Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Kurikulum 2013 & Kurikulum Merdeka Dalam Pembelajaran Indonesia”

Dosen Pembimbing :
Badratun Nafis,S.Pd,M.Pd
Di Susun Oleh :
Nia Wahyu Mulia 2311100021
Rafda Yani 2311100025
Husna Midaya 2311100014
Amalia Fitri 2311100116

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN ILMU DAN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH

BANDA ACEH

2024
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Tuhan yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
mata kuliah bahasa indonesia dengan judul “Kurikulum 2013 & Kurikulum Merdeka Dalam
Pembelajaran Indonesia”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan
dalam mata kuliah bahasa indonesia di Universitas Serambi Mekkah.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknik
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini.

Banda Aceh, 07 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2

1.3 Tujuan Masalah...........................................................................................................2

BAB II.......................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.......................................................................................................................3

2.1 Kurikulum 2013...........................................................................................................3

2.1.1 Pengembangan Kemampuan Komunikasi...............................................................4

2.1.2 Pemahaman Teks.....................................................................................................5

2.1.3 Apresiasi Karya Sastra dan Budaya.........................................................................6

2.2 Kurikulum Merdeka....................................................................................................8

2.2.1 Fleksibilitas dalam Penyusunan Kurikulum............................................................9

2.2.2 Pengembangan Keterampilan Berbahasa yang Relevan........................................10

BAB III....................................................................................................................................13

PENUTUP...............................................................................................................................13

3.1 Kesimpulan............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan pondasi utama pembangunan suatu bangsa, yang memegang


peranan krusial dalam membentuk karakter, kecerdasan, dan keterampilan generasi muda.
Dalam konteks Indonesia, pendidikan telah menjadi fokus utama dalam upaya meningkatkan
kualitas sumber daya manusia guna menghadapi tantangan global. Salah satu instrumen
penting dalam pembentukan sistem pendidikan adalah kurikulum, yang menjadi pedoman
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi proses pembelajaran di sekolah-sekolah.

Sejalan dengan perkembangan zaman dan tuntutan akan kemajuan pendidikan,


Pemerintah Indonesia memperkenalkan Kurikulum 2013 sebagai upaya untuk merespons
dinamika kebutuhan pendidikan yang semakin kompleks. Kurikulum 2013 dirancang dengan
memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menekankan pada
pembangunan karakter, keterampilan, dan pengetahuan yang relevan bagi siswa di era
modern. Dalam konteks pembelajaran Bahasa Indonesia, Kurikulum 2013 menawarkan
pendekatan yang lebih holistik, dengan fokus pada pengembangan kemampuan komunikasi,
pemahaman teks, dan apresiasi terhadap karya sastra dan budaya.

Namun, seiring dengan dinamika pendidikan yang terus berkembang, diperlukan


upaya terus-menerus untuk memperbaharui dan mengkustomisasi kurikulum agar tetap
relevan dan efektif dalam mencapai tujuan pendidikan. Dalam kerangka ini, Pemerintah
Indonesia memperkenalkan Konsep Kurikulum Merdeka, yang memberikan kebebasan lebih
kepada sekolah dalam menentukan metode pembelajaran dan materi yang disesuaikan dengan
kebutuhan lokal serta potensi siswa. Kurikulum Merdeka ini mencerminkan semangat untuk
memberikan ruang lebih bagi sekolah dalam mengembangkan program pembelajaran yang
sesuai dengan dinamika lingkungan dan kebutuhan siswa di era modern.

Dengan latar belakang ini, perbandingan antara Kurikulum 2013 dan Kurikulum
Merdeka dalam konteks pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi penting untuk dipahami,
karena kedua kurikulum ini memiliki peran strategis dalam menentukan arah pendidikan
Bahasa Indonesia di Indonesia. Dengan demikian, perbandingan tersebut dapat memberikan
wawasan yang lebih mendalam tentang bagaimana kurikulum-kurikulum ini merespons

1
dinamika kebutuhan pendidikan dan tuntutan zaman, serta memberikan kontribusi nyata
dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian merdeka belajar ?
2. Apa tujuan utama merdeka belajar ?
3. Apa landasan merdeka belajar dalam memajukan pendidikan?
4. Bagaimana merdeka belajar menjadi pembelajaran yang inovatif ?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian merdeka belajar
2. Untuk mengetahui tujuan utama merdeka belajar
3. Untuk mengetahui tujuan utama merdeka belajar
4. Untuk mengetahui merdeka belajar menjadi pembelajaran yang inovatif

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan tonggak penting dalam perkembangan sistem pendidikan di


Indonesia. Diperkenalkan pada tahun 2013, kurikulum ini menggantikan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) yang telah berlaku sebelumnya. Kurikulum 2013 bukan sekadar
perubahan dalam materi pembelajaran, tetapi juga merupakan transformasi menyeluruh
dalam pendekatan dan filosofi pendidikan di Indonesia.

1. Landasan dan Filosofi

Kurikulum 2013 didasarkan pada filosofi pendidikan yang menekankan pada


pembangunan karakter, keterampilan, dan pengetahuan yang relevan dengan kebutuhan siswa
di era modern. Filosofi ini mencerminkan visi untuk menciptakan generasi yang tidak hanya
cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki integritas, kreativitas, dan kepedulian sosial.

2. Pendekatan dan Karakteristik

Kurikulum 2013 menawarkan pendekatan pembelajaran yang lebih holistik dan


interaktif. Pembelajaran tidak hanya berfokus pada pemberian pengetahuan, tetapi juga pada
pengembangan keterampilan berpikir kritis, kemampuan berkomunikasi, dan kreativitas
siswa. Kurikulum ini juga menekankan pada penggunaan teknologi sebagai alat bantu
pembelajaran yang efektif.

3. Struktur Kurikulum

Struktur Kurikulum 2013 terdiri dari empat tingkatan pendidikan, yaitu Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD), pendidikan dasar (SD/MI), pendidikan menengah (SMP/MTs), dan
pendidikan menengah atas (SMA/SMK/MA). Setiap tingkatan memiliki ciri khas dan tujuan
pembelajaran yang disesuaikan dengan perkembangan fisik, mental, dan emosional siswa.

4. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 memiliki peran penting
dalam pengembangan kemampuan komunikasi, pemahaman teks, dan apresiasi terhadap
karya sastra dan budaya. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya berfokus pada

3
penguasaan tata bahasa dan kosa kata, tetapi juga pada pengembangan kemampuan berbicara,
mendengarkan, membaca, dan menulis.

5. Evaluasi dan Penilaian

Sistem evaluasi dalam Kurikulum 2013 lebih menekankan pada penilaian formatif yang
berkelanjutan, yang memperhatikan perkembangan siswa secara holistik. Guru diminta untuk
menggunakan berbagai metode evaluasi, termasuk tes tertulis, proyek, presentasi, dan
portofolio, untuk mengukur kemajuan dan pencapaian siswa.

2.1.1 Pengembangan Kemampuan Komunikasi

Pengembangan kemampuan komunikasi adalah salah satu aspek penting dalam


Kurikulum Merdeka, terutama dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Dalam Kurikulum
Merdeka, pendekatan untuk mengembangkan kemampuan komunikasi dapat dilakukan
melalui beberapa strategi yang memungkinkan siswa untuk berinteraksi, berkolaborasi, dan
mengungkapkan ide-ide mereka dengan lebih efektif. Berikut beberapa strategi
pengembangan kemampuan komunikasi dalam Kurikulum Merdeka:

1. Pendekatan Berbasis Proyek (Project-Based Learning): Dalam pendekatan ini, siswa


diberikan proyek-proyek pembelajaran yang mengharuskan mereka untuk
berkomunikasi dan berkolaborasi dengan baik. Misalnya, siswa dapat diminta untuk
membuat presentasi atau proyek multimedia tentang topik Bahasa Indonesia yang
mereka pelajari, kemudian mereka harus menyampaikan ide-ide mereka secara lisan
kepada kelas atau bahkan mengadakan presentasi di depan publik.

2. Diskusi dan Debat: Diskusi dan debat adalah cara yang efektif untuk melatih
kemampuan berbicara dan mendengarkan siswa. Dalam Kurikulum Merdeka, sekolah
dapat menyelenggarakan diskusi terstruktur tentang berbagai topik Bahasa Indonesia,
seperti sastra, tata bahasa, atau isu-isu kebudayaan. Siswa juga dapat diajak untuk
berpartisipasi dalam debat formal, di mana mereka harus mempertahankan argumen
mereka secara logis dan persuasif.

3. Aktivitas Menulis: Kemampuan menulis merupakan bagian integral dari kemampuan


komunikasi. Dalam Kurikulum Merdeka, siswa dapat diberikan tugas-tugas menulis
yang beragam, mulai dari esai, cerpen, hingga blog atau jurnal online. Melalui

4
aktivitas menulis ini, siswa dapat belajar menyusun ide-ide mereka dengan jelas dan
terstruktur, serta mengasah keterampilan mereka dalam menggunakan bahasa dengan
tepat.

4. Pementasan Drama atau Teater: Melalui pementasan drama atau teater, siswa dapat
berlatih berbicara di depan umum dan mengekspresikan karakter serta emosi melalui
bahasa tubuh dan ekspresi wajah. Dalam Kurikulum Merdeka, sekolah dapat
mengadakan produksi drama atau teater yang melibatkan siswa dalam berbagai peran,
sehingga mereka dapat belajar berkomunikasi dengan lebih percaya diri dan efektif.

5. Penggunaan Media Sosial dan Teknologi: Dalam era digital saat ini, penggunaan
media sosial dan teknologi dapat menjadi sarana yang efektif untuk mengembangkan
kemampuan komunikasi. Sekolah dapat mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam
forum online, blog, atau platform berbagi video untuk berdiskusi tentang Bahasa
Indonesia. Hal ini dapat membantu siswa untuk berlatih menyampaikan ide-ide
mereka secara tertulis maupun visual.

Dengan mengimplementasikan strategi-strategi ini dalam Kurikulum Merdeka,


diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan komunikasi mereka secara holistik,
baik dalam bentuk lisan, tulisan, maupun visual. Hal ini akan membantu mereka untuk
menjadi individu yang kompeten dalam berkomunikasi di berbagai situasi dan konteks, serta
siap menghadapi tantangan dalam kehidupan pribadi, akademik, dan profesional mereka di
masa depan.

2.1.2 Pemahaman Teks

Dalam Kurikulum Merdeka, pengembangan pemahaman teks merupakan salah satu aspek
penting dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Pemahaman teks melibatkan kemampuan
siswa untuk memahami, menganalisis, dan mengevaluasi berbagai jenis teks, baik teks tulis
maupun teks lisan. Berikut beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pengembangan
pemahaman teks dalam Kurikulum Merdeka:

1. Pendekatan Berbasis Konteks: Kurikulum Merdeka mendorong penggunaan konteks


yang relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia. Misalnya, siswa dapat diajak untuk menganalisis teks yang berkaitan
dengan isu-isu sosial, lingkungan, atau budaya yang mereka alami dalam kehidupan

5
sehari-hari. Dengan demikian, siswa dapat memahami relevansi dan signifikansi teks
dalam konteks kehidupan mereka sendiri.

2. Pendekatan Berbasis Strategi Membaca (Reading Strategies Approach): Kurikulum


Merdeka dapat mengintegrasikan pengajaran strategi membaca yang efektif dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia. Strategi membaca seperti mengidentifikasi gagasan
utama, menarik kesimpulan, dan membuat prediksi dapat membantu siswa dalam
memahami teks dengan lebih baik. Melalui latihan dan pembelajaran berbasis strategi,
siswa dapat mengembangkan keterampilan pemahaman teks yang mendalam.

3. Pendekatan Berbasis Keterampilan Berpikir Kritis: Kurikulum Merdeka mendorong


pengembangan keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran Bahasa Indonesia,
termasuk dalam memahami teks. Siswa diajak untuk mengajukan pertanyaan kritis,
mengevaluasi informasi yang disajikan dalam teks, dan menyusun argumen
berdasarkan bukti yang ditemukan dalam teks. Hal ini membantu siswa untuk tidak
hanya memahami teks secara literal, tetapi juga mengembangkan pemahaman yang
lebih mendalam dan kritis terhadap berbagai isu yang diangkat dalam teks.

4. Pendekatan Berbasis Diferensiasi: Kurikulum Merdeka memungkinkan sekolah untuk


mengadopsi pendekatan diferensiasi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Pendekatan ini mempertimbangkan keberagaman kemampuan dan minat siswa, serta
memberikan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan individu.
Misalnya, siswa dengan kemampuan membaca yang lebih tinggi dapat diberikan teks
yang lebih kompleks, sementara siswa dengan kemampuan yang lebih rendah dapat
diberikan teks yang disesuaikan dengan tingkat pemahaman mereka.

Dengan pendekatan-pendekatan tersebut, diharapkan Kurikulum Merdeka dapat


membantu siswa mengembangkan kemampuan pemahaman teks yang lebih mendalam dan
relevan dengan kebutuhan dan tuntutan zaman. Pemahaman teks yang baik merupakan
landasan penting dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, yang akan membantu siswa untuk
berhasil dalam berbagai aspek kehidupan mereka.

2.1.3 Apresiasi Karya Sastra dan Budaya

Dalam konteks Kurikulum Merdeka, apresiasi terhadap karya sastra dan budaya
merupakan aspek penting dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Apresiasi ini tidak hanya

6
membantu siswa memahami dan menghargai warisan budaya bangsa, tetapi juga
mengembangkan pemahaman mereka tentang keindahan bahasa dan nilai-nilai yang
terkandung dalam karya sastra. Berikut adalah beberapa pendekatan yang dapat diambil
dalam pengembangan apresiasi terhadap karya sastra dan budaya dalam Kurikulum Merdeka:

1. Pendekatan Multikultural (Multicultural Approach): Kurikulum Merdeka mendorong


sekolah untuk mengintegrasikan karya sastra dan budaya dari berbagai suku, agama,
dan daerah di Indonesia. Melalui pendekatan ini, siswa diperkenalkan pada
keragaman budaya yang ada di Indonesia dan diajak untuk menghargai keunikan
setiap budaya tersebut. Misalnya, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa dapat
mempelajari berbagai cerita rakyat, puisi, atau lagu daerah yang mencerminkan
kekayaan budaya bangsa.

2. Pendekatan Interdisipliner (Interdisciplinary Approach): Kurikulum Merdeka


memungkinkan sekolah untuk mengintegrasikan pembelajaran Bahasa Indonesia
dengan mata pelajaran lain, seperti seni, sejarah, atau agama. Melalui pendekatan ini,
siswa dapat memahami keterkaitan antara karya sastra dengan konteks sosial, sejarah,
dan budaya di mana karya tersebut dihasilkan. Misalnya, siswa dapat mempelajari
karya sastra yang mencerminkan periode sejarah tertentu atau mengkaji pengaruh
agama terhadap pengembangan karya sastra.

3. Pendekatan Kritis (Critical Approach): Kurikulum Merdeka mendorong siswa untuk


mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam mengapresiasi karya sastra dan
budaya. Mereka diajak untuk mengevaluasi dan menganalisis karya sastra secara
mendalam, termasuk konteks historis, sosial, dan budaya di mana karya tersebut
dihasilkan. Misalnya, siswa dapat diminta untuk mengidentifikasi tema-tema
universal yang terdapat dalam karya sastra atau menganalisis konflik dan karakter
dalam sebuah cerita.

4. Pendekatan Kreatif (Creative Approach): Kurikulum Merdeka memberikan ruang


bagi siswa untuk mengungkapkan apresiasi mereka terhadap karya sastra dan budaya
melalui ekspresi kreatif. Misalnya, siswa dapat diminta untuk membuat interpretasi
visual atau dramatis dari sebuah cerita, atau menyusun karya sastra baru yang
terinspirasi oleh karya-karya yang telah mereka pelajari. Melalui pendekatan ini,

7
siswa dapat mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang nilai-nilai
yang terkandung dalam karya sastra dan budaya.

Dengan pendekatan-pendekatan tersebut, diharapkan Kurikulum Merdeka dapat


memberikan kesempatan yang lebih besar bagi siswa untuk mengembangkan apresiasi yang
mendalam terhadap karya sastra dan budaya Indonesia. Hal ini akan membantu mereka
memahami identitas budaya bangsa dan meningkatkan rasa bangga terhadap warisan budaya
yang dimiliki oleh Indonesia.

2.2 Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka merupakan konsep kurikulum yang diperkenalkan oleh pemerintah


Indonesia sebagai upaya untuk memberikan kebebasan lebih kepada sekolah dalam
merancang dan melaksanakan kurikulum sesuai dengan kebutuhan lokal, potensi siswa, dan
perkembangan zaman. Konsep ini bertujuan untuk memberikan fleksibilitas dan kemandirian
kepada sekolah dalam menyesuaikan program pembelajaran dengan konteks lingkungan
sekolah dan kebutuhan siswa.

Beberapa prinsip utama Kurikulum Merdeka antara lain:

1. Fleksibilitas: Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan kepada sekolah untuk


menyesuaikan kurikulum dengan karakteristik lokal, kondisi siswa, dan
perkembangan zaman. Hal ini bertujuan agar pendidikan lebih relevan dan efektif
dalam memenuhi kebutuhan siswa serta tuntutan zaman.

2. Partisipatif: Proses pengembangan kurikulum dalam konsep Kurikulum Merdeka


melibatkan berbagai pihak, termasuk guru, kepala sekolah, orang tua, dan masyarakat
lokal. Dengan melibatkan semua pemangku kepentingan, diharapkan kurikulum yang
disusun lebih mewakili aspirasi dan kebutuhan seluruh komunitas pendidikan.

3. Keterkaitan dengan Dunia Nyata: Kurikulum Merdeka mendorong pembelajaran yang


terkait erat dengan kehidupan sehari-hari dan dunia nyata. Hal ini dilakukan agar
siswa dapat mengembangkan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan masa
depan, seperti keterampilan berpikir kritis, kreatif, komunikasi, dan kolaborasi.

8
4. Kesetaraan dan Inklusi: Kurikulum Merdeka memberikan perhatian khusus pada
prinsip kesetaraan dan inklusi, dengan memperhatikan keberagaman siswa dan
memastikan bahwa kurikulum dapat diakses oleh semua siswa, termasuk mereka yang
memiliki kebutuhan khusus.

Dalam pelaksanaannya, Kurikulum Merdeka menempatkan guru sebagai agen utama


dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi kurikulum. Guru didorong untuk
menjadi fasilitator pembelajaran yang kreatif dan responsif terhadap kebutuhan siswa, serta
mengintegrasikan sumber daya lokal dan teknologi dalam proses pembelajaran.

Tujuan utama dari Kurikulum Merdeka adalah menciptakan lingkungan pembelajaran


yang lebih dinamis, adaptif, dan relevan dengan kebutuhan dan potensi siswa serta
lingkungan sekitar. Dengan demikian, diharapkan Kurikulum Merdeka dapat meningkatkan
kualitas pendidikan, memperkuat keterkaitan antara sekolah dan masyarakat, serta
menghasilkan generasi yang siap menghadapi tantangan dan peluang di era globalisasi.

2.2.1 Fleksibilitas dalam Penyusunan Kurikulum

Dalam konteks Kurikulum Merdeka, fleksibilitas dalam penyusunan kurikulum menjadi


salah satu fitur utama yang membedakannya dari pendekatan kurikulum konvensional.
Fleksibilitas ini memberikan sekolah kebebasan yang lebih besar dalam menyesuaikan
kurikulum dengan kebutuhan dan karakteristik siswa serta lingkungan belajar mereka.
Berikut beberapa aspek fleksibilitas dalam penyusunan kurikulum:

1. Penyesuaian dengan Konteks Lokal: Kurikulum Merdeka memungkinkan sekolah


untuk memperhatikan kondisi sosial, budaya, ekonomi, dan geografis daerah tempat
mereka berada. Dengan demikian, kurikulum dapat disesuaikan dengan kebutuhan
dan realitas lokal, termasuk masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa di lingkungan
sekitarnya. Misalnya, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, materi pembelajaran
dapat diadaptasi untuk mencerminkan kekayaan budaya dan keberagaman bahasa di
daerah tersebut.

2. Pemilihan Materi Pembelajaran yang Relevan: Kurikulum Merdeka memberikan


keleluasaan bagi sekolah untuk memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan
minat, kebutuhan, dan potensi siswa. Hal ini memungkinkan penyusunan kurikulum
9
yang lebih kontekstual dan relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Misalnya,
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, sekolah dapat memilih teks-teks atau bahan
bacaan yang menarik dan relevan dengan pengalaman hidup siswa, sehingga
meningkatkan motivasi dan keterlibatan mereka dalam pembelajaran.

3. Variasi Metode Pengajaran: Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan bagi sekolah


untuk menggunakan berbagai macam metode pengajaran yang sesuai dengan
kebutuhan dan preferensi siswa. Metode pengajaran yang beragam, seperti
pembelajaran aktif, kolaboratif, atau berbasis proyek, dapat diadopsi sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Dengan demikian, pembelajaran dapat
menjadi lebih menarik dan beragam, sehingga memenuhi kebutuhan beragam gaya
belajar siswa.

4. Penilaian yang Beragam: Kurikulum Merdeka mendorong penggunaan metode


penilaian yang beragam dan sesuai dengan karakteristik siswa dan materi
pembelajaran. Selain ujian tertulis, sekolah dapat menggunakan penilaian formatif,
penugasan proyek, atau portofolio untuk mengukur kemajuan dan pencapaian siswa.
Hal ini memungkinkan evaluasi yang lebih holistik dan menyeluruh terhadap berbagai
aspek pembelajaran Bahasa Indonesia, termasuk kemampuan berbicara, menulis, dan
memahami teks.

Dengan adanya fleksibilitas dalam penyusunan kurikulum, diharapkan Kurikulum


Merdeka dapat memberikan kesempatan yang lebih besar bagi sekolah untuk
mengembangkan pendidikan yang relevan, responsif, dan berkualitas sesuai dengan
kebutuhan dan potensi siswa serta lingkungan belajar mereka. Fleksibilitas ini juga
menciptakan ruang bagi inovasi dan eksperimen dalam pembelajaran, sehingga dapat terus
meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan.

2.2.2 Pengembangan Keterampilan Berbahasa yang Relevan

Dalam Kurikulum Merdeka, pengembangan keterampilan berbahasa yang relevan


menjadi salah satu aspek penting dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Keterampilan
berbahasa yang relevan tidak hanya mencakup kemampuan dalam pemahaman dan produksi
teks, tetapi juga kemampuan berbahasa yang diperlukan dalam konteks sosial, profesional,

10
dan digital di era modern. Berikut adalah beberapa pendekatan yang dapat diambil dalam
pengembangan keterampilan berbahasa yang relevan dalam Kurikulum Merdeka:

1. Pendekatan Berbasis Teks Otentik: Kurikulum Merdeka mendorong penggunaan teks


otentik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Teks otentik adalah teks yang diambil
dari situasi nyata dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, artikel berita,
blog, iklan, atau materi audio/video yang relevan dengan minat dan kebutuhan siswa.
Dengan menggunakan teks otentik, siswa dapat belajar bahasa dalam konteks yang
nyata dan memperoleh keterampilan dalam memahami, menganalisis, dan merespons
teks-teks yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari.

2. Pendekatan Berbasis Keterampilan Berbahasa Relevan: Kurikulum Merdeka


menekankan pengembangan keterampilan berbahasa yang relevan dengan kebutuhan
dan tuntutan zaman. Selain keterampilan berbicara, mendengarkan, membaca, dan
menulis, keterampilan berbahasa lainnya yang penting dalam era modern juga
diperhatikan, seperti kemampuan berkomunikasi secara digital, memahami berbagai
jenis teks multimedia, dan menggunakan bahasa dengan efektif dalam berbagai
konteks sosial dan profesional.

3. Pendekatan Berbasis Proyek Kolaboratif: Dalam Kurikulum Merdeka, siswa didorong


untuk berpartisipasi dalam proyek-proyek kolaboratif yang mengintegrasikan
pengembangan keterampilan berbahasa. Misalnya, siswa dapat diminta untuk bekerja
dalam kelompok untuk membuat podcast, video tutorial, atau kampanye sosial yang
membutuhkan penggunaan bahasa yang efektif. Melalui proyek-proyek ini, siswa
tidak hanya mengembangkan keterampilan berbahasa, tetapi juga keterampilan
kerjasama, pemecahan masalah, dan kepemimpinan.

4. Pendekatan Berbasis Pengalaman Praktis: Kurikulum Merdeka mendorong


penggunaan pengalaman praktis dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Misalnya,
siswa dapat diajak untuk berpartisipasi dalam simulasi situasi komunikasi nyata,
seperti peran-peran dalam drama, wawancara dengan narasumber, atau debat tentang
isu-isu kontemporer. Melalui pengalaman praktis ini, siswa dapat mengaplikasikan
keterampilan berbahasa yang mereka pelajari dalam situasi yang mendekati
kehidupan sehari-hari.

11
Dengan pendekatan-pendekatan tersebut, diharapkan Kurikulum Merdeka dapat
memberikan kesempatan yang lebih besar bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan
berbahasa yang relevan dengan kebutuhan dan tuntutan zaman. Dengan demikian, mereka
akan siap menghadapi berbagai situasi komunikasi dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam
konteks pribadi, sosial, maupun profesional, serta memperoleh keterampilan yang dibutuhkan
untuk sukses di masa depan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam kesimpulan, perbandingan antara Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka dalam
konteks pembelajaran Bahasa Indonesia menggambarkan dua pendekatan yang berbeda
namun memiliki tujuan yang sama, yaitu meningkatkan kualitas pendidikan Bahasa Indonesia
di Indonesia. Kurikulum 2013 menekankan pada pengembangan kemampuan komunikasi,
pemahaman teks, dan apresiasi terhadap karya sastra dan budaya Indonesia dengan
pendekatan yang lebih terstruktur dan berbasis kompetensi. Di sisi lain, Kurikulum Merdeka
memberikan kebebasan lebih kepada sekolah dalam menyesuaikan metode pembelajaran dan
materi dengan kebutuhan lokal, potensi siswa, dan dinamika zaman.

Meskipun memiliki pendekatan yang berbeda, kedua kurikulum ini memiliki poin-poin
yang penting. Kurikulum 2013 memberikan landasan yang kuat dalam pengembangan
kemampuan berbahasa siswa dengan pendekatan yang terstruktur dan berbasis kompetensi.
Di sisi lain, Kurikulum Merdeka memberikan fleksibilitas yang memungkinkan sekolah
untuk menyesuaikan pembelajaran dengan konteks lokal dan potensi siswa, sehingga lebih
relevan dan responsif terhadap kebutuhan pendidikan di tingkat lokal.

Kedua kurikulum ini juga menekankan pada pengembangan keterampilan berbahasa yang
relevan dengan tuntutan zaman, seperti kemampuan berkomunikasi secara efektif dalam
berbagai konteks sosial dan profesional, penggunaan teknologi dalam pembelajaran bahasa,
dan pengembangan keterampilan kreatif dan kritis dalam menggunakan bahasa.

Dengan demikian, perbandingan antara Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia menunjukkan pentingnya terus-menerus mengembangkan
kurikulum pendidikan untuk menjawab dinamika kebutuhan pendidikan dan tuntutan zaman.

12
Kedua kurikulum ini memberikan landasan yang penting bagi pengembangan pendidikan
Bahasa Indonesia yang berkualitas dan relevan dengan kebutuhan siswa di era modern.
Dengan pendekatan yang tepat dan implementasi yang baik, diharapkan kedua kurikulum ini
dapat memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan kemampuan berbahasa dan
pemahaman budaya siswa, serta persiapan mereka dalam menghadapi berbagai tantangan di
masa depan.

DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. (2013). Kurikulum 2013: Kompetensi dasar Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. (2023).


Kurikulum Merdeka: Konsep dan Implementasi. Jakarta: Kemendikbudristek RI.

Nasution, S. (2019). Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Bahasa


Indonesia di Sekolah Menengah Atas. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, 5(2), 123-
135.

Prastowo, A. (2018). Pengembangan Kurikulum Merdeka dalam Pembelajaran Bahasa


Indonesia di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 10(1), 45-56.

Suryadi, E. (2020). Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013.


Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 8(2), 89-102.

13

Anda mungkin juga menyukai