Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT atas
limpahan berkah dan rahmat dari-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Konsep dan Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum 2013” pada mata kuliah
Kurikulum dan Buku Teks, tepat pada waktu yang telah ditentukan. Dalam kesempatan
ini, penulis turut mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Inayah Hanum., M.Pd,
selaku dosen pengampu mata kuliah Kurikulum dan Buku Teks di kelas Reguler D
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Stambuk 2023, kepada orang tua tercinta yang
senantiasa mendoakan dan memberikan motivasi dalam menjalani kehidupan, dan rekan-
rekan kelompok yang memberikan kontribusi dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
tetapi dengan begitupun penulis mencoba untuk menjelaskan dan memaparkan materi
dengan baik melalui pengetahuan yang penulis dapat dari berbagai sumber yang
bersangkutan. Besar harapan penulis dengan terbentuknya makalah ini, akan memberikan
tambahan wawasan ilmu bagi semua pihak, khususnya para pembaca. Jika terdapat
kesalahan dalam penulisan dan penyusunan makalah ini, penulis mohon maaf. Penulis
senantiasa menunggu kritik serta saran yang membangun agar dapat menjadi perbaikan
untuk tugas makalah yang akan datang.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat
mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi
penerus, yang diyakini akan menjadi faktor bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara
Indonesia sepanjang zaman. Pendidikan karakter dalam kurikulum 2013 bertujuan untuk,
meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, yang mengarah pada pembentukan budi
pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan
penerapan pendidikan yang berkarakter tersebut, bukan hanya tanggung jawab dari
sekolah semata, tetapi tanggung jawab semua pihak seperti orang tua peserta didik,
pemerintah dan masyarakat. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis pada
pengembangan kopetensi siswa.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang berbasis kompetensi yang pernah digagas
dalam Rilisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, tetapi belum terselesaikan
karena desakan untuk segera mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan 2006. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi dan
karakter, dengan pendekatan tematik dan kontekstual. Dari sekian banyak unsur sumber
daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi
yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik.
Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis
pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik
menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman
yang selalu berubah; dan (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan (3) warga
negara yang demokratis, bertanggung jawab.
Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan
Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006
yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Titik
tekan pengembangan kurikulum 2013 adalah penyempurnaan pola pikir, penguatan tata
1
kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan
penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan
dengan apa yang dihasilkan.
Kebebasan belajar atau Kurikulum Merdeka merupakan kebijakan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kurikulum Merdeka dilaksanakan
dengan tujuan untuk membatasi kemandirian berpikir siswa. Inilah poin terpenting
mengenai independensi berpikir guru. Jika guru mengajar dan bebas mengajar, tentu
siswa tidak bebas berpikir. Merdeka Belajar yang digagas oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia merupakan respon terhadap keluhan dan permasalahan
yang dihadapi pendidik selama proses pembelajaran. Dengan kebebasan akademik, beban
dan tugas guru bisa diminimalkan, mulai dari manajemen hingga bebas dari tekanan
bullying.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep Kurikulum 2013?
2. Bagaimana konsep Kurikulum Merdeka?
3. Apa saja dasar-dasar pengembangan Kurikulum 2013?
4. Apa saja dasar-dasar pengembangan Kurikulum Merdeka
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui konsep Kurikulum 2013?
2. Untuk Mengetahui konsep Kurikulum Merdeka?
3. Untuk mengtahui dasar-dasar pengembangan Kurikulum 2013
4. Untuk Mengetahui pengembangan Kurikulum Merdeka
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2013 diharapkan membawa perubahan dalam mengatasi kesenjangan yang terjadi di
dunia pendidikan. Ada empat perubahan besar Kurikulum 2013 dibandingkan dengan
kurikulum sebelumnya, sebagai berikut:
1. Perubahan dalam Konsep kurikulum yang mencakup keseimbangan antara
keterampilan rumit dan Keterampilan yang madah yang di mulai dari Standar
Kompetensi, Standar Konten, standar proses, dan standar penilaian.
2. Buku yang digunakan adalah berbasis aktivitas dan tematik terpadu.
3. Proses pembelajaran, dan
4. Proses penilaian.
Ini diharapkan bisa membawa perubahan untuk mencapai kualitas yang baik bagi
pendidikan (Kemendikbud dalam Rumahlatu, 2016).
4
berpikir sehingga diikuti oleh peserta didik. Kurikulum merdeka memberikan warna baru
dan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya, titik di mana guru dituntut memahami
secara menyeluruh konsep dari kurikulum.
Kurikulum merdeka merupakan kurikulum dengan pembelajaran yang beragam.
Kurikulum ini berfokus pada konten-konten yang esensial agar peserta didik memiliki
cukup waktu untuk mendalami konsep dan pengeluaran yang kompetensi. Kurikulum
merdeka diterapkan untuk melatih kemerdekaan yang dalam berpikir. Inti paling penting
dari kemerdekaan berpikir ini ditunjukkan kepada guru.
Semenjak berubahnya kebijakan pemerintah dalam penerapan kurikulum sistem
pendidikan juga ikut berubah. Kurikulum berubah seiring dengan tuntutan zaman dan
kebutuhan pembelajaran. Kurikulum dengan segala perubahannya tentu saja tidak
terlepas dari dunia Pendidikan. Pendidikan yang baik akan menciptakan pola pikir, sikap,
dan karakter yang baik bagi peserta didik. Dasar pelaksanaan Kurikulum Merdeka
mengacu pada Keputusan Menristek Dikti No. 56 Tahun 2022 tentang Pedoman
Penerapan Kurikulum dalam rangka pemulihan pembelajaran (Kurikulum Merdeka)
sebagai penyempurna kurikulum sebelumnya.
5
C. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum 2013
1. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013
Dalam pengembangan Kurikulum 2013 landasan kurikulum sangat penting dan
dibutuhkan. Oleh karena itu penulis akan menjelaskan landasan pengembangan
Kurikulum 2013 sebagai berikut:
a. Landasan Filosofis
Filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari kata “philos” dan “shopia”.
Philos, artinya cinta yang mendalam, dan shopia adalah kearifan atau kebijaksanaan.
Dengan demikian, filsafat secara harfiah dapat diartikan sebagai cinta yang mendalam
akan kearifan. Secara populer filsafat sering diartikan sebagai pandangan hidup suatu
masyarakat atau pendirian hidup bagi individu. Dengan demikian, maka jelas setiap
individu atau setiap kelompok masyarakat secara filosofis akan memiliki pandangan
hidup yang mungkin berbeda sesuai dengan nilai-nilai yang dianggap baik.
Filsafat sebagai landasan pengembangan kurikulum menjawab
pertanyaanpertanyaan pokok seperti: hendak dibawa kemana siswa yang dididik itu?
Masyarakat yang bagaimana yang harus diciptakan melalui ikhtiar pendidikan? Apa
hakikat pengetahuan yang harus dipelajari dan dikaji siswa? Norma-norma atau sistem
nilai yang bagaimana yang harus diwariskan kepada anak didik sebagai generasi penerus?
Bagaimana sebaiknya proses pendidikan itu berlangsung? Sebagai suatu landasan
fundamental, filsafat memegang peranan penting dalam proses pengembangan
kurikulum.
Ada empat fungsi filsafat dalam proses pengembangan kurikulum. Pertama,
filsafat dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan. Dengan filsafat sebagai pandangan
hidup atau value system, maka dapat ditentukan mau dibawa kemana siswa yang kita
didik itu. Kedua, filsafat dapat menentukan isi atau materi pelajaran yang harus diberikan
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Ketiga, filsafat dapat menentukan strategi atau
cara pencapaian tujuan. Filsafat sebagai sistem nilai dapat dijadikan pedoman dalam
merancang kegiatan pembelajaran. Keempat, melalui filsafat dapat ditentukan bagaimana
menentukan tolak ukur keberhasilan proses pendidikan.
Filsafat mempunyai jangkauan kajian yang sangat luas. Bagi para pengembang
kurikulum (curriculum developers) yang memiliki pemahaman yang kuat tentang
rumusan filsafat, kemungkinan akan memberikan dasar yang kuat pula dalam mengambil
6
suatu keputusan yang tepat dan konsisten. Namun, suatu hal yang perlu diperhatikan oleh
pengembang kurikulum adalah dalam mengembangkan kurikulum, pengembang tidak
hanya menonjolkan atau mementingkan filsafat pribadinya, tetapi juga perlu
mempertimbangkan falsafah yang lain, antara lain falsafah negara falsafah lembaga
pendidikan, dan staf pengajar atau pendidik.
Sedangkan menurut Mulyasa bahwa filosofis pancasila yang memberikan
berbagai prinsif dasar dalam pembangunan pendidikan. Dengan filosofis pancasila dapat
mengarahkan kurikulum ke arah yang lebih baik. Karna kelima sila dalam pancasila
merupakan prinsip yang baik dan menjadi dasar negara kita. Filosofis pendidikan yang
berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik, dan masyarakat.
Pendidikan mempunyai filosofi dengan tujuan nilai-nilai luhur, nilai akademik,
kebutuhan peserta didik, dan masyarakat. Dengan pendidikan ini diharapkan masyarakat
memperoleh nilai-nilai tersebut. Pada pengembangan Kurikulum 2013, pancasila sebagai
falsafah bangsa dan negara menjadi sumber utama dan penentu arah yang akan dicapai
dalam kurikulum. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila adalah nilai-nilai dasar
yang dikembangkan dalam kurikulum. Cara pandang bangsa Indonesia yang tercantum
dalam rumusan pancasila menjadi pedoman dalam pengembangan kualitas bangsa
Indonesia. Berdasarkan pancasila, kurikulum yang dikembangkan atas dasar filosofi
sebagai berikut:
a. Kurikulum berakar pada budaya dan bangsa Indonesia. Berdasarkan filosofi ini,
kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar dari
budaya setempat dan nasional tentang berbagai nilai yang penting dan
memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam mengembangkan nilai-nilai
budaya setempat dan nasional menjadi nilai budaya yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Kurikulum dikembangkan berdasarkan filosofis eksperimentalisme yang
mengatakan bahwa proses pendidikan adalah upaya untuk mendekatkan apa yang
dipelajari di sekolah dengan apa yang terjadi di masyarakat.
c. Filosofis rekonstruksi sosial yang memberikan dasar bagi pengembangan
kurikulum untuk menempatkan peserta didik sebagai subjek yang peduli pada
lingkungan sosial, alam, dan lingkungan budaya.
7
d. Filosofis esensialisme dan perenialisme yang menempatkan kemampuan
intelektual dan berpikir rasional sebagai asfek penting yang harus menjadi
kepedulian kurikulum untuk dikembangkan. Manusia yang cerdas dan intelektual
adalah manusia yang terdidik dan sekolah harus menjadi centre for exellence, di
mana kurikulum mempunyai tugas untuk mengembangkan potensi manusia dan
asfek intelektual dan rasional.
e. Filosofis eksistensialis dan romantic naturalisme, yaitu aliran filosofi yang
memandang proses pendidikan adalah untuk mengembangkan rasa kemanusiaan
yang tinggi, kemampuan berinteraksi dengan sesama dalam mengangkat harkat
kemanusiaan dan kebebasan berinteraktif dan berkreasi.
Pancasila yang kita akui dan terima sebagai filsafat dan pandangan hidup bangsa
kita, yang dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari, dijadikan pula filsafat
pendidikan kita. Seperti dinyatakan dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1968, pancasila
adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia dan negara kita. Di samping itu, bagi kita pancasila
sekaligus menjadi tujuan hidup bangsa Indonesia. Kesadaran dan cita-cita moral
Pancasila sudah berurat berakar dalam kebudayaan bangsa Indonesia, yang mengajarkan
bahwa hidup manusia akan mencapai kebahagiaan, jika dapat dikembangkan keselarasan
dan keseimbangan, baik dalam hidup manusia secara pribadi, dalam hubungan dengan
alam, dalam hubungan manusia dengan Tuhannya, maupun dalam mengejar kemajuan
lahiriah, dan kebahagiaan rohaniah.
b. Landasan Yuridis
Pengembangan kurikulum 2013 mengacu pada RPJMN 2014 sektor pendidikan
yang memuat tentang perubahan metodologi pembelajaran dan penataan kurikulum.
Instruksi Presiden nomor 11 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas
Pembangunan Nasional menegaskan bahwa penyempurnaan kurikulum dan metode
pembelajaran aktif berdasarkan Nilai-Nilai Budaya Bangsa untuk Membentuk Daya
Saing Karakter Bangsa. Kurikulum dikembangkan mengacu pada tujuan pendidikan
nasional. Tujuan pendidikan nasional tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Selanjutnya, dijabarkan ke dalam berbagai undang-undang, seperti Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang lainnya terkait dengan pendidikan.
UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang lainnya yang terkait
dengan pendidikan, kemudian dijabaran ke dalam berbagai peraturan pemerintah seperti
8
Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah, lebih
lanjut dijabarkan ke dalam berbagai Peraturan Menteri seperti Peraturan Menteri tentang
Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian.
Akhirnya, peraturan pemerintah juga dijabarkan ke dalam Rencana Strategis
Kementerian, yang kemudian dirumuskan ke dalam program-program kementerian.
Landasan yuridis kurikulum 2013, antara lain: pertama, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945; kedua, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional; ketiga, Undang-Undang Nomor 17 tahun 2005 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang
dituangkan dalam Rencana Pembangnan Jangka Menengah Nasional; keempat, Peraturan
Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Landasan yuridis kurikulum adalah pancasila dan undang-undang dasar 1945, undang-
undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah
nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. Lebih
lanjut, pengembangan kurikulum 2013 diamanatkan oleh Rencana Pendidikan Menengah
Nasional (RJPMN). Landasan yuridis pengembangan kurikulum 2013 lainnya adalah
Instruksi Presiden Republik Indonesia tahun 2010 Tentang Pendidikan Karakter,
Pembelajaran Aktif dan Pendidikan Kewirausahaan.13 Selain landasan yuridis kurikulum
di atas, ada juga landasan yang lain. Pertama, RPJMN 2010-2014 Sektor Pendidikan,
tentang Perubahan Metodologi Pembelajaran dan Penataan Kurikulum. Kedua, PP No.
19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Ketiga, INPRES No. 1 Tahun
2010, Tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional,
Penyempurnaan Kurikulum dan Metode Pembelajaran Aktif Berdasarkan Nilai-Nilai
Budaya Bangsa Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa.
Tidak bisa dipungkiri bahwa penyempurnaan kurikulum di Indonesia yang
menjadi landasan utamanya justru landasan yuridis. Misalnya, kurikulum 2004, landasan
utamanya adalah diberlakukannya UndangUndang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Otonomi Daerah, dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
9
Pemerintah dan Kewenanagan Provinsi sebagai Daerah Otonom, serta Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sementara itu, Kurikulum
2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), landasan utamanya adalah
diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagai penjabaran lebih lanjut dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kurikulum 2013, landasan utamanya adalah
diberlakukannya Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014, dan Peraturan Pemerintah Nomor
32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan sebagai penjabaran lebih lanjut dari Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
c. Landasan Empiris
Kurikulum dikembangkan atas dasar pertimbangan berbagai pengalaman yang
diperoleh dalam proses pengembangan kurikulum sebelumnya, yang siklusnya mulai dari
perencanaan, penyusunan, implementasi, dan evaluasi kurikulum. Setelah kurikulum
diimplementasikan, biasanya beberapa tahun kemudian muncul masalah-masalah, antara
lain ada bagian-bagian tertentu dari dokumen kurikulum tidak sesuai dengan tahap
perkembangan anak, terlalu sulit dipahami oleh guru apalagi anak, tidak sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak sesuai dengan tuntutan zaman,
tidak sesuai dengan kondisi terkini, dan sebagainya. Oleh karena itu, diberbagai negara
maju, kurikulum dan buku teks paling lama lima tahun sudah dilauan
penyesuaianpenyesuaian. Selain itu, pada umumnya kompetensi pendidik dan tenaga
kependidikan belum seperti yang diharapkan sehingga tidak mampu
mengimplementasikan dokumen kurikulum dalam pembelajaran, baik dari segi substansi,
metodologi pembelajaran, penilaian dan manajemennya. Dengan berbagai kemajuan
yang telah dicapai, mutu pendidikan Indonesia harus terus ditingkatkan. Hasil riset PISA
(Program For Internasional Student Assesment), studi yang memfokuskan pada literasi
bacaan, Matematika, dan IPA menunjukkan peringkat Indonesia baru bisa menduduki 10
besar terbawah dari 65 negara. Hasil riset TIMSS (Trend In International Mathematics
and Sciens Study) menunjukkan siswa Indonesia berada pada rangking amat rendah
dalam kemampuan (1) memahami informasi yang komplek, (2) teori, analisis dan
10
pemecahan masalah, (3) pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah, dan (4)
melakukan investigasi.
Hasil-hasil ini menunjukkan perlu ada perubahan orientasi kurikulum, dengan
tidak membebani peserta didik dengan konten namun pada asfek kemampuan esensial
yang diperlukan semua warga negara untuk berperan serta dalam membangun negaranya
pada abad 21. Oleh karena itu, pengembang kurikulum harus memperhatikan fakta
empiris dan mengantisipasi berbagai masalah tersebut, agar dokumen kurikulum yang
akan dikembangkan sesuai dengan tahap perkembangan anak, dapat dipahami oleh guru
dan oleh anak, tidak terlalu cepat tertinggal dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, tuntutan zaman, serta kondisi kekinian, dan sebagainya. Selain itu, dapat
diimplementasikan oleh pendidik dan tenaga kependidikan sesuai harapan. Antisipasi
dilakukan dalam proses pengembangan kurikulum dan penyiapan kompetensi pendidik
dan tenaga kependidikan dari segi substansi, metodologi pembelajaran, penilaian, dan
manajemennya.
5. Landasan Teoretis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar teori “pendidikan berlandaskan
standar” (standar based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi. Pendidikan
berdasarkan standar adalah pendidikan yang menetapkan standar nasional sebagai
kualitas minimal warga negara untuk suatu jenjang pendidikan. Standar bukan kurikulum
dan kurikulum dikembangkan agar peserta didik mampu mencapai kualitas standar
nasional atau di atasnya. Standar kualitas nasional dinyatakan sebagai standar kompetensi
lulusan. Standar kompetensi lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Standar kompetensi lulusan dikembangkan menjadi standar kompetensi lulusan satuan
pendidikan yaitu SKL SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK. Kompetensi adalah
kemampuan seseorang untuk bersikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan
untuk melaksanakan suatu tugas di sekolah, masyarakat, dan lingkungan di mana yang
bersangkutan berinteraksi.
Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar
seluas-luasnya bagi peserta didik untuk mengembangkan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang diperlukan untuk membangun kemampuan yang dirumuskan dalam
SKL. Hasil dari pengalaman belajar tersebut adalah hasil belajar peserta didik yang
menggambarkan masusia dengan kualitas yang dinyatakan dalam SKL.19 Kurikulum
11
2013 dikembangkan atas dasar teori “pendidikan berlandaskan standar” (standar based
education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-basedcurriculum).
Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas
minimal warga negara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar penilaian pendidikan.
Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar
seluasluasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap,
berpengetahuan, berketerampilan dan bertindak. Kurikulum 2013 menganut: (1)
pembelajaran yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang
dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, dan kelas, dan masyarakat; dan
(2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned- curriculum) sesuai dengan latar
belakang, karakteristik dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung
individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh
peserta didik menjadi hasil kurikulum.
6. Landasan Konseptual
Secara konseptual kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan prinsip
relevansi. Prinsip ini merupakan prinsip dasar yang paling dasar dalam sebuah kurikulum.
Prinsip ini juga bisa dikatakan sebagai ruhnya sebuah kurikulum. Artinya apabila prinsip
ini tidak terpenuhi dalam sebuah kurikulum, maka kurikulum tersebut tidak ada lagi
artinya dan kurikulum menjadi tidak bermakna. Prinsip relevansi mengandung arti bahwa
sebuah kurikulum harus relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) sehingga para siswa mempelajari iptek yang benar-benar terbaru yang
memungkinkan mereka memiliki wawasan dan pemikiran yang sejalan dengan
perkembangan zaman. Relevan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Relevan
dengan kebutuhan karakteristik masyarakat artinya kurikulum harus membekali para
siswa dengan sejumlah keterampilan pengetahuan dan sikap yang sesuai dengan kondisi
masyarakatnya. Apabila tidak terlaksana maka siswa tidak dapat beradaptasi dan
beradaptasi dalam kehidupan masyarakat.21 Dalam landasan konseptual yang mesti
diperhatikan yang pertama adalah relevansi pendidikan (link and match). Kedua,
kurikulum berbasis kompetensi, dan karakter. Ketiga, pembelajaran kontekstual
12
(contextual teaching and learning). Keempat, pembelajaran aktif (student active learning).
Kelima, penilaian yang valid, utuh, dan menyeluru.
13
i. Kurikulum harus diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
j. Kurikulum didasarkan kepada kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki
pencapaian kompetensi. Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk
mengetahui kekurangan yang dimiliki setiap peserta didik atau sekelompok
peserta didik. Kekurangan tersebut harus segera diikuti dengan proses
memperbaiki kekurangan dalam aspek hasil
14
kurikulum yang dilakukan harus memastikan peserta didik agar dapat belajar sesuai
dengan konsep Kurikulum Merdeka. Pengembangan kurikulum yang ada juga harus
memastikan guru dapat mendapat porsi yang sama dari jam pelajaran maupun tugas
pokok yang sesuai dengan Kurikulum Merdeka yang berjalan saat ini.
b. Landasan Psikologi
Pada dasarnya, pengembangan kurikulum yang dilakukan harus
mempertimbangkan pengetahuan dan psikologi dari peserta didik. Hal tersebut bertujuan
agar peserta didik tidak mejadi korban dari kurikulum yang diajarkan. Berlaku pula pada
pengembangan Kurikulum Merdeka yang akan dilakukan.
Pengembangan kurikulum yang dilakukan harus mempertimbangkan psikologi
dari peserta didik sehingga pembelajaran dapat dilakukan dengan baik. Sikap egois dan
tidak mempertimbangkan peserta didik dalam pengembangan kurikulum pada akhirnya
akan berdampak buruk terhadap proses belajar mengajar yang terjadi.
c. Landasan Sosiologi
Landasan sosiologi juga menjadi topik penting yang perlu dipertimbangkan dalam
pengembangan kurikulum yang ada, khususnya pada pengembangan Kurikulum
Merdeka. Pengembangan kurikulum yang ada tidak hanya berpusat pada peserta didik itu
sendiri. Terdapat banyak hal yang perlu diperhatikan atas perubahan kurikulum-
kurikulum yang ada.
Pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan filsafat, sejarah, psikologi,
sosiologi, antropologi, ekonomi, dan lain sebagainya. Jika asumsinya bersumber dari
sosiologi, maka disebut dengan landasan sosiologi pendidikan. Jadi, landasan sosiologi
pendidikan adalah seperangkat asumsi yang dijadikan titik tolak dalam rangka praktik
dan studi pendidikan yang bersumber sosiologi.
d. Landasan Teknologi
Perkembangan teknologi terjadi secara dinamis. Pendidikan pada awalnya
dilakukan dengan pembelajaran berbasis teks. Namun demikian, pendidikan dewasa ini
dapat dilakukan secara online melalui beberapa platform atau aplikasi yang mendukung
proses belajar mengajar. Secara substansi, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat
dipisahkan dalam dunia pendidikan, serta menjadi bagian utama dalam pembelajaran
yang dilakukan hingga saat ini. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan berperan
penting dalam mewariskan perkembangan ilmu pendidikan yang ada.
15
Khususnya dalam masa pandemi yang saat ini melanda, banyak sisi dari
pendidikan yang terganggu. Indonesia juga membahas beberapa tantangan nyata yang
harus segera dicarikan solusinya. Beberapa masalah tersebut adalah sebagai berikut.
1. Ketimpangan teknologi antara sekolah di kota besar maupun daerah.
2. Keterbatasan kompetensi guru untuk memanfaatkan aplikasi pembelajaran.
3. Kurangnya sumber daya bagi pengembangan teknologi pendidikan seperti
internet dan kuota.
4. Relasi antara guru, peserta didik, dan orangtua untuk pembelajaran daring
yang tidak terpisahkan.
Sejalan dengan perkembangan teknologi yang ada, teknologi memiliki ruang yang
luas untuk mengakomodir hal tersebut sehingga menjadikan perkembangan terjadi begitu
pesat. Permasalahan yang ada dapat cepat diatasi dengan kemajuan teknologi yang ada.
Dengan perkembangan IPTEK yang pesat, pendidikan dalam segala aspeknya harus
mengakomodasi perkembangan tersebut. Penataan kelembagaan, pemantapan struktur
organisasi dan mekanisme kerja, pemantapan pengelolaan, serta lainnya haruslah
dilakukan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Begitu pula dengan
pemanfaatan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari berbagai bidang harus
diimplementasikan dalam proses pendidikan sebagai kebutuhan utama.
Lembaga pendidikan haruslah mampu mengakomodasi dan mengantisipasi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian juga dengan pengembangan
Kurikulum Merdeka. Pengembangan yang dilakukan harus disesuaikan dengan teknologi
yang ada. Pemanfaatan teknologi harus dilakukan guna tercapainya tujuan pengembangan
kurikulum yang ada. Meskipun demikian, sebenarnya kurikulum-kurikulum sebelumnya
sudah banyak yang menjadikan teknologi sebagai daya tarik, terutama dalam instansi
pendidikan. Namun, banyak teknologi tersebut yang tidak mampu dimanfaatkan dengan
maksimal.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum 2013 sebagai kurikulum berbasis kompetensi yang merupakan salah satu
konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan karaterr dan kemampuan melakukan
(kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan
oleh siswa, berupa penugasan terhadap seperangkat kopetensi tertentu.
Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum dengan pembelajaran yang beragam titik
kurikulum ini berfokus pada konten-konten yang esensial agar peserta didik memiliki cukup
waktu untuk mendalami konsep dan pengeluaran yang kompentensi. Kurikulum merdeka
diterapkan untuk melatih kemerdekaan berpikir
B. Saran
Pemerintah sebaiknya menyiapkan berbagai bentuk solusi dan berbagai alternative
yang dapat membantu pengoptimalisasi pengaplikasian kurikum merdeka di berbagai
daerah, baik itu di kota sampai daerah terpencil sekalipun. Sehingga diharapkan terjadi
proses pembelajaran yang sesuai dan dapat mencapai tujuan dan cita-cita bangsa.
17
DAFTAR PUSTAKA
18