Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ANALISIS KURIKULUM TAHUN 2004, 2006, DAN 2013

Dosen Pengampu :

Ahmad Rizki Nugrahawan, M.Pd

Disusun oleh :

Putri Parahitha Maharani 2007035017

Dinda Zivarulia Achmad 2007035067

PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami ucapkan puji syukur dan terima kasih ke hadirat Allah atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Analisis Kurikulum
Tahun 2004, 2006, dan 2013”. Tak lupa pula shalawat serta salam kami curahkan untuk
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, serta keluarga dan sahabatnya. Semoga kita semua
mendapatkan syafaat dari Nabi Muhammad S.A.W

Terima kasih kami haturkan kepada bapak Ahmad Rizki Nugrahawan, M.Pd yang telah
membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Tak lupa kami ucapkan kepada rekan-
rekan sekalian yang telah ikut terlibat dalam membantu penyusunan makalah ini.

Penyusunan makalah “Analisis Kurikulum Tahun 2004, 2006, dan 2013” ini bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan dan pemahaman mahasiswa dalam mempelajari mata
kuliah Media Pembelajaran Bahasa Arab dan dalam menulis sebuah karya tulis ilmiah yang
berupa makalah.

Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan makalah ini. Untuk itu
bilamana terdapat kesalahan dalam makalah ini, izinkan kami sebagai penulis menghaturkan
permohonan maaf. Sebab makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami butuhkan. Besar
harapan kami bahwa makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, 13 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1. Latar Belakang.......................................................................................................1
2. Rumusan Masalah..................................................................................................2
3. Tujuan Masalah......................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
1. Analisis Isi Kurikulum 2004, 2006, dan 2013.........................................................3
2. Karakteristik Kurikulum 2004, 2006, dan 2013.....................................................8
3. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2004, 2006, dan 2013............................10
4. Analisis Revisi Kurikulum 2013...........................................................................13
BAB III............................................................................................................................16
PENUTUP.......................................................................................................................16
1. Kesimpulan...........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kurikulum pada hakikatnya adalah seluruh upaya untuk menjalankan
pembelajaran, utamanya dalam pendidikan di sekolah. Pengembangan kurikulum
dilakukan dengan mengacu pada falsafah suatu negara atau pada tujuan standar dari
pelaksana pendidikan. Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari penyelenggaraan
negara dalam bidang pendidikan, kurikulum sekolah di Indonesia menganut pada
standar-standar dari penyelenggaraan pendidikan, misalnya Standar Isi sebagai alur
dari dasar pijakan tujuan pembelajaran.
Kenyataan perubahan kurikulum yang dianggap sebagai sesuatu yang niscaya,
mendatangkan berbagai tanggapan antara pro dan kontra. Namun dalam praksisnya,
problematika itu menjadi sesuatu yang perlu dianalisis demi pengembangan
pendidikan suatu bangsa. Pemaknaan realitas aktual praksis kurikulum berkaitan erat
dengan apa yang telah dilakukan. Sebelum menjalar jauh penjelasan menyangkut
praksis kurikulum ini, ada baiknya penulis memberikan penjelasan istilah menyangkut
dengan realitas, aktual dan praksis ini.
Realitas itu adalah tak lain daripada erschlosenheit atau keterbukaan, suatu
hamparan kemungkinan yang tak terkatakan namun menunggu pemaknaan. Realitas
juga diasumsikan dari gejala yang berlawanan dari seharusnya. ‘Yang lain dan ‘yang
tidak lain’ keduanya berpasangan dalam realitas, berpasangan atau berlawanan.
Aktual berarti betul-betul ada (terjadi); sesungguhnya; baru; hangat, sedang
menarik perhatian orang; sedang menjadi pembicaraan orang banyak (tentang
peristiwa dan sebagainya); baru saja terjadi; masih baru (tentang peristiwa dan
sebagainya). Aktual apa yang sedang terjadi dalam dunia nyata. Praksis bukanlah
praktek.
Praksis dalam Bahasa Yunani berarti sebuah pelaksanaan yang dikerjakan
sebagai hasil perenungan. Praksis adalah pekerjaan yang tujuannya sudah
dipertimbangkan bagi semua pihak. Jadi praksis adalah pekerjaan yang diilhami oleh
perenungan. Ketika kita berbicara tentang praksis kurikulum maka akan berarti apa
yang telah dilakukan untuk membentuk konsep-konsep baru dalam pelaksanaan
kurikulum di sekolah/madrasah.

1
2. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dari kurikulum 2004, 2006, dan 2013?
2. Bagaimana karakteristik dari kurikulum 2004, 2006, dan 2013?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari kurikulum 2004, 2006, dan 2013?
4. Bagaimana analisis revisi pada kurikulum 2004, 2006, dan 2013?

3. Tujuan Masalah
1. Mengetahui konsep dari kurikulum 2004, 2006, dan 2013.
2. Mengetahui karakteristik dari kurikulum 2004, 2006, dan 2013.
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan kurikulum 2004, 2006, dan 2013.
4. Mengetahui analisis revisi pada kurikulum 2004, 2006, dan 2013.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Analisis Isi Kurikulum 2004, 2006, dan 2013


A. Kurikulum 2004
Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah konsep kurikulum yang
dikembangkan Departemen Pendidikan Nasional RI untuk menggantikan Kurikulum
1994. Kurikulum ini dirancang sejak tahun 2000 dan diterapkan pada tahun 2004.
Dalam tahap-tahap pengembangannya kurikulum ini dikenal dengan Kurikulum KBK
atau Kurikulum 2004. Pada kurikulum berbasis kompetensi ini diarahkan untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat
peserta didik agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketetapan, dan
keberhasilan dengan tanggungjawab.
Kemudian KBK juga memfokuskan pada penguasaan kompetensi-kompetensi
tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu kurikulum ini mencakup sejumlah
kompetensi, dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa,
sehingga pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan
sebagai suatu kriteria keberhasilan. Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk
membantu peserta didik menguasai sekurang-kurangnya tingkat kompetensi minimal,
agar mereka dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sesuai dengan konsep belajar tuntas dan pengembangan bakat, setiap peserta
didik harus diberi kesempatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan kemampuan dan
kecepatan belajar masing-masing. Kurikulum Berbasis Kompetensi dapat diartikan
sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan
melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu sehingga
hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat
kompetensi tertentu. Kurikulum berbasis Kompetensi berorientasi pada ; pertama,
hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian
pengalaman belajar yang bermakna dan kedua, keberagaman yang dapat
dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhan.

B. Kurikulum 2006

3
Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan
bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional
yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan dengan
memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang
dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP).
KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 ayat 1 dan 2 sebagai berikut :
1. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan
prinsip diverifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan
peserta didik.

Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut :
1. KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan
karakteristik daerah, serta sosial budaya masyarakat setempat dan peserta
didik.
2. Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan
pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar
kompetensi lulusan, dibawah supervise dinas pendidikan kabupaten/kota dan
departemen agama yang bertanggungjawab di bidang pendidikan.
3. Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan
tinggi dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi
dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.
4. KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan
sekolah yang efektif, produktif dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma
baru pengembangan kurikulum, yang otonomi luas pada setiap satuan
pendidikan dan pelibatan pendidikan masyarakat dalam rangka
mengefektifkan proses belajar-mengajar di sekolah. Otonomi diberikan agar
setiap satuan pendidikan dan sekolah memiliki keleluasaan dalam mengelola
sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai
dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.

4
KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan
pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan
pendidikan. Pemberdayaan sekolah dan satuan pendidikan dengan memberikan
otonomi yang lebih besar, di samping menunjukkan sikap tanggap pemerintah
terhadap tuntunan masyarakat juga merupakan sarana peningkatan kualitas, efisien
dan pemerataan pendidikan. KTSP merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan
yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntunan dan kebutuhan masing-
masing. Otonomi dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran merupakan
potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja guru dan staf sekolah, menawarkan
partisipasi langsung kelompok-kelompok terkait dan meningkatkan pemahaman
masyarakat terhadap pendidikan, khususnya kurikulum.
Pada sistem KTSP, sekolah memiliki “full authority and responsibility” dalam
menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi, misi dan tujuan tersebut,
sekolah dituntut untuk mengembangkan strategi, menentukan prioritas,
mengendalikan pemberdayaan berbagai potensi sekolah dan lingkungan sekitar, serta
mempertanggung jawabkannya kepada masyarakat dan pemerintah. Dalam KTSP,
pengembangan kurikulum dilakukan oleh guru, kepala sekolah, serta Komite Sekolah
dan Dewan Pendidikan. Badan ini merupakan lembaga yang ditetapkan berdasarkan
musyawarah dari pejabat daerah setempat, komisi pendidikan pada dewan perwakilan
rakyat daerah (DPRD), pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga pendidikan,
perwakilan orang tua peserta didik dan tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang
menetapkan kebijakan sekolah berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidikan
yang berlaku. Selanjutnya komite sekolah perlu menetapkan visi, misi dan tujuan
sekolah dengan berbagai implikasinya terhadap program- program kegiatan
operasional untuk mencapai tujuan sekolah.
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada
lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan
keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Secara khusus tujuan
diterapkannya KTSP adalah untuk :
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah
dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber
daya yang tersedia.

5
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
mengembangkan kurikulum melalui pengembalian keputusan bersama.
3. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan yang akan
dicapai.

Memahami tujuan di atas, KTSP dapat dipandang sebagai suatu pola


pendekatan baru dalam pengembangan kurikulum dalam konteks otonomi daerah
yang sedang digulirkan dewasa ini. Oleh karena itu, KTSP perlu diterapkan oleh
setiap satuan pendidikan, terutama berkaitan dengan tujuh hal sebagai berikut :
1. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi
dirinya sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang
tersedia untuk memajukan lembaganya.
2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan
yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai
dengan perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
3. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk
memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolah lah yang paling tahu apa
yang terbaik bagi sekolahnya.
4. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan
kurikulum menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat, serta lebih
efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat sekitar.
5. Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing- masing
kepada pemerintah, orangtua peserta didik dan masyarakat pada umumnya,
sehingga dia akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan
mencapai sasaran KTSP.
6. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah- sekolah lain
untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan
dukungan orangtua peserta didik, masyarakat dan pemerintah daerah setempat.
7. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan
yang berubah dengan cepat, serta mengakomodasikan dalam KTSP.

C. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang terintegrasi, yaitu sebuah
kurikulum yang mengintegrasikan Skill, Theme, Concepts, And Topic baik dalam

6
bentuk Within Sigle disciplines, Acrous several disciplines and Within and Acrous
Learners. dengan kata lain bahwa kurikulum 2013 ialah kurikulum yang terpadu
sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai sebuah sistem atau pendekatan
pembelajaran yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk memberikan pengalaman
yang bermakna dan luas kepada peserta didik.
Dalam sejarah, kurikulum di Indonesia telah mengalami beberapa kali
perubahan yang dilakukan pengembangan, revisi dan penyempurnaan. Kurikulum
2013 telah berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan,
seperti yang disampaikan oleh Mulyasa (2014:55) yang mengatakan bahwa ada tiga
konsep tentang perkembangan Kurikulum 2013, yaitu :
1. Kurikulum sebagai suatu substansi kegiatan pembelajaran yang berisi rumusan
tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal dan evaluasi
pembelajaran.
2. Kurikulum 2013 sebagai suatu sistem dari sekolah, pendidikan bahkan
masyarakat.
3. Kurikulum sebagai suatu bidang studi untuk mendalami dan mengembangkan
ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum tersebut.

Kurikulum 2013 menghadirkan pembelajaran yang mengacu pada tiga ranah


kompetensi yaitu, sikap, pengetahuan dan keterampilan. Kurikulum 2013 menganut
pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan secara utuh dari guru
kepada siswa, melainkan membutuhkan proses pembelajaran secara langsung/ilmiah
untuk menyampaikan informasi sehingga dapat memberikan makna dalam belajar.
Siswa adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari,
mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan.
Kurikulum 2013 dihadirkan untuk membangun siswa yang siap menghadapi
perkembangan zaman di masa mendatang. Dimana dibutuhkan keterampilan-
keterampilan yang mendasar untuk dimiliki, diantaranya adalah keterampilan dalam
berpikir kritis. Dalam teori Greenstein dalam Machanal (2012) yang menyatakan
bahwa bentuk keterampilan abad 21 adalah berpikir kritis, keterampilan
menyelesaikan permasalahan, keterampilan berpikir yang kreatif, metakognisi,
keterampilan dalam berkomunikasi, keterampilan berkolaborasi, keterampilan
berliterasi serta keterampilan untuk memahami kehidupan dan pekerjaan. Berpikir
kritis menjadi dasar bagi keterampilan lainnya dikarenakan berhubungan dengan

7
kemampuan individu dalam mengembangkan pola pikirnya. Dengan pemahaman
tersebut, Kurikulum 2013 diharapkan mampu mengaplikasikan keterampilan-
keterampilan untuk membekali siswa di masa mendatang.

2. Karakteristik Kurikulum 2004, 2006, dan 2013


A. Kurikulum 2004
KBK merupakan kurikulum yang menggunakan pendekatan kompetensi yang
menekankan pada pemahaman, kemampuan atau kompetensi tertentu di sekolah, yang
berkaitan dengan pekerjaan yang ada dimasyarakat. Sehingga peserta didik berada
dalam proses perkembangan yang berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian,
sebagai pemekaran terhadap potensi-potensi bawaan sesuai dengan kesempatan
belajar yang ada dan diberikan oleh lingkungan.
Kurikulum yang berbasis kompetensi ini memberikan keleluasaan kepada
lembaga Sekolah untuk menyusun dan mengembangkan silabus mata pelajaran
sehingga dapat mengakomodasi potensi sekolah, kebutuhan dan kemampuan peserta
didik, serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah. Dengan demikian sekolah
diharapkan dapat melakukan proses pembelajaran yang efektif, dapat mencapai tujuan
yang diharapkan, materi yang diajarkan relevan dengan kebutuhan masyarakat,
berorientasi pada hasil (Output), dan dampak (Outcome), serta melakukan penilaian,
pengawasan, dan pemantauan secara terus dan berkelanjutan.
Kurikulum tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Menekankan kompetensi siswa, bukan tuntasnya materi Kurikulum dapat
diperluas, diperdalam, dan disesuaikan dengan potensi siswa.
2. Berpusat pada siswa.
3. Orientasi pada proses dan hasil.
4. Pendekatan dan metode yang digunakan beragam dan bersifat kontekstual.
5. Guru bukan satu-satunya sumber ilmu pengetahuan, (siswa dapat belajar dari
apa saja).
6. Buku pelajaran bukan satu-satunya sumber belajar.
7. Belajar sepanjang hayat: (1) Belajar mengetahui (Learning how to know) (2)
Belajar melakukan (Learning how to do) (3) Belajar menjadi diri sendiri
(Learning how to be) (4) Belajar hidup dalam keberagaman (Learning how to
live together)

8
Di samping itu, KBK sebagai sebuah kurikulum memiliki tiga karakteristik
utama. Pertama, KBK memuat sejumlah kompetensi dasar yang harus dicapai oleh
siswa. Artinya melalui KBK diharapkan siswa memiliki kemampuan standar minimal
yang harus dikuasai. Kedua, implementasi pembelajaran dalam KBK menekankan
pada proses pengalaman dengan memperhatikan keberagaman setiap individu. Dalam
pembelajaran tidak sekadar diarahkan untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi
bagaimana materi itu dapat menunjang dan mempengaruhi kemampuan berfikir dan
kemampuan bertindak sehari-hari. Ketiga, evaluasi dalam KBK menekankan pada
evaluasi hasil dan proses belajar. Kedua sisi evaluasi itu sama pentingnya sehingga
pencapaian standar kompetensi dilakukan secara utuh yang tidak hanya mengukur
aspek pengetahuan saja, tetapi sikap dan keterampilan.

B. Kurikulum 2006
Menurut Rohman (2012), mengatakan bahwa ciri-ciri dari KTSP, adalah
sebagai berikut :
1. KTSP memberikan kebebasan kepada tiap-tiap sekolah untuk
menyelenggarakan program pendidikan sesuai dengan kondisi lingkungan
sekolah, kemampuan peserta didik, sumber daya yang tersedia dengan
kekuasan daerah.
2. Orang tua dan masyarakat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
3. Guru harus mandiri dan kreatif.
4. Guru diberikan kebebasan untuk memanfaatkan berbagai metode
pembelajaran.

C. Kurikulum 2013
Setiap kurikulum memiliki karakteristik masing-masing, demikian halnya
Kurikulum 2013 yang dirancang oleh pemerintah. Adapun kurikulum 2013 dirancang
dengan karakteristik sebagai berikut (Kemendikbud, 2013) :
1. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan
sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual
dan psikomotorik;
2. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman
belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di
sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;

9
3. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya
dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
4. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetahuan, dan keterampilan;
5. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih
lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran;
6. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements)
kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran
dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam
kompetensi inti;
7. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan
jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karakteristik dari kurikulum 2013


ini lebih menekankan pada pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
peserta didik serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.
Sehingga dapat menciptakan sumber daya manusia yang dapat menghadapi persoalan-
persoalan yang menimpa bangsa ini.

3. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2004, 2006, dan 2013


A. Kurikulum 2004
a) Kelebihan :
Menurut (Arifin, 2013) pengembangan KBK mempunyai beberapa
keunggulan dibandingkan dengan model-model lainnya, yaitu sebagai berikut :
1. Pendekatan ini bersifat alamiah (kontekstual), karena berangkat, berfokus, dan
bermuara pada hakikat peserta didik untuk mengembangkan berbagai
kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta
didik merupakan subjek belajar, dan proses belajar berlangsung secara alamiah
dalam bentuk bekerja dan berdasarkan standar kompetensi tertentu, bukan
transfer pengetahuan (transfer of knowlegde).
2. KBK boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain.
Penguasaan ilmu pengetahuan, dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan,

10
kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta
pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal
berdasarkan standar kompetensi tertentu.
3. Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam
pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama
yang berkaitan dengan keterampilan.
b) Kekurangan :
1. Guru tidak berusaha untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
2. Guru tidak pernah mengajar berfikir siswa.
3. Guru tidak berusaha memperoleh umpan balik.

B. Kurikulum 2006
a) Kelebihan :
1. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.
2. Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk
semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-
program pendidikan.
3. KTSP memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan
mengembangkan mata pelajaran tertentu yang aspektabel bagi kebutuhan
siswa.
4. KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan
memberatkan kurang lebih 20%.
5. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan.
b) Kekurangan :
1. Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada
kebanyakan satuan pendidikan yang ada.
2. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan
dari pelaksanaan KTSP.
3. Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara Komprehensif baik
konsepnya, penyusunannya maupun prakteknya di lapangan.
4. Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan
berdampak berkurangnya pendapatan guru.

11
C. Kurikulum 2013
a) Kelebihan :
Di balik proses perkembangan, Kurikulum 2013 memiliki kelebihan dan
kekurangan dalam proses pembelajaran. Menurut Mulyasa (2013:163) menyatakan
bahwa implementasi Kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan siswa yang
produktif, kreatif, dan inovatif. Implementasi Kurikulum 2013 diharapkan dapat
menghasilkan insan yang produktif, kreatif, dan inovatif. Dalam teori Kurniasih dan
Sani, (2014:40-41) menyatakan bahwa Kurikulum 2013 memiliki beberapa
keunggulan dalam pengimplementasiannya sebagai berikut :
1. Siswa dituntut untuk lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya.
2. Penilaian yang mengacu pada seluruh proses pembelajaran yang terkandung
dalam tiga ranah kompetensi siswa.
3. Adanya penanaman karakter dan kepribadian yang diintegrasikan dalam
pembelajaran.
4. Kompetensi pembelajaran diterapkan sesuai fungsi dan tujuan pendidikan
nasional.
5. Kompetensi mencakup ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan.
6. Kompetensi dikembangkan sesuai perkembangan zaman berupa pendidikan
karakter, soft skill dan hard skill serta kewirausahaan.
7. Peduli dan tanggap terhadap fenomena sosial.
8. Standar penilaian diadakan secara proporsional dan holistik.
9. Diberlakukan remediasi secara berkala.
10. Pembelajaran kontekstual.
11. Meningkatkan motivasi melalui kompetensi belajar.
12. Adanya pedoman pembelajaran yang jelas.
13. Guru sebagai fasilitator.
14. Meningkatkan kreativitas guru.
15. Efisiensi manajemen sekolah.
16. Adanya koordinasi dan supervise daerah.
17. Student center learning.
18. Penilaian mengacu pada sikap, pengetahuan dan keterampilan.
19. Adanya ekstrakulikuler pramuka.
c) Kekurangan :

12
Selain itu, adapun kelemahan Kurikulum 2013 menurut Kurniasih dan Sani,
(2014:41-42) sebagai berikut :
1. Tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil
dalam Kurikulum 2013.
2. Materi yang disampaikan terlalu banyak sehingga tidak maksimal
penyampaian dalam pembelajaran.
3. Beban belajar bagi siswa maupun guru yang sangat banyak.
4. Adanya kecemasan yang diakibatkan oleh beberapa mata pelajaran yang
dihapus.
5. Sebagian besar guru masih terbiasa menggunakan cara konvensional.
6. Penguasaan teknologi dan informasi untuk pembelajaran masih terbatas.
7. Kurangnya kemampuan guru dalam proses penilaian sikap, keterampilan dan
pengetahuan secara holistik.
8. Kreatifitas dalam pengembangan silabus yang dianggap kurang.
9. Otonomi sekolah dalam pengembangan kurikulum berkurang.
10. Sekolah tidak mandiri dalam menyikapi kurikulum.
11. Tingkat keaktifan siswa belum merata.
12. KBM umumnya masih konvensional.
13. Belum semua guru memahami sistem penilaian sikap dan keterampilan.
14. Menambah beban kerja guru.
15. Citra sekolah dan guru menurun jika tidak berhasil menjalankan Kurikulum
2013. 24)
16. Pramuka menjadi beban bagi siswa yang tidak menyukai Pramuka, sehingga
ada unsur keterpaksaan.

4. Analisis Revisi Kurikulum 2013


Terjadinya perkembangan pendidikan di Indonesia merupakan tuntutan yang
mau tidak mau tetap dilakukan, berkembangnya kesadaran semua pihak tentang
pendidikan di Indonesia, tentu melahirkan banyak hal positif, termasuk dengan
berlakunya kembali kurikulum 2013 secara nasional atau seluruh Indonesia mulai
tahun ajaran 2016/2017. Kurikulum 2013 yang diberlakukan secara nasional pada
tahun ajaran atau TA 2016/2017 bukanlah kurikulum 2013 lalu, melainkan kurikulum
2013 yang telah direvisi oleh Kemendikbud. Kurikulum 2013 yang lalu dinilai

13
memberatkan kini telah direvisi oleh Kemendikbud sehingga diharapkan tidak lagi
memberatkan dan setiap sekolah dapat menerapkan kurikulum 2013 revisi pada TA
2016/2017.
Perubahan atau direvisinya kurikulum 2013 tidak merubah namanya, ada
beberapa poin perubahan atau revisi kurikulum 2013 termasuk dalam aspek penilaian
yaitu :
1. Nama Kurikulum tidak berubah menjadi Kurikulum Nasional tetapi
menggunakan nama Kurikulum 2013 Edisi Revisi yang berlaku secara
Nasional
2. Penyederhanaan aspek penilaian siswa oleh guru Pada kurikulum 2013 yang
baru, penilaian aspek sosial dan keagamaan siswa hanya dilakukan oleh guru
PPKn dan guru pendidikan agama atau budi pekerti.
3. Tidak adanya pembatasan pada proses berpikir siswa Kurikulum 2013 yang
baru semua jenjang pendidikan baik SD, SMP dan SMA dapat belajar tahap
memahami sampai mencipta. Sehingga anak SD pun boleh mencipta walaupun
kadar ciptaannya atau produknya sesuai dengan usianya, hal ini untuk
membiasakan anak berpikir ilmiah sejak SD.
4. Penerapan teori jenjang 5M Pada kurikulum 2013 yang baru ini, guru dituntut
untuk menerapkan teori yang ada di dalam pembelajarannya, sehingga guru
tidak sekadar berteori saja. Namun dapat mempraktekannya. Adapun teori
jenjang tersebut adalah mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,
mencipta.
5. Struktur mata pelajaran dan lama belajar di sekolah tidak diubah.
6. Menggunakan metode pembelajaran aktif Metode pembelajaran aktif adalah
metode yang membuat siswa menjadi pemeran utama dalam setiap proses
pembelajaran, guru hanya berperan sebagai fasilitator saja.
7. Meningkatkan hubungan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
8. Penilaian sikap KI 1 & KI 2 sudah ditiadakan disetiap mata pelajaran hanya
agama dan PPKn namun Kompetensi Inti (KI) tetap dicantumkan dalam
penulisan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
9. Skala penilaian menjadi 1-100. Penilaian sikap diberikan dalam bentuk
predikat dan deskripsi.

14
10. Remidial diberikan untuk yang kurang, namun sebelumnya siswa diberikan
pembelajaran ulang. Nilai Remidi inilah yang dicantumkan dalam hasil
(Kurniasih & Sani, 2016).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kurikulum 2013 revisi merupakan


perbaikan dari kurikulum sebelumnya, dengan sejalan perkembangan zaman yang
menuntut perubahan kurikulum terjadi. Perubahan kurikulum 2013 tidak mengubah
namanya, terdapat 10 perubahan yang menjadi poin dalam kurikulum 2013 revisi,
termasuk perubahan dalam pelaksanaan penilaian.

15
BAB III

PENUTUP
1. Kesimpulan
Kurikulum 2004 atau lebih dikenal dengan KBK (Kurikulum Berbasis
Kompetensi) adalah perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, nilai serta sikap
yang ditunjukkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. KBK mempunyai ciri-ciri
yang menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun
klasikal, berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman. Lalu pada kegiatan belajar
menggunakan pendekatan metode bervariasi. Sumber belajar bukan hanya dari guru,
melainkan juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan “Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)”. Tidak banyak yang berbeda dari Kurikulum 2004, mulai dari
tinjauan dari segi isi, proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga
teknis evaluasi. Perbedaan dengan kurikulum 2004 tertera pada kewenangan dalam
penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem pendidikan
Indonesia. Pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menetapkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Guru dituntut mampu mengembangkan sendiri silabus dan
penilaian sesuai kondisi sekolah dan daerahnya.
Kurikulum 2013 merupakan pengganti dari Kurikulum 2006 (KTSP). Pada
Kurikulum 2013 ini memiliki 3 aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek
keterampilan, dan aspek sikap perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam
materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang
ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS,
PPKn dan beberapa materi lain, sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi
Matematika. Pada Kurikulum ini guru diharapkan dapat mendorong siswa untuk
melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengomunikasikan apa yang telah
siswa pahami setelah menerima materi pembelajaran. Kemudian untuk siswa itu
sendiri, diharapkan dapat memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar,
kemampuan interpersonal, antar-personal, dan memiliki kemampuan berpikir kritis.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, A. P., & Hudaidah, H. (2021). Perkembangan Kurikulum Pendidikan di Indonesia


dari Masa ke Masa. SINDANG: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Kajian Sejarah, 3(2),
102-108.
Uce, L. (2016). Realitas aktual praksis kurikulum: Analisis terhadap KBK, KTSP dan
kurikulum 2013. Jurnal Ilmiah Didaktika: Media Ilmiah Pendidikan Dan
Pengajaran, 16(2), 216-229.
Wahyuni, F. (2015). Kurikulum dari Masa ke Masa (Telaah Atas Pentahapan Kurikulum
Pendidikan di Indonesia). Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan, 10(2),
231-242.

17

Anda mungkin juga menyukai