per 100 wanita
pada 1 tahun penggunaan pertama
 Keuntungan : tidak mengganggu kesehatan, berfungsi
sebagai pelumas, dapat mencegah PMS bakterial
 Kerugian : angka kegagalan tinggi, dapat meningkatkan
transmisi virus HIV, hanya efektif  1-2 jam

Gambar Spermisida

- IUD (spiral) , Fleksibel, alat yang terbuat dari plastik yang


dimasukkan ke dalam rahim dan mencegah kehamilan dengan
cara menganggu lingkungan rahim, yang menghalangi
terjadinya pembuahan maupun implantasi. Spiral jenis copper
T (melepaskan tembaga) mencegah kehamilan dengan cara
menganggu pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim
dan dapat dipakai selama 10 tahun. Progestasert IUD
(melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan
dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat.  IUD dapat
dipasang kapan saja selama periode menstruasi bila wanita
tersebut tidak hamil. Untuk wanita setelah melahirkan,

16
pemasangan IUD segera (10 menit setelah pengeluaran
plasenta) dapat mencegah mudah copotnya IUD. IUD juga
dapat dipasang 4 minggu setelah melahirkan tanpa faktor risiko
perforasi (robeknya rahim). Untuk wanita menyusui, IUD
dengan progestin sebaiknya tidak dipakai sampai 6 bulan
setelah melahirkan. IUD juga dapat dipasang segera setelah
abortus spontan triwulan pertama, tetapi direkomendasikan
untuk ditunda sampai involusi komplit setelah triwulan kedua
abortus.  Setelah IUD dipasang, seorang wanita harus dapat
mengecek benang IUD setiap habis menstruasi. Kondisi
dimana seorang wanita tidak seharusnya menggunakan IUD
adalah :
1. Kehamilan
2. Sepsis
3. Aborsi postseptik dalam waktu dekat
4. Abnormalitas anatomi yang mengganggu rongga rahim
5. Perdarahan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya
6. Penyakit tropoblastik ganas
7. Kanker leher rahim, kanker payudara, kanker
endometrium
8. Penyakit radang panggul
9. PMS (premenstrual syndrome) 3 bulan terakhir dan
imunokompromise (penurunan kekebalan tubuh)
10. TBC panggul
 Efektivitas           : kehamilan terjadi pada 0,3-0,8 per 100
wanita pada 1 tahun penggunaan pertama
 Keuntungan       : sangat efektif, bekerja cepat setelah
dimasukkan ke dalam rahim. Bekerja dalam jangka waktu
lama
 Kerugian              : risiko infeksi panggul, dismenorea (nyeri
saat haid), menoragia pada bulan-bulan pertama, peningkatan

17
risiko perforasi (robek)  rahim, risiko kehamilan ektopik,
IUD dapat lepas dengan sendirinya
 Efek samping     : nyeri, perdarahan, peningkatan jumlah
darah menstruasi
 Pengembalian kesuburan cepat setelah dilepaskan

Gambar Kontrasepsi IUD (spiral)

2. Metode modern
a) Kontrasepsi hormonal, Kontrasepsi ini tersedia dalam bentuk oral,
suntikan, dan mekanik. Kontrasepsi oral adalah kombinasi dari
hormon estrogen dan progestin atau hanya progestin-mini pil.
Suntikan dan kontrasepsi implant (mekanik) mengandung progestin
saja atau kombinasi progestin dan estrogen.
 Kontrasepsi oral kombinasi (pil)
Kontrasepsi oral kombinasi (pil) mengandung sintetik
estrogen dan preparat progestin yang mencegah kehamilan
dengan cara menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan sel
telur oleh indung telur) melalui penekanan hormon LH dan
FSH, mempertebal lendir mukosa servikal (leher rahim), dan
menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium. Pil kombinasi
ada yang memiliki estrogen dosis rendah dan ada yang
mengandung estrogen dosis tinggi. Estrogen dosis tinggi

18
biasanya diberikan kepada wanita yang mengkonsumsi obat
tertentu (terutama obat epilepsy).
Selain untuk kontrasepsi, oral kombinasi dapat
digunakan untuk menangani dismenorea (nyeri saat
haid), menoragia, dan metroragia. Oral kombinasi tidak
direkomendasikan untuk wanita menyusui, sampai minimal 6
bulan setelah melahirkan. Pil kombinasi yang diminum oleh
ibu menyusui bisa mengurangi jumlah air susu dan kandungan
zat lemak serta protein dalam air susu. Hormon dari pil
terdapat dalam air susu sehingga bisa sampai ke bayi. Karena
itu untuk ibu menyusui sebaiknya diberikan tablet yang hanya
mengandung progestin, yang tidak mempengaruhi
pembentukan air susu.
Wanita yang tidak menyusui harus menunggu
setidaknya 3 bulan setelah melahirkan sebelum memulai oral
kombinasi karena peningkatan risiko terbentuknya bekuan
darah di tungkai. Apabila 1 pil lupa diminum, 2 pil harus
diminum sesegera mungkin setelah ingat, dan pack tersebut
harus dihabiskan seperti biasa. Bila 2 atau lebih pil lupa
diminum, maka pack pil harus tetap dihabiskan dan metode
kontrasepsi lain harus digunakan, seperti kondom untuk
mencegah kehamilan.
Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu kurang
dari 12 minggu setelah persalinan, maka pil KB bisa langsung
digunakan. Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu 12-28
minggu, maka harus menunggu 1 minggu sebelum pil KB
mulai digunakan, sedangkan jika menstruasi terakhir terjadi
dalam waktu lebih dari 28 minggu, harus menunggu 2 minggu
sebelum pil KB mulai digunakan.
Pil KB tidak berpengaruh terhadap obat lain, tetapi obat
lain (terutama obat tidur dan antibiotik) bisa menyebabkan

19
berkurangnya efektivitas dari pil KB. Obat anti-kejang
(fenitoin dan fenobarbital) bisa menyebabkan meningkatkan
perdarahan abnormal pada wanita pemakai pil KB.
 Beberapa kondisi dimana kontrasepsi oral kombinasi tidak
boleh digunakan pada wanita dengan :
 Menyusui atau kurang dari 6 minggu setelah
melahirkan
 Usia >35 tahun dan merokok 15 batang sehari
 Faktor risiko multipel untuk penyakit jantung (usia
tua, merokok, diabetes, hipertensi)
 Tekanan darah sistolik ≥ 160 atau td diastolik ≥ 100
mmhg
 Riwayat trombosis vena dalam atau emboli paru
 Operasi besar dengan istirahat lama di tempat tidur
 Riwayat sakit jantung iskemik
 Stroke
 Penyakit jantung katup komplikasi
 Migrain dengan gejala neurologi fokal (dengan aura)
 Migrain tanpa gejala neurologi fokal dan usia = 35
tahun
 Riwayat kanker payudara
 Diabetes dengan nefropati, retinopati, neuropati,
penyakit vaskular, atau diabetes > 20 tahun
 Sirosis berat
 Kanker hati
 Efektivitas : kehamilan terjadi pada 0,1 – 5 per 100 wanita
pada 1 tahun penggunaan pertama
 Keuntungan : sangat efektif, mencegah kanker indung
telur dan kanker endometrium, menurunkan
ketidakteraturan menstruasi dan anemia yang berkaitan

20
dengan menstruasi, menghaluskan kulit dengan jerawat
sedang
 Kerugian     : tidak direkomendasikan untuk menyusui,
tidak melindungi dari Penyakit Menular Seksual (PMS),
harus diminum setiap hari, membutuhkan resep dokter
 Efek samping lokal  : mual, nyeri tekan pada payudara,
sakit kepala
 Efek samping : perdarahan tidak teratur (umumnya
menghilang setelah 3 bulan pemakaian), meningkatkan
tekanan darah (dapat kembali normal bila oral kombinasi
dihentikan), bekuan darah pada vena tungkai (3-4 kali
pada pil KB dosis tinggi), meningkatkan faktor risiko
penyakit jantung, risiko stroke (pada wanita usia > 35
tahun)
 Pengembalian kesuburan : ketika dihentikan maka
kesuburan akan kembali seperti semula. Kesuburan ini
bervariasi, dalam waktu 3-12 bulan setelah dihentikan
maka tidak ada perbedaan kesuburan antara wanita yang
memakai kontrasepsi oral dan yang tidak
 Kontrasepsi oral progestin (pil)
Kontrasepsi oral progestin (pil) mencegah kehamilan dengan
cara menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur oleh
indung telur), mempertebal lendir mukosa leher rahim,
mengganggu pergerakan silia saluran tuba, dan menghalangi
pertumbuhan lapisanendometrium. Keefektifan berkurang bila
pil tidak diminum di waktu yang sama setiap harinya.
Kontrasepsi ini diberikan pada wanita yang menginginkan
kontrasepsi oral namun tidak bisa menggunakan oral
kombinasi karena pengaruh estrogen dapat membahayakan,
misalnya pada wanita yang sedang menyusui.

21
 Efektivitas : kehamilan terjadi pada 0,5 – 5 per 100 wanita
pada 1 tahun penggunaan pertama
 Keuntungan : mula kerja cepat (24 jam setelah pemakaian
pil), menurunkan kejadianmenoragia dan anemia. Dapat
digunakan pada wanita menyusui. Mencegah terjadinya
kanker endometrium, tidak memiliki efek samping yang
berkaitan dengan estrogen (bekuan darah di vena tungkai)
 Kerugian  : harus diminum di waktu yang sama setiap hari,
kurang efektif dibandingkan oral kombinasi, membutuhkan
resep dokter
 Efek samping : penambahan berat badan, jerawat,
kecemasan, angka kejadian terjadinya perdarahan tidak
teratur tinggi
 Pengembalian kesuburan cepat ketika pil dihentikan
 Kontrasepsi suntikan progestin
Kontrasepsi suntikan progestin  mencegah kehamilan dengan
mekanisme yang sama seperti progestin pil namun kontrasepsi
ini menggunakan  suntikan intramuskular (dalam otot <bokong
atau lengan atas>). Yang sering digunakan adalah
medroxyprogesterone asetat (Depo-Provera), 150 mg yang
diberikan setiap 3 bulan.
 Efektivitas : kehamilan terjadi pada 0,3 per 100 wanita
pada 1 tahun penggunaan pertama
 Keuntungan : mula kerja cepat dan sangat efektif, bekerja
dalam waktu lama, tidak mengganggu menyusui, dapat
dipakai segera setelah keguguran atau setelah masa nifas,
 Kerugian : suntikan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
secara teratur, tidak melindungi dari PMS,
 Efek samping  lokal : peningkatan berat badan, rambut
rontok

22
 Efek samping     : tulang menjadi keropos, kelainan
metabolisme lemak, ketidakteraturan menstruasi
termasuk menometroragi (umumnya beberapa bulan
pertama) dan amenorea ( 1 tahun pertama), jika pemakaian
suntikan KB dihentikan, siklus menstruasi yang teratur
akan kembali terjadi dalam waktu 6 bulan-1 tahun
 Pengembalian kesuburan 5-7 bulan setelah penghentian
suntikan
 Efek samping     : tulang menjadi keropos, kelainan
metabolisme lemak, ketidakteraturan menstruasi
termasuk menometroragi (umumnya beberapa bulan
pertama) dan amenorea ( 1 tahun pertama), jika pemakaian
suntikan KB dihentikan, siklus menstruasi yang teratur
akan kembali terjadi dalam waktu 6 bulan-1 tahun
 Kontrasepsi suntikan  estrogen-progesteron
Kontrasepsi suntikan  estrogen-progesteron  suntikan ini
diberikan secara intramuskular setiap bulan, mengandung 25
mg depo medroxyprogesteron asetat dan 5 mg estradiol
cypionat. Mekanisme kerja, efek samping, kriteria, dan
keamanan sama seperti kontrasepsi oral kombinasi. Siklus
menstruasi terjadi lebih stabil setiap bulan. Pengembalian
kesuburan tidak selama kontrasepsi suntikan progestin.

 Implant progestin
Implant progestin  kapsul plastik, tipis, fleksibel, yang
mengandung 36mg levonorgestrel yang dimasukkan ke dalam
kulit lengan wanita. Setelah diberi obat bius, dibuat sayatan

23
dan dengan bantuan jarum dimasukkan kapsul implan. Tidak
perlu dilakukan penjahitan.
Kapsul ini melepaskan progestin ke dalam aliran darah secara
perlahan dan biasanya dipasang selama 5 tahun. Mencegah
kehamilan dengan cara menghambat terjadinya ovulasi
(pelepasan sel telur oleh indung telur), mempertebal lendir
mukosa leher rahim, mengganggu pergerakan saluran tuba, dan
menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium. Kontrasepsi
ini efektif dalam waktu 48 jam setelah diimplan dan efektif
selama 5-7 tahun.
 Efektivitas   : kehamilan terjadi pada 0,05 per 100 wanita
pada 1 tahun  penggunaan pertama
 Keuntungan  : sangat efektif, bekerja untuk jangka waktu
lama
 Kerugian      : membutuhkan prosedur  operasi kecil untuk
pemakaian dan pelepasan, tidak melindungi dari PMS
 Efek samping lokal  : sakit kepala, payudara menjadi
keras, peningkatan berat badan, kerontokan rambut,
jerawat, perubahan mood
 Efek samping     :  gangguan metabolisme
lemak, hirsutisme, gangguan  menstruasi (memanjang,
tidak teratur)
 Kesuburan baru kembali 1 bulan setelah kapsul diambil

 Kontrasepsi Patch

24
Kontrasepsi patch ini didesain untuk melepaskan 20µg ethinyl
estradiol dan 150 µg norelgestromin. Mencegah kehamilan
dengan cara yang sama seperti kontrasepsi oral (pil).
Digunakan selama 3 minggu, dan 1 minggu bebas patch untuk
siklus menstruasi

Gambar Implan progestin

b) Kontrasepsi mantap : pada wanita (tubektomi) dan pada pria


(vasektomi).
- Tubektomi
Adalah pemotongan dan pengikatan atau penyumbatan tuba
falopii (saluran telur dari ovarium ke rahim). Pada ligasi
tuba dibuat sayatan pada perut dan dilakukan pembiusan total.
Ligasi tuba bisa dilakukan segera setelah melahirkan atau
dijadwalkan di kemudian hari. Sterilisasi pada wanita
seringkali dilakukan melalui laparoskopi. Selain pemotongan
dan pengikatan, bisa juga dilakukan kauterisasi (pemakaian
arus listrik) untuk menutup saluran tuba.Untuk menyumbat
tuba bisa digunakan pita plastik dan klip berpegas. Pada
penyumbatan tuba, kesuburan akan lebih mudah kembali
karena lebih sedikit terjadi kerusakan jaringan.Teknik
sterilisasi lainnya yang kadang digunakan pada wanita

25
adalah histerektomi (pengangkatan rahim) dan ooforektomi
(pengangkatan ovarium)
- Vasektomi
Dilakukan oleh ahli bedah urolog dan memerlukan waktu
sekitar 20 menit. Pria yang menjalani vasektomi sebaiknya
tidak segera menghentikan pemakaian kontrasepsi, karena
biasanya kesuburan masih tetap ada sampai sekitar 15-20 kali
ejakulasi. Setelah pemeriksaan laboratorium terhadap 2 kali
ejakulasi menunjukkan tidak ada sperma, maka dikatakan
bahwa pria tersebut telah mandul

2.2.5 Konseling KB
1. Konseling Awal
a) Konseling awal sangat diperlukan untuk calon yang baru pertama
datang dan dimaksudkan untuk mengenalkan klien kepada semua
cara KB atau pelayanan kesehatan, prosedur klinik, kebijakan, dan
bagaimana pengalaman klien pada kunjungannya itu. Bila konseling
awal dilakukan dengan baik, maka dapat membantu klien dalam
memilih cara KB yang cocok bagi klien. Dalam konseling awal
diberitahukan secara singkat tentang cara-cara KB yang tersedia di
klinik. Jawab pertanyaan klien dengan jelas dan terarah.
b) Hal-hal yang penting diperhatikan dalam pelaksanaan konseling
awal :
 Tanyakan kepada klien cara apa yang disukainya, dan apa yang
ia ketahui mengenai cara tersebut.
 Uraikan secara ringkas.
 Bagaimana cara kerjanya.
 Manfaat dan kerugiannya.
2. Konseling awal secara individual atau berkelompok berisikan :
 Suasana pelayanan yang nyaman melalui penerimaan yang
hangat dan kekeluargaan.

26
 Penyuluhan mengenai cara-cara KB.
 Penyuluhan mengenai keefektifan menyusui untuk KB bagi ibu
yang baru melahirkan.
 Keterangan mengenai apa yang diinginkan oleh klien selama
kunjungan tersebut.
3. Konseling Metode Khusus
Konseling khusus mengenai metode KB yang memberi kesempatan
kepada klien untuk :
a. Mengajukan pertanyaan tentang cara KB tertentu dan membicarakan
pengalamannya.
b. Mendapat informasi lebih rinci tentang cara KB yang tersedia yang
ingin dipilihnya.
c. Mendapat bantuan untuk memilih metode KB yang cocok.
d. Penerangan lebih jauh tentang bagaimana menggunakan metode
tersebut dengan aman, efektif, dan memuaskan.
4. Selama konseling ini, petugas memberi pelayanan adalah :
a. Menanyakan kepada klien cara apa yang ingin dipilih dan apa yang
ia ketahui tentang cara tersebut. Dengan cara demikian pemberi
pelayanan dapat mengoreksi dan informasi yang salah yang muncul
di masyarakat untuk selanjutnya memberikan informasi yang benar.
b. Memberitahukan dan mendiskusikan cara kerja setiap metode KB,
keefektifannya, manfaat dan kerugiannya.
c. Membantu klien untuk mulai memilih suatu metode
d. Menasehati klien perlunya evaluasi lebih lanjut.
e. Memberi kesempatan kepada klien untuk bertanya lebih lanjut atau
ada hal lain yang masih merisaukan.
f. Menjelaskan secara singkat dan jelas bagaimana menggunakan
metode tersebut dan memungkinkan efek samping yang timbul
g. Meminta klien mengulang instruksi untuk menyakinkan bahwa ia
benar-benar telah mengerti.

27
h. Membicarakan dengan klien apa harus kembali atau follow up.
Penekanan dititik beratkan pada penyediaan alat, nasehat tentang
efek samping, bagaimana mengenal adanya masalah sedini mungkin,
bagaimana bila ingin mengganti alat kontrasepsi.
5. Konseling Kunjungan Ulang
6. Bila klien datang untuk mendapatkan obat baru atau pemeriksaan ulang
maka penting untuk berpijak pada konseling yang dulu.
7. Secara khusus, kunjungan ulang memberikan kesempatan untuk :
a. Membesarkan hati klien atas keputusannya untuk ber-KB.
b. Mengetahui apakah klien puas dan apakah masih menggunakan cara
KB.
c. Menyakinkan bahwa cara yang dipakai klien telah benar dan bila
benar cocok, untuk mengulangi intruksi pemakaiannya.
d. Menyediakan suplai (bahan secukupnya).
e. Menjawab pertanyaa klien.
f. Membesarkan hati klien dan mengobati efek samping yang kecil bila
perlu.
g. Memeriksa komplikasi medis dan merujuk untuk evaluasi medis bila
diperlukan.
h. Mencari perubahan-perubahan kesehatan pada saat itu atau keadaan
hidupnya yang bisa menjurus untuk berganti cara atau berhenti
menggunakan cara KB
8. Kunjungan ulang yang pertama tergantung pada jenis KB yang dipakai.
Sebagai contoh, dibawah ini diberikan jadwal yang dianjurkan
a. Pil oral: 3 bulan
b. AKDR : 3 – 6 minggu
c. KB suntik: 2 – 3 bulan, tergantung jenisnya.

28
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
KIA adalah kegiatan kelompok belajar kesehatan ibu dan anak yang
anggotanya meliputi ibu hamil dan menyusui. Tujuan umum dari program
KIA adalah agar ibu hamil dan menyusui tahu cara yang baik untuk
menjaga kesehatan sendiri dan anaknya, tahu pentingnya pemeriksaan ke
puskesmas dan posyandu atau tenaga kesehatan lain pada masa hamil dan
menyusui serta adanya keinginan untuk ikut menggunakan kontrasepsi yang
efektif dan tepat.
Keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha yang
mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak
positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan
menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut.
Dalam keluarga berencana ada kontarsepsi, kontrasepsi ini terdiri dari
beberpa jenis yaitu terdiri dari kimiawi, hormonal, alami, mekanis,
sterilisasi dan AKDR. Kontrasepsi sendiri adalah usaha-usaha untuk
mencegah kehamilan itu sendiri terjadi, kontrasepsi ini dapat berupa
permanen ataupun sementara.

1.2 Saran
Diharapkan bagi pembaca dapat memberi masukan berupa kritik dan
saran yang bersifat membangun tentang KIA dan KB dan untuk petugas
kesehatan agar meningkatkan kualitas pelayanan KB kepada masyarakat dan
membantu mencapai KIA.

29
DAFTAR PUSTAKA

Andi. 2011. KIA. (http://kia029.blogspot.com/. Diakses pada 15 Oktober 2014,


20.00 WITA).
Lestiyani, Pratidina. 2013. Program KIA.
(http://pratidinalestiyani.wordpress.com/2013/05/07/programkia/, diakses
pada 15 Oktober 2014, 20.00 WITA).
Nolvian. 2012. Asuhan Kebidanan Komunitas tentang KIA-KB. (http://nolvian-
midwifery.blogspot.com/2012/10/asuhan-kebidanan-komunitas-tentang-
kb.html, diakses pada 15 Oktober 2014, 20.00 WITA).

30

Anda mungkin juga menyukai